Anda di halaman 1dari 6

Regulasi Budaya Keselamatan pasien

Nova Mahlini Harahap/181101065

novaharahap12@gmail.com

Abstrak

Budaya keselamatan pasien adalah suatu keluaran dari nilai individu dan kelompok, perilaku,
kompetensi, dan pola serta kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya serta kecakapan dari
manajemen organisasi dan keselamatan kesehatan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui regulasi budaya keselamatan pasien. metode yang dilakukan adalah literature review.
Hasilnya Budaya keselamatan pasien juga terbagi atas informed culture, reporting culture, just
culture, dan learning culture. Langkah awal yang dilakukan dalam mengembangkan budaya patient
safety adalah menilai budaya yang telah ada. Salah satunya dengan menggunakan kerangka
“Manchester patient safety”. Adapun pernyataan yang digunakan untuk dimensi budaya keselamatan
pasien adalah 1). Pernyataan-pernyataan untuk mengukur nilai, pemahaman dan sikap. 2). Pernyataan-
pernyataan untuk mengukur aktifitas atau perilaku yang bertujuan untuk mengembangkan budaya
keselamatan pasien seperti kepemimpinan, kebijakan dan prosedur.

Kata kunci : regulasi, budaya keselamatan pasien, keselamatan pasien

Pendahuluan

Regulasi adalah suatu peraturan yang dibuat untuk membantu mengendalikan suatu


kelompok, lembaga/ organisasi, dan masyarakat demi mencapai tujuan tertentu dalam
kehidupan bersama, bermasyarakat, dan bersosialisasi. Tujuan dibuatnya regulasi atau aturan
adalah untuk mengendalikan manusia atau masyarakat dengan batasan-batasan tertentu.
Regulasi diberlakukan pada berbagai lembaga masyarakat, baik untuk keperluan masyarakat
umum. Regulasi budaya keselamatan pasien ialah suatu peraturan yang dibuat untuk
membantu perawat dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Budaya keselamatan pasien adalah suatu keluaran dari nilai individu dan kelompok,
perilaku, kompetensi, dan pola serta kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya serta
kecakapan dari manajemen organisasi dan keselamatan kesehatan(Sorra dan Nieva (2004) ).
Jianhong (2004) menjelaskan bahwa budaya keselamatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan keyakinan dan nilai perilaku yang dikaitkan dengan keselamatan pasien yang
secara tidak sadar dianut bersama oleh anggota organisasi. Budaya keselamatan pasien sangat
penting perannya dalam rumah sakit. Sebab budaya keselamatan pasien mendorong rumah
sakit untuk melaksanakan program keselamatan pasien dan mencegah terjadinya insiden
keselamatan pasien melalui pelaksanaan analisis akar masalah insiden keselamatan pasien.
Budaya keselamatan pasien yang ada dirumah sakit memiliki hubungan langsung terhadap
pelaksanaan pelayanan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pasien. Kemudian
budaya keselamatan pasien itu sendiri juga dipengaruhi olek kepemimpinan transformasional
dalam organisasi tersebut. Ditinjau dari aspek-aspek pembentuk budaya keselamatan pasien
pada dasarnya hampir seluruh aspek terbilang telah diterapkan dengan baik. Hanya saja
berbeda untuk penyerahan dan pemindahan pasien, staf yang adekuat, harapan dan tindakan
supervisor/manajer dalam mepromosikan keselamatan pasien, serta respon tidak
menyalahkan.

Penerapan budaya dalam sebuah organisasi tidak terlepas dari peran aktif atasan
dalam hal ini supervisor ataupun manajer dalam mempromosikan nilai-nilai yang dianut
dengan melakukan tindakan-tindakan terkait yang mampu mendukung proses penanaman
nilai yang dimaksudkan. Masih banyaknya responden dengan kategori rendah untuk aspek
harapan dan tindakan supervisor/manajer dalam mempromosikan keselamatan pasien karena
masih adanya responden yang menganggap peran aktif manajer dalam menanamkan nilai-
nilai keselamatan pasien terbilang masih kurang maksimal. Hal tersebut terjadi, karena
responden yang menganggap bahwa supervisor/manajer mengabaikan masalah keselamatan
pasien dan tidak sepenuhnya mengawasi tindakan perawatan yang dilakukan responden
apabila sesuai atau tidak dengan prosedur keselamatan pasien.

Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui regulasi budaya
keselamatan pasien.
Metode
Dalam kajian ini metode yang dilakukan adalah literature review yaitu dengan
menganalsis jurnal yang relevan dan sesuai dengan regulasi budaya keselamatan pasien.
Dalam penelitian jenis ini, dikaji pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam
literature sehingga memberikan informasi teoritis dan ilmiah. Adapun data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan data dari hasil pecarian di dalam jurnal dan buku yang
berkaitan dengan regulasi budaya keselamatan pasien.
Hasil
Berdasarkan studi literatur yang saya lakukan budaya keselamatan pasien adalah suatu
keluaran dari nilai individu dan kelompok, perilaku, kompetensi, dan pola serta kebiasaan
yang mencerminkan komitmen dan gaya serta kecakapan dari manajemen organisasi dan
keselamatan kesehatan. Budaya keselamatan pasien juga terbagi atas informed culture,
reporting culture, just culture, dan learning culture.
Informed Culture, keselamatan pasien sudah diinformasikan ke semua karyawan, arti
penting dari keselamatan pasien, ada upaya dari rumah sakit dalam menciptakan keselamatan
pasien, adanya kebijakan yang menjadi draft/rencana strategis tentang keselamatan pasien
oleh tatanan manajerial, adanya pelatihan, pengembangan berupa jurnal berdasarkan
evidence-based, informasi tentang kendala dan hambatan dalam menciptakan keselamatan
pasien.Reporting Culture, adanya program evaluasi/sistem pelaporan, adanya upaya dalam
peningkatan laporan, hambatan dan kendala dalam pelaporan, adanya mekanisme
penghargaan, dan sanksi yang jelas terhadap pelaporan. Just Culture, staf di rumah sakit
terbuka dan memiliki motivasi untuk memberikan informasi terhadap hal yang bisa atau tidak
bisa diterima, adanya ketakutan apabila staf melaporkan kejadian kesalahan, kerjasama antar
sesama staf. Learning Culture, adanya sistem umpan balik terhadap kejadian kesalahan dan
pelaporannya, adanya pelatihan di rumah sakit yang menunjang peningkatan pengetahuan
SDM.
Mengembangkan budaya patient safety bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan
yang dihadapi untuk merubah budaya yang sudah ada menjadi budaya keselamatan pasien.
Hal yang dapat dilakukan berupa menjadikan keselamatan pasien sebagai salah satu bagian
utama dalam organisasi pelayanan kesehatan. Dalam hal pelaksanaannya, didukung dari
pihak organisasi mulai dari eksekutif, tim klinik, dan staf di berbagai level organisasi.
Perubahan budaya erat kaitannya dengan opini dan perasaan individu dalam organisasi.
Kebebasan dalam menyampaikan pendapat secara terbuka diakomodasi sistem akan
memungkinkan setiap individu melaporkan kejadian tidak diinginkan.
Pembahasan
Budaya keselamatan pasien adalah suatu keluaran dari nilai individu dan kelompok,
perilaku, kompetensi, dan pola serta kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya serta
kecakapan dari manajemen organisasi dan keselamatan kesehatan(Sorra dan Nieva (2004) ).
Jianhong (2004) menjelaskan bahwa budaya keselamatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan keyakinan dan nilai perilaku yang dikaitkan dengan keselamatan pasien yang
secara tidak sadar dianut bersama oleh anggota organisasi. Budaya keselamatan pasien sangat
penting perannya dalam rumah sakit. Sebab budaya keselamatan pasien mendorong rumah
sakit untuk melaksanakan program keselamatan pasien dan mencegah terjadinya insiden
keselamatan pasien melalui pelaksanaan analisis akar masalah insiden keselamatan pasien.

Tenaga kesehatan memiliki peran dalam menciptakan pelayanan yang bermutu. Salah
satunya melalui budaya keselamatan pasien. Saat ini, keselamatan pasien belum menjadi
budaya dalam pelayanan kesehatan. Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) sering terjadi.
Fenomena ini seperti dengan gunung es. Hanya kasus-kasus yang serius dan mengancam jiwa
yang secara mudah terdeteksi dan tampak di permukaan, sedangkan kasus-kasus yang
sifatnya ringan sampai sedang umumnya tidak terdeteksi, tidak dicatat, ataupun tidak
dilaporkan.

Masalah keselamatan pasien dipengaruhi banyak faktor. Keraguan untuk berbicara


adalah salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap kesalahan komunikasi dan atau
efek samping. Banyak dokter junior dan perawat memiliki pengalaman ragu untuk
menyuarakan keprihatinan mereka atas keselamatan pasien, bahkan ketika mereka sadar akan
risiko dan kekurangan dari kelalaian tersebut. Jika profesional perawatan kesehatan terus
terang berbicara tentang keprihatinan mereka akan keselamatan pasien, ini dapat memberikan
kesempatan yang baik untuk menghindari kesalahan dalam pelayanan kesehatan.

Langkah awal yang dilakukan dalam mengembangkan budaya patient safety adalah
menilai budaya yang telah ada. Salah satunya dengan menggunakan kerangka “Manchester
patient safety”. Adapun pernyataan yang digunakan untuk dimensi budaya keselamatan
pasien adalah 1). Pernyataan-pernyataan untuk mengukur nilai, pemahaman dan sikap. 2).
Pernyataan-pernyataan untuk mengukur aktifitas atau perilaku yang bertujuan untuk
mengembangkan budaya keselamatan pasien seperti kepemimpinan, kebijakan dan prosedur.

Karakteristik dari budaya keselamatan pasien:

1. Komunikasi dibentuk dari keterbukaan dan saling percaya


2. Alur informasi dan proses yang baik
3. Persepsi terhadap pentingnya keselamatan
4. Kesadaran bahwa kesalahan tidak bisa sepenuhnya dihindari
5. Identifikasi ancaman laten terhadap keselamatan secara proaktif
6. Pembelajaran organisasi
7. Memiliki pemimpin yang berkomitmen dan eksekutif yang bertanggungjawab
8. Pendekatan untuk tidak menyalahkan dan tidak memberikan hukuman pada insiden yang
dilaporkan
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa budaya keselamatan pasien adalah Budaya
keselamatan pasien adalah suatu keluaran dari nilai individu dan kelompok, perilaku,
kompetensi, dan pola serta kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya serta
kecakapan dari manajemen organisasi dan keselamatan kesehatan. Langkah awal yang
dilakukan dalam mengembangkan budaya patient safety adalah menilai budaya yang telah
ada. Salah satunya dengan menggunakan kerangka “Manchester patient safety”.

Referensi
Bea, I. F., Pasinringi, S. A., & Noo, N. B. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Universitas Hasanudin Tahun 2013, 1–14.

fadriyanti, y., & Suryarinilsih, Y. (2018). HUBUNGAN JAM KERJA DAN


KARAKTERISTIK PERAWAT PELAKSANA DENGANPENERAPAN
SASARAN KESELAMATAN PASIEN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA
PADANG. MENARA Ilmu , XII (6), 170-178.

Idris, H. (2017). DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN. JURNAL ILMU


KESEHATAN MASYARAKAT , 8 (1), 1-9.

insani, T. H., & sundari, s. (2018). Analisis Pelaksanaan Keselamatan Pasien oleh Perawat.
Journal of Health Studies , 2 (1), 84-95.

Jumriani, A., Noor, N. B., & Rivai, F. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja
Perawat Dalam Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien Di Rawat Inap Rumah
Sakit Stella Maris Makassar, 2016.

Keles, A. W., & Ch, G. D. K. (2012). Analisis Pelaksanaan Standar Sasaran Keselamatan
Pasien di Unit Gawat Darurat RSUD Dr . Sam Ratulangi Tondano Sesuai dengan
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Implementation Analysis of Standards Patient
Safety Goals in Emergency Department Dr . Sam Ratulangi Tondano Hospital
Accordance with Version 2012 Hospital Accreditation, 250–259.

lombogia, a., rottie, j., & karundeng, m. (2016). HUBUNGAN PERILAKU DENGAN
KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN KESELAMATAN
PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUANG AKUT INSTALASI GAWAT
DARURAT. keperawatan , vol 2 (4), 1-8

Meliana, H., Anggraeni, R., & Maidin, M. A. (2013). Determinan Kepatuhan


Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar. UNHAS, 1–11.
najihah. (2018). BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DAN INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT: LITERATURE REVIEW. JOURNAL OF ISLAMIC ,
3 (1), 1-8.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan (1st ed.). jakarta: Rineka Cipta.

Rio Hardiatma, Arlina Dewi, A. L. (2015). Analisis Imlementasi Sasaran


Keselamatan Pasien Dalam Menghadapi Akreditasi di Klinik Trio Husada Kota
Batu,

Setiyani, M., Zuhrotunida. (2016). Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien Di Ruang


Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. JKFT. Edisi No.2. Hal 60-67.

Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar: Pelaksanaan Identifikasi Pasien. ponorogo, Jawa Timur:
Uwais Inspirasi Indonesia.

Simamora, R. H. (2019). Documentation of Patient Idntification into the Electronic System to


Improve the Quality of Nursing Services. International Journal Of Scientific &
Technology Research , 08 (09), 1884-1886

Simamora, R. H. (2019, november 08). Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan


Menggunakan Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Jurnal
Keperawatan Silampari , 342-251.

Sundoro, T., Rosa, E. M., & Risdiana, I. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan
Pasien Sesuai Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal Dan
Manajemen Rumah Sakit, 5(1), 40–48.

Tulus, H., Maksum, H., Studi, P., Manajemen, M., Sakit, R., Kedokteran, F., & Brawijaya, U.
(2015). Redesain Sistem Identitas Pasien sebagai Implementasi Patient Safety di
Rumah Sakit Redesigning Patient Identity System as Patient Safety Implementation
at Hospital, 28(2), 221–227.

Anda mungkin juga menyukai