Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan


pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Instrumen Tes” tepat waktu.
Makalah “Instrumen Tes” disusun guna memenuhi tugas Bapak Harmoko,
M.Pd pada mata kuliah Pengembangan intrumen. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang bagaimana
cara membuat dan menentukan instrumen yang tepat.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku
dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang dipelajari penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwodadi,Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi di indonesia sangatlah pesat. Dengan hal ini
bergandengan dengan perkembangan TI, penyimpanan data dan pengiriman data
semakin mudah dengan berbagai upaya memberikan fasilitas yang mudah dan
bagus. Dalam hal ini baik dari seorang, institusi dalam pemerintah atau tidak
turut serta adil dalam penggunaan TI pada saat ini. Kita bisa melihat dari sudut
pandang sosial pendidikan, terdapat banyak sekali TI yang mampu dan berguna
untuk kegiatan program pembelajaran. Maka dapat kita nyatakan bahwa dengan
adanya perkembangan TI, seluruh komponen, seluruh warga di indonesia turut
andil dalam memanfaatkan TI untuk hal yang lebih positif. Dengan demikian,
dengan adanya perkembangan TI memberikan nilai positif dalam proses
pembelajaran yang berkaitan dengan kebutuhannya Informasi dan pengetahuan
yang digunakan untuk melakukan berbagi informasi dengan sekolah lain,
institusi dengan pihak pemerintah, bahwa dengan pihak masyarakat bisa lebih
efektif.
Perkembangan teknologi seringkali digunakan sebagai sarana belajar
multimedia yang dilakukan secara virtual dengan secara langsung dapat
ditanggapi oleh peserta didik. Biasanya sarana belajar multimedia yang
dimaksud bisa dengan teks, suara, gambar atau bahkan tampilan lain yang
dimodifikasi oleh setiap pihak yang bertanggung jawab. Pada zaman saat ini
komputer berulang kali dianggap menjadi media TI yang paling efektif, dimana
bisa digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan secara cepat.
Peningkatan kualitas pendidikan diperlukan adanya evaluasi yang artinya
sebuah penilaian dimana sudah adanya produk yang telah diukur dengan sampel
sesuai dengan kaidah dalam ranah pendidikan. Dalam hal tersebut evaluasi
berguna mendorong seorang siswa siswi untuk menilai proses kegiatan belajar
agar bisa lebih optimal. Dalam hal itu, penting dilakukannya pengembangan
suatu instrumen yang bisa dianggap mampu meningkatkan kemampuan

4
pemecahan masalah melalui soal-soal tes yang mengukur berpikir tingkat tinggi
yang bermuara pada pencapaian hasil belajar yang maksimal.

2.1. Rumusan Masalah


a. Apa arti instrumen tes?
b. Apakah fungsi instrumen tes?
c. Apa persyaratan instrumen tes?
d. Apa ciri-ciri instrumen tes yang baik dan benar?
e. Bagaimana bentuk instrumen tes?
f. Bagaimana teknik penyusunan instrumen tes?

3.1. Tujuan Masalah


a. Mengetahui pengertian instrumen tes
b. Mengetahui fungsi instrumen
c. Mengetahui persyaratan tes yang baik dan benar
d. Mengetahui ciri-ciri instrumen tes
e. Mengetahui bentuk instrumen tes
f. Mengetahui teknik penyusunan instrumen tes

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Instrumen Tes

Istilah tes diambil dari kata testum dari bahasa perancis kuno yang
berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Test merupakan sebuah
media atau proses yang digunakan untuk melakukan pengukuran dan penilaian.
Testing merupakan peristiwa dalam pelaksanaan berlangsungnya pengukuran
dan penilaian. Tester merupakan seseorang yang sedang melakukan tes,
membuat teks tes, dan eksperimental. Dengan kata lain tester merupakan orang –
orang yang berkaitan mengenai tes. Tes merupakan proses penilaian
komprehensif kepada seseorang atau usaha keseluruhan evaluasi program.
Menurut Arikunto (2005:33) tes adalah suatu pengumpul informasi yang bersifat
lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
Tes dapat dibedakan dari beberapa jenis dan pembagiannya:
a. Tes ditinjau dari berbagai sudut pandang. Tes berdasarkan fungsinya sebagai
alat pengukur perkembangan peserta didik, dengan cara tes seleksi, tes awal,
tes akhir, tes diagnostik, tes formatif.
b. Tes ditinjau dari bidang psikologi seperti tes intelegensi, tes prestasi belajar,
tes bakat, tes kepribadian.
c. Tes berdasarkan jumlah peserta. Tes kelompok, dimana tes tersebut
dilakukan secara berkelompok untuk menyelesaikan bersama dan Tes
perorangan, dimana tes tersebut dilakukan secara perorang atau individu.
d. Tes berdasarkan penyusunannya. tes baku dan tes yang dibuat oleh guru.
e. Tes ditinjau dari waktu yaitu. tes kemampuan (power test) dan tes kecepatan
(speed test).
f. Tes ditinjau dari segi responnya, yaitu. verbal test dan nonverbal test.
g. Tes ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya seperti, tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

6
2.2. Fungsi Instrumen Tes

Menurut Sudijono (2001: 67), secara umum ada dua macam fungsi yang
dimiliki tes yaitu:
a. Sebagai media pengukuran terhadap siswa.
Tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan dan kemajuan nilai yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
Tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran
yang telah digunakan, mampu dikembangkan dan dianggap berhasil sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

2.3. Persyaratan Instrumen Tes


Instrumen tes pengukuran yang baik merupakan instrumen yang melalui
dua tahapan.Tahap pertama, yakni tahapan yang terdapat empat kriteria seperti,
tujuan didefinisikan secara jelas, materi yang memenuhi standar dan spesifik,
prosedur pengadministrasian yang memenuhi standarisasi serta aturan
penskoran. Tahap kedua, tahapan evaluasi yang digunakan untuk pengumpulan
dan menganalisis data yang berguna untuk mengidentifikasi psychometric
property, yang ditunjukkan dengan analisis respon terhadap item – item tes.
Syarat – syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan penilaian:
a. Memberitahukan tugas yang akan dilakukan oleh siswa
b. Menyampaikan indikator atau garis besar materi
c. Rubrik penilaian untuk tampilan tugas yang lebih baik, dengan maksud
memberikan nilai yang sesuai dengan rentang waktu yang sudah diberikan
2.4. Ciri-ciri Tes yang Baik
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak akan lepas dari sebuah
evaluasi belajar. Evaluasi belajar ini digunakan untuk mengukur sejauh mana
capaian belajar siswa. Salah satu yang hal yang dilakukan dalam mengevaluasi
capaian belajar siswa yaitu menggunakan sebuah tes. Pada suatu kelas
pembelajaran siswa yang berada pada kelas tersebut bersifat heterogen, yang

7
nantinya jika dilakukan sebuah tes maka hasil dari tes tersebut akan berbentuk
sebuah kurva normal1.
Tes yang dilakukan untuk mengevaluasi capaian belajar siswa, haruslah
memiliki karakter atau ciri-ciri atau kualitas tes yang baik, sehingga nantinya
hasil yang didapatkan akan menjadi seperti yang diinginkan, dan juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sejauh mana pemahaman siswa pada saat
proses pembelajaran. Arikunto (2009) mengemukakan bahwa ciri atau
karakteristik tes yang baik yaitu mencakup validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktikabilitas, dan ekonomis2.
a. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sudah
sejauh mana keakuratan dan ketelitian yang dimiliki oleh suatu alat ukur
ketika digunakan dalam melakukan pengukuran3. Seperti contohnya
ketika akan menguji kemampuan mendengar, maka yang harus dilakukan
yaitu memberikan tes yang berbentuk pendengaran, bukan tes tulis
maupun lisan. Terdapat beberapa macam validitas yaitu validitas logis
dan validitas empiris. Validitas logis adalah validitas yang menggunakan
pemahaman logis dalam proses analisanya. Sedangkan validitas empiris
yaitu validitas yang menggunakan data-data empiris dalam proses
analisanya.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang merupakan
gabungan dari kata rely dan ability, yang jika dua kata tersebut
digabungkan maka akan memiliki pemahaman bagaimana sebuah alat
ukur dapat dipercaya dan dapat dijadikan sandaran ketika melakukan
sebuah pengukuran4. Realibilitas ini juga merujuk pada kekonsistenan
sebuah tes yang jika dilakukan berulang kali terhadap siswa yang sama
hasilnya akan konsisten.

1 Khaerudin. 2015. Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar. Jurnal Madaniyah, 2(9), 212-235, hlm. 213
2 Suryawati dan Yulfikar. 2012. Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Peluang, 1(1), 71-80, hlm. 73
3 Widodo, Prasetyo Budi. 2006. Reliabilitas dan Validitas Konstruk Skala Konsep Diri Untuk Mahasiswa
Indonesia. Jurnal Psikolo
4

8
c. Objektivitas
Objektif merupakan lawan atau kebalikan dari subjektif memiliki
pengertian penilaian dengan mengikutsertakan unsur pribadi, sedangkan
untuk objektif memiliki pengertian penilaian yang tidak
mengikutsertakan unsur pribadi. Jadi pada objektivitas, pelaksanaan tes
yang dilakukan adalah murni tanpa adanya keikutsertaan unsur subjektif
sehingga hasil tes yang didapatkan merupakan murni dari kemampuan
yang dimiliki oleh siswa.
d. Praktikabilitas
Praktikabilitas pada pelaksanaan tes merujuk pada kemudahan
dan kepraktisan tes dalam proses administrasi. Pada praktikabilitas ini
sebuah menunjukkan bahwa sebuah tes yang dilakukan mudah untuk
diperiksa, mudah untuk dilaksanakan, dan tes tersebut telah dilengkapi
dengan petunjuk yang rinci dan jelas, sehingga tes tersebut bersifat
simple dan jelas.
e. Ekonomis
Ciri tes yang baik selanjutnya yaitu ekonomis. Ciri ekonomis
pada tes ini bermaksud bahwa tes yang dilaksanakan tidak memiliki
biaya yang mahal, dan biaya yang dikeluarkan masih bisa dijangkau
sehingga tidak memberatkan dalam pelaksanaannya nanti.

Kelima ciri di atas merupakan ciri-ciri tes yang baik yang dilakukan
ketika mengevaluasi capaian belajar siswa. Namun, dari kelima ciri tersebut,
terdapat dua ciri yang sangat perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sebuah tes.
Kedua ciri tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Kedua ciri tes ini seringkali
dijadikan sebagai dasar dalam menentukan keakuratan sebuah tes sebagai
sebuah alat ukur, baik dalam menggunakannya sebagai instrumen keberhasilan
belajar maupun dalam melakukan penelitian. Jadi sebuah tes yang dilakukan
harus memiliki kebenaran atau kesahihan (valid) dan juga keterpercayaan
(reliable) sehingga nantinya hasil dari tes tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.

9
2.5. Bentuk-Bentuk Instrumen Tes
Penggolongan tes dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang5.
Penggolongan tes dilihat dari fungsinya yaitu tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes
diagnostik, tes formatif. Kemudian, penggolongan tes berdasarkan jumlah
peserta didik yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Penggolongan tes
berdasarkan tujuan, yaitu tes bakat, tes minat, tes intelegensi (tingkat
kecerdasan), tes prestasi belajar, tes diagnostik, tes sikap. Dan, penggolongan tes
berdasarkan bentuk soal dan cara memberikan jawabannya, yaitu tes objektif
dan tes non objektif, yakni sebagai berikut :
1. Tes Bentuk Objektif
Tes objektif adalah suatu tes yang menuntut siswa untuk memilih
jawaban yang telah disediakan atau berupa jawaban singkat yang
pengkoreksiannya dilakukan dengan cara yang sama kepada semua siswa
6
. Tes berbentuk objektif memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk
kelebihannya, pengoreksian melalui tes objektif menjadi lebih muda dan
dapat dibantu orang atau dengan jasa komputer, serta butir-butir soal
lebih mudah dianalisis. Sedangkan untuk kekurangannya, penyusunan tes
objektif lebih sulit dan lama, kurang dapat mengukur proses berpikir
yang tinggi, serta siswa lebih terbuka dalam menjawab soal dan
membuka kesempatan siswa untuk bekerjasama 7.
Tes dalam bentuk objektif ini memiliki beberapa macam, antara
lain :
a. Pilihan ganda (multiple choice)
Tes pilihan ganda merupakan tes objektif yang ditandai
dengan disediakannya lebih dari kemungkinan jawaban yang benar
dan hanya ada satu dari pilihan jawaban tersebut yang paling benar 8.
Tes pilihan ganda penilaiannya sangat mudah dan cepat, sehingga

5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Penulis, ed. by Wajaj Bahaunar Shidiq, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Revisi (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, 2012).
6 Adea H. Z. Wulan and Risa Aristia, ‘Jenis - Jenis Instrumen Dalam Evaluasi Pembelajaran’, 2018, 1–13
<http://eprints.umsida.ac.id/4050/1/Evaluasi pembelajaran Adea_Risa-1.pdf>.
7 Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembelajaran, Ciptapustaka Media (Medan: Perdana
Mulya Sarana, 2014).
8 Wulan and Aristia.

10
cocok digunakan untuk ujian yang berskala besar dan hasil
penilaiannya harus segera diumumkan, seperti: ujian nasional dan
ujian akhir sekolah. Namun, untuk penyusunan teks yang berbentuk
pilihan ganda membutuhkan waktu yang cukup lama.
Contoh: hasil penjumlahan dari 7- (-10) = .....

a. 3 b. 17

c. -3 d. -17

Ada beberapa hal dalam menyusun teks pilihan ganda yang


perlu diperhatikan, yaitu : 1) soal dan jawaban harus sesuai; 2)
penyusunan kalimat harus jelas; 3) bahasa yang digunakan mudah
dipahami; 4) setiap soal harus mengandung satu masalah.
b. Pilihan benar salah (true or false)
Tes bentuk pilihan benar salah adalah suatu soal yang
mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah.
Fungsinya adalah untuk mengukur kemampuan siswa dalam
membedakan antara fakta dengan pendapat 9. Untuk mengerjakan
soal berbentuk tes benar salah ini dengan menggunakan cara
melingkari atau menandai pada jawaban yang dianggap benar. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menyusun soal benar
salah, yaitu : 1) membuat petunjuk dengan jelas agar siswa tidak
bingung saat mengerjakan soal tersebut, 2) setiap soal mengandung
satu pengertian, dan 3) menghindari kata yang dapat memberi
petunjuk tentang jawaban yang benar.
Contoh :

Tentukan apakah pernyataan berikut benar apa salah, dan berilah tanda
cheklist (✔) pada jawaban yang tepat !
Benar Salah
Pernyataan
(B) (S)
1. Bilangan ganjil yang dijumlahkan dengan bilangan
genap hasilnya tetap ganjil

9 Wulan and Aristia.

11
2. 209 – 100 = 99

c. Menjodohkan (matching)
Tes dalam bentuk ini sering disebut dengan istilah tes
menjodohkan atau tes mencocokkan. Tes menjodohkan merupakan
suatu bentuk tes yang terdiri dari dua kolom yang berbeda, yaitu yang
satu berisi kumpulan soal dan yang satu berisi kumpulan jawaban,
kemudian siswa diarahkan untuk mencari dan menempatkan jawaban
yang sesuai dengan pertanyaan 10. Bentuk tes menjodohkan ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
informasi dan kemampuan menghubungkan antara dua hal. Sehingga
semakin banyak hubungan antara pertanyaan dengan jawaban maka
semakin baik pula soal yang dibuat.
Contoh: Pasangkanlah pertanyaan berikut dengan jawaban
yang tepat dan benar!
Pertanyaan Jawaban
1. 3 × 8 = .... a. 0
2. .... + 4 = 13 b. 24
3. Cos 90 = .... c. 9
4. Sin 90 = .... d. 1
Penyusunan soal tes menjodohkan harus memperhatikan
beberapa teknik, yaitu: 1) menyesuaikan kompetensi dasar dan
indikator; 2) kumpulan soal dikatakan di kolom sebelah kiri dan
jawaban diletakkan di kolom sebelah kanan; dan 3) menggunakan
kalimat/soal yang singkat dan langsung terarah pada pokok
permasalahannya.
d. Isian singkat (melengkapi)
Tes isian singkat atau bisa disebut tes melengkapi atau
menyempurnakan adalah suatu tes yang biasanya ditandai dengan
menjawab pada tempat kosong yang telah disediakan guru untuk

10 Wulan and Aristia.

12
menjawab dengan jawaban singkat 11. Contoh: titik-titik dibawah ini
dengan benar!
i. Bilangan yang dijumlahkan dengan 3 = 5 dan jika dikurangi
dengan 4 = -2 adalah ...
ii. Faktor persekutuan besar (FPB) dari 15 adalah ...
Penyusunan untuk tes isian singkat yaitu: 1) tidak
menggunakan soal yang terbuka saat penyusunan soal; 2) soal yang
ditulis hanya mengandung satu penyelesaian jawaban; 3) titik-titik
kosong adalah tempat jawaban diletakkan, baik pada akhir atau
tengah kalimat; dan 4) untuk membuat soal yang singkat dan jelas,
dapat menggunakan gambar yang mendukung12.
2. Tes Bentuk Non-Objektif
Tes non objektif bisa disebut juga dengan tes uraian. Tes non-objektif
yaitu tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban siswa secara uraian,
baik bebas maupun terbatas. Tes uraian ini bertujuan agar siswa mampu
menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-
katanya sendiri, baik dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu sama
yang lain. Tes non objektif biasanya digunakan untuk bidang studi ilmu-ilmu
13
sosial , karena itu merupakan suatu pembelajaran yang tidak bisa hanya
dikendalikan dengan satu pemikiran.
Tes untuk non objektif tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan tes non objektif diantaranya mudah untuk dibuat, mampu
mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
jawaban, waktu yang digunakan untuk membuat soal tes lebih cepat serta
penulisan tes non objektif jauh lebih muda daripada menulis tes objektif.
Sedangkan kekurangan dalam tes bentuk objektif yakni sering dipandang
bahwa tes ini tidak adil, bahkan terdapat pandangan bahwa cara pemberian
skornya cukup dilihat dari panjang pendeknya tes uraian. Tes non objektif
ini juga sulit untuk memeriksa jawaban siswa, hasil pemeriksaannya juga

11 Asrul, Ananda, and Rosinta.


12 Wulan and Aristia.
13 Wulan and Aristia.

13
cenderung tidak tetap bahkan hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh
kemampuan menulisnya.
Bentuk dan uraian terbagi menjadi dua yaitu uraian terbatas dan
uraian bebas, berikut penjelasannya :
a. Uraian Terbatas
Tes uraian terbatas yaitu tes yang menuntut siswa untuk
menjawab soal yang ditanyakan, namun arah jawabannya sudah
dibatasi (terarah). Meskipun banyak kalimat yang berbeda namun
tetap ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam jawaban yang
telah ditentukan pada soal. Tes uraian terbatas digunakan untuk
mengetahui atau mengungkapkan kemampuan siswa dalam berfikir
tentang pengetahuan, pemahaman, dan penerapan pada kognitifnya,
sehingga jawaban yang digunakan bersifat jelas, pasti atau objektif 14.
Contoh :
i. Sebutkan ciri-ciri bangun persegi !
ii. Apa yang dimaksud dengan bangun datar ?
b. Uraian Bebas
Tes uraian bebas merupakan tes yang siswa dibebaskan dalam
mengungkapkan jawaban atau pendapat secara luas dan menyeluruh
sesuai kemampuan diri sendiri. Dalam tes ini, seluruh jawaban
ditentukan oleh siswa, baik dalam merumuskan, mengorganisasikan,
dan menyajikan jawaban, sehingga jawaban yang diajukan
mempunyai ciri dan sistematika yang berbeda-beda. Namun
demikian, guru harus tetap mempunyai acuan atau patokan dalam
mengoreksi jawaban 15.Contoh :
i. Apa yang kamu ketahui tentang evaluasi pembelajaran?
ii. Mengapa kita harus belajar matematika?

14 Pendidikan Profesi Guru, ‘Modul Evaluasi Pembelajaran’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53.9 (2019), 1689–99.
15 Arifin.

14
2.6. Teknik Penyusunan Tes
1. Tes tertulis bentuk uraian (essay), untuk menyusun tes yang berbentuk non
objektif atau uraian diperlukan beberapa teknik yang perlu diperhatikan
sebagai berikut16:
a. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal
tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah
diajarkan.
b. Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh tester misalnya,
menyontek dan bertanya kepada tester yang lainnya. hendaknya sesuatu
kalimat pada soal berlawanan dengan buku pelajaran.
c. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian lebih baik untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan yang tidak seragam atau bervariasi. Misalnya:
Jelaskan perbedaan antara … dengan ... beserta alasannya!
d. Kalimat yang disusun bersifat ringkas dan padat.
e. Sebelum seseorang mencoba menjawab soal, sebaiknya terlebih dahulu
mengemukakan cara mengerjakannya. Contoh: “Jawaban soal harus
ditulis diatas lembaran jawaban dan sesuai dengan urut nomor”.
2. Tes tertulis bentuk objektif, tes yang berbentuk objektif memiliki beberapa
jenis yang berbeda dan tentunya memiliki teknik penyusunan yang berbeda
juga. Sebelum mengetahui bagaimana teknik penyusunan tes objektif,
terdapat petunjuk operasional yang harus diketahui oleh pendidik, yaitu:
a. Pendidik harus sering berlatih dalam menyusun tes objektif
b. Dilakukan analisis item (butir) pada butir soal sebelum soal tersebut
diujikan
c. Menggunakan tabel spesifikasi soal atau kisi-kisi dengan menyusun
kalimatnya lebih sederhana, ringkas, dan jelas. Hal ini dilakukan agar
tidak menimbulkan penafsiran ganda dan sebaiknya soal disusun dengan
menggunakan tanda baca serta ditulis dengan benar. Selain itu,
diwajibkan untuk mencantumkan pedoman dan kunci jawaban.
Berikut ini adalah teknik penyusunan tes objektif berdasarkan jenisnya17, yaitu:
16 Pendidikan Profesi Guru, Modul Evaluasi Pembelajaran 2019
17Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembelajaran, Ciptapustaka Media (Medan: Perdana
Mulya Sarana, 2014)

15
a. Melengkapi (completion test), tes ini merupakan tes jenis objektif yang
sangat mirip dengan tes objektif fill in, namun perbedaannya adalah
completion test tidak harus dalam satu kesatuan.
b. Multiple choice tes (pilihan berganda), tes objektif dalam bentuk ini
disajikan beberapa kemungkinan jawaban dan satu jawaban yang paling
benar. Teknik penyusunan pilihan berganda, yaitu:
i. Sebaiknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban
terdapat kesesuaian.
ii. Kalimat pada tiap-tiap butir soal sebaiknya dapat disusun dengan
jelas.
iii. Sebaiknya soal disusun dengan bahasa yang mudah dipahami.
iv. Setiap butir pertanyaan sebaiknya hanya mengandung satu
masalah meskipun berupa masalah yang kompleks.Contoh:
Hasil pemfaktoran dari x 2−5 x+ 6=0 adalah
a. ( x−2)( x +3)=0
b. ( x +3)(x+3)=0
c. ( x +2)( x−3)=0
d. ( x−2)(x−3)=0
c. Menjodohkan (matching), tes jenis ini juga sering disebut dengan istilah
tes menjodohkan, tes mencari pandangan, tes menyesuaikan, tes
mencocokkan, dan lain-lain. Teknik menyusun tes menjodohkan, yaitu:
i. Butir-butir soal yang dituangkan dalam bentuk matching test
banyaknya tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 15 soal.
ii. Daftar yang berada di sebelah kiri sebaiknya disusun lebih panjang
daripada daftar yang ada di sebelah kanan, agar jawaban dapat
ditemukan dengan mudah oleh seseorang yang menjawab.
iii. Meskipun terkadang sulit dilakukan, diusahakan soal disertai
dengan petunjuk cara mengerjakan soal yang dibuat seringkas dan
sejelas mungkin.
d. Tes objektif berbentuk fill in (isian), biasanya dalam bentuk cerita atau
karangan. Teknik penyusunan tes objektif dalam bentuk fill in, yaitu:

16
i. Jawaban ditulis pada lembar jawaban atau tempat terpisah dengan
pertanyaan agar memudahkan untuk dikoreksi.
ii. ungkapan cerita yang akan dijadikan tes disusun dengan seringkas
mungkin untuk menghemat tempat atau kertas yang seimbang
dengan waktu penyesuaiannya.
iii. Jika jenis mata pelajaran yang akan disajikan memang
memungkinkan pengajaran atau pengujian soal juga dapat
disajikan dalam bentuk gambar.
e. Benar-Salah (True-False), tes ini juga sering disebut sebagai tes objektif
berbentuk “Ya-Tidak” karena terdapat jawaban yang benar dan ada yang
salah. Teknik penyusunan tes yang berbentuk Benar-salah adalah:
i. Terdapat petunjuk yang jelas bagaimana cara mengerjakannya
untuk memudahkan seseorang yang menjawab soal.
ii. Hindari pertanyaan yang ambigu, yaitu pertanyaan yang masih
dipertanyakan benar dan salahnya.
iii. Disarankan untuk setiap soal memiliki satu pengertian saja.
iv. Hindari pertanyaan yang mencantumkan kalimat yang meragukan,
misalnya dengan kata “terkadang”, “barangkali”, “mungkin”, dan
lain sebagainya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Test merupakan sebuah media atau proses yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dan penilaian. Tes merupakan proses penilaian
komprehensif kepada seseorang atau usaha keseluruhan evaluasi program.
Menurut Arikunto (2005:33) tes adalah suatu pengumpul informasi yang bersifat
lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Tes dapat dibedakan dari
beberapa jenis dan pembagiannya yaitu : 1) Tes ditinjau dari berbagai sudut
pandang, 2) Tes ditinjau dari bidang psikologi, 3) Tes berdasarkan jumlah
peserta, 4) Tes berdasarkan penyusunannya, 5) Tes ditinjau dari waktu, 6) Tes
ditinjau dari segi responnya. 7) Tes ditinjau dari segi cara mengajukan
pertanyaan dan cara memberikan jawabannya. Tes dalam suatu evaluasi
pembelajaran memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai media pengukuran
terhadap siswa dan juga sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
Sebelum pelaksanaan tes dalam evaluasi belajar, perlu diperhatikan syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam suatu instrumen tes. Syarat-syarat tersebut yaitu :

1. Memberitahukan tugas yang akan dilakukan oleh siswa


2. Menyampaikan indikator atau garis besar materi 
3. Rubrik penilaian untuk tampilan tugas yang lebih baik, dengan
maksud memberikan nilai yang sesuai dengan rentang waktu yang sudah
diberikan.
Selain syarat-syarat tes yang perlu diperhatikan, hal lain yang perlu
menjadi perhatian sebelum pelaksanaan tes yaitu ciri atau karakteristik tes yang
baik. Ciri atau karakteristik tes yang baik tersebut yaitu validitas, reliabilitas,
objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. Namun, dari kelima ciri tes yang baik
tersebut terdapat dua ciri yang sangat perlu untuk terpenuhi, yaitu validitas dan
reliabilitas. Jadi sebuah tes harus memiliki kesahihan dan keterpercayaan agar
hasil tes yang didapat bisa dipertanggung jawabkan. 
Kemudian dalam sebuah tes terdapat bentuk-bentuk instrumen tes yang
digolongkan menurut fungsinya, jumlah peserta yang mengikuti tes, tujuan dari

18
tes tersebut, serta bentuk soal dan cara menjawab. Penggolongan tes dilihat dari
fungsinya yaitu tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif. 
Kemudian, penggolongan tes berdasarkan jumlah peserta didik yaitu tes
kelompok dan tes perorangan. Penggolongan tes berdasarkan tujuan, yaitu tes
bakat, tes minat, tes intelegensi (tingkat kecerdasan), tes prestasi belajar, tes
diagnostik, tes sikap. Dan, penggolongan tes berdasarkan bentuk soal dan cara
memberikan jawabannya, yaitu tes objektif dan tes non objektif.

Dan yang terakhir yang juga menjadi fokus dalam pelaksanaan sebuah
tes yaitu teknik penyusunan tes. Terdapat berbagai teknik dalam menyusun tes
yang dilakukan untuk mengevaluasi capaian belajar peserta didik. Metode-
metode tersebut dikelompokkan menjadi tes yang berbentuk non objektif dan tes
yang berbentuk objektif. Penyusunan tes yang berbentuk non objektif dapat
menggunakan tes tertulis bentuk uraian. Kemudian untuk tes tertulis berbentuk
objektif, terbagi dalam beberapa jenis yang untuk setiap jenisnya memiliki
teknik penyusunan yang berbeda-beda. Jenis-jenis tes yang berbentuk objektif
yaitu melengkapi, multiple choice, menjodohkan, tes yang berbentuk fill in, dan
yang terakhir adalah benar atau salah.

3.2. Saran

Makalah ini disusun dengan harapan agar dapat bermanfaat bagi penulis
dan juga pembaca. Bagi penulis semoga dengan disusunnya makalah ini dapat
meningkatkan keterampilan dalam menyajikan informasi dan fakta secara jelas
dan sistematis. Dan bagi pembaca, semoga dengan disusunnya makalah ini dapat
menjadi sumber informasi yang dapat dimanfaatkan dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya. 

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

19
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Penulis, ed. by Wajaj Bahaunar Shidiq, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Revisi (Jakarta Pusat: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012)
Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembelajaran, Ciptapustaka Media (Medan:
Perdana Mulya Sarana, 2014)
Guru, Pendidikan Profesi, ‘Modul Evaluasi Pembelajaran’, Journal of Chemical Information
and Modeling, 53.9 (2019), 1689–99
Khaerudin. 2015. Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar. Jurnal Madaniyah, 2(9), 212-235,
hlm. 213
Raka Joni,Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Surabaya: KaryaAnda, 1984
Ratnawulan, Elis. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cv.Pustaka Setia
Rusdiana A. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cv.Pustaka Setia
Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Sumarna Surapranata,Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005T. 
Suryawati dan Yulfikar. 2012. Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Peluang, 1(1), 71-80,
hlm. 73
Widiyanto, Joko. 2018. Evaluasi Pembelajaran. Madiun:Unipma Press
Widodo, Prasetyo Budi. 2006. Reliabilitas dan Validitas Konstruk Skala Konsep Diri Untuk
Mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(1), 1-9, hlm. 3
Wulan, Adea H. Z., and Risa Aristia, ‘Jenis - Jenis Instrumen Dalam Evaluasi Pembelajaran’,
2018, 1–13 <http://eprints.umsida.ac.id/4050/1/Evaluasi pembelajaran Adea_Risa-
1.pdf>

20

Anda mungkin juga menyukai