1264 2832 1 PB
1264 2832 1 PB
345
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari penerapan metode
kasus menggunakan media audio-visual terhadap hasil belajar kimia ditinjau berdasarkan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI IPA. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan teknik cluster random
sampling yaitu kelas XI IPA-4 sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan
dengan menerapkan metode kasus menggunakan media audio-visual setelah dilakukan
uji homogenitas. Berdasarkan hasil uji estimasi rata-rata diperoleh rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen antara 74,24-78,54 dan kelompok kontrol antara 66,08-70,94 dan
berdasarkan hasil uji estimasi proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada
kelompok eksperimen berkisar antara 93,7%-100%, sedangkan pada kontrol berkisar
antara 63%-89%. Berdasarkan hasil uji ketuntasan belajar diperoleh persentase ketuntasan
belajar klasikal untuk kelompok eksperimen sebesar 98% dan kelompok kontrol sebesar
76%. Adapun hasil observasi terhadap ranah afektif dan ranah psikomotorik diperoleh nilai
rata-rata siswa pada kelompok eksperimen e” 65, sedangkan berdasarkan hasil angket
tanggapan siswa terhadap pembelajaran, siswa yang menjawab termotivasi untuk belajar
sebesar 78,05% dan 17,07% tidak termotivasi. Siswa juga merasa senang untuk belajar
sebesar 75,6% dan yang tidak merasa senang sebesar 10,76%.
PENDAHULUAN
Era globalisasi merupakan tantangan bagi bidang studi kimia ibu Dra. Niken Andjaswati
bangsa Indonesia khususnya dunia pendidikan. diperoleh data hasil belajar siswa kelas XI IPA untuk
Dunia pendidikan dituntut mempersiapkan sumber tahun ajaran 2007/2008 pada materi kelarutan
daya manusia yang kompeten agar mampu dan hasil kali kelarutan yaitu ketuntasan klasikal
bersaing dalam pasar kerja global. Persoalan siswa dalam menguasai materi kurang dari 85%,
pendidikan selalu saja sangat menarik untuk sehingga dapat dikatakan nilai rata-rata siswa tidak
dikembangkan dan dibahas di setiap zaman. mencapai standar kelulusan kompetensi di sekolah
Tidak saja karena persoalan pendidikan atau tersebut. Beliau juga menyatakan bahwa kurang
yang lebih spesifik mendidik, selalu merupakan lebih hanya 3 sampai 4 siswa yang aktif bertanya
tugas para guru, orang tua atau mereka yang pada guru, selalu ada siswa yang terlambat dan
berhubungan langsung dengan dunia pendidikan, tidak mengerjakan tugas, siswa lebih banyak diam
tetapi persoalan pendidikan telah menjadi polemik dan bergurau dengan teman sebangkunya saat
manusia generasi ke generasi. pelajaran berlangsung maka dapat disimpulkan
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan rendahnya aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu,
peneliti di SMA Negeri 4 Semarang kelas XI IPA perlu upaya yang terus-menerus untuk mencari
dengan melakukan wawancara terhadap guru dan menemukan metode pembelajaran kimia yang
346 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 345-353
mampu memotivasi siswa untuk terus aktif dalam yang terjadi di lingkungan sekitar atau dari keluarga
mengikuti pembelajaran. (Sanjaya, 2006:213).
Penelitian yang dilakukan Sudarman (2006) Ciri-ciri metode kasus adalah (Jogiyanto
dengan menggunakan metode kolaboratif mampu 2006:28): 1) siswa-siswa dan guru berpartisipasi
meningkatkan hasil belajar sebesar 84% dan pada diskusi langsung, 2) yang didiskusikan adalah
Cahyasari (2008) menggunakan metode SEQIP kasus-kasus yang terkait dengan pokok materi, 3)
(Science Education Quality Improvement Project) kasus itu dibaca, dipelajari dan didiskusikan oleh
mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa siswa-siswa, 4) kasus itu menjadi dasar dari diskusi
kelas XI pada materi kelarutan dan hasil kali kelas di bawah arahan dari instruktur, 5) aktifitas
kelarutan sebesar 87%. Berdasarkan hasil pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
penelitian tersebut, peneliti terdorong untuk kasus, 6) pemecahan kasus dilakukan dengan
menerapkan suatu metode yang efektif dalam pendekatan berpikir secara ilmiah.
membelajarkan siswa yaitu metode kasus dengan Menurut Sanjaya (2007:160) media adalah
memanfaatkan media yang digunakan untuk penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar
menampilkan berbagai kasus yang terkait dengan kehadiran media mempunyai arti yang cukup
materi yang dibahas. Media yang dikembangkan penting. Media dapat mewakili apa yang kurang
peneliti adalah media audio-visual berupa slide mampu guru sampaikan melalui kata-kata atau
beraudio. kalimat-kalimat tertentu. Pemanfaatan media
Metode kasus ialah pembelajaran dengan pada tahap orientasi pengajaran akan sangat
menggunakan kasus-kasus dunia nyata untuk membantu keefekifan proses pembelajaran dan
dibawa ke dalam ruang kelas. Kasus adalah suatu penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat
bentuk drama pendidikan yang berisi dengan itu. Selain membengkitkan motivasi dan minat
cerita. Cerita ini menggambarkan situasi nyata siswa, media pembelajaran juga dapat membantu
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
metode ini mencoba mensimulasi kondisi dunia dengan menarik dan terperdaya, memudahkan
nyata ke dalam lingkungan yang dapat dikontrol di penafsiran data dan memadatkan informasi.
ruang kelas dimana diskusi akan dilakukan untuk Pengajaran melalui media audio-visual lebih
memahami proses pengambilan keputusan agar menekankan pada hasil belajar yang diperoleh
mendapatkan hasil yang diinginkan atau yang tidak melalui pengalaman tidak hanya didasarkan
diinginkan (Jogiyanto, 2006:27). atas kata-kata belaka. Sebenarnya media audio-
Metode kasus lebih menekankan kepada visual, menambahkan materi audio kepada materi
proses penyelesaian kasus atau permasalahan pengajaran visual, yang secara konseptual tidak
yang dihadapi secara ilmiah, menempatkan kasus banyak memberikan perbedaan yang berarti.
atau masalah sebagai kata kunci dari proses Media yang digunakan adalah slide beraudio
pembelajaran. Implementasi metode kasus yaitu kombinasi antara slide dan suara. Gabungan
dilakukan guru dengan memilih bahan pelajaran slide (film berbingkai) dengan audio adalah jenis
yang memiliki kasus yang dapat dipecahkan. sistem multimedia yang paling mudah diproduksi.
Kasus-kasus itu dapat diambil dari buku teks atau Sistem multimedia ini serba guna, mudah digunakan
dari sumber-sumber lain, misalnya dari peristiwa dan cukup efektif untuk pembelajaran kelompok
Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ... 347
atau perorangan. Apabila didesain dengan baik, tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel
media dapat membawa dampak yang dramatis dan dalam penelitian ini diambil dengan teknik
tentunya bisa meningkatkan hasil belajar (Arsyad, cluster random sampling yaitu mengambil dua
2002: 154). kelas secara acak dari populasi dan akhirnya
Hubungan audio-visual dalam proses diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas XI-4 yang
komunikasi instruksional melahirkan suatu model mendapatkan pembelajaran dengan metode kasus
yang memperlihatkan dengan tegas bahwa siswa menggunakan media audio-visual sedangkan kelas
merupakan bagian integral dari proses teknologi XI-3 mendapatkan pembelajaran seperti yang
instruksional. Pemanfaatan media menjadikan biasa diterapkan guru mitra sebagai kelas kontrol.
siswa akan belajar lebih efektif sebab hal-hal yang Metode pengumpulan data dilakukan
telah dilihat akan memberikan kesan penglihatan dengan empat cara, yaitu metode dokumentasi
yang lebih jelas, mudah mengingatnya dan mudah digunakan untuk memperoleh data yang digunakan
pula dipahami. untuk analisis tahap awal, metode tes untuk
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mendapatkan hasil belajar kognitif siswa dan
adalah apakah pembelajaran dengan menerapkan metode observasi untuk mendapatkan data
metode kasus menggunakan media audio-visual nilai psikomotorik, serta metode angket untuk
efektif digunakan untuk pembelajaran kimia pada memperoleh nilai afektif dan tanggapan siswa
pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. terhadap pembelajaran di kelas.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas
mengetahui apakah pembelajaran dengan rencana pembelajaran, angket dan alat ukur hasil
menerapkan metode kasus menggunakan media belajar yaitu lembar observasi dan soal pretes
audio-visual efektif digunakan untuk pembelajaran dan postes, serta media berupa audio-visual dan
kimia pada pokok materi kelarutan dan hasil kali lembar kerja siswa. Desain eksperimen yang
kelarutan ditinjau berdasarkan aspek kognitif, digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test and
afektif dan psikomotorik. post-test group design.
Hipotesis nihil dalam penelitian ini adalah
penerapan metode kasus dengan menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
media audio-visual tidak efektif untuk meningkatkan
Analisis Data Tahap Awal
hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA-4 SMA N 4
Analisis data tahap awal dilakukan untuk
Semarang pada pokok materi kelarutan dan hasil
membuktikan bahwa antara kelompok eksperimen
kali kelarutan, sedangkan hipotesis alternatif dalam
dan kelompok kontrol berangkat dari kondisi awal
penelitian ini adalah penerapan metode kasus
yang sama. Data yang digunakan untuk analisis
dengan menggunakan media audio-visual efektif
tahap awal diambil dari nilai UAS kimia kelas XI
untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas
IPA SMA Negeri 4 Semarang pada semester I.
XI IPA-4 SMA N 4 Semarang pada pokok materi
Analisis data tahap awal terdiri dari tiga uji, yaitu
kelarutan dan hasil kali kelarutan.
uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan
keadaan awal populasi. Perhitungan hasil uji
METODE PENELITIAN
normalitas terangkum pada tabel 1.
Populasi dalam penelitian ini sebagai adalah
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Semarang
348 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 345-353
disimpulkan bahwa kelima populasi telah terbukti kontrol. Hal ini disebabkan karena pembelajaran
normal dan homogen. Hasil perhitungan ini kelompok eksperimen menerapkan metode
selanjutnya digunakan untuk menetapkan kelas kasus disertai dengan tanya jawab menggunakan
yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen media penunjang yaitu media audio-visual.
dan kontrol secara acak dengan teknik cluster Pada pembelajaran kelompok eksperimen, guru
random sampling. menggunakan metode ceramah, kasus, tanya
Pada kelas yang terpilih sebagai kelas jawab dan diskusi. Pemberian kasus dilakukan oleh
eksperimen diberi pembelajaran kimia dengan guru setelah setiap submateri selesai diberikan
menerapkan metode kasus menggunakan dan guru selalu melakukan kegiatan tanya
media audio-visual yaitu memberikan kasus jawab untuk melatih siswa dalam memecahkan
atau permasalahan yang terkait dengan materi kasus. Banyaknya latihan soal, menjadikan
yang dibahas melalui media penunjang yaitu siswa memiliki keterampilan dan ketangkasan
audio-visual berupa slide beraudio, sedangkan serta terbiasa dalam mengerjakan soal dan tidak
pada kelas kontrol pembelajaran kimia diberikan memerlukan banyak waktu dalam menyelesaikan
seperti yang biasa diajarkan guru mitra. Tes akhir soal. Selain itu, guru juga mengadakan diskusi
baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk membahas kasus yang ada dalam lembar
dilaksanakan setelah proses pembelajaran usai, kerja siswa yang bertujuan untuk mengetahui
untuk memperoleh hasil pembelajaran siswa. kemampuan afektif siswa yaitu bekerja sama
Waktu pembelajaran untuk kelas eksperimen dan dalam memecahkan kasus. Siswa juga diberi
kelas kontrol adalah sama yaitu 14 jam pelajaran. kesempatan untuk bertanya dan menjawab kasus
Materi pokok bahasan kedua kelompok sama serta baik dalam proses pembelajaran biasa maupun
urutan materinya juga sama. diskusi. Dengan adanya keaktifan siswa tersebut
Hasil nilai rata-rata pretes dan postes akan menumbuhkan motivasi belajar dan akan
pada kelompok eksperimen dan kelompok berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Di akhir
kontrol, seperti yang ditunjukkan pada gambar pembelajaran guru memberikan kasus melalui
4. Berdasarkan gambar 4 dapat disimpulkan media audio-visual. Hal tersebut dilakukan agar
bahwa nilai rata-rata pretes dan postes kelompok kemampuan kognitif siswa berkembang karena
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok adanya tuntutan untuk menyelesaikan kasus
yaitu kasus-kasus yang ada dalam slide beraudio
yang dibuat sendiri oleh guru dan pembahasan
kasus dilakukan bersama-sama antara guru
dan siswa. Saat pemberian kasus, siswa sangat
menyukai bagian pemecahan kasus karena
pemaparan materi menggunakan media audio-
visual yang membuat mereka lebih bersemangat
dan termotivasi untuk menjawab kasus-kasus
yang diberikan. Manfaat media audio-visual adalah
sebagai media penunjang untuk menarik perhatian
siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi
Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ... 351
metode kasus dengan menggunakan media menjadikan pembelajaran lebih menarik karena
audio-visual sesuai untuk materi kelarutan dan dapat memperkuat ingatan siswa pada materi yang
hasil kali kelarutan, Tanggapan-tanggapan siswa telah diberikan oleh guru dan mendorong siswa
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang untuk menggunakan banyak alat indera. Semakin
menerapkan metode kasus dengan menggunakan banyak alat indera yang digunakan dalam proses
media audio-visual membuat siswa dapat pembelajaran maka akan berpengaruh besar
memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan terhadap hasil belajar.
dengan lebih jelas, sehingga hasil belajarnya lebih Hal tersebut di atas merupakan kelebihan dari
baik. penerapan metode dan media pembelajaran yang
Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua digunakan pada kelompok eksperimen. Namun,
kelompok, terlihat bahwa hasil belajar kedua walaupun begitu terdapat juga beberapa kendala
kelompok tersebut berbeda. Hal ini ditunjukkan dari penerapan metode kasus menggunakan media
dari hasil uji ketuntasan belajar untuk kelompok audio-visual, antara lain: (1) kurangnya persiapan
eksperimen diperoleh persentase ketuntasan guru dalam menyusun strategi pembelajaran, (2)
belajar klasikal sebesar 98% dan kelompok terbatasnya waktu pembuatan media sehingga
kontrol sebesar 78%. Kelompok eksperimen tujuan penggunaan media belum tercapai secara
sudah mencapai ketuntasan belajar karena optimal, (3) waktu pembahasan kasus kurang,
persentase ketuntasan belajar klasikal lebih sehingga ada beberapa kasus harus diselesaikan
dari 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas mandiri oleh siswa, (4) guru berperan penting
tersebut yang telah mencapai ketuntasan individu. dalam memimpin jalannya pembelajaran karena
Sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal penggunaan media audio-visual menyebabkan
pada kelompok kontrol sebesar 78% belum semangat siswa untuk kompetisi lebih besar maka
mencapai ketuntasan belajar, sehingga dapat akan mengakibatkan kondisi kelas ramai sehingga
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima fungsi guru mengarahkan dan mengkondisikan
karena penerapan metode kasus menggunakan agar pembelajaran efektif.
media audio-visual efektif terhadap pembelajaran Dengan demikian, peneliti berusaha untuk
kimia. mengatasi kelemahan yang menjadi hambatan
Adapun keefektifan dari pembelajaran ini tersebut yaitu memberikan contoh-contoh kasus
dapat dilihat dari beberapa hal antara lain: (1) terkait dengan materi yang dipelajari, menjelaskan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran maksimal, secara global, dan memberi pernyataan, sehingga
(2) dengan adanya tanya jawab menjadikan siswa dapat menemukan konsep setelah banyak
siswa aktif dalam berpikir kritis dan meningkatkan melakukan latihan memecahkan kasus dan
aktivitas pembelajaran siswa, (3) seringnya membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang
berlatih memecahkan kasus menjadikan siswa diberikan. Guru juga berfungsi sebagai fasilitator,
memiliki keterampilan dan ketangkasan dalam yaitu berperan memberikan pengarahan dan
menyelesaikan soal, (4) dengan penggunaan bimbingan kepada siswa agar siswa menemukan
media audio-visual dapat membantu siswa dalam konsep yang dipelajarinya dari kasus yang telah
memahami konsep yang abstrak dan kompleks, diberikan. Selain itu guru lebih mengoptimalkan
(5) penyampaian kasus melalui slide beraudio siswa saat diskusi berlangsung karena dapat
Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ... 353
melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar Improvement Project) Terhadap Hasil
belajar siswa kelas XI pada materi Kelarutan
pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan
dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi: tidak
dengan teman sebayanya. diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA