Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Disusun oleh:
Fitrah Amaliah
NIM. 11150340000278
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Oleh:
Fitrah Amaliah
NIM: 11150340000278
Dosen Pembimbing
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Pesan Moral dari Kisah Nabi Lūth dan Kaumnya
(Kajian Surat Al-A’rāf Ayat 80-84)” telah diajukan dalam sidang munaqasyah
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09
Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S1) pada program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Sidang Munaqasyah
Anggota,
Penguji I, Penguji II
Pembimbing,
ii
iii
ABSTRAK
Fitrah Amaliah, NIM 11150340000278
Pesan Moral dari Kisah Nabi Lūth dan Kaumnya (Kajian Surah al-
A’rāf Ayat 80-84)
Banyak sekali kisah-kisah menarik yang diceritakan di dalam al-Qur’an
di antaranya adalah kisah-kisah para nabi a.s. tentunya di dalam kisah-
kisah tersebut banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik
sebagai acuan untuk kehidupan kita agar lebih baik. Dan penulis
mengambil fokus pembahasan hanya kepada kisah Nabi Lūth a.s. saja.
Kisah Nabi Lūth a.s. dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak delapan kali
pada surah yang berbeda, Namun penulis memfokuskan hanya pada surah
al-A’rāf ayat 80-84.
Berdasarkan ayat di atas diceritakan bahwa kaum Nabi Lūth melakukan
perbuatan keji yang bahkan belum pernah dilakukan oleh siapa pun
kecuali mereka yaitu perbuatan homoseksual selain homseks mereka juga
melakukan kejahatan-kejahatan lainnya seperti merampok dan mencuri.
Akibat perbuatan buruknya Allah SWT. menurunkan ażab berupa hujan
batu yang terbakar api. Dan istri Nabi Lūth a.s. juga menjadi bagian dari
timpahan ażab Allah SWT. karena kedurhakaannya kepada Nabi Lūth a.s.
suaminya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
menggunakan teknik library research (kepustakaan) yaitu mengumpulkan
data-data yang diperoleh dari beberapa referensi dengan cara membaca,
mendeskripsikan, lalu menganalisis kemudian mengambil kesimpulan
yang sesuai dengan pokok permasalahan. Metode yang digunakan adalah
metode maudhu’i atau tematik, dengan menggunkan pendekatan sosial-
histori yaitu menekankan pentingnya memahami kondisis aktual dan
harfiyah, lalu membuat gambaran kepada situasi di masa kini kemudian
membawa fenomena social ke dalam naungan tujuan-tujuan al-Qur’an.
Terdapat beberapa hasil penelitian yang penulis dapatkan yaitu berupa
pesan yang dapat dijadikan pelajaran untuk kehidupan di masa mendatang,
di antaranya. Teguh dalam kebenaran, memuliakan lawan jenis kelamin
sebagai pasangan,optimis terhadap pertolongan Allah, kebinasaan bagi
penentang syari’at Islam, dan manusia bertanggung jawab atas pilihannya.
Kata Kunci: Pesan, Moral, Kisah, Nabi Lūth dan Kaumnya.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillāhirrahmānirrahīm
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah menurunkan al-
Qur’an dengan aneka ayat yang menyeru manusia untuk saling mengajak
dan mengingatkan kepada jalan ketaatan. Lantaran Qarunia-Nyalah
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pesan Moral
dari Kisah Nabi Lūth dan Kaumnya (Kajian Surah Al-A’rāf Ayat 80-
84)”.
Begitupun curahan shalawat serta salam kepada baginda Nabi
Muḥammad Saw. penyampai risalah dan penebar rahmat Allah bagi
semesta alam. Revolusioner agung yang keteladanan hidupnya merebak
wangi hingga kini.
Selanjutnya, penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada
semua pihak yang sudah membantu, memotivasi, dan mensupport dalam
menyusun skripsi ini, sehingga proses penulisan ini berjalan dengan baik
dan lancar.
1. Ibu Prof. Dr. H. Amany Lubis, MA., Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA., dan bapak Fahrizal Mahdi, Lc.
MIRKH. Selaku Ketua dan Sekretaris program studi Ilmu Alquran
dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin.
4. Bapak Dasrizal, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, yang
telah begitu banyak membekali ilmu dan pengetahuan. Juga tak
lupa saya haturkan terima kasih kepada para karyawan
Ushuluddin, yang sedikit banyak sudah mempermudah segala
v
vi
rezeki mereka. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin. Dan juga tak lupa
untuk keponakan saya tersayang dan tercinta Arkan Ulul Azmi.
Dengan tingkah lucunya lah yang selalu membuat saya termotivasi
untuk segera menyelesaikan tugas ini.
8. Teman-teman seperjuangan Ayi Syahfitri, Nabilah Bulqois, Winda
Ayu Pertiwi, Munirah Humayirah Imran, Nada Silvia Ady Sanusi,
Kholisoh Qotrunnada, Siti Nafisah, Ulfa Fauziah, Fiza Intan
Naumi, dan Kakak Leni Karlina. Terimakasih untuk cinta dan
kebersamaan kita selama ini. Terimakasih telah mengukir hari-hari
indah selama kurang lebih empat tahun ini. Mudah-mudahan
silaturahmi kita akan terus terjalin. Dan teman-teman IAT
angkatan 2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Tanpa
mengurangi rasa terimakasih saya.
9. Teman-teman dan keluarga KKN Sepatanovator 71. Satu bulan
kita bersama dalam merajut asa. Walaupun kita dari sudut yang
berbeda. Terimakasih banyak untuk semuanya, dari kalian saya
bisa belajar tentang banyak hal. Mudah-mudahan silaturahmi kita
akan terus terjalin hingga seterusnya.
10. Keluarga Cemara atau keluarga sepersepupuan, R.Tursi Family.
Terimakasih banyak untuk dukungan dan motivasi yang tiada
henti. Mudah-mudahan Allah lancarkan semua hajat dan cita-cita
kita semuanya.
11. Keluarga RA. Al-Muzaki, terimakasih sebanyak-banyaknya atas
segala pengertian, do’a dan dukungan yang tidak pernah putus.
Mudah-mudahan Allah membalas semuanya dengan yang lebih
baik.
12. Segenap pimpinan dan karyawa perpustakaan yang penulis
kunjungi khususnya Perpustakaan Utama UIN Jakarta yang telah
viii
Fitrah Amalia
ix
No Huruf Huruf
Keterangan
Arab Latin
1. ا Tidak dilambangkan
2. ب B Be
3. ت T Te
4. ث Ṡ Es dengan titik atas
5. ج J Je
6. ح Ḥ h dengan titik bawah
7. خ Kh ka dan ha
8. د D De
9. ذ Ż Z dengan titik atas
10. ر R Er
11. ز Z Zet
12. س S Es
13. ش Sy es dan ya
14. ص Ṣ es dengan titik di bawah
15. ض Ḍ de dengan titik di bawah
16. ط Ṭ te dengan titik di bawah
17. ظ Ẓ zet dengan titik di bawah
18. ع ̒ koma terbalik di atas hadap kanan
19. غ Gh Ge dan Ha
20. ف F Ef
21. ق Q Ki
22. ك K Ka
23. ل L El
24. م M Em
25. ن N En
26. و W We
27. ه H Ha
28. ء ˋ Apostrof
29. ي Y Ye
x
2. Vokal
Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ A Fatḥah
َ I Kasrah
َ U Ḍammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa dilambangkan
dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Tanda Vokal Latin Keterangan
Arab
با Ā a dengan garis di atas
بي Ī i dengan garis di atas
بو Ū u dengan garis di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah maupun
huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad- dāwān.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydìd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydìd )َ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
xi
1 طريقة Ṯarīqah
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih aksara ini
huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku
dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama
diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh:
Abū Hāmid al-Ghazālī bukan Abū Hāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam
alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Mislanya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd
al-Samad al-Palimbani: Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
xii
DAFTAR ISI
1
Ulummudin, “Kisah Lūth dalam Al-Qur’an (Pendekatan Semiotik Roland Barthes)”
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), 19.
1
2
2
Mohamad Ilham Hidayat, “Nabi-Nabi dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya’” (Skripsi
S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), 20-22.
3
ومن ٰا ٰيت ٖ ٖٓه ان خلق لكم امن انفسكم ازواجًا لاتسكن ٖٓوا اليها وجعل بينكم
٢١ َّمو َّدةً َّورحمةً ِۗا َّن في ٰذلك ِّٰل ٰيت لاقوم يَّتف َّكرون
3
Faizah Ali Syobromalisi, “Homoseksual, Gays, dan Lesbian dalam Perspektif Al-
Qur’an” (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), 1.
4
Siti Maimunah, “Pandangan Al-Qur’an Tentang Homoseksualitas (Kajian Tafsir
Tematik)” (Skripi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), 6.
4
Ridwan, “Perilaku Seksual Kaum Menyimpang Nabi Lūth dalam Al-Qur’an (Kajian
6
Tafsir Muadhu’i)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018): 1
5
sunnah Rasulullah Saw. diriwayakan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin
Mas’ud ra. Yang menuturkn bahwa seorang Yahudi menemui Rasulullah
Saw. yang sedang berbicara di hadapan para sahabatnya, dan seketika
Quraisy berkata, “Wahai Yahudi, inilah orang yang mengaku nabi itu”.
Orang Yahudi berkata: “Aku akan bertanya kepadamu tentang sesuatu
yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali nabi.”
Ibn Mas’ud menuturkan bahwa Yahudi itu kemudian mendatangi
Rasulullah saw, duduk didekatnya lalu berkata, “Hai Muḥammad, dari
apakah manusia diciptakan?”
Rasulullah Saw. kemudian menjawab, “Hai Yahudi, manusia
diciptakan dari sperma laki-laki dan sel telur perempuan”.7
Allah SWT. berfirman dalam Q.S. ‘Abasa 17-19 :
ولوطًا اذ قال لقوم ٖ ٖٓه اتأتون الفاحشة ما سبقكم بها من احد امن ال ٰعلمين
١١ انَّكم لتأتون الراجال شهوةً امن دون الناس ۤا ِۗء بل انتم قو ٌم ُّمسرفون١١
ٌِّل ان قال ٖٓوا اخرجوهم امن قريتك ْۚم انَّهم اناسٖٓ َّ وما كان جواب قوم ٖ ٖٓه ا
وامطرنا١٨ فانجي ٰنه واهل ٖٓه ا َِّّل امراته كانت من ال ٰغبرين١٢ يَّتطهَّرون
١٨ ࣖ عليهم َّمطر ًِۗا فانظر كيف كان عاقبة المجرمين
“Dan (Kami telah mengutus) Lut, ketika dia berkata pada kaumnya,
‘Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah
dilakukan oleh seorang pun sebeum kamu (di dunia ini). Sungguh,
kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesame lelaki bukan
kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampauin
batas’.Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, “Usirlah mereka
(Lut dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang
menganggap dirinya suci”.Kemudian kami selaatkan dia dan
pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang ang
tertinggal.Dan kami hujani mereka dengan huujan (batu). Maka,
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu”.
(Q.S. Al-A’rāf: 80-84)
Berdasarkan ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Nabi Lūth diutus
oleh Allah SWT. untuk mengajak kuamnya agar mereka beriman kepada
Allah SWT. serta menyuruh mereka berbuat kebaikan dan mencegah
kemungkaran khususnya perbuatan keji yang mereka lakukan dan belum
pernah dilakukan siapapun didunia ini yaitu hubungan badan antara kaum
laki-laki dengan laiki-laki (homoseksual). Namun mereka sama sekali
tidak memperdulikan perkataan Nabi Lūth bahkan mereka ingin mengusir
Nabi Lūth dan pengikutnya dari negeri mereka. Maka Allah SWT.
mengeluarkan Nabi Lūth dan pengikutnya dari negeri tersebut lalu Allah
menghancurkan mereka dalam keadaan hina. Allah SWT. menghancurkan
kaum Nabi Lūth tersebut karena Nabi Lūth berdo’a kepada-Nya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-‘Ankabūt
ayat 30:
Do’a Nabi Lūth itu pun Allah kabulkan. Seseorang yang dizalimi tanpa
dosa dan kesalahan hanya karena mempertahankan kebenaran tiada lagi
yang bisa dimintai pertolongan kecuali hanyalah Allah SWT. Karena
8
Allah telah berjanji bahwa Dia pasti akan menolong orang-orang yang
didzalimi walaupun dalam waktu yang lama.11
Telah dipaparkan di atas bahwa kaum Nabi Lūth adalah kaum di mana
Allah telah menurunkan ażab yang sangat pedih melalui beberapa
malaikat yang diutus-Nya. Ażab tersebut Allah turunkan karena kaum
Nabi Lūth telah melakukan perbuatan yang sangat dilarang oleh Syari’at
Islam bahkan perbuatan yang belum pernah dilakukan oleh satu orang pun
pada kala itu, yakni homoseksual.
Kaum Nabi Lūth termasuk ke dalam kaum Homoseksual, yang artinya
mereka cenderung menyukai sesama lawan jenis. Disini laki-laki lebih
sering mengawini laki-laki dari pada wanita. Mereka memutuskan
hubungan perkawinan antara laki-laki dengan wanita itu berarti kaum
tersebut telah menghentikan perkembangan keturunan manusia.12 Hal ini
dibuktikan ketika para malaikat utusan Allah datang menemui Nabi Lūth
dengan sosok pemuda yang sangat tampan, para malaikat tersebut
membawa kabar bahwa kaum Nabi Lūth akan dihancurkan.13Kedatangan
para malaikat tersebut pun membuat kaum Nabi Lūth berbondong-
bondong mendatangi rumahnya lalu mereka memaksa Nabi Lūth untuk
menyerahkan pemuda tampan tersebut (malaikat) kepada mereka sebegai
pemuas kesenangan mereka yang keji itu.14 Nabi Lūth sendiri pun
terheran mengapa kaumnya tersebut melakukan hal sekeji itu.
Dalam al-Qur'an, nabi atau rasul digambarkan sebagai seorang tokoh
yang berjuang memperbaharui bangunan sosial bangsanya dengan
menyuguhkan berbagai gagasan dan pemikiran serta memperbaharui pola
11
Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan, cet. III, (Penerbit
Qaf, 2017), 265.
12
Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul (Jakarta: Bintang Indonesia), 54
13
Ibn Kāṡīr, Kisah Para Nabi, Penerjemah: M. Abdul Ghoffar, Cet.16 (Jakara :
Pustaka Azzam, 2013), 226
14
Hanafi, Kisah 25 Nabi dan Rasul, 56
9
15
Dwi Ratnasari, “Sejarah Nabi-Nabi dalam Al-Qur’an” (Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)
10
3. Batasan Masalah
Agar pembahasan yang akan penulis tulis dalam penelitian ini tidak
melebar maka penulis secara khusus memfokuskan penelitian hanya
kepada pesan moral yang terkandung dalam kisah Nabi Lūth dan kaumnya
saja.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui Kisah Nabi Lūth secara mendalam
2. Untuk mengambil pesan moral apa yang terkandung dalam Kisah
Nabi Lūth
3. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan guna mendapatkan gelas
Sarjana Agama (S.Ag) di Fakultas Ushuluuddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Manfaat penelitian terbagi menjadi dua :
1. Secara Teoritis
Untuk menambah khazanah keilmuan terhadap Kisah-kisah Nabi
2. Secara Praktis
Dapat menjadi recomendasi atau rujukan untuk para peneliti
selanjutnya di kemudian hari
D. Metode Penelitian
Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunnya penuls menempuh metode
tertentu, adapun di antaranya :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif yang
menggunakan data-data kepustakaan (library research), yaitu suatu
metode dengan mengumpulkan dan menggunakan data-data yang
diperoleh dari beberapa referensi dengan cara membaca,
12
16
Arum Istiyani, “Pesan Akhlak Kisah Nabi Lūth Menurut Penafsir Al-Qurṭubi dan
M. Quraish Shiihab” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2016)
17
Tika Fitriyah, “Stilistika Kish Nabi Lūth dalam Al-Qur’an” (Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015)
18
Ulummudin, “Kisah Lūth dalam Al-Qur’an”.
14
19
Eskandhita Nur Inayah, “Nilai Pendidikan Moral dalam Kisah Nabi Lūth dan
Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam (Studi Deskriptif Tafsir Ibn Kāṡīr )”
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014)
20
Inayatul’aini, “Kisah Homoseksual Kaaum Nabi Lūth dalam Al-Qur’an menurut
Penafsiran Musdah Mulia dan Husein Muhammad”, (Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)
15
“Pesan Moral dalam Kisah Nabi Ṣāliḥ dan Kaumnya : Sebuah Kajian
Tematik”.25 Dalam skripsi ini hampir mirip dengan yang akan saya
lakukans yaitu sama-sama mencari tahu pesan moral yang terkandung
dalam kisah nabi dan kaumnya. Namun dalam setiap penelitian pasti
terdapat perbedaan, dan di sini perbedaannya adalah bahwa penulis ini
membahas tentang kisah Nabi Ṣāliḥ sedangkan penelitian yang akan
saya lakukan adalah membahas tentang Nabi Lūth.
Dari beberapa tinjaun pustaka diatas dapat disimpulkan bahwa secara
garis besar terdapat banyak kesamaan yaitu sama-sama membahas kisah
Nabi terkhusus Nabi Lūth. Namun para peneliti terdahaulu lebih banyak
memfokuskan pembahasan ke dalam suatu teori atau salah satu mufassir,
sedangkan penelitian yang saya lakukan lebih memfokuskan atau
mengerucutkan pembahasan hanya kepada beberapa ayat dalam satu surah
saja.
F. Sisitematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis membagi ke dalam lima sub bab, adapun di
antaranya adalah:
Bab I: Bab ini mencakup ruang lingkup penelitian. Berisikan
pendahuluan, latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, sumber data, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
Bab II: Bab ini memaparkan secara teori mengenai pengertian kisah,
macam-macam kisah dalam al-Qur’an, hikmah pengualngan kisah dalam
al-Qur’an.
Bab III: Bab ini menggambarkan Sejarah Nabi di antaranya, nama dan
naṣāb Nabi Lūth a.s, silsilah Nabi Lūth a.s dan kisah Nabi Lūth a.s. Dalam
25
Husnil Mardyah, “Pesan Moral dalam Kisah Nabi Ṣāliḥ dan Kaumnya : Sebuah
Kajian Tematik” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018)
17
kisah Nabi Lūth a..s penulis membagi ke dalam beberapa poin, diantanya:
kepergian Nabi Lūth as ke Kota Sodom, kerusuhan kaum Nabi Lūth a.s,
kedatangan Malaikat ke kediaman Nabi Lūth a.s, serta kehancuran kaum
Sodom.
Bab IV: Bab ini berisi tentang profil ayat dan surah, serta fokus
permasalahan, seperti profil surah al-A’rāf ayat 80-84. Dalam profil
penulis membagi ke dalam tiga poin, di antanya: teks ayat dan terjemah,
keterkaitan surah al-A’rāf secara keseluruhan, munāṣabah dengan ayat-
ayat sebelumnya dan tafsiran global. Lalu mengenai pesan moral penulis
membagi ke dalam lima poin di antaranya: teguh dalam kebenaran,
memuliakan lawan jenis kelamin sebagai pasangan, kesepakatan dan
kemungkaran penyebab murka Allah, dan manusia bertanggung jawab
atas pilihannya, optimisme terhadap pertolongan Allah.
Bab V: Bab ini merupakan bagian penutup dan akhir dari penulisan
skripsi ini, di mana dalam pembahasan ini terdiri dari kesimpulan, dan
saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KISAH DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian Kisah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kisah adalah cerita
atau kejadian dalam kehidupan seseorang.1Dalam bahasa arab kata kisah
diambil dari kata yaquṣhṣhu – qiṣhṣhan – wa qaṣhṣan – yang berarti al-
hadits (cerita).2 Kata Qaṣaṣ juga merupakan bentuk jamak dari kata qiṡas
yang berarti tatabbu’ al-aṡar (napak tilas/mengulang kembali masa lalu).
Arti ini diperoleh dari ayat al-Qur’an surah al-Kahf ayat 64 :
٤٨ قال ٰذلك ما كنَّا نب ِۖغ فارت َّدا ع ٰلٖٓى ٰاثارهما قصص ًۙا
”Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula”.3 (Q.S. Al-Kahf: 64)
ق ْۚ وما من ا ٰله ا َِّّل ّٰللا ِۗوا َّن ّٰللا لهو العزيز الحكيم
ُّ ا َّن ٰهذا لهو القصص الح
٤٢
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Ali ‘Imrān: 64)
Dalam konteks ini maka dapat dikatakan bahwa cerita yang dimuat di
dalam al-Qur’an adalah cerita yang benar-benar terjadi di masa lampau,
tidak ada unsur kebohongan, khayalan terlebih dongeng.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), 443-444
2
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur’an, Cet I (Tangerang: Yayasan Masjid At-
Taqwa, 2018), 275, 276
3
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Cet. III (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 65
18
19
4
Rachmat Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir, Cet. II (Bandung: Pustaka Setia, 2012),
129
5
Muhammad Chirzin, Permata Al-Qur’an (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014),
37
Mannā Khalil al-Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Penerjemah: Mudzakir AS, Cet 18
6
8
A. Hanafi, Segi-segi Ksusastraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, Cet I (Jakarta:
Pustaka Al-husna, 1984), 13,14
21
10
Mannā Khalil al-Qattān, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, 437, 438
23
11
Arham Junaidi Firman, Studi Al-Qur’an, 193-194
24
12
Rachmat Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir, 137
25
13
Muhammad Chirzin, Permata Al-Qur’an, 39-40
26
نحن نقصُّ عليك احسن القصص بمآٖ اوحينآٖ اليك ٰهذا القر ٰا ِۖن وان كنت
٨ من قبل ٖه لمن ال ٰغفلين
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik . . . “. (Q.S.
Yūsuf: 3)
Maksud sebaik-baiknya kisah dalam ayat ini ialah mencakup seluruh
apa yang dikisahkan Allah dalam kitab-Nya dan itulah sebaik-baiknya
kisah.
Dalam al-Qur’an, ada satu kisah yang diceritakan berlang-ulang,
namun dalam setiap pengulangannya mengandung manfaat tersendiri yang
tidak didapatkan pada pengulangan pertama dan kedua, dan juga tidak
terdapat adanya kontradiksi antara kisah satu dan yang lainnya, karena al-
Qur’an diturunkan sebagai ibrah (pelajaran), nasehat, dan untuk
mempengaruhi pikiran dan hati dalam bentuk yang berbeda.
Menurut Mannā’ al-Qaṭṭān, kisah-kisah dalam al-Qur’an mengandung
beberapa hikmah, di antaranya:
1. Menjelaskan balaghah al-Qur’an dalam tingkat paling tinggi. Kisah
yang berulang dikemukakan disetiap tempat dengan cara yang
berbeda antara yang satu dengan yang lain serta dijelaskan dengan
pola yang berbeda pula, sehingga tidak membuat jenuh para
pembaca bahkan dapat menambah ke dalam jiwa dan hati makna-
makna baru yang tidak diperoleh dari tepat yang lain.
2. Menunjukan kehebatan al-Qur’an, karena mengemukakan atau
menjelaskan makna dalam berbagai bentuk yang berbeda dan baru
akan membuat tertarik para pembaca, tidak heran jika susunan
kalimat dalam al-Qur’an tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab,
hal ini menjadi bukti bahwa al-Qur’an benar-benar datang dari
Allah.
28
اب م ا ك ان ح د ي ث ً ا
ِۗ ل ق د ك ان ف ي ق ص ص ه م ع ب ر ة ٌ اِّل ول ى اِّل ل ب
ي ُّف ت ٰر ى و ٰل ك ن ت ص د ي ق ال َّذ ي ب ي ن ي د ي ه و ت ف ص ي ل ك ال ش ي ء
١١١ ࣖ َّو ه دًى َّو ر ح م ة ً ل ا ق و م ي ُّؤ م ن و ن
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman”.(Q.S. Yūsuf: 111)
Kedua kisah disebutkan untuk menenangkan hati Rasulullah saw.
Sebagaimana pula dalam al-Qur’an surah Hūd ayat 120.18
19
Anshori. Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, Cet. 3, 128-
130
BAB III
NABI LŪTH DAN KISAHNYA DALAM BUKU-BUKU KISAH
Pada bab ini akan membahas mengenai Nabi Lūth dan Kisahnya
yang ada di dalam al-Qur’an. Untuk itu, penulis akan memaparkan terlebih
dahulu mengenai biografi dan naṣāb Nabi Lūth yang kemudian
dilanjutkan dengan kisah kaumnya.
A. Biografi dan Silsilah Nabi Lūth a.s.
1. Nama dan Naṣāb Nabi Lūth
Tidak banyak riwayat yang menjelaskan mengenai nama dan naṣāb
Nabi Lūth, namun ada yang mengatakan bahwa Nabi Lūth lahir sekitar
tahun 1950-18701 di daerah tepian timur dari Selatan Irak yang dahulunya
dinamakan Babilon, lalu ia wafat di sekitar Yordan yang dahulu terkenal
dengan nama Laut Lut.2 Ia diangkat menjadi nabi pada 1900 SM.3 Lūth
adalah putera dari Haran. Haran adalah saudara kandung Ibrāhīm. Ada
yang mengatakan Haran adalah yang membangun negeri Haran. Pendapat
ini dhaif (lemah) karena berbeda dengan penjelasan ahli kitab.4
Nama Lūth dalam al-Qur’an terdapat dalam 17 tempat dan 11 surah,5
dan dalam 27 ayat, tanpa menyebutkan nama, tempat dan pelaku, selain
Lūth sendiri dan Ibrāhīm pamannya.6
Lūth bin Haran bin Azar bin Nahur bin Saruj bin Ra’u bin Falij bin
Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nūh.7 Ia diutus oleh Allah
1
Muhammad Xenohikari, Kisah Hikayat Nabi Lūth AS (Lot) Dalam Islam (Xenohikari
Dragon, 2016), 4
2
Milik Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya
(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1990), 478
3
Muhammad Xenohikari, Kisah Hikayat Nabi Luth AS (Lot) Dalam Islam, 4
4
Ibn Kāṡīr, Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup Para Nabi, Sejak
Adam A.S hingga Isa A.S, Penerjemah : Saefullah MS, Qaṣaṣ al- 7h7 7hAnbiyā’, 246
5
Ali Audah, Nama dan Kata dalam Qur’an : Pembahasan dan Perbandingan, Cet. I
(Bogor: Pustaka Lentera AntarNusa, 2011), 101
6
Ali Audah, Nama dan Kata dalam Qur’an: Pembahasan dan Perbandingan, 103
30
31
Ali Audah, Nama dan Kata dalam Qur’an: Pembahasan dan Perbandingan, 103
10
11
Muhammad Xenohikari, Kisah Hikayat Nabi Luth AS (Lot) Dalam Islam, 4
12
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul: Menggali
Nilai-Niai Kehidupan Para Utusan Allah, 95
13
Ibn Kāṡīr, Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup Para Nabi, Sejak
Adam A.S hingga Isa A.S, Penerjemah: Saefullah MS, Qaṣaṣ al-Anbiyaa (Jakarta: Qisthi
Press, 2015), 246-250
33
Lūth a.s. pergi dari tempat tinggal pamannya yaitu Ibrāhīm a.s. atas
perintah dan izinnya menuju sebuah daerah yang dikenal dengan
Gharzaghar, kemudian singgah di kota Sadum yaitu ibukota dari negeri
Ggarzaghar pada saat itu. Berbeda dengan nabi-nabi yang lain, Nabi Lūth
tidak berpesan tentang tauhid atau keesaan Allah, beliau tidak berkata
seperti nabi-nabi sebelumnya. Hal ini bukan berarti beliau tidak mengajak
mereka kepada tauhid, tetapi ada sesuatu yang buruk yang akan dan harus
beliau luruskan yaitu kebiasaan buruk mereka dalam bidang seks.14
Mereka melakukan kemaksiatan dalam hal baru yang belum pernah
dilakukan oleh seorang pun di dunia itu yaitu homoseksual (hubungan
seks antara laki-laki dengan laki-laki).15 Hal ini dilakukan bukan karena
tidak ada wanita tetapi memang karena kaum tersebut durhaka yang
melampiaskan syahwatnya kepada yang bukan seharusnya. 16Bahkan
bukan hanya homoseks, kaum Nabi Lūth juga melakukan perbuatan buruk
lainnya, seperti merampok dan mencuri.
Nabi Lūth menegaskan kepada kaumnya bahwa apa yang mereka
lakukan itu bukan hanya melanggar fitrah manusia tapi juga dapat
memutuskan perkembangbiakan manusia. Lūth juga mengatakan bahwa
perbuatan yang dilakukan kaumnya lebih buruk dari hewan karena hewan
saja masih memerlukan jenis kelamin lain untuk memuaskan nafsu
birahinya dan keinginan untuk mempunyai keturunan. Sedangkan
homoseks hanya bermaksud untuk memuaskan birahi saja. Hingga
akhirnya Lūth mencemooh dalam artian guna mengingatkan kaumnya
akan tingkah laku yang dilakukan, dengan setiap perkataan Nabi Lūth
14
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 189
15
Ibn Kāṡīr Kisah Para Nabi, 223
16
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,
188
34
17
Milik Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 478-
479
35
Para ahli tafsir berkata: “Setelah rombongan para malaikat yang terdiri
dari Jibril, Mikail, dan Israfil berangkat meninggalkan tempat Ibrāhīm lalu
malaikat bergegas untuk pergi ke negeri Sodom dengan menyamar sebagai
laki-laki tampan, hal demikian sebagai ujian untuk para kaum Lūth. Lalu
para malaikat bertemu langsung dengan Nabi Lūth a.s. pada saat matahari
terbenam. Lūth memiliki kehawatiran atas tamunya (malaikat) tersebut,
18
Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, Kisah Shahih Para Nabi, Penerjemah: M. Abdul
Ghoffar (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2009), 363
19
Muhammad Ali al-Ṣabuniy, Kenabian dan Para Nabi, 423
36
khawatir jika kaumnya akan berbuat yang tidak pantas kepada tamunya
tersebut dengan mengira bahwa tamunya adalah manusia biasa.
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam al-Qur’an surah Hūd ayat 77
berikut ini.
ً و ل َّم ا ج ۤا ء ت ر س ل ن ا ل و ط ً ا س يۤ ء ب ه م و ض اق ب ه م ذ ر
ع ا َّو ق ال
١١ ب ٌ ٰه ذ ا ي و ٌم ع ص ي
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada
Lūth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan
mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang paling sulit”.(Q.S. Hūd
: 77).20
As-Sadi juga berkata : “Para malaikat tiba di tempat Nabi Lūth pada
siang hari. Sesampainya di sana mereka bertemu dengan putri Nabi Lūth
Lalu mereka berbincang, dan akhirnya putri Nabi Lūth pergi untuk
memanggil ayahnya. Seraya berkata kepada ayahnya bahwa ada beberapa
pemuda yang ingin menemui ayahnya. Kemudian para malaikat pun
datang ke rumah Lūth dan tidak ada satu orang pun kaumnya yang
mengetahui kedatangan mereka kecuali anggota keluarganya termasuk
istrinya. Akan tetapi, istri Nabi Lūth pergi keluar rumah dan mengabarkan
kepada kaumnya bahwa di rumahnya ada beberapa laki-laki tampan yang
sedang menemui suaminya (Nabi Lūth), lalu kaumnya pun bergegas pergi
ke rumah Lūth untuk bertemu dengan tamunya Lūth.21
Memang dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwa istri Nabi Lūth adalah
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dibinasakan atas sikap
ketidaktaatan terhadap suaminya. Sama halnya seperti istri Nabi Nuh,
kedua istri nabi tersebut Allah hukum dengan memasukannya ke dalam
neraka.
20
Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, Kisah Shahih Para Nabi, 365-366
Ibn Kāṡīr, Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup Para Nabi, Sejak
21
22
Ibn Kāṡīr, Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup Para Nabi, Sejak
Adam a.s. hingga Isa a.s., 257
23
Jihad Muhammad Hajjaj, Umur dan Silsilah Para Nabi, Penerjemah: Muhammad
Yusuf Shandy, 88
38
24
Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, Kisah Shahih Para Nabi, Penerjemah : M. Abdul
Ghoffar, 374-375
BAB IV
ANALISIS PESAN MORAL DARI KISAH NABI LŪTH A.S.
Di dalam al-Qur’an banyak sekali kisah-kisah menarik yang
diceritakan terutama di dalam surah al-A’rāf, termasuk kisah Nabi Lūth ini
diceritakan pada ayat 80-84. Dalam bab ini akan di bagi ke dalam dua sub
bab. Di sub bab pertama akan dipaparkan mengenai profil surah al-A’rāf
yang disertai dengan teks ayat dan terjemah serta munāṣabah ayat. Lalu
dalam sub kedua akan dipaparkan mengenai inti permasalah dalam skripsi
ini yaitu pesan moral yang terkandung dalam kisah Nabi Lūth dan
Kaumnya. Berikut penjelasannya.
A. Profil Surah Al-A’rāf Ayat 80-84
Secara harfiah surah al-A’rāf berarti tempat-tempat tertinggi. Surah
al-A’rāf terdiri dari 206 ayat, keseluruhannya turun di Mekkah sebelum
Nabi Saw. berhijrah ke Madinah.1Surah al-A’rāf adalah surah Makkiyah.
Surah ini merupakan surah ke 7 dari urutan surah dalam al-Qur’an dan
merupakan yang ke 39 dari segi penurunannya. Ia turun sebelum surah al-
Jinn dan sesudah surah Șād.2 Tidak jauh beda dengan surah-surah yang
lain, surah Makkiyah ialah menetapkan prinsip-prinsip dakwah Islam,
pengesaan Allah SWT., penetapan wahyu, kebangkitan dan pembalasan
hari akhir. Di bagian awal surah ini memaparkan bahwa al-Qur’an
merupakan mukjizat Nabi Muḥammad yang abadi dan merupakan
kekuasaan Allah yang nyata.3
1
M.Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-
Qur’an, Cet I (Tangerang: Lentera Hati, 2012), 405
2
Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Al-Qur’an, Cet I (Bandung: Mizan,
1989),172
3
Muhammad Ali al-Ṣabuny, Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surah Al-A’rāf-
Yūnus, Penerjemah: Kathur Suhardi, Cet. 1 (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000),1
39
40
انَّكم لتأتون الراجال شهوةً امن دون الناس ۤا ِۗء بل انتم قو ٌم ُّمسرفون
ِّل ان قال ٖٓوا اخرجوهم امن قريتك ْۚم انَّهم
ٖٓ َّ وما كان جواب قوم ٖ ٖٓه ا١١
فانجي ٰنه واهل ٖٓه ا َِّّل امراته كانت من ال ٰغبرين١٢ اناسٌ يَّتطهَّرون
ࣖ وامطرنا عليهم َّمطر ًِۗا فانظر كيف كان عاقبة المجرمين١٨
١٨
“Dan (Kami juga telah mengutus) Lūth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun
(di dunia ini) sebelummu?" (80) Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki
untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
Yunus, 5
5
M.Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-
Qur’an, 406
6
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya, Cet (Tangerang: Lentera Hati,
2010),12
41
7
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya, 11
42
berupa gempa yang sangat hebat yang membuat mereka mati di tempat
tinggalnya sendiri. Lalu ayat 80-84 menegaskan ulang tentang hukuman
Allah kepada kaum yang durhaka.
Kemudian setelah ayat 84 yakni ayat 85 yang dilanjutkan dengan kisah
Nabi Syu’aib a.s. hingga pada ayat 93. Kisah Nabi Syu’aib dan kaumnya
pun tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah Nabi yang lainnya, kisah Nabi
Syu’aib juga memaparkan tentang kedurhakaan yang telah dilakukan oleh
kaumnya. Mereka menyembah kepada “Aikah” yaitu semak belukar yang
melilit pepohonan. Mereka juga melakukan kecurangan dalam
perdagangan mereka.8 Akibat perbuatan buruk tersebut, maka Allah
turunkan ażab berupa hawa udara yang sangat panas sehingga
megeringkan kerongkongan dan membakar kulit. Lalu Allah jatuhkan
percikan-percikan api di atas gumpalan awan hitam disertai petir dan
angin yang membuat mereka melayang dengan serta merta.
Sehingga, nampaklah sudah adanya keterkaitan antara ayat 80 dengan
ayat-ayat sebelumnya dan ayat 84 dengan ayat-ayat sesudahnya, di mana
pada ayat-ayat tersebut menceritakan tentang suatu kaum yang mendapat
ażab dan dimusnahkan oleh Allah SWT. atas kedurhakanan yang mereka
perbuat. Sehingga dari kisah inilah dapat dijadikan pelajaran untuk kaum
selanjutnya.
4. Tafsiran Globalnya
Ayat ini menceritakan tentang nasihat Nabi Lūth kepada kaumnya yang
melakukan perbuatan keji. Nabi Lūth mengatakan bahwa perbuatan
mereka yaitu homoseks adalah kejahatan besar yang belum pernah
dilakukan sebelumnya dalam cakupan satu masyarakat yang bisa
8
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul: Menggali
Nilai-Niai Kehidupan Para Utusan Allah,133
43
dikatakan sebagai sebuah tradisi. Jadi, tradisi homoseks pada kaum Nabi
Lūth adalah kaum pertama yang melakukannya.
Nabi Lūth menyebut perbuatan homoseks dengan istilah fāhisyāh yang
menunjukan bahwa itu kejahatan besar. Sedangkan pelakunya disebut
sebagai musrifūn (melampaui batas). Nasihat demi nasihat yang telah
disampaikan oleh Nabi Lūth terhadap kaumnya dibalas dengan hinaan
serta pengusiran Nabi Lūth dan orang-orag yang menyertainya. Akan hal
inilah Allah menghukum mereka dengan hujan batu sekalipun di dalam
kota itu terdapat istri nabi, yang karena sikapnya yang mendukung pelaku
homoseks. Atas adanya kisah inilah yang akan menjadi pelajaran untuk
kaum setelahnya.
B. Analisis Pesan Moral dari Kisah Nabi Lūth a.s.
Kisah Nabi Lūth a.s. adalah salah satu kisah yang diceritakan secara
terperinci di dalam al-Qur’an. Yaitu tentang seorang nabi yang diutus
Allah SWT. ke suatu negeri atau daerah untuk menyeru penduduk tersebut
agar taat dan beriman kepada Allah SWT. negeri tersebut bernama Sodom.
Namun berbeda dengan nabi-nabi lainnya, Nabi Lūth a.s. tidak
berpesan mengenai tauhid atau keesaan Allah SWT., namun bukan berarti
beliau tidak mengajak mereka kepada tauhid, akan tetapi menurutnya ada
sesuatu yang hendak dan harus beliau luruskan beserta penelusuran akidah
mereka yaitu kebiasaan buruk yang dilakukan mereka dalam bidang seks. 9
Kisah Nabi Lūth a.s. juga merupakan salah-satu kisah di mana problem
yang terjadi pada masanya terjadi pula di zaman sekarang, khususnya di
Indonesia dan umumnya di negara-negara lain.
Secara umum kaum Nabi Lūth a.s. merupakan kaum yang mengingkari
syari’at Allah, mengingkari fitrah manusia, lalu Allah buktikan ke Maha
9
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, 189
44
Esaan-Nya kepada kaum Lūth a.s. dengan menurunkan ażab atas perbuaan
buruk yang mereka lakukan.
Terdapat beberapa pesan kehidupan yang dapat dipetik dari kisah Nabi
Lūth a.s. dan kaumnya ini di antaranya:
a. Teguh Dalam Kebenaran
Allah menjelaskan dalam Q.S. al-A’rāf ayat 82:
10
Abū Ja’far Muḥammad bin Jarir Al-Ṭābāri, Tafsir al-Ṭābāri,penerjemah: Abdul
Somad, Yusuf Hamdani (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 299
11
Hamka, Tafsir Al-Azhār, Juz VIII (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1984), 290
45
12
Syekh Muḥammad Mutawali Syā’rāwi,Tafsir Syā’rāwi, Penerjemah: Tim Safir al-
Azhar, Cet. 1. (Medan: Duta Azhar, 2006), 694
13
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,
191-192
14
Hamka, Tafsir Al-Azhār, 290.
46
ومن ٰا ٰيت ٖ ٖٓه ان خلق لكم امن انفسكم ازواجًا لاتسكن ٖٓوا اليها وجعل بينكم
٢١ َّمو َّدةً َّورحمةً ِۗا َّن في ٰذلك ِّٰل ٰيت لاقوم يَّتف َّكرون
47
ولوطًا اذ قال لقوم ٖ ٖٓه اتأتون الفاحشة ما سبقكم بها من احد امن ال ٰعلمين
١١
“Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?".
(Q.S. Al-A’rāf: 80)
١١ انَّكم لتأتون الرا جال شهوةً امن دون الناس ۤا ِۗء بل انتم قو ٌم ُّمسرفون
“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu
(kepada mereka), bukan kepada wanita . . .”. (Q.S. Al-A’rāf: 81)
48
ِن تْ م
Bahkan dalam ayat lain Nabi Lūth a.s. berkata :ُْتْنُم ت ال ََٰه مؤََل نء بَْنَ نات
َ َق
ي نن
َ فَاعل Nabi Lūth a.s. berkata: "Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan
mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (Q.S. Al-Ḥijr:71)
Nabi Lūth a.s. memberi petunjuk atau arahan kepada mereka agar
mereka menikahi kaum wanita, namun mereka menolak dengan alasan
bahwa mereka tidak berselera dengan kaum wanita. 15 Bahkan ada
sekelompok ulama berpendapat mengenai sikap kaum Nabi Lūth terhadap
wanita yaitu ketika mereka bertemu wanita maka mereka melemparnya
dengan batu-batu kerikil lalu mereka mengasingkan dan membuangnya.16
15
Syaikh Shāfiyyūrrahmān al-Mūbārākfūri, Tafsir Ibn Kāṡīr, Jilid 3, Cet.
14,Penerjemah: Ahmad Syaikhu (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2017), 620
16
Syaikh Imam Al-Qūrṭūbī, Tafsir Al-Qūrṭūbī, Cet. I, Penerjemah: Muhyiddin Mas
Rida &Muhammad Rana Mangela (Jakarta: Pusaka Azzam, 2009), 870
17
M. Quraish Shihab, M.Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut
Anda Ketahui(Jakarta: Lentera Hati, 2010), 48-49
49
18
Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu,
Cet I, Penerjemah: Setia Budi Utomo (Jakarta: Gema Insnai Press, 2000), 47-48
19
M.Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-
Qur’an, Cet I, 443
50
Maksud ayat ini yaitu Allah SWT. menyelamatkan Nabi Lūth dan para
pengikutnya dari timpahan ażab, terkecuali istrinya yang tidak beriman
kepadaNya dan tidak mengindahkan kata-kata Nabi Lūth dan memilih
bersekutu dengan kaum Nabi Lūth.
Jadi istri Nabi Lūth selalu mendukung para kaum Nabi Lūth, ia tidak
pernah menuruti arahan yang diberikan oleh suaminya, justru sebaliknya
ia malah lebih mendukung para kaum Nabi Lūth. Salah satu bukti bahwa
istri Nabi Lūth lebih mendukung Kaum Nabi Lūth dari pada suaminya
adalah ketika para rombongan malaikat mendatangi kediaman Nabi Lūth
yang menjelma menjadi laki-laki tampan dan gagah untuk
memberitahukan kabar mengenai penurunan azab Allah maka dengan
begitu semangatnya istri Nabi Lūth memberitahukan kepaada kaum Nabi
Lūth bahwa dikediamannya sedang ada rombongan laki-laki tampan dan
gagah, kemudian para Kaum Lūth pun begegas mendatangi kediaman
Nabi Lūth karena memang kaum Nabi Lūth mempunyai kebiasaan buruk
yaitu homoseks, dari cerita singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa istri
22
Zaitunah Subhan, Al-Qur’an dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran, Cet I (Jakarta: Kencana, 2015), 56
52
Nabi Lūth lebih mendukung kebiasaan buruk yang dilakukan kaum Nabi
Lūth dari pada mengikuti ajaran suaminya. Oleh karenanya, istri Nabi
Lūth termasuk ke dalam orang-orang binasa yang ditimpa ażab dunia dan
akhirat.23
Di dalam al-Qur’an disebutkan kisah istri Nabi Lūth berulang kali
dengan meggunakan lafal imrā’ātu Lūth. Lafal tersebut disandarkan
kepada Nabi Lūth yang artinya istrinya. Allah SWT. menjelaskan dalam
al-Qur’an surah al-Taḥrīm ayat 10:
ِّۗللا م ث ًّل ل ا ل َّذ ي ن ك ف ر وا ام ر ا ت ن و ح َّو ام ر ا ت ل و ط ٰ ضرب
ك ان ت ا ت ح ت ع ب د ي ن م ن ع ب اد ن ا ص ال ح ي ن ف خ ان ٰت ه م ا ف ل م ي غ ن ي ا
١١ الد خ ل ي ن ٰ عنهما من
ٰ ّللا ش ي و ًا َّو ق ي ل اد خ ّل ال ن َّ ار م د
“Allah membuat isteri Nūh dan isteri Lūth sebagai perumpamaan bagi
orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang
hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu
berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada
dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-
orang yang masuk (jahannam)". (Q.S. Al-Taḥrīm: 10)
Maksud dari ayat di atas adalah jika istri nabi menentang ajaran
suaminya yaitu ajaran agama islam maka nabi pun tidak dapat
membelanya sekalipun itu istrinya. Istri Nabi Lūth a.s. dan Nabi Nūh a.s.
juga telah dijadikan contoh oleh Allah SWT. sebagai wanita kafir.24
Semua kisah tentang istri Nabi Lūth yang tertera dalam al-Qur’an
mengarah pada satu kesimpulaan, yaitu ia seorang istri yang
membangkang dan penuh kebohongan. Kedudukannya sama seperti itri
Nabi Nūh yaitu perempuan yang dikutuk dan dihukum Allah di dalam
neraka. Walaupun keduanya mempunyai suami seorang nabi, namun
kenyataannya kedekatan lahir dan batinnya itu tidak menjadikan mereka
bisa selalu berbuat baik. Malah sebaliknya mereka menjadi seteru (musuh
pribadi) bagi suamninya.25
Allah SWT. menciptakan manusia berpasangan-pasangan adalah untuk
saling melengkapi satu sama lain, namun perlu disadari walaupun antara
suami dan istri menyatu dan mendarah daging namun tetap saja setiap
manusia mempunyai hati dan pikiran yang berbeda. Setiap orang punya
hak bahkan negera pun menetapkan undang-undang mengenai Hak Asasi
Manusia (HAM) begitu juga hak beragama.
e. Optimisme Terhadap Pertolongan Allah
Pesan yang terakhir adalah optimis terhadap pertolongan Allah.
Sebenarnya pesan ini sedikit lebih keluar dari fokus pembahasan ayat,
namun penulis merasa tidak ada salahnya jika dibahas sebagai tambahan
wawasan dan untuk lebih memperkuat pembahasan. Kemudian pesan ini
juga sebenarnya tidak jauh beda dengan pesan sebelumnya yaitu teguh
dalam kebenaran, namun di sini penulis akan lebih memaparkan mengenai
penyerahan diri Nabi Lūth kepada Allah atas apa yang dikehendaki-Nya,
memohon ampun kepada-Nya, dan memohon do’a atas segala yang terjadi
dan untuk apa yang akan terjadi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), optimis adalah orang
yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi
segala hal. Optimis adalah lawan kata dari pesimis. Pesimis yaitu orang
yang bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik
(khawatir kalah, rugi, celaka, dan sebagainya), atau pesimis juga bisa
dikatakan orang yang tidak punya harapan.26
25
Kaha Anwar, Bukan Perempuan Biasa, Cet I (Yogyakarta: DIVA Press, 2017), 69-
70
26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 628&
678
54
Nabi Lūth adalah orang yang tidak pernah putus asa. Ia selalu berusaha
keras terhadap apa yang sudah Allah perintahkan kepadanya. Dalam
usahanya beliau tidak pernah putus berdo’a kepada Allah untuk
membantunya dalam dakwahnya. Salah satu bukti kekuasaan Allah lewat
do’a ialah dikabulkannya do’a Nabi Lūth yang terdapat dalam surah al-
‘Ankabūt ayat 30.
Sabda Rasulullah saw.: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia disisi
Allah ta’ala dibandingkan do’a.”(HR. Ahmad, Bukhori, Tirmidzi, dan
Nasa’i).27
Satu hal yang menarik dari do’a Nabi Lūth di atas adalah bahwa Nabi
Lūth tidak pernah mendo’akan keburukan terhadap kaumnya karena ia
tahu betul bahwa Allah SWT. tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya
terus-menerus terjerumus ke dalam kezaliman. Maka dari itu Nabi Lūth
hanya berdo’a agar Allah SWT. menyelamatkannya dan keluarganya dari
orang-orang zalim itu.28
Iman adalah ketetapan hati. Maka dari itu berdo’alah dengan sepenuh
hati, penuh keimanan dan penuh keyakinan terhadap Allah29 jangan ragu
Nor Kholish Reefani, Agar Do’a Dikabulkan Allah: Menjadi Kaya, Mulia, dan
27
akan kekuasaan Allah karena sesungguhnya Allah maha pemberi apa yang
hamba-Nya kehendaki selama hamba-Nya mau berikhtiar dan tawakal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penggambaran al-Qur’an mengenai kisah Nabi Lūth dan
Kaumnya yang terdapat pada beberapa surah, yang salah satunya adalah
surah al-A’rāf ayat 80-84. Penulis menyimpulkan bahwa manusia yang
baik ialah yang tetap teguh dalam kebenaran di manapun dia berada dan
tidak mudah terpengaruh oleh siapapun sekalipun oleh orang terdekatnya
(istrinya). Seperti halnya Nabi Yūsuf tetap menunjukan kebaikannya, baik
saat di penjara atau di istana.
Hal seperti itu juga bisa dilihat dari ketegasan Nabi Lūth ketika
menghadapi perbuatan kaumnya dan menilainya dengan fāḥisyah
(perbuatan keji). Nabi Lūth tidak pernah pantang menyerah dalam
menghadapi problem yang terjadi pada kaumnya, walaupun kaumnya
sendiri tidak pernah menerima kehadiranya sampai Allah SWT.
menurunkan ażab besar kepada kaumnya tersebut.
Dari kisah tersebut terdapat beberapa hikmah yang dapat dijadikan
pelajaran yang penulis bentuk ke dalam beberapa poin, di antaranya: teguh
dalam suatu tindakan yang bersifat kebenaran, memuliakan lawan jenis
kelamin sebagai pasangan, optimis terhadap pertolongan Allah, perbuatan
buruk yang pastinya akan mendatangkan akibat yang buruk pula
sebagaimana yang telah menimpa kaum terdahulu bagi penentang syari’at
Islam yang dibinasakan, dan yang terkhir adalah bahwa manusia
bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.
Dari beberapa hikmah yang penulis simpulkan di atas adalah bahwa
semua yang dilakukan Nabi Lūth tidak pernah terlepas dari apa yang Allah
perintahkan kepadanya, berbagai tanggapan buruk yang kaumnya lakukan
56
57
Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Cet. III, Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Al-Ṣalih, Subhi, Membahasa Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Penerjemah : Tim
Pustaka Firdaus, Jakarta : Pustakan Firdaus, 1990.
Inayah, Eskandhita Nur, Nilai Pendidikan Moral dalam Kisah Nabi Lūth
dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam (Studi Deskriptif
Tafsir Ibnu Katsir), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014)
Istiyani, Arum, Pesan Akhlak Kisah Nabi Lūth Menurut Penafsir Al-
Qurţūbī dan M. Quraish Shihab,(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2016).
Katsir, Ibnu, Kisah Para Nabi, Penerjemah : M. Abdul Ghoffar, Cet. 16,
Jakarta : Pustaka Azzam, 2013.
Katsir, Ibnu, Kisah Para Nabi : Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup Para
Nabi, Sejak Adam A.S hingga Isa A.S, Penerjemah : Saefullah MS,
Qaṣaṣ al-Anbiyaa, Jakarta: Qisthi Press, 2015.
Lutfiana, Zahra, Hikmah dari Kisah Pelarian Nabi Mūsa Ke Kota Madyan
(Studi Atas Penafsiran QS. Al-Qaṣaṣ : 20-28), (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2018)
Maimunah, Siti, Pandangan Al-Qur’an Tentang Homoseksualitas (Kajian
Tafsir Tematik),(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018): 2.
60
Al-Maghlouth, Sami bin Abdullah, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul:
Menggali Nilai-Niai Kehidupan Para Utusan Allah, Penerjemah:
Qasim Shaleh, Dewi Kournia Sari, Cet I, (Jakarta: Almahira, 2008), 45
Syafe’I, Rachmat, Pengantar Ilmu Tafsir, Cet. II, Bandung: Pustaka Setia,
2012.
Lampiran
Nuh
Sam
Nuh
Arfakhsyadz
Syalih
Sam
Nuh
Abir
Syalih
Sam
Nuh
Falij
Ra’u
Saruj
Nahur
Azar
Haran
Luth
Ratsiya Za’rita