Anda di halaman 1dari 10

ANALISA PELAKSANAAN ASESMEN PENCEGAHAN

RISIKO JATUH PASIEN OLEH PERAWAT DI RUMAH


SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

DIAN PRATAMA PUTRI


I1031131031

NASKAH PUBLIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
ANALISA PELAKSANAAN ASESMEN PENCEGAHAN RISIKO JATUH
PASIEN OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
TANJUNGPURA PONTIANAK

Dian Pratama Putri1, Maria Fudji Hastuti2, Arina Nurfianti2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: dianpratamaputri5@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Perawat sebagai pemberi asuhan dan berperan dalam asesmen awal
pelayanan pasien untuk menghindari kejadian jatuh di rumah sakit. Salah satu dampak
yang dapat terjadi ketika pelaksanaan patient safety tidak diberlakukan secara optimal
adalah kejadian jatuh dan merugikan pasien serta keluarga. Pelaksanaan asesmen
pencegahan resiko jatuh yang sesuai dengan standar akan dapat membantu
meningkatkan mutu serta akreditasi rumah sakit itu sendiri.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asesmen pencegahan risiko jatuh
pasien oleh perawat di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.
Metode: Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang
dianalisis dengan menggunakan metode Collaizi. Penelitian pada 5 informan, perawat
dengan lama kerja minimal 3 tahun, jenjang Pendidikan terakhir D3 – S1 Ners.
Hasil: Dari hasil analisis didapat empat tema. Empat tema tersebut adalah: pelaksanaan
asesmen umum secara komprehensif, regulasi manajemen patient safety tidak tersedia,
inisiatif kepala ruangan yang merata terkait manajemen patient safety dan dampak
regulasi manajemen patient safety yang tidak memadai.
Kesimpulan: Pelaksanaan asesmen pencegahan jatuh belum dilakukan dikarenakan
kebijakan yang belum disediakan oleh pihak manajemen patient safety rumah sakit
Universitas Tanjungpura.

Kata kunci: Asemen, Risiko Jatuh, Keselamatan Pasien

1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura
2
Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura

1
IMPLEMENTATION ANALYSIS OF FALL RISK PREVENTION ASSESMENT
BY THE NURSE AT THE TANJUNGPURA UNIVERSITY HOSPITAL
PONTIANAK

Dian Pratama Putri1, Maria Fudji Hastuti2, Arina Nurfianti2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: dianpratamaputri5@gmail.com

ABSTRACT

Background: Nurses as caregiver and plays a role in the initial assessment of patient
care to avoid the incidence of falling in the hospital. One of the impacts that can occur
when the implementation of patient safety is not applied optimally is the incidence of
falling and harming the patient and family. The implementation of a fall risk prevention
assessment that complies with the standards will help improve the quality and
accreditation of the hospital itself.
Objective: To find out the description of the implementation of the risk prevention
assessment of falling patients by nurses at the Tanjungpura University Hospital
Pontianak
Methods: This study used a qualitative method with phenomenological approach that
analysis was used with Collaizi method. The study was done to 5 informants, nurse with
a minimum duration of 3 years, education level D3 – S1 Ners
Result: From the analysis results obtained four main themes. The four main themes are
: comprehensive assessment of general assessment, patient safety management
regulation is not available, uniform headroom initiatives related to patient safety
management and the impact of inadequate patient safety management regulation.
Conclusion: The implementation of the fall prevention assessment has not been done
because the facilities and policy regulations have not been provided by the management
patient safety hospital University Tanjungpura Pontianak.

Keywords: Assessment, Fall Risk, Patient Safety

1
Nursing Student Of Tanjungpura University
2
Nursing Lecture Of Tanjungpura University

2
PENDAHULUAN hari pasien di Rumah Sakit Universitas
Pengkajian risiko jatuh merupakan Tanjungpura semakin dinamis dan banyak,
langkah awal dari program pengurangan risiko sehingga kemungkinan besar kejadian jatuh
pasien jatuh. Pengkajian risiko pasien jatuh pada pasien Rumah Sakit Untan dapat terjadi
merupakan metode pengukuran risiko pasien secara tak terduga. Selain berdampak terhadap
untuk jatuh yang dilakukan oleh petugas pasien, ketiadaan pelaksanaan asesmen
kesehatan pada semua pasien yang menjalani pencegahan jatuh akan berdampak pada tenaga
rawat inap, bertujuan memberikan perhatian kesehatan terutama perawat di rumah sakit
khusus pada pasien yang berisiko untuk jatuh Universitas Tanjungpura. Dampak yang dapat
dibandingkan dengan yang tidak memiliki terjadi adalah perawat terbiasa dengan tidak
risiko untuk jatuh dan meminimalkan atau dilakukannya asesmen awal maupun asesmen
mencegah jumlah kejadian pasien jatuh dan berulang pada pasien. Upaya pelaksanaan
cedera (Darmojo, 2004). Pengkajian risiko pencegahan resiko jatuh masih perlu menjadi
jatuh pada pasien dilaksanakan saat pasien perhatian bagi perawat di Rumah Sakit
pertama kali masuk ke rumah sakit dan saat UNTAN Pontianak.
pasien mengalami perubahan status klinis Undang – Undang No. 44 tahun 2009
(Boushon, dkk, 2008). pasal 29b tentang rumah sakit menyatakan
Pelaksanaan pengkajian risiko jatuh bahwa rumah sakit yang berhubungan
pada pasien yang tidak terlaksana dengan baik langsung dengan pasien harus mengutamakan
disebabkan oleh beberapa kelalaian di rumah pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
sakit. Berdasarkan penelitian Boushon (2008) antidiskriminasi dan efektif dengan
menyebutkan bahwa beberapa jenis kelalaian mengutamakan kepentingan pasien sesuai
yang berhubungan dengan pengkajian pasien dengan standar pelayanan rumah sakit. Serta
berisiko jatuh meliputi:tidak adanya standar pada pasal 32n menyatakan bahwa pasien
prosedur untuk pengkajian, tidak mampu sebagai pengguna pelayanan kesehatan berhak
mengidentifikasi pasien terhadap peningkatan memperoleh keamanan dan keselamatan
risiko cedera akibat jatuh, tidak mampu dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
mengelola pengkajian, terlambat mengelola Berbagai upaya dilakukan oleh pihak
pengkajian, tidak adanya waktu yang konsisten rumah sakit untuk mengurangi atau mencegah
untuk menilai kembali perubahan kondisi kejadian pasien jatuh diantaranya
pasien, gagal mengenali keterbatasan dari alat melaksanakan evaluasi risiko pasien jatuh dan
skrining risiko jatuh dan gagal mengkaji segera bertindak untuk mengurangi risiko
kembali kondisi pasien selama dirawat di tersebut. Pencegahan pasien jatuh merupakan
rumah sakit. masalah yang begitu rumit, melintasi batas –
Rumah Sakit Universitas Tanjungpura batas etik kesehatan, pelayanan sosial,
merupakan rumah sakit yang baru kesehatan masyarakat dan pencegahan
beroperasional sejak tahun 2013, sehingga kecelakaan. Dalam buku “Preventing Falls in
kelengkapan tata administrasi serta manajerial Hospitals : A Toolkit for Improving Quality of
di rumah sakit ini masih belum lengkap dan Care” (2013), menyatakan bahwa di Inggris
beberapa masih dalam proses pengadaan. Sama dan Wales, sekitar 152.000 pasien jatuh
hal nya dengan pelaksanaan asuhan dilaporkan di rumah sakit akut setiap tahun,
keperawatan yang belum optimal dikarenakan dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari unit
belum tersedia standar prosedur operasional. kesehatan mental dan 28.000 dari rumah sakit
Selaras dengan pengamatan peneliti tampak masyarakat. Beberapa kasus mengakibatkan
belum terdapatnya pengkajian awal terhadap kematian, luka berat atau sedang dengan
pasien serta pasien yang berisiko tinggi jatuh perkiraan biaya sebesar ± 15 juta per tahun
juga tidak menggunakan label risiko jatuh. (Ganz, 2013).
Hal ini menjadi gambaran bahwa Sedangkan di Indonesia, menurut KPP-
asesmen risiko jatuh belum terlaksana di RS berdasarkan provinsi tahun 2007
Rumah Sakit Universitas Tanjungpura dan didapatkan provinsi DKI Jakarta menempati
pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien urutan pertama yaitu 37,9% diantara delapan
secara langsung sama sekali tidak optimal, provinsi lainnya (Jawa Tengah 15,9%, D.I.
dikarenakan sistem atau prasyarat seperti Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%,
standar prosedur operasional pencegahan Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali
resiko jatuh tidak disediakan, padahal semakin 1,4%, Aceh 10,7%, Sulawesi Selatan 0,7%).

1
Bidang spesialisasi unit kerja yang ditemukan Penelitian ini merupakan penelitian
kesalahan paling banyak adalah pada unit kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
penyakit dalam, bedah dan anak sebesar 56,7% Penelitian ini bertujuan untuk untuk
dibandingkan unit kerja yang lain. Pelayanan mengetahui gambaran pelaksanaan asesmen
keperawatan berperan penting dalam pencegahan risiko jatuh pasien oleh perawat di
penyelenggara upaya menjaga mutu pelayanan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
kesehatan dirumah sakit yang menjadi standar Pontianak. Populasi pada penelitian ini yaitu
pertama dalam standar kinerja professional seluruh perawat yang bekerja di RS UNTAN.
perawat, ternasuk keselamatan pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat
Keselamatan pasien bagi perawat tidak hanya yang bekerja diruangan dengan tingkat
menjadi pedoman tentang apa yang harus ketergantungan pasien cukup tinggi mulai dari
dilakukan, bahkan sebagai komitmen yang parsial hingga total (dengan tingkat risiko jatuh
tertuang dalam kode etik perawat dalam yang lebih tinggi) yaitu perawat di ruang IGD,
pemberian pelayanan yang aman, sesuai ICU dan ruang rawat bedah. Jumlah sampel
dengan kompetensi (Ariastuti, dkk 2013). dalam penelitian ini adalah 5 perawat Rumah
Persoalan penting dalam penelitian ini Sakit Universitas Tanjungpura termasuk
adalah keselamatan pasien rumah sakit didalamnya 1 informan kunci yaitu Kepala
UNTAN yang beresiko jatuh, dimana perawat Bidang Keperawatan. Teknik sampling yang
rumah sakit Untan tidak melakukan pengkajian digunakan adalah teknik purposive sampling
awal atau anamnesa khusus dengan format dan dengan kriteria perawat berpendidikan D3
skala patient safety yang belum disediakan oleh hingga S1 dengan pengalaman kerja minimal 3
pihak manajemen keperawatan rumah sakit, tahun.
serta sarana penerapan patient safety yang juga
belum disediakan. Jika hal ini tidak segera HASIL
diadvokasikan kepada pihak rumah sakit, Gambaran Karakteristik Informan
dikhawatirkan terjadi kejadian jatuh atau Informan yang berpartisipasi dalam
kejadian yang tidak diinginkan kepada pasien penelitian ini sebanyak 5 orang, semuanya
rumah sakit UNTAN. perempuan. Alasan peneliti memilih jumlah
Dalam standar Joint Commission informan penelitian sebanyak 5 orang, karena
International (JCI) terdapat upaya informan terbagi atas beberapa ruangan, yaitu 1
penanggulangan kejadian pasien jatuh di rumah di ruang Rawat Bedah selaku Kepala Ruangan,
sakit. Terutama disebutkan dalam sesi 1, bagian 2 di ruang UGD satu diantaranya adalah Kepala
1 yaitu International Patient Safety Goals Ruangan, serta 2 lainnya di ruang ICU dan satu
(IPSG), khususnya Sasaran 6 yaitu diantaranya adalah Kepala Bidang
‘Mengurangi Risiko Pasien Jatuh’ Keperawatan. Seluruh informan merupakan
mengungkapkan bahwa sebagian besar cedera pekerja aktif dengan lama kerja minimal 3
pada pasien rawat inap terjadi karena jatuh, tahun di Rumah Sakit UNTAN.
dimana dalam hal ini pihak rumah sakit Informan 1 (P.1)
seharusnya melaksanakan asesmen risiko jatuh, Informan 1, usia 30 tahun, jenis
evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan segera kelamin perempuan, Pendidikan S1 Ners,
bertindak mengurangi risiko terjatuh serta dengan lama kerja 5 tahun. Saat observasi
cedera yang diakibatkannya menjadi sangat informan 1 terlihat tenang dan siap untuk
diperlukan. Rumah sakit menetapkan program diwawancarai. Selama wawancara berlangsung
mengurangi risiko jatuh berdasarkan prosedur informan 1 sangat terbuka. Sikap yang
yang tepat. Program ini memantau konsekuensi ditunjukkan selama wawancara sangat
yang diinginkan dan konsekuensi yang tidak kooperatif. Wawancara pertama dilakukan di
diinginkan dari tindakan yang diambil untuk ruang ICU dengan waktu wawancara lebih
mengurangi risiko jatuh. Rumah sakit harus kurang 10 menit. Wawancara kedua dilakukan
melaksanakan program ini, oleh karena itu satu minggu sesudahnya dengan waktu lebih
standar JCI sasaran ke 6 ini disebutkan rumah kurang 5 menit dengan tujuan mengklarifikasi
sakit perlu menyusun cara pendekatan untuk hasil wawancara sebelumnya.
mengurangi risiko cedera yang menimpa pasien Informan 2 (P.2)
akibat jatuh (Setyarini, 2013). Informan 2, usia 31 tahun, pendidikan
D3, dengan lama kerja 5 tahun, jenis kelamin
METODE PENELITIAN perempuan. Saat observasi informan 2 sangat

2
bersemangat dan bersedia untuk kedua dilakukan satu minggu sesudahnya
diwawancarai.Selama wawancara berlangsung dengan waktu lebih kurang 5 menit dengan
informan 2 sangat terbuka, lancar dan jelas tujuan mengklarifikasi hasil wawancara
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan sebelumnya.
peneliti. Sikap yang ditunjukkan selama Analisis Tematik
wawancara sangat kooperatif. Wawancara Bagian ini secara rinci menjelaskan uraian tema
pertama dilakukan di ruang ICU dengan waktu yang teridentifikasi dari hasil wawancara.
wawancara lebih kurang 10 menit.Wawancara Tema-tema tersebut adalah :
kedua dilakukan satu minggu sesudahnya 1) Pelaksanaan Asesmen Umum secara
dengan waktu lebih kurang 5 menit dengan Komprehensif
tujuan mengklarifikasi hasil wawancara 2) Regulasi Manajemen Patient Safety tidak
sebelumnya. tersedia.
Informan 3 (P.3) 3) Inisiatif Kepala Ruangan yang merata
Informan 3, usia 31 tahun, jenis terkait Manajemen Patient Safety.
kelamin perempuan, Pendidikan S1 Ners, lama 4) Dampak Regulasi Manajemen Patient
kerja 5 tahun. Saat observasi informan 3 Safety yang tidak memadai.
bersedia untuk diwawancarai. Selama Tema-tema yang dihasilkan pada
wawancara berlangsung informan 3 cukup penelitian ini dibahas secara terpisah untuk
terbuka, lancar dan jelas dalam menjawab mengungkapkan analisa pelaksanaan asesmen
pertanyaan yang diberikan peneliti.Sikap yang pencegahan risiko jatuh oleh perawat di rumah
ditunjukkan selama wawancara kurang sakit Universitas Tanjungpura. Meskipun
kooperatif. Wawancara pertama dilakukan di secara terpisah, namun tema-tema tersebut
ruang rawat bedah dengan waktu wawancara saling berhubungan antara satu dengan yang
lebih kurang 10 menit.Wawancara kedua lain dalam menjelaskan analisa koping
dilakukan satu minggu sesudahnya dengan mekanisme yang tertulis dalam penelitian ini.
waktu lebih kurang 5 menit dengan tujuan
mengklarifikasi hasil wawancara sebelumnya. PEMBAHASAN
Informan 4 (P.4) Pelaksanaan Asesmen Umum secara
Informan 4, usia 31 tahun, jenis Komprehensif
kelamin perempuan, Pendidikan S1 Ners Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan lama kerja 6 tahun. Saat observasi pelaksanaan asesmen umum dilakukan secara
informan 4 bersedia untuk diwawancarai. komprehensif, seperti biodata, riwayat penyakit
Selama wawancara berlangsung informan 4 dan sebagainya, akan tetapi perawat tidak
sangat terbuka, lancar dan jelas dalam menggunakan format khusus untuk mengkaji
menjawab pertanyaan yang diberikan pasien yang berisiko jatuh. Dilihat respon dari
peneliti.Sikap yang ditunjukkan selama beberapa informan bahwa perawat di ruangan
wawancara cukup kooperatif.Wawancara mengkaji dengan sangat baik. Kondisi
pertama dilakukan di ruang UGD dengan waktu pelaksanaan asesmen yang dilakukan secara
wawancara lebih kurang 10 menit.Wawancara umum dan menggunakan format biasa ini
kedua dilakukan satu minggu sesudahnya mengakibatkan pengkajian patient safety tidak
dengan waktu lebih kurang 5 menit dengan memadai. Akan tetapi, pengkajian pasien risiko
tujuan mengklarifikasi hasil wawancara jatuh yang benar adalah menggunakan format
sebelumnya. baku atau skala jatuh yang telah ditetapkan oleh
Informan 5 (P.5) pihak rumah sakit, serta pengkajian tidak hanya
Informan 5, usia 31 tahun, jenis dilakukan pada awal pasien masuk saja, pasien
kelamin perempuan, Pendidikan D3 dengan berisiko jatuh mempunyai hak untuk dikaji dan
lama kerja 9 tahun. Saat observasi informan 5 di observasi secara berulang. Satu diantara
sangat bersemangat dan bersedia untuk perawat mengatakan bahwa pelaksanaan
diwawancarai. Selama wawancara berlangsung asesmen dilakukan bersama dengan tenaga
informan 5 sangat terbuka, lancar dan jelas kesehatan lainnya seperti dokter, dapat
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan disimpulkan bahwa pelaksanaan asesmen
peneliti. Sikap yang ditunjukkan selama umum ini dilakukan sangat komprehensif.
wawancara sangat kooperatif. Wawancara Upaya mengantisipasi dan mencegah
pertama dilakukan di ruang UGD dengan waktu terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cidera
wawancara lebih kurang 10 menit.Wawancara perlu dilakukan pengkajian di awal maupun

3
kemudian pengkajian ulang secara berkala penerapan intervensi restrain, bahkan SPO
mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko pasien risiko jatuh belum diterbitkan. Pihak
potensial yang berhubungan dengan jadwal manajemen rumah sakit universitas
pemberian obat serta mengambil tindakan tanjungpura berjanji akan mensosialisasikan
untuk mengurangi semua risiko yang telah SPO serta sarana dan prasarana lainnya jika
diidentifikasikan. Pengkajian risiko jatuh dapat sudah diterbitkan. Hal ini sangat berkaitan
dilakukan sejak pasien awal masuk, mulai dengan sistem manajerial atau kebijakan yang
mendaftar, dengan menggunakan skala jatuh. tersedia di rumah sakit universitas tanjungpura,
Tim Patient Safety atau Tim Keselamatan pengadaan sarana serta administrasi menjadi
Pasien yang dibentuk oleh Rumah Sakit Panti tanggungjawab besar tim manajerial rumah
Waluyo Surakarta telah menetapkan Morse sakit.
Fall Scale (MFS) sebagai instrument yang Pencegahan pasien risiko jatuh adalah
digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang serangkaian tindakan keperawatan yang
berisiko jatuh. Menghitung MFS merupakan merupakan acuan dalam penerapan langkah-
cara untuk menentukan risiko jatuh dari pasien langkah untuk mempertahankan keselamatan
dan manajemen pencegahan jatuh yang perlu pasien yang beresiko jatuh dengan melakukan
dilakukan sesuai dengan standar prosedur pengkajian melalui Morse Fall Scale (MFS).
operasional pencegahan jatuh yang telah ada MFS bertujuan untuk memberikan keselamatan
dan berlaku di seluruh unit di rumah sakit, pasien dewasa di RS, mencegah terjadinya
khususnya di ruang rawat inap. (Budiono, pasien jatuh di RS. Intervensi pencegahan
2014). pasien jatuh antara lain penilaian MFS,
Organisasi rumah sakit mempunyai memasang gelang identifikasi pasien resiko
bentuk yang unik dan berbeda dengan jatuh berwarna kuning pada pergelangan
organisasi lain pada umumnya. Rumah sakit pasien, tanda pencegahan jatuh (label segitiga
mempunyai kekhususan yang lahir dari adanya kuning/merah) dipapan tempat tidur,
hubungan yang terjadi antara Medical staff menuliskan di whiteboard pada nurse station,
beserta tenaga fungsional lain dan mengatur tinggi rendahnya tempat tidur sesuai
Administrator atau CEO (manajemen) serta dengan prosedur pencegahan pasien jatuh,
Governing Body. Akibat adanya hubungan- memastikan pagar pengaman tempat tidur
hubungan tersebut otoritas formal yang dalam keadaan terpasang, pada pasien gelisah
direpresentasikan oleh Administrator atau CEO menggunakan restrain atau baju Apollo.
(manajemen) harus mampu mengakomodasi (Setyarini, 2013).
otoritas keilmuan dan keahlian yang dimiliki Keselamatan pasien (patient safety)
oleh kelompok dokter dan perawat, dimana rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah
secara historis mereka memegang peran yang sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
sangat besar menjamin berjalannya roda sistem Sistem tersebut meliputi asesmen resiko,
pelayanan kesehatan yang dijalankan (Wijono, identifikasi dan pengelolaan hal yang
2010) berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
Regulasi Manajemen Patient Safety tidak dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
tersedia. insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
Dari hasil penelitian yang diperoleh solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
bahwa tim manajemen rumah sakit universitas Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
tanjungpura selama ini belum membuat format terjadinya cedera yang disebabkan oleh
pengkajian baku. Format pengkajian baku kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
sesuai dengan SPO patient safety sangat atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
penting dalam menjaga keamanan dan dilakukan. (Panduan Nasional Keselamatan
keselamatan pasien, sehingga perawat mudah Pasien Rumah Sakit, Depkes R.I. 2008)
memantau kondisi pasien yang membutuhkan Pelaksanaan screening pasien risiko
perawatan intensif. Selain belum terdapat jatuh dilakukan oleh perawat dengan
format pengkajian pasien risiko jatuh, pihak menggunakan form screening pasien risiko
manajemen rumah sakit universitas jatuh terdiri dari tiga yaitu Morse Fall Scale
tanjungpura belum menyediakan sarana patient (MFS) untuk pasien dewasa. Humpty Dumpty
safety seperti penyediaan gelang identitas Scale untuk pasien anak dan ceklist pengkajian
pasien, label segitiga kuning/merah, jatuh usia lanjut/orang tua. (Barnet, 2008).
pemasangan pagar tempat tidur, serta

4
Menurut Setyarini, dkk (2013), bahwa Upaya penyelenggaraan menjaga
perawat yang sudah mendapatkan sosialisasi kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
atau memahami terkait dengan pengkajian tidak terlepas dari peran penting profesi
resiko jatuh berdasarkan skala Morse keperawatan. Di unit rawat inap tenaga
cenderung lebih baik dalam melakukan keperawatan berada di tatanan pelayanan
pengkajian resiko jatuh dibandingkan dengan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan
perawat yang belum memahami dan mendapat terlama dengan pasien, yaitu selama 24 jam
sosialisasi SPO resiko jatuh. perhari dan 7 hari perminggu karenanya
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) perawat memegang posisi kunci dalam
merupakan syarat untuk diterapkan di semua membangun citra rumah sakit. (Lumenta, 2006)
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Tampak peran perawat sangat
Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran maksimal dalam menerapkan manajemen
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient pasien risiko jatuh walaupun tidak tersedia
Safety Solutions dari World Health secara harfiah di rumah sakit universitas
Organization (WHO) dalam Sutanto (2014) tanjungpura. Perawat sadar bahwa penerapan
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh manajemen pencegahan pasien risiko jatuh
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang mereka lakukan sangat penting untuk
PERSI (KKP-RS, PERSI), dan dari Joint peningkatan mutu dan akreditasi rumah sakit
Commission International (JCI). Maksud dari universitas tanjungpura.
Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. memiliki jumlah terbesar di rumah sakit
Sasaran menyoroti bagian-bagian yang (sebesar 40 – 60 %) memiliki jobdesc yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan dituntut untuk selalu menerapkan patient safety
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus sehingga memiliki peran kunci dalam
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan menentukan keberhasilan akreditasi JCI. Sikap
ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik perawat dalam mendukung penerapan patient
secara intrinsik adalah untuk memberikan safety sangat diutamakan untuk menjamin
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu keselamatan pasien. Asuhan keperawatan
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum memiliki peran yang sangat penting dalam
difokuskan pada solusi-solusi yang mencegah KTD yang terjadi pada pasien dan
menyeluruh. lingkungan keperawatan. Jasa perawat
Inisiatif Kepala Ruangan yang Merata dibutuhkan 24 jam oleh pasien sehingga
terkait Manajemen Patient Safety memiliki waktu kontak paling banyak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disbanding tenaga kesehatan lain untuk
informan dan beberapa perawat lainnya di berhubungan langsung dengan pasien.
ruang UGD, ICU dan bedah melaksanakan Perawat harus menyadari perannya
manajemen pasien risiko jatuh atas dasar sehingga harus dapat berpartisipasi aktif dalam
inisiatif kepala ruangan sendiri, dikarenakan mewujudkan patient safety. Kerja keras
tim manajemen pasien risiko jatuh RS UNTAN perawat tidak dapat mencapai level optimal jika
belum menyediakan sarana dan prasarana yang tidak didukung dengan sarana prasarana,
optimal. Seperti pengkajian awal yang manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan
dilakukan di ruang ICU, kepala ruangan ICU lainnya (Adib, 2009)
berinisiatif mengkaji pasien dengan Dampak Regulasi Manajemen Patient
menggunakan Morse Fall Scale (MFS). Safety yang tidak memadai.
Pemasangan restrain, pemasangan pagar Hasil penelitian menunjukkan terjadi
tempat tidur, tanda kuning/merah juga kejadian jatuh satu kali di ruang UGD rumah
dilakukan berdasarkan inisiatif perawat sakit universitas tanjungpura. Perawat
ruangan. Seharusnya beberapa hal tersebut mengatakan bahwa kejadian ini bukan
disediakan secara optimal oleh pihak dikarenakan kelalaian perawat, akan tetapi
manajemen rumah sakit universitas kejadian ini dikarenakan tidak dilakukannya
tanjungpura, karena risiko kejadian jatuh di RS intervensi pemasangan restrain dan pasien
ini cukup tinggi, dikhawatirkan akan tersebut belum dikaji secara komprehensif oleh
menyebabkan kerugian materiil kepada pasien perawat ruangan.
dan menyebabkan waktu rawat inap semakin Angka kejadian jatuh yang diakui oleh
lama. perawat hanya terjadi satu kali, akan tetapi

5
tidak berdasarkan pencatatan yang pasti oleh Melaksanakan Patient Safety di Kamar
pihak ruangan, sehingga data kejadian jatuh Bedah
tidak terdeteksi. Manajemen risiko Barnett K. (2008). Reducing Patient Falls.
berhubungan erat dengan pelaksanaan January 2001 – March 2002. Dewsbury,
keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak England : Mid Yorkshire Hospitals NHS
kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit. Trust.
Komponen yang termasuk dalam Boushon B, Nielsen G, Quigley P, Rutherford
manajemen patient safety adalah : pengkajian P, Taylor J, Shannon D. Transforming Care
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko at the Bedside How -to Guide: Reducing
pasien, pelaporan dan analisa insiden, Patient Injuries from Falls. Cambridge,
kemampuan belajar dari insisden, dan tindak MA: Institute for Healthcare Improvement;
lanjutnya serta implementasi solusi untuk 2008. Available at: http://www.IHI.org .
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini diunduh tanggal 01 Maret 2017
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan Budiono, Sugeng, Arief Alamsyah dan Wahyu.
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu (2014). Pelaksanaan Program Manajemen
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang Pasien dengan Resiko Jatuh di Rumah
seharusnya diambil (Yulia, 2011) Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol.
28, Suplemen No. 1, 2014.
SIMPULAN DAN SARAN Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri
Simpulan (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
Ada lima informan yang berpartisipasi Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
dalam penelitian ini. Hasilnya didapatkan Departemen Kesehatan RI KKP RS. (2008).
empat tema yang terkait. Adapun empat tema Panduan Nasional Keselamatan Pasien
tersebut adalah: pelaksanaan asesmen umum Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2.
secara komprehensif, regulasi manajemen Ganz, David A., Huang, Christina., Saliba,
patient safety tidak tersedia, inisiatif kepala Debra., dan Shier, Victoria. (2013).
ruangan yang merata terkait manajemen patient Preventing Falls in Hospitals : A Toolkit
safety dan dampak regulasi manajemen patient for Improving Quality of Care, Boston :
safety yang tidak memadai. AHRQ Publication
Saran Lumenta,B. (2006). Hospital Citra, Peran dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Fungsi. Yogyakarta : Kanisius
dilakukan, peneliti ingin menyampaikan saran, Setyarini, Elizabeth Ari, dan Lusiana Lina
yaitu kepada perawat sebaiknya dapat membuat Herlina. (2013). Kepatuhan Perawat
SPO terkait pelaksanaan asesmen patient safety Melaksanakan Standar Prosedur
dan melaksanakan asesmen khusus patient Operasional Pencegahan Pasien Resiko
safety dalam penanganan awal pada pasien Jatuh di Gedung Yosep 3 Dago dan Surya
serta melakukan asesmen berulang yang sesuai Kencana Rumah Sakit Borromeus. Jurnal
dengan SPO serta mampu tetap melaksanakan Kesehatan. STIKes Santo Borromeus.
asesmen walaupun tidak disediakan oleh Sutanto, H. 2014. Analisis Implementasi
manajemen rumah sakit. Untuk penelitian Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit
selanjunya, hasil penelitian ini dapat dilakukan Umum Deli Medan. Universitas Sumatera
penelitian selanjutnya secara kuantitatif atau Utara. Medan
mix method yang berkaitan dengan pelaksanaan Wijono, Sutarto. (2010). Psikologi Industri dan
asesmen pencegahan risiko jatuh terhadap mutu Organisasi. Kencana : Jakarta
rumah sakit Yulia S. (2011). Pengaruh Pelatihan
Keselamatan Pasien terhadap Pemahaman
Referensi Perawat Pelaksana Mengenai Sakit.
Adib A. (2009). Materi Seminar Nasional Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Keperawatan dengan tema “Sistem
Pelayanan Keperawatan dan Manajemen
Rumah Sakit untuk Mewujudkan Patient
Safety” Di unduh 8 Mei 2017
Ariastuti, Ni Luh Putu., Margawati, Ani., &
Hidayati, Wahyu. (2013). Analisis Faktor –
Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam

Anda mungkin juga menyukai