novaharahap12@gmail.com
Abstrak
Budaya keselamatan pasien adalah suatu keluaran dari nilai individu dan kelompok, perilaku,
kompetensi, dan pola serta kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya serta kecakapan dari
manajemen organisasi dan keselamatan kesehatan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui regulasi budaya keselamatan pasien. metode yang dilakukan adalah literature review.
Hasilnya Budaya keselamatan pasien juga terbagi atas informed culture, reporting culture, just
culture, dan learning culture. Langkah awal yang dilakukan dalam mengembangkan budaya patient
safety adalah menilai budaya yang telah ada. Salah satunya dengan menggunakan kerangka
“Manchester patient safety”. Adapun pernyataan yang digunakan untuk dimensi budaya keselamatan
pasien adalah 1). Pernyataan-pernyataan untuk mengukur nilai, pemahaman dan sikap. 2). Pernyataan-
pernyataan untuk mengukur aktifitas atau perilaku yang bertujuan untuk mengembangkan budaya
keselamatan pasien seperti kepemimpinan, kebijakan dan prosedur.
Pendahuluan
Budaya keselamatan pasien adalah suatu keluaran dari nilai individu dan kelompok,
perilaku, kompetensi, dan pola serta kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya serta
kecakapan dari manajemen organisasi dan keselamatan kesehatan(Sorra dan Nieva (2004) ).
Jianhong (2004) menjelaskan bahwa budaya keselamatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan keyakinan dan nilai perilaku yang dikaitkan dengan keselamatan pasien yang
secara tidak sadar dianut bersama oleh anggota organisasi. Budaya keselamatan pasien sangat
penting perannya dalam rumah sakit. Sebab budaya keselamatan pasien mendorong rumah
sakit untuk melaksanakan program keselamatan pasien dan mencegah terjadinya insiden
keselamatan pasien melalui pelaksanaan analisis akar masalah insiden keselamatan pasien.
Budaya keselamatan pasien yang ada dirumah sakit memiliki hubungan langsung terhadap
pelaksanaan pelayanan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pasien. Kemudian
budaya keselamatan pasien itu sendiri juga dipengaruhi olek kepemimpinan transformasional
dalam organisasi tersebut. Ditinjau dari aspek-aspek pembentuk budaya keselamatan pasien
pada dasarnya hampir seluruh aspek terbilang telah diterapkan dengan baik. Hanya saja
berbeda untuk penyerahan dan pemindahan pasien, staf yang adekuat, harapan dan tindakan
supervisor/manajer dalam mepromosikan keselamatan pasien, serta respon tidak
menyalahkan.
Penerapan budaya dalam sebuah organisasi tidak terlepas dari peran aktif atasan
dalam hal ini supervisor ataupun manajer dalam mempromosikan nilai-nilai yang dianut
dengan melakukan tindakan-tindakan terkait yang mampu mendukung proses penanaman
nilai yang dimaksudkan. Masih banyaknya responden dengan kategori rendah untuk aspek
harapan dan tindakan supervisor/manajer dalam mempromosikan keselamatan pasien karena
masih adanya responden yang menganggap peran aktif manajer dalam menanamkan nilai-
nilai keselamatan pasien terbilang masih kurang maksimal. Hal tersebut terjadi, karena
responden yang menganggap bahwa supervisor/manajer mengabaikan masalah keselamatan
pasien dan tidak sepenuhnya mengawasi tindakan perawatan yang dilakukan responden
apabila sesuai atau tidak dengan prosedur keselamatan pasien.
Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui regulasi budaya
keselamatan pasien.
Metode
Dalam kajian ini metode yang dilakukan adalah literature review yaitu dengan
menganalsis jurnal yang relevan dan sesuai dengan regulasi budaya keselamatan pasien.
Dalam penelitian jenis ini, dikaji pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam
literature sehingga memberikan informasi teoritis dan ilmiah. Adapun data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan data dari hasil pecarian di dalam jurnal dan buku yang
berkaitan dengan regulasi budaya keselamatan pasien.
Hasil
Berdasarkan studi literatur yang saya lakukan budaya keselamatan pasien adalah suatu
keluaran dari nilai individu dan kelompok, perilaku, kompetensi, dan pola serta kebiasaan
yang mencerminkan komitmen dan gaya serta kecakapan dari manajemen organisasi dan
keselamatan kesehatan. Budaya keselamatan pasien juga terbagi atas informed culture,
reporting culture, just culture, dan learning culture.
Informed Culture, keselamatan pasien sudah diinformasikan ke semua karyawan, arti
penting dari keselamatan pasien, ada upaya dari rumah sakit dalam menciptakan keselamatan
pasien, adanya kebijakan yang menjadi draft/rencana strategis tentang keselamatan pasien
oleh tatanan manajerial, adanya pelatihan, pengembangan berupa jurnal berdasarkan
evidence-based, informasi tentang kendala dan hambatan dalam menciptakan keselamatan
pasien.Reporting Culture, adanya program evaluasi/sistem pelaporan, adanya upaya dalam
peningkatan laporan, hambatan dan kendala dalam pelaporan, adanya mekanisme
penghargaan, dan sanksi yang jelas terhadap pelaporan. Just Culture, staf di rumah sakit
terbuka dan memiliki motivasi untuk memberikan informasi terhadap hal yang bisa atau tidak
bisa diterima, adanya ketakutan apabila staf melaporkan kejadian kesalahan, kerjasama antar
sesama staf. Learning Culture, adanya sistem umpan balik terhadap kejadian kesalahan dan
pelaporannya, adanya pelatihan di rumah sakit yang menunjang peningkatan pengetahuan
SDM.
Mengembangkan budaya patient safety bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan
yang dihadapi untuk merubah budaya yang sudah ada menjadi budaya keselamatan pasien.
Hal yang dapat dilakukan berupa menjadikan keselamatan pasien sebagai salah satu bagian
utama dalam organisasi pelayanan kesehatan. Dalam hal pelaksanaannya, didukung dari
pihak organisasi mulai dari eksekutif, tim klinik, dan staf di berbagai level organisasi.
Perubahan budaya erat kaitannya dengan opini dan perasaan individu dalam organisasi.
Kebebasan dalam menyampaikan pendapat secara terbuka diakomodasi sistem akan
memungkinkan setiap individu melaporkan kejadian tidak diinginkan.
Pembahasan
Budaya keselamatan pasien adalah suatu keluaran dari nilai individu dan kelompok,
perilaku, kompetensi, dan pola serta kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya serta
kecakapan dari manajemen organisasi dan keselamatan kesehatan(Sorra dan Nieva (2004) ).
Jianhong (2004) menjelaskan bahwa budaya keselamatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan keyakinan dan nilai perilaku yang dikaitkan dengan keselamatan pasien yang
secara tidak sadar dianut bersama oleh anggota organisasi. Budaya keselamatan pasien sangat
penting perannya dalam rumah sakit. Sebab budaya keselamatan pasien mendorong rumah
sakit untuk melaksanakan program keselamatan pasien dan mencegah terjadinya insiden
keselamatan pasien melalui pelaksanaan analisis akar masalah insiden keselamatan pasien.
Tenaga kesehatan memiliki peran dalam menciptakan pelayanan yang bermutu. Salah
satunya melalui budaya keselamatan pasien. Saat ini, keselamatan pasien belum menjadi
budaya dalam pelayanan kesehatan. Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) sering terjadi.
Fenomena ini seperti dengan gunung es. Hanya kasus-kasus yang serius dan mengancam jiwa
yang secara mudah terdeteksi dan tampak di permukaan, sedangkan kasus-kasus yang
sifatnya ringan sampai sedang umumnya tidak terdeteksi, tidak dicatat, ataupun tidak
dilaporkan.
Langkah awal yang dilakukan dalam mengembangkan budaya patient safety adalah
menilai budaya yang telah ada. Salah satunya dengan menggunakan kerangka “Manchester
patient safety”. Adapun pernyataan yang digunakan untuk dimensi budaya keselamatan
pasien adalah 1). Pernyataan-pernyataan untuk mengukur nilai, pemahaman dan sikap. 2).
Pernyataan-pernyataan untuk mengukur aktifitas atau perilaku yang bertujuan untuk
mengembangkan budaya keselamatan pasien seperti kepemimpinan, kebijakan dan prosedur.
Referensi
Bea, I. F., Pasinringi, S. A., & Noo, N. B. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Universitas Hasanudin Tahun 2013, 1–14.
insani, T. H., & sundari, s. (2018). Analisis Pelaksanaan Keselamatan Pasien oleh Perawat.
Journal of Health Studies , 2 (1), 84-95.
Jumriani, A., Noor, N. B., & Rivai, F. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja
Perawat Dalam Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien Di Rawat Inap Rumah
Sakit Stella Maris Makassar, 2016.
Keles, A. W., & Ch, G. D. K. (2012). Analisis Pelaksanaan Standar Sasaran Keselamatan
Pasien di Unit Gawat Darurat RSUD Dr . Sam Ratulangi Tondano Sesuai dengan
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Implementation Analysis of Standards Patient
Safety Goals in Emergency Department Dr . Sam Ratulangi Tondano Hospital
Accordance with Version 2012 Hospital Accreditation, 250–259.
lombogia, a., rottie, j., & karundeng, m. (2016). HUBUNGAN PERILAKU DENGAN
KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN KESELAMATAN
PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUANG AKUT INSTALASI GAWAT
DARURAT. keperawatan , vol 2 (4), 1-8
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan (1st ed.). jakarta: Rineka Cipta.
Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar: Pelaksanaan Identifikasi Pasien. ponorogo, Jawa Timur:
Uwais Inspirasi Indonesia.
Sundoro, T., Rosa, E. M., & Risdiana, I. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan
Pasien Sesuai Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal Dan
Manajemen Rumah Sakit, 5(1), 40–48.
Tulus, H., Maksum, H., Studi, P., Manajemen, M., Sakit, R., Kedokteran, F., & Brawijaya, U.
(2015). Redesain Sistem Identitas Pasien sebagai Implementasi Patient Safety di
Rumah Sakit Redesigning Patient Identity System as Patient Safety Implementation
at Hospital, 28(2), 221–227.