Anda di halaman 1dari 21

Pertemuan Ke-8

KONSEP DAN MAKNA

PESAN VERBAL & NON VERBAL

OLEH: NUR HIDAYAH NASUTION

NIM: 11910320196

1. Pengertian komunikasi Verbal


A. Komunikasi verbal ( verbal communication )

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada


komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi
besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara
verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa
lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media,
contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui
tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses
penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar,
grafik dan lain-lain.

Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan
supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat
menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:

a. Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some
money?).
b. Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).
c. Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld
wechseln?).
d. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

Tata bahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik.

a. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa.


b. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat.
c. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi:
penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi
menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau
kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain,
inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and


Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga
fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang
menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu
sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan
orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk
mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita,
termasuk orang-orang di sekitar kita.
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita
untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-
kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Dari keseluruhan komunikasi yang kita lakukan, ternyata komunikasi verbal hanya
memiliki porsi 35%, sisanya adalah komunikasi nonverbal. Dengan porsi demikian pun, bahasa
masih memiliki keterbatasan, yaitu:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata adalah kategori untuk
merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya.
Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Adakalanya kita sulit menamai
suatu objek, misalnya mungkin kita kesulitan mencari kata yang tepat untuk derajat suhu
tertentu, yang lebih panas dari hangat tapi lebih dingin dari panas.
2. kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Dikatakan bersifat ambigu karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi
orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial yang berbeda pula,
sehingga terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata tersebut. Sebagai
contoh, kata ”berat” bisa memiliki makna berbeda bila kita gunakan dalam kalimat yang
berbeda, seperti ”batu itu berat”, ”kepala saya terasa berat”, ”ujian yang berat”, dsb.
3. Adanya percampuradukan fakta dan penafsiran.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan
penilaian. Contoh: Saat melihat seorang wanita sedang menggunting tangkai-tangkai
daun bunga (fakta),mungkin seseorang menyatakan bahwa wanita tersebut sedang
”bersantai” (penafsiran), sementara orang lain mungkin menyatakan bahwa wanita
tersebut sedang ”bekerja” (penafsiran). Pernyataan pertama bisa benar, bila wanita
tersebut adalah seorang yang bekerja di bidang lain (misalnya ibu rumah tangga atau
profesi lain) yang memang sedang bersantai mengisi waktu luangnya dengan cara
merawat bunga. Pernyataan kedua bisa benar bila wanita itu memang bekerja dalam
bisnis bunga. Komunikasi akan efektif bila kita dapat memisahkan pernyataan fakta
dengan dugaan.
B. Tujuan Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal melalui lisan dapat di lakukan secara langsung bertatap muka antara
komunikator dan komunikan seperti berpidato dan berceramah. Selain itu komunikasi secara
verbal melalui lisan juga dapat di lakukan melalui media. Contohnya seseorang yang bercakap
melalui telepon. Sedangkan komuunikasi verbal melalui tulisan di lakukan dengan cara tidak
lansung antara komunikator dan komunikan. Proses informasi di lakukan dengan menggunakan
media berupa, surat, lukisan, gambar, grafik dll. Adapun tujuan menggunakan komunikasi verbal
antara lain:

a. Penyampaian, penjelasan, pemberitahuan,arahan dan lain sebagainya.


b. Presentasi penjualan di hadapan paraa audience.
c. Penyelenggaraan rapat.
d. Wawancara dengan orang lain
e. Pemasaran melalui telepon, dsb.
C. Ciri-ciri komunikasi verbal

Komunikasi verbal di tandai dengan:

1. Di sampaikan secara lisan/bicara atau tulisan.


2. Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah.
3. Kualitas proses komunikasi seringkali di tentukan oleh komunikasi non verbal.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal,yaitu:
A. Faktor Inteligensi

Orang yang inteligensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam berbicara, karena kurang
memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Cara berbicaranya terputus-
putus,bahkan antara kata yang satudengan lainnya tidak/kurang memiliki relevansi. Sebaliknya
dengan yang memiliki inteligensi tinggi.Masalah komunikasi akan muncul apabila orang yang
berinteligensi tinggi tidak mampu beradaptasi dengan orang yang berinteligensi rendah, misalnya
dalam pemilihan pengunaan kata-kata .Contoh: Ada seseorang yang berinteligensi tinggi
sehingga ia mampu menguasai banyak perbendaharaan kata-kata asing. Saat berbicara dengan
orang yang berinteligensi rendah, ia menggunakan kata-kata asing tersebut sehingga sulit
dipahami orang yang yang berinteligensi rendah tadi karena memang perbendaharaan kata-
katanya sangat terbatas.
B. Faktor Budaya

Setiap budaya memiliki bahasa yang berbeda-beda. Apabila orang yang berkomunikasi tetap
mempertahankan bahasa daerahnya masing-masing, maka pembicaraan mereka menjadi tidak
efektif. Akibatnya, komunikasi menjadi terhambat atau bahkan timbul kesalahpahaman di antara
mereka. Faktor perbedaan cara berkomunikasi juga menghambat komunikasi. Sebagai contoh:
Orang Batak terbiasa berbicara keras daripada orang Jawa atau Sunda. Bila orang Jawa atau
Sunda merasa tersinggung dan mengganggap orang Batak tidak sopan, maka akan terjadi antipati
dari orang Sunda atau Jawa tersebut kepada orang Batak sehingga tidak akan terjadi jalinan
komunikasi.

C. Faktor Pengetahuan

Makin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang maka makin banyak perbendaharaan kata
yang dapat mendorong yang bersangkutan untuk berbicara lebih lancar. Apabila orang-orang
yang berbeda pengetahuan saling berkomunikasi tanpa mengidahkan perbedaan pengetahuan di
antara mereka, maka tidak akan terjadi komunikasi yang mengenakkan bagi mereka berdua. Hal
ini terjadi karena ketika salah seorang berbicara sesuai dengan pengetahuannya tanpa
menjelaskan dengan detil, maka seorang yang lain tidak akan paham apa yang dimaksud lawan
bicaranya. Misalnya seorang insinyur sedang berbicara dengan seorang dokter. Dokter tersebut
menjelaskan penyakit yang diderita si insinyur dengan menggunakan istilah-istilah kedokteran.
Bila penjelasan dokter tersebut tidak detil dan runtut serta menggunakan bahasa yang lebih
umum maka si insinyur tersebut pun tidak akan paham maksud si dokter.

D. Faktor Kepribadian

Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan, biasanya kurang lancar
berbicara. Hal ini disebabkan ia tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang lain. Ia tidak
memiliki pengetahuan yang luas karena kurangnya pergaulan tersebut. Pemahaman dia mengenai
sesuatu hal sangat minim sehingga tidak nyambung dengan teman-temannya.

E. Faktor Biologis

Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-kelainan, seperti:

1. Sulit mengatakan kata desis (lipsing), karena ada kelainan pada rahang, bibir, gigi.
2. Berbicara tidak jelas (sluring), yang disebabkan oleh bibir (sumbing), rahang, lidah tidak
aktif.
F. FaktorPengalaman

Makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, makin terbiasa ia menghadapi sesuatu.
Orang yang sering menghadapi massa, sering berbicara di muka umum, akan lancar berbicara
dalam keadaan apapun dengan siapapun.Seorang pembicara atau MC terbiasa berbicara di depan
orang banyak. Namun seorang penyiar radio, belum tentu dia mampu ketika ditugaskan sebagai
MC, karena pekerjaannya tidak menuntutnya harus berhadapan dengan orang banyak. Walaupun
di balik peralatan audio visual dan telepon ia biasaberbicara dengan pendengar, namun ia tidak
berhadapan secara langsung dengan pendengar.

3. Hambatan Komunikasi Verbal

Hal-hal yang dapaat menghambat komunikasi verbal, yaitu:

1. Intelegensi

Artinya, orang yang intelegensinya tinggi tentu lebih lancar berbicara karena
perbendaharaan kata dan bahasanya relatif lebih banyak, bagitu sebaliknya dengan orang yang
intelegasinya rendah.

2. Pengetahuan, selain intelegensi yang dapat membuat orang lancar berkomunikasi


adalah luas pengetahuannya. Di samping lancar ia dapat memahami berbagai topik lawan
bicaranya.

3. Kepribadian Malu berbuat salah itu baik, namun malu bergaul justru tidak baik, karena
hal ini akan menghambat komunikasi.

4. Biologis

5. Kelainan fisik, seperti bibir sumbing, kelainan pada gigi, rahang sebagai alat ucap bisa
menjaddi kendala saat bebicara.

6. Pengalaman, ini berkaitan dengan pengetahuan dan kepribadian semakin banyak


bergaul, mengobrol semakin mudah pula dalam berkomunikasi

4. Kelebihan Dan Kekurangan Komunikasi Verbal

A. Kelebihan

1. Komunikasi dapat di sampaikan melalui lisan maupun tulisan.


2. Komunikasi verbal dapat membahas kejaddian masalalu, ide atau abstraksi.
3. Komunikasi dapat menggunakan kata-kata yang lebih mudah di kendalikan
daripada menggunakan bahasa isyarat (gerakan badan/tubuh) atau ekspresi wajah.

B. Kekurangan

1. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi,ambiguity, dan


abstraksi.
2. Adanya keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
3. Kata-kata yang mengandung bias budaya.
4. Di perlukan banyaak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal,
sehingga dari segi waktu pesan verbal sangat tidak efisien.
5. Kata-kata yang di sampaikan dalam suatu percakapan hanya membawa sebagian
dari pesan.

5. Praktek Komunikasi Verbal

Praktek komunikasi verbal bisa di lakukan dengan cara:

a) Berbicara dan menulis

Umumnya untuk menyampaikan, orang cenderung lebih menyukai speaking daripada


writing. Selain karena praktis speaking di anggap lebih mudah “menyentuh” sasaran karena
langsung di dengar komunikan.

b) Mendengarkan dan membaca

Kenyataan menunjukan pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi daripada


menyampaikan informasi. Pesan bisnis ini di lakukan lewat prroses listening dan reading.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita dalam bentuk lambang(verbal atau
non verbal). Proses ini lazim di sebut penyandian (enconding).

2. Pengertian Komunikasi Nonverbal

A. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal lebih tua dan lebih dulu munculnya dari pada komunikasi verbal.
Kita juga mempresepsi manusia tidak hanya melalui bahasa verbalnya, bagaimana bahasanya
(halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing dan sebagainya), namun juga melalui perilaku
nonverbalnya. Pentingnya pesan nonverbal ini misalnya dilukiskan frase, “Bukan apa yang ia
katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya”. Melalui perilaku nonverbalnya, kita dapat
mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan
awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk
mengenalnya lebih jauh.

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesan-
pesan nonverbal ini sangat berpengaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan
isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, dapat dipelajari bukan
bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Bila kebanyakan perilaku
verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif, perilaku nonverbal kita bersifat
spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan di luar kesadaran dan kendali kita. Karena itu
Edward T. Hall menamai bahasa nonverbal ini dengan “bahasa diam” (silent language) dan
“dimensi tersembunyi” (hidden dimension).

Yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh,
sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan
sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang
tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi
nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau
kecepatan berbicara.

Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat diindentifikasikan seluruhnya tetapi


hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu
menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerakan yang kita buat dapat menyatakan
asal kita, sikap kita, kesehatan atau bahkan keadaan psikologis kita. Ada peribahasa mengatakan
apa yang kamu katakan dengan keras tidak dapat didengar orang, tetapi tanda-tanda diam seperti
anggukan kepala, rasa kasih saying, kebaikan, rasa persaudaraan, didengar oleh yang lain dan
merupakan pesan yang nyata dan jelas.

Komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan verbal. Bila ada
ketidaksejajaran antara komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal orang khususnya lebih
percaya pada komunikasi nonverbal yang menyertainya. Ada 3 hal yang perlu diingat dalam
komunikasi nonverbal, yaitu :

a. Karena interpretasi adalah karakteristik yang kritis dalam komunikasi


nonverbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan stimulasi nonverbal
tertentu dengan satu pesan verbal khusus. Didalam komunikasi nonverbal
hendaklah dihindarkan melakukan generalisasi karena keseluruhan arti
tidaklah dapat didesain untuk tindakan nonverbal tertentu. Hati-hatilah
dalam menginterpretasikan tanda-tanda nonverbal yang diperlukan. Setiap
tanda nonverbal bagi suatu kultur mungkin berbeda maksudnya dengan
kultur yang lain.
b. Komunikasi nonverbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri.
Tetapi lebih merupakan bagian dari sistem verbal. Komunikasi nonverbal
umumnya tidaklah membawa informasi yang cukup, yang menjadikan
penerima menyampaikan arti keseluruhan yang timbul dari pertukaran
pesan tertentu. Sistem komunikasi nonverbal terbatas dan tidaklah
memperlihatkan ketepatan bila hanya digunakan tersendiri.
c. Komunikasi nonverbal dapat dengan mudah ditafsirkan salah. Oleh karena
itu adalah berbahaya membuat arti tingkah laku nonverbal tertentu, karena
adanaya perbedaan dalam kebudayaan di antar sesame kita. Tanpa latar
belakang yang cukup atau data verbal yang mendukung, seseorang dapat
salah menafsirkan pesan. Nilai komunikasi nonverbal tidaklah terletak
sebagai pengganti, pertukaran pesan tulisan tetapi sebagai satu jaringan
yang menyokong.
Komunikasi nonverbal tidak hanya mempengaruhi hubungan personal dan bisnis, tetapi
mempunyai pengaruh penting terhadap pengiriman atau penerimaan pesan itu sendiri. Contohnya
seorang karyawan sedang asyik mengerjakan tugas-tugasnya yang harus diselesaikan dengan
cepat. Tiba-tiba supervisornya datang dan menyuruh dia mengerjakan pekerjaan lain dengan
segera. Respons karyawan tersebut secara verbal haruslah mengatakan mau mengerjakan tugas
tersebut tetapi kalau dilihat dari segi komunikasi nonverbal yang mengiringi jawaban “Ya”
tersebut mungkin arti jawaban “Ya” itu bertentangan dengan tingkah laku pesan nonverbalnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang kita berkomunikasi dengan kata-kata,


tetapi arti dari pesan itu bukanlah terletak pada kata tersebut. 93% dari arti pesan diterima dari
komunikasi nonverbal yang melatarbelakangi komunikasi verbal dan hanya 7% dari pesan
verbal. Dari hasil penelitian ini jelas bahwa komunikasi nonverbal sangat membantu dalam
menginterpretasikan arti pesan verbal. Tetapi kalau pesan nonverbal saja yang dikirimkan akan
sulit menginterpretasikannya dengan tepat.

2. Fungsi Komunikasi Nonverbal

Meskipun komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal berbeda dalam banyak hal
namun kedua bentuk komunikasi itu seringkali bekerja sama. Atau dengan kata lain komunikasi
nonverbal ini mempunyai fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utamanya
adalah sebagai berikut :

a. Pengulangan

Kita sering menggunakan pengulangan terhadap apa yang telah dikatakan secara verbal.
Pengulangan-pengulangan yang demikian umum terdapat pada bidang olahraga. Dalam
kehidupan sehari-hari tingkah laku nonverbal seperti ini juga banyak kita jumpai.

Contohnya : Dalam suatu organisasi seorang sekretaris bertanya kepada atasannya, di


mana surat yang akan diketik. Atasannya menjawab diatas meja sambil menunjuk kearah meja
tersebut. Perbuatan nonverbal menunjuk kea rah meja adalah merupakan pengulangan dari pesan
verbal di atas meja.

b. Pelengkap

Tanda-tanda nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi, menguraikan atau


memberikan penekanan terhadap pesan verbal. Banyak tingkah laku nonverbal lainnya yang
berisi ilustrasi yang menemani dan mendukung kata-kata yang diucapkan.

Contohnya : Seorang karyawan pada waktu pagi masuk kantor mengucapkan selamat
pagi pada teman-temannya yang sudah lebih dulu datang, diiringi senyuman yang hangat sambil
memandang kepada teman-temannya. Senyuman dan kontak mata berfungsi sebagai pelengkap
ucapan selamat pagi karyawan tersebut.
c. Pengganti

Kita sering menggunakan pesan nonverbal pada tempat pesan verbal. Penggantian yang
demikian umum dilakukan apabila pembicara tidak memungkinkan, tidak diinginkan atau tidak
tepat diucapkan. Begitu juga halnya bila seseorang malas mengemukakan perasaannya dengan
verbal mereka menggunakan tanda nonverbal sebagai penggantinya.

Contohnya : Dalam suatu kelas seseorang bertanya kepada temannya di mana letak suatu
barang. Temannya yang tidak tahu tentang hal itu hanya menggelengkan kepalanya sebagai kata
pengganti jawaban verbal tidak tahu.

d. Memberikan Penekanan

Kadang-kadang kita menggunakan tanda-tanda nonverbal untuk memberikan penekanan


terhadap kata-kata yang diucapkan. Gerakan kepala dan nada suara adalah bentuk yang umum
digunakan dalam memberikan penekanan secara nonverbal yang memberikan kejelasan pada
orang lain.

Contohnya : Mengatakan tidak kepada seseorang dengan nada suara tinggi dan gelengan
kepala yang mewakili pesan verbal benar-benar tidak mau atau tidak ingin.

e. Memperdayakan

Kadang-kadang tanda-tanda nonverbal sengaja diciptakan untuk memberikan informasi


yang salah, dengan maksud memberikan pengarahan yang tidak benar atau untuk
memperdayakan orang lain sehingga orang mungkin salah dalam menafsirkan pesan tersebut.

Contohnya : Kita akan berusaha mengelola tingkah laku nonverbal kita pada saat
berpidato didepan umum atau pada saat mengikuti interview untuk mendapatkan pekerjaan,
walaupun dalam diri kita pada saat-saat tersebut tidak tenang kita berusaha sedapat mungkin
kelihatan tenang atau tidak memperlihatkan perasaan kita yang sesungguhnya kepada orang lain.

Paul Ekman (dalam Mulyana, 2001: 314) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal,
seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :

a. Embelem, gerak mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan


dengan simbol nonverbal.
b. Illustrator, pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
c. Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka
menandakan ketidakpastian berkomunikasi.
d. Penyesuaian, kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam
tekanan. Itu merupakan respons yang tidak disadari yang merupakan upaya tubuh
untuk mengurangi kecemasan.
e. Affect Display, pembesaran maik-mata (pupil) menunjukkan peningkatan emosi.
Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.

3. Karakteristik Komunikasi Nonverbal

Kita dapat belajar banyak dari orang lain dengan mengobservasi tingkah laku
nonverbalnya dan orangpun juga dapat mengetahui lebih banyak mengenai kita dengan
mengobservasi tingkah laku nonverbal kita. Kita akan dapat menginterpretasikan komunikasi
nonverbal dengan lebih baik bila kita mengetahui karakteristik dasarnya. Kita harus
mempertimbangkan bahwa interpretasi tanda-tanda nonverbal tergantung kepada konteks lebih
dapat dipercaya daripada komunikasi verbal serta komunikasi nonverbal adalah cara yang utama
untuk menyatakan perasaan dan sikap kita kepada orang lain.

1. Kita Selalu Berkomunikasi

Bila ada orang lain yang terlibat kita mesti berkomunikasi. Komunikasi itu apakah berupa
kontak mata, senyuman, kerutan dahi atau mencoba mengenal mereka semua. Kadang-kadang,
tidak apa yang dikatakan itu yang penting, tetapi apa yang tidak dikatakan. Untuk
menggambarkan bahwa kita selalu berkomunikasi, apakah secara sengaja atau tidak
perhatikanlah contoh berikut ini. Ada dua orang pemuda yang mempunyai penampilan berbeda.
Yang seorang selalu berdandan rapid an memakai lotion mahal. Sedangkan seorang lagi
mempunyai rambut sampai kebahu dan selalu memakai pakaian yang apa adanya. Dengan hanya
memandang kita tidak sesungguhnya menceritakan apa yang ingin disampaikan oleh kedua
pemuda tersebut. Tetapi yang jelas mereka ingin mengkomunikasikan sesuatu tentang diri
mereka melalui penampilannya.

2. Arti Tergantung Kepada Konteks

Konteks dimana komunikasi nonverbal ini terjadi memainkan peranan yang krusial dalam
menginterpretasikannya. Bila kita berkomunikasi menggunakan tanda-tanda nonverbal dan
verbal, biasanya melengkapi dan mendukung satu sama lain. Tanpa memahami konteks, dimana
komunikasi terjadi adalah hampir tidak mungkin menceritakan arti tingkah laku nonverbal
tertentu dan tidak ada jaminan bahwa salah pengertian akan terjadi bahwa bila konteks dipahami
semuanya.

3. Komunikasi Nonverbal Lebih Dapat Dipercaya

Kebanyakan kita cenderung lebih mempercayai komunikasi nonverbal, bahkan bila hal
itu bertentangan dengan pesan verbal yang menyertainya. Misalnya seorang mahasiswa yang
berusaha membujuk dosennya bahwa ia mempunyai alasan yang tepat tidak menyerahkan
makalah tepat pada waktu yang ditentukan. Dia menjelaskan bahwa makalah tersebut sudah lama
dikerjakannya tetapi pada saat hamper siap mengetiknya, tiba-tiba mesin tiknya rusak tidak dapat
digunakan sehingga tidak selesai mengetik pada waktunya. Melalui percakapan mahasiswa
tersebut kelihatan bahwa ia berbicara agak gugup, tidak berani mengadakan kontak mata dengan
dosennya dan tersenyum pada saat yang tidak tepat. Berdasarkan tingkah laku nonverbalnya
dosen tersebut berkesimpulan bahwa dia berbohong dan menolak untuk menerima makalahnya.
Pada contoh ini dosen lebih percaya pada pesan nonverbalnya dari pada pesan verbalnya.

4. Cara yang Utama dalam Menyatakan Perasaan dan Sikap

Adalah biasa bagi kita mendeteksi perasaan orang lain tanpa mereka mengatakannya. Ini
disebabkan karena komunikasi nonverbal sangat kuat. Misalnya, pada waktu upacara kelulusan
yang dihadiri oleh banyak anak-anak muda, seorang gadis kecil masuk ruangan beserta ibunya.
Tiba-tiba gadis itu melihat gadis tetangganya berdiri dalam ruangan tersebut, dia berpaling dan
berlari keluar. Ibunya heran dan mengejar anaknya keluar. Pada waktu ditanya kenapa dia
berbuat demikian dia berkata bahwa dia benci pada gadis tetangganya berdiri disitu. Dari contoh
tersebut kelihatan bahwa gadis tersebut bicara melalui tindakannya, apabila disengaja atau tidak
disengaja.

Menurut Joseph A. Devito (1997: 178) ada enam ciri umum dari pesan-pesan nonverbal,
yaitu :

a. Pesan nonverbal bersifat komunikatif, artinya perilaku nonverbal dalam suatu


situasi interaksi selalu mengkomunikasikan sesuatu. Dalam hal ini seringkali kita
temukan orang yang memiliki kesamaan perilaku (behavioral synchrony).
Umumnya kesamaan perilaku ini merupakan indeks dari rasa saling menyukai
atau faktor ikatan psikologis. Pada sisi yang lain tidak berarti bahwa komunikasi
nonverbal harus dalam bentuk perilaku. Banyak pesan nonverbal
dikomunikasikan melalui cara berpakaian dan artifak-artifak lain.
b. Kontekstual. Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi nonverbal terjadi
dalam suatu konteks (situasi atau lingkungan). Konteks ini membantu untuk
menentukan makna dari setiap perilaku nonverbal. Perilaku nonverbal yang sama
mungkin mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda.
c. Paket. Perilaku nonverbal, apakah menggunakan tangan, mata atau tubuh lainnya,
biasanya terjadi dalam bentuk “paket”. Seringkali perilaku seperti itu saling
memperkuat, masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna yang
sama. Ada kalanya perilaku ini bertentangan satu sama lainnya. Oleh karena itu,
bila perilaku nonverbal bertentangan dengan perilaku verbal, tampaknya sangat
beralasan untuk mempertanyakan kemungkinan komunikatornya dapat dipercaya.
d. Komunikasi nonverbal dapat dipercaya (believable). Umumnya komunikasi
verbal dan nonverbal konsisten. Penelitian banyak menemukan bahwa seseorang
pembohong kurang banyak bergerak ketimbang orang yang mengatakan
sebenarnya, kalaupun banyak bergerak sering salah tingkah. Selain itu
pembohong berbicara lebih lambat dan membuat banyak kesalahan bicara.
Indikator utama kebohongan menurut Albert Mehrabian (dalam Devito, 1997:
181) adalah bahwa pembohong menggunakan lebih sedikit kata-kata, terutama
dalam menjawab pertanyaan dan jarang sekali jawabannya medalam dari segi isi.
e. Dikendalikan oleh aturan. Komunikasi nonverbal, seperti halnya komunikasi
verbal, dikendalikan oleh aturan (rulegoverned) Kita belajar kaidah-kaidah
kepatutan sebagian besar melalui pengamatan lingkungan sosial kita.
f. Komunikasi nonverbal bersifat metakomunikasi. Setiap perilaku, verbal maupun
nonverbal, yang mengacu pada komunikasi bersifat metakomunikasi.

4. Tipe Komunikasi Nonverbal

1. Vokalik

Yang dimaksud vokalik adalah tingkah laku nonverbal yang berupa suara, tetaoi tidak berupa
kata-kata. Atau dapat juga dikatakan tanda-tanda yang diciptakan dalam proses mengucapkan
pesan, selain dari kata-kata itu sendiri. Termasuk kedalam vokalik hal-hal seperti berikut ini :

a. Kualitas suara, yang berkenaan dengan control vokal, turun naik suara, pengontrolan
nada suara pengucapan kata dengan jelas, gema suara dan kecepatan berbicara.
b. Karakteristik vokal, seperti tertawa, menangis, berbisik, keluh kesah, menguap.
c. Pemberi sifat vokal, intensitas, tinggi suara dan luas suara.
d. Pemisahan vokal dan perbedaan diam dan gangguan suara.

Tidak seperti halnya bahasa, vokalik memberikan informasi tentang informasi, atau
dinamakan meta komunikasi. Pesan verbal yang persis sama kata-katanya dapat sangat berbeda
artinya kalau pesan tersebut diucapkan dengan nada suara yang berbeda. Jadi berdasarkan
vokalik kita dapat membuat banyak pertimbangan mengenai apa yang dikatakan orang, apa yang
orang ucapkan, dan tingkat dipercayanya suatu pesan.

2. Bahasa Badan

Yang termasuk kategori bahasa badan ini adalah ekspresi muka, pandangan mata,
gerakan isyarat dengan menggunakan tangan, bahu, kepala dan kaki, sentuhan dan sikap badan.

a. Ekspresi Muka

Ekspresi muka dapat merupakan sumber informasi yang menggambarkan keadaan


emosional seseorang seperti perasaan takut, marah, jijik, muak, sedih, gembira, dan minat. Para
peneliti percaya bahwa peranan muka berhubungan dengan perasaan adalah sudah umum bagi
manusia. Hanya saja keadaan-keadaan tertentu dan kejadian yang mencetuskan emosi seseorang
berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya dan antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya. Kita sebenarnya dapat mengontrol ekspresi muka kita kalau kita
menyadarinya tetapi kadang-kadang muncul tanpa disadari.
Pengembangan Facial Affect Scoring oleh Ekman menjadikan peneliti dapat
mengidentifikasi 6 macam perasaan, yaitu : gembira, marah, terkejut, sedih, muak, dan takut
dengan mengobservasi 3 area di muka, yaitu alis dan dahi, area mata dan hidung, dan area muka
bagian bawah seperti pipi, dagu, hidung, mulut, dan rahang. Knapp (1978) mengemukakan hasil
penelitian dengan menggunakan alat ukur FAST di atas seperti berikut :

1. Prediktor yang terbaik bagi perasaan gembira adalah pada area


muka bagian bawah dan mata.
2. Mata bannyak mengatakan kesedihan.
3. Area mata dan muka bagian bawah menceritakan kepada kita
perasaan terkejut.
4. Perasaan marah paling baik diidentifikasi dengan muka bawah
dahi.
5. Area muka bagian bawah paling baik memprediksi rasa muak atau
jijik.
6. Perasaan takut paling banyak dapat dikenal dari area mata.

Penelitian lain yang berkenaan dengan ekspresi muka dilakukan oleh Tomkins dan Mc
Carter (1964). Mereka mengembangkan 8 kategori perasaan menurut ekspresi wajah yang
kelihatan.

1. Minat dan kegembiraan, ekspresi muka yang kelihatan alis mata


turun, mata mengikuti memandang dan mendengar.
2. Kesukaan atau suka, ekspresi tersenyum, bibir dilemparkan keluar,
dengan senyuman.
3. Terkejut atau merasa ngeri, alis mata naik, mata berkedip.
4. Susah dan sedih, ekspresi menangis, alis mata melengkung, mulut
turun, pedih, terisak-isak.
5. Takut dan merasa terancam, mata terbuka lebar, muka pucat,
dingin, menggigil, rambut berdiri.
6. Malu dan merasa terhina, mata turun.
7. Jijik dan muak, bibir atas naik, senyum menyeringai.
8. Marah, muka merah, rahang dikatupkan.

Dengan memperhatikan isyarat-isyarat atau tanda pada muka tersebut orang dapat
memprediksikan bagaimana perasaan kita pada saat tersebut. Interpretasi ini akan menjadi kuat
bila diiringi pesan verbal yang sejalan, maksudnya dengan pesan yang dapat dibaca pada muka.

b. Pandangan Mata

Elemen muka yang memberikan pengaruh kuat dalam berkomunikasi adalah mata. Dari
pandangan mata dapat diketahui bagaimana sikap seseorang apakah dia siap untuk berinteraksi
apakah berminat atau memperhatikan pesan yang disampaikan atau tidak. Ada situasi tertentu di
mana tatapan mata sebagai pilihan artinya dapat dilakukan dan dapat tidak. Dalam situasi
demikian perjanjian nonverbal dibaca sebagai ekspresi minat dari sebagai suatu keinginan dan
kemauan terhadap janji verbal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi utama dari mata adalah untuk mengatur
interaksi. Kontak mata merupakan suatu tanda siap untuk berinteraksi dan apabila kontak mata
tidak ada disengaja atau tidak, akan mengurangi kemungkinan adanya interaksi. Umumnya
pembicaraan dirasa lebih positif apabila individu mengikuti pembicaraan kita dengan kontak
mata yang lebih banyak. Barangkali dengan alasan ini, kita sering menduga bahwa orang yang
melihat cara kita adalah menarik bagi kita.

Dalam kebanyakan kebudayaan saling kontak mata adalah satu bentuk komunikasi yang
paling segera diterima. Bila mata bertemu, kita jadi sadar terhadap orang lain, dan kesadaran ini
dirasakan oleh orang lain. Kontak mata mempunyai fungsi dalam komunikasi interpersonal yaitu
pada fase permulaan, fase pertukaran, dan fase mengakhiri interaksi.

Mc Croskey dan kawan-kawannya (1971) mengatakan bahwa :

1. Kontak mata perlu dilakukan dalam keadaan:

a. Bila orang mencari balikan yang berkenaan dengan reaksi orang lain.
b. Bila kita ingin member isyarat bahwa saluran komunikasi terbuka.
c. Bila ingin menyampaikan kebutuhan berafiliasi atau mau terlibat dengan suatu
pembicaraan.
2. Kelihatannya wanita lebih banyak terlibat kontak mata dalam berbagai situasi daripada
laki-laki.
3. Kontak mata tampaknya bertambah sesuai dengan bertambahnya jarak orang yang
berbicara.
4. Kontak mata juga berguna untuk menimbulkan kecemasan pada orang lain.
5. Kontak mata biasanya dilakukan dalam situasi:
a. Bila orang ingin menyembunyikan perasaan dalam dirinya.
b. Dalam situasi persaingan, bila ada perasaan tidak suka atau ketegangan atau bila ada
kecurangan yang baru saja dilakukan.
c. Bila dua kelompok sangat dekat satu sama lain secara fisik.
d. Bila si pembicara mulai penguraian yang panjang atau bila pendengar sudah bosan.
e. Bila seorang individu ingin menghindari kontak sosial.

c. Gestur atau Gerakan Isyarat

Yang dimaksud dengan gerakan isyarat adalah gerakan badan, kepala, tangan, dan kaki yang
dimaksud untuk menyampaikan pesan tertentu. Gerakan isyarat mempunyai peranan penting
dalam komunikasi karena dapat merupakan pengganti, dan pelengkap bahasa verbal. Diantara
bermacam-macam tipe dari gerakan isyarat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tanda yang Mengarahkan

Salah satu tipe dari gerakan isyarat adalah menggunakan tanda-tanda yang digarisbawahi
atau menekankan pada poin tertentu dari pesan verbal. Misalnya dari gerakan ini adalah gerakan
kepalan tangan atau tinju, gerakan jari telunjuk dan tangan. Contoh dari gerakan ini misalnya
menggunakan jari telunjuk untuk memberi isyarat pada orang lain.

2. Tanda-Tanda Ya dan Tidak

Bentuk lain dari gerakan isyarat adalah kategori tanda-tanda yang mengatakan ya atau tidak.
Biasanya gerakan kepala digunakan tanda ini dan mungkin ini telah umum bagi beberapa
kebudayaan. Tanda-tanda ya dan tidak, dapat juga dengan menggunakan tangan dan jari tetapi
itu hanya mungkin berlaku bagi kebudayaan tersebut.

3. Tanda Salam Pertemuan

Salam adalah sebagai bentuk gerakan isyarat yang lain. Bentuk yang paling dikenal sebagai
sambutan/salam adalah berjabatan tangan, berciuman atau berpelukan sebagai tanda senang akan
kedatangan seseorang. Bentuk salam yang digunakan biasanya mencerminkan hubungan
individu.

4. Tanda Ikatan

Gerakan isyarat juga menunjukkan ikatan atau hubungan satu sama lain. Misalnya orang
berjalan bergandengan, berpegangan tangan, duduk dan berjalan dekat-dekat secara fisik dan
selalu berbagi objek apa saja, ini menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka mempunyai
ikatan tertentu.

5. Tanda Isolasi

Ada tanda isyarat lain seperti menyilangkan tangan dan kaki, untuk menyembunyikan atau
menahan bagian badan dari pandangan. Tanda ini dinamakan tanda isolasi. Isyarat isolasi
mungkin merupakan pesan nonverbal yang disengaja, walaupun seringkali tidak bertujuan.

d. Sentuhan

Sebagai salah satu cara berhubungan dengan orang lain yang masih bersifat primitif
adalah sentuhan. Sentuhan mempunyai aspek yang kritis dalam berkomunikasi. Sentuhan juga
memainkan peranan yang penting dalam memberikan dorongan, pernyataan kehalusan budi,
sokongan emosional dan bahkan lebih mempunyai kekuasaan daripada kata-kata.

Banyak macam sentuhan yang cocok dengan berbagai situasi dan tergantung kepada
individu dan hubungan mereka satu dengan yang lainnya.Tingkat kontak dan kebiasaan
bersentuhan ini bervariasi secara luasdari satu kebudayaan kepada kebudayaan lainnya. Sentuhan
dapat mengkomunikasikan banyak pesan di antaranya menunjukkan rasa sosial dan sopan seperti
bersalaman dengan orang yang baru dikenal.

Walaupun sentuhan ini dapat mengkomunikasikan bermacam-macam pesan tetapi


mungkin menimbulkan kesalahan dalam menginterpretasikannya karena adanya faktor-faktor
yang ikut menentukan. Bentuk sentuhan yang sama mungkin mempunyai arti yang berbeda bagi
kelompok bangsa yang lain.

e. Sikap Tubuh

Sikap tubuh juga merupakan satu tanda nonverbal dalam komunikasi. Pesan yang
disampaikan dengan sikap tubuh yang sebenarnya tidak dapat kita amati tetapi menurut ahli
psikolog sikap tubuh merupakan kunci perasaan rileks dalam situasi yang tidak ada ancaman dan
bebas dari ancaman.

Hasil penelitian dari Knap (1978) menunjukkan bahwa sikap tubuh memberikan
informasi tentang sikap, status, emosi, dan kehangatan. Menurut Mehrabian orang akan bersikap
lebih rileks bila berkomunikasi denganorang yang lebih rendah statusnya atau dengan teman
sebaya. Tetapi orang aka kurang rileks bila berhadapan dengan orang yang mempunyai status
yang lebih tinggi, atau dengan orang-orang yang tidak disukainya.

3. Pengguanaan Ruangan atau Jarak

Penggunaan ruang dan jarak memainkan peranan tertentu dalam komunikasi manusia.
Edward Hall telah banyak memperluas pemahaman kita tentang cara penggunaan ruang dalam
komunikasi tatap muka. Hall mengemukakan bahwa ada 4 macam jarak yang kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Pembagian jarak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Jarak yang Menunjukkan Keintiman

Menurut Hall jarak keintiman ini mulai dari kontak kulit sampai jarak 18 inci.
Kebanyakan dapat dilihat bahwa kontak bagi jarak intim ini adalah untuk interaksi dengan
orang-orang yang kita rasa dekat secara emosional dan untuk situasi yang lebih bersifat
pribadi.Jarak intim juga mungkin terjadi dalam keadaan yang kurang intim seperti mengunjungi
dokter gigi atau piñata rambut.

b. Jarak Pribadi atau Personal

Jarak pribadi atau jarak personal yang berkisar dari 45 cm sampai 135 cm. Bila suatu
pasangan berada di tempat pesta dan tiba-tiba datang seorang teman yang berlainan jenis
kelaminnya mendekati salah seorang mereka, maka partenrnya yang lain mungkin merasa tidak
senang.

c. Jarak Sosial
Daerah hubungan sosial yang berkisar antara 135 cm sampai 4 m. Dalam jarak ini
bermacam-macam komunikasi dapat terjadi seperti komunikasi dalam bisnis.

d. Jarak Umum

Jarak yang paling jauh dalam komunikasi dinamakan jarak umum lebih dari 4 m. Jarak
umum yang terdekat biasanya digunakan guru dimuka kelas. Dalam beberapa hal adalah penting
menggunakan jarak umum seperti melakukan pembicaraan terhadap kelompok yang agak banyak
dan dalam keadaan lain jaraj umum ini digunakan apabila orang tidak tertarik untuk mengadakan
dialog.

5. Perbedaan Komunikasi Nonverbal dan Komunikasi Verbal

Setidaknya ada 3 ciri utama yang menandai wujud atau bentuk bahasa verbal dan
nonverbal, yaitu :

a. Lambang-lambang nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir didunia ini,
sedangkan setelah tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita, barulah bahasa
verbal kita pelajari.
b. Bahasa verbal dinilai kurang universal dibandingkan dengan bahasa nonverbal,
sebab bila kita pergi keluar negeri misalnya dan kita tidak mengerti bahasa yang
digunakan oleh masyarakat dinegara tersebut, kita bisa menggunakan isyarat-
isyarat nonverbal dengan orang asing yang kita ajak berkomunikasi.
c. Bahasa verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual disbanding dengan
bahasa nonverbal yang merupakan aktivitas emosional. Artinya, dengan bahasa
verbal, sesungguhnya kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang
abstrak, sementara melalui bahasa nonverbal, kita menyampaikan hal-hal yang
berhubungan dengan kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.

Bila kita membedakan verbal dari nonverbal dan vokal dari nonvokal, maka kita
mempunyai 4 kategori atau jenis komunikasi. Komunikasi verbal/vokal merujuk pada
komunikasi melalui kata yang diucapkan. Misalnya, Dicky dan ayahnya mendiskusikan mobil
baru yang akan dibeli oleh Dicky, dan berencana untuk mengumpulkan uang untuk membelinya.
Bila Dicky menulis surat kepada ayahnya mengenai mobil, komunikasinya verbal tapi nonvokal.
Bila Dicky berbicara tentang rencana membeli mobil dengan meminjam uang ayahnya dan
ayahnya menggerutu; gerutuan atau vokalisasi, ini bentuk dari komunikasi nonverbal/vokal.

Komunikasi nonverbal/nonvokal terjadi bila hanya bersikap dan berpenampilan, misalnya


ayah Dicky kelihatan marah dan senang, atau mungkin hanya bingung. Dari sini terlihat bahwa
komunikasi nonverbal membawa pesan-pesan nonlinguitik.

Don Stack, dkk. (dalam Sendjaja, 2002: 65) menjelaskan 3 perbedaan utama di antara
komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan tersebut didasarkan pada beberapa hal, yaitu :
1. Kesengajaan pesan (intensionality of the message).

Suatu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah presepsi
mengenai niat. Niat ini menjadi penting ketika membicarakan bahasa verbal. Sedangkan
komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. Presepsi sederhana mengenai niat ini oleh
seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal.

2. Tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act or
message).

Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang


dimediasi. Dalam arti kata, kita mengambil makna dari kata dan pilihan kata, yang sudah
disepakati maknanya. Sebaliknya komunikasi nonverbal lebih alami, ia beroperasi sebagai norma
dan perilaku yang didasarkan pada norma. Tegasnya komunikasi verbal lebih spesifik dari
bahasa nonverbal, dalam arti dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah
cara yang berubah-ubah. Sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami
seperti perasaan atau emosi.

3. Pemerosesan mekanisme (processing mechanism).

Pesan-pesan verbal lebih terstruktur dan nonverbal tidak terstruktur. Tidak seperti bahasa
verbal, bahasa nonverbal tidak mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa
mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mensyaratkan sebuah pemahaman mengenai
konteks dimana interaksi itu terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks
tersebut.

Meskipun ada beberapa perbedaan yang dimiliki antara komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Namun demikian, pada dasarnya komunikasi verbal dan nonverbal
merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan, karena kedua bahasa tersebut berkerja bersama-
sama untuk menciptakan suatu makna.
REFERANSI

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Yasir. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Riau: Pusat Pengembangan Pendidikan
Universitas Riau.
Cangara, Hafied, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/IP-
TM4_KOMUNIKASI_VERBAL.pdf

http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-
nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/
KOSA KATA

Koherensi: Menurut ilmu linguistik merupakan kepaduan antarsatuan lingual dalam teks
atau tuturan. Jika sebuah teks atau tuturan tidak memiliki koherensi, maka hubungan
semantik-pragmatiknya pun menjadi tidak logis.

Ambigu: Adalah kata atau kalimat yang memiliki dua atau lebih makna. Ambiguitas
kadang membuat sebuah kata atau kalimat memiliki keraguan, kekaburan, ketidakjelasan,
dan sebagainya.

Intelegensi: Merupakan daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara
fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta atau kondisi baru.

Relevansi: Kata relevansi berasal dari kata relevan, yang mempunyai arti bersangkut
paut, yang ada hubungan, selaras dengan. Indonesia relevansi artinya hubungan, kaitan.

Redundansi: Adalah duplikasi atau penyimpanan data yang sama secara berulang dalam
beberapa file, sehingga data yang sama di simpan di dalam lebih dari 1 lokasi.

Repetisi: Adalah perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian lain dari kalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi
merupakan bagian dari majas penegasan dan kerap digunakan sebagai sarana retorika.

Abstraksi: Arti abstraksi di KBBI adalah: proses atau perbuatan memisahkan.

Efisien: Kata efisien adalah melakukan pekerjaan dengan tepat dan mampu menjalankan
tugas dengan cermat, dan berdaya guna. Pengertian umum menjelaskan efisien adalah
usaha yang mengharuskan penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu, cepat dan
memuaskan.

Kognitif: Kemampuan kognitif adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu dimana
kemampuan ini berkaitan dengan segala bentuk kegiatan mental (otak). Kemampuan
kognitif berguna untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam berpikir secara
rasional.

Psikologis:  Artinya adalah berkenaan dengan psikologi; bersifat kejiwaan.

Anda mungkin juga menyukai