Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGARUH IKLIM TERHADAP PRODUKTIVITAS SAPI PERAH DI


INDONESIA

OLEH

KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. PHILIPUS JAUT (NIM : 2020410052)


2. MUHAMAD JOKO SATRIO (NIM : 2020410002)
3. SANDIRSON GAWO MATA (NIM : 2020410040)
4. BASTIANUS JIMI KARTER (NIM : 2020410006)
5. MELCILIA KRISTANTI SOKA (NIM : 2020410027)
6. SIPRIANUS BUAP SUHARDI (NIM : 2019410043)
7. YOHANES (NIM : 2020410045)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TINGGADEWI MALANG

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang
berjudul “pengaruh iklim terhadap produktivitas sapi perah di Indonesia” tepat pada
waktunya.

Ucapan terimakasih di sampaikan kepada semua peserta yang turut


berpartisipasi dalam memberikan masukkan dan membantu dalam menemukan
referensi materi yang berkaitan dengan produksi ternak perah.

Makalah ini berisikan teori yang berkaitan dengan pengaruh topografi bangsa
Indonesia tehadap jenis ternak perah yang dapat di pelihara di daerah Indonesia,
dimana topografi tersebut berdampak pada kemampuan adaptasi dan fungsi fisiologi
dari ternak perah yang berbeda dengan ternak perah yang berada di daerah sub
tropis seperti Belanda.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat


kekurangan yang nantinya akan di temui oleh pembaca, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan adanya masukan, baik itu saran maupun kritik dari pembaca yang
bersifat membangun demi kepaduan dari Makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapakan selamat membaca, dan semoga Makalah


ini dapat menambah wawasan kita semua, terutama terhadap rekan- rekan
mahasiswa yang saya banggakan. Amin

Malang, 12 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1. Latar belakang............................................................................................ 1


1.2. Rumusan masalah..................................................................................... 2
1.3. Maksud dan tujuan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

2.1. Pengertian sapi perah.................................................................................. 3


2.2. Jenis-jenis sapi perah.................................................................................. 3
2.3. Jenis-jenis sapi perah yang ada di Indonesia.............................................. 5
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah di Indonesia.. 6

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 8

3.1. Kesimpulan................................................................................................. 8
3.2. Saran.......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Bangsa Indonesia merupakan daerah dengan topografi yang berada
pada ikim tropis, di mana suhu lingkungannya relatif lebih panas dari pada
suhu lingkungan pada daerah subtropis. Akibat adanya perbedaan iklim di
setiap daerah, tentunya akan ada perbedaan musim juga. Dimana daerah
dengan iklim sub tropis seperti bangsa Belanda memiiki empat musim yaitu
musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur, sedangkan
Indonesia dengan iklim tropis hanya memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan.
Dalam pemeliharaan ternak di derah tropis dan subropis tentunya
terdapat perbedaan, baik dari jenis ternaknya maupun dari segi produktivitas
ternaknya. Dan pada Makalah ini penulis lebih membahas peternakan sapi
perah dikedua iklim yang berbeda, yaitu pada ikim tropis (Indonesia) dan
subtopis (Belanda). Sapi perah merupakan sapi yang mampu menghasikan
atau memproduksi susu lebih dari yang butuhkan oleh anaknya, sehingga
kelebihan produksi susu tersebut dapat di konsumsi oleh manusia. Rata-rata
produksi susu dan nutrisi kadar lemah dari susu sapi perah di daerah tropis
jauh lebih rendah di banding sapi perah di daerah sub tropis. Hal tersebut
sebagian besar di pengaruhi oleh nutrisi pakan yang di berikan serta
kemampuan fisiologis ternak dalam beradaptasi terhadap lingkungan, dimana
pada daerah tropis perubahan suhu lingkungan lebih fluktuatif daripada suhu
lingkungan di daerah sub tropis yang terbilang optimum.
Produktivitas sapi perah sangat bergantung pada keberadaan
lingkungan, dimana ternak akan bertahan hidup dan beradaptasi. Apabila
suhu lingkungan semakin tinggi maka akan berpotensi pada konsumsi pakan
ternak yang cenderung menurun. Di samping itu keberadaan jenis pakan
yang diberikan juga akan berdampak pada tingkat stres dari ternak perah,
yaitu apabila ketersediaan yang tidak cukup dan jenisnya yang selalu
berubah, maka ini akan berpotensi pada tingkat stress sapi yang cenderung
meningkat, apabila tingkat stressnya meningkat maka dapat menurunkan
produktivitas atau performance ternak.
Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari
keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (breeding), pakan
(feeding) dan manajemen (management). Ketiga bidang tersebut
kelihatannya belum dapat di laksanakan dengan baik, maka dari itu akan
menyebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan peternak serta masih
melekatnya budaya pola piker jangka pendek tanpa memperhatikan
kelangsungan usaha sapi perah jangka Panjang. Oleh karena itu di butuhkan
penigkatan pengetahuan dan pemahaman peternak dalam manajemen sapi

1
perah yang baik sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi dan
ekonomi peternak.

1.2. Rumusan masalah


Di angkat dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah yang akan di bahaskan pada pembahasan
Makalah ini, di antaranya yaitu :
1. Definisi sapi perah?
2. Jeni-jenis sapi perah?
3. Bangsa-bangsa sapi perah yang ada di Indonesia?
4. Kemampuan adaptasi sapi perah yang ada di Indonesia?
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah?
6. Produksi susu sapi perah yang ada di Indonesia di bandingkan
dengan yang ada di Eropa (Belanda)?

1.3. Maksud dan tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini yaitu :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang peranan peternakan
dalam memenuhi kebutuhan susu di Indonesia.
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang perbedaan ternak
perah yang ada di bangsa Indonesia di bandingkan dengan ternak
perah yang ada di Eropa.
3. Mengetahui dampak perubahan cuaca yang fluktuatif terhadap
produksi susu sapi perah di daerah Indonesia.
4. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah ilmu produksi ternak perah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian sapi perah


Sapi perah merupakan ternak sapi yang dapat menghasilkan atau
memproduksi susu lebih dari yang dibutuhkan oleh pedetnya, sehingga
kelebihan produksi susu tersebut dapat di konsumsi oleh manusia, entah itu
dikonsumsi dalam keadaan steril maupun melalui hasil pengolahan terlebih
dahulu seperti misalnya yogurt, keju, krim dan lainnya. Sapi perah merupakan
sapi yang di kembangbiakkan secara khusus karena kemampuannya dalam
menghasilkan susu dalam jumlah yang banyak. Kemampuan sapi perah
dalam upaya peningkatan produksi susu di Indonesia terkendala dengan
kondisi mikroklimatologi Indonesia yang merupakan negara kepulauan tropis
dengan suhu lingkungan dan kelembaban yang relatif tinggi. Kondisi tersebut
berpotensi menyebabkan cekaman panas pada sapi perah, akibatnya
kemampuan ternak dalam beradpatasi dan menghasilkan susu relatif
menurun.
Pada dasarnya sapi perah berasal dari daerah sub tropis, dimana
keadaan lingkungan seperti suhu dan kelembaban di daerah tersebut relatif
lebih dingin dan optimum, seperti misalnya adalah daerah Belanda. Melalui
hasil rekayasa genetika yang dilakukan oleh peternak, sehingga sapi perah
pun mampu beradaptasi dan berproduksi di daerah tropis seperti misalnya
daerah Indonesia. Jenis sapi perah yang banyak di pelihara oleh masyarakat
di Indonesia adalah jenis sapi perah yang merupakan peranakan atau hasil
rekayasa genetika sapi perah yang berasal dari negara Belanda yaitu
peranakan Friesian Holstein (FH). Sapi FH berasal dari provinsi Friesland
Barat dan Holland Utara yang daerahnya beriklim sedang, sifat sapi ini
umumnya tenang, jinak dan mudah beradaptasi. Sapi ini memiliki
kemampuan memproduksi susu yang tinggi namun memiliki kadar lemak
yang relatif rendah dibandingkan dengan sapi perah lainnya.

2.2. Jenis-jenis sapi perah


Setiap daerah tentunya memiliki bentuk fisiologis dan kampuan
beradaptasi yang berbeda tiap daerahnya, berikut adalah beberapa jenis sapi
perah yang ada di dunia, diantaranya :
2.2.1. Jenis sapi perah sub tropis
a. Friesian Holstein (FH)
Jenis sapi ini bisa di katakan sebagai sapi perah paling populer
di dunia, hal ini disebabkan karena konon penyebaran sapi ini
menyebar di Amerika dengan populasi lebih dari 80%. Begitupun

3
halnya dengan Indonesia dimana sejak zaman kolonial hingga saat ini
sebagian besar sapi perah yang di pelihara adalah berjenis peranakan
FH. Sapi ini berasal dari dari provinsi Frieland di Belanda, walaupun
berasal dari daerah sub tropis sapi ini bisa beradaptasi di daerah
tropis. Sapi FH memiliki bentuk badan yang besar, dengan bobot sapi
jantannya bisa mencapai 1 ton dan betinanya bisa mencapai 625 kg.
Ukuran sapi FH merupakan ukuran paling besar di bandingkan jenis
sapi perah lainnya. Sapi ini memiliki ciri-ciri utama dengan warna kulit
hitam putih, tanduknya pendek dan menghadap ke depan. Produksi
susu sapi FH di daerah asalnya bisa mencapai 7.245 kg atau
5.455,485 Liter per masa laktasi. Sedangkan di Indonesia mencapai
4.500 – 5.500 liter per masa laktasi1.
b. Sapi Jersey
Sapi ini berasal dari pulau Jersey yang terletak di selat antara
Inggris dan Prancis. Nenek moyang sapi ini berasal dari banteng liar
yang di kawinkan dengan sapi normandia. Sapi Jersey memiliki warna
dan bentuk tubuh yang beragam, mulai dari yang berwarna hitam,
merah tua, cokelat kekuningan terkadang di bagian tertentu ada warna
putihnya. Tanduk sapi ini lebih panjang di bandingkan FH dan
menghadap ke atas. Bobot sapi ini mencapai 625 kg untuk pejantan
dan 425 kg untuk yang betina. Produksi susunya mencapai 2.500 liter
per masa laktasi
c. Sapi Guernsey
Sapi perah jenis Guernsey berasal dari pulai Guernsey Inggris
Selatan. Sama seperti sapi Jersey, sapi ini di kembangkan dari sapi liar
Bos typicus longifrons. Sapi ini memiliki warna cokelat kekuningan
hingga hampir merah bercampur dengan warna putih, tanduknya
beruukuran sedang dan arahnya agak condong ke depan. Bobot sapi
jenis ini mencapai 700 kg untuk pejantan dan 475 kg untuk betina.
Sementara untuk produksi susunya mencapai 2.750 liter per masa
laktasi.
d. Sapi Brown Swiss
Sesuai dengan namanya sapi ini merupakan sapi yang di
kembangkan di Swiss. Sapi ini memiliki warna tubuh keabu-abuan
hingga cokelat serta perilakunya sangat jinak dan mudah di
kendalikan. Jenis sapi ini memiliki bentuk badan yang cukup besar dan
bobot pejantannya mencapai 900 kg serta betinanya 600 kg. Produksi
susu sapi ini mencapai 3.000 liter per masa laktasi.
e. Sapi Ayrshire
Sapi perah ini berasal dari Skotlandia dengan warna cokelat
kemerahan belang putih serta memiliki tanduk yang cukup panjang
dengan tumbuh tegak lurus ke atas. Bobot badan sapi Ayrshire

1
https://sumbarprov.go.id/home/news/11169-jenis-jenis-sapi-perah

4
mencapai 725 kg untuk pejantan dan 550 kg untuk betina, serta
produksi susunya mencapai 3.500 liter per masa laktasi.

2.2.2. Jenis sapi perah tropis


a. Sapi sahiwal
Sapi ini berasal dari daerah Punjab, perbatasan antara Pakistan
dan India, sapi ini di klaim sebagai jenis sapi perah terbaik di
daerah tropis. Sapi Sahiwal memiliki warna yang beraneka ragam,
dan kebanyakan berwarna cokelat muda hingga kemerahan
dengan bulu yang halus serta kakinya yang pendek. Sapi ini
memiliki bobot badan sekitar 500-600 kg untuk jantan dan 450 kg
untuk betina dengan produksi susu sekitar 2.500-3.000 kg per
laktasi.
b. Sapi Red Sindhi
Sapi ini berasal dari India, terutama berkembang di daerah-
daerah yang kering dan panas dengan kulit berwarna merah tua
dan ukuran tubuh yang kecil. Bobot sapi jantan dewasanya berkisar
antara 450-500 kg dan sapi betina dengan bobot 350 kg yang
mampu memproduksi susu hingga 1.700 kg per masa laktasi.
c. Sapi Gir
Sapi ini masih berasal dari India yang pada umumnya berwarna
putih, namun ada juga yang berwarna bercak cokelat atau hitam
dan warna kuning kemerahan. Bobot tubuh sapi dewasanya
mencapai 600 kg untuk pejantan dan betinanya mencapai 400 kg
dengan produksi susu mancapai 2000 kg per masa laktasi.
d. Sapi Ongole
Merupakan sapi yang berasal dari India juga, dan sapi ini
banyak di temukan di Indonesia namun tidak di perlakukan sebagai
sapi perah melainkan sebagai sapi potong. Sapi ini memiliki kulit
berwarna putih hingga agak gelap, dengan bobot tubuh pejantan
mencapai 500-600 kg dan betina mencapai 450-500 kg dengan
produksi susu yang relatif sedikit, yaitu 1.250 – 1.500 kg per masa
laktasi.
e. Peranakan FH (PFH) atau sapi Grati
Sapi ini banyak di jumpai di daerah Jawa Timur, sapi ini
merupakan hasil persilangan antara pejantan Frisien Holstein (FH)
dengan sapi betina lokal dari jenis Jawa dan Madura. Sapi PFH
memiliki karakteristik tubuh agak besar dengan daya adaptasi
terhadap iklim tropis yang baik. Produktivitas susu sapi ini berkisar
2.500 -3.000 liter per masa laktasi.

2.3. Jenis-jenis sapi perah yang ada di Indonesia


Daerah Indonesia dengan topografi yang berada pada iklim tropis
dimana suhu dan kelembaban relatif panas dan lebih tinggi yang

5
cenderung berubah-ubah dan bersifat fluktuasi. Akibatnya ternak
membutuhkan daya adaptasi yang cukup terhadap suhu yang ekstrim.
Di Indonesia sendiri terdapat dua jenis sapi perah yang di pelihara oleh
masyarakat, diantaranya adalah :
1. Sapi Grati atau PFH (Peranakan Friesian Holstein)
Sapi ini memiliki warna bulu belang hitam dan putih, mempunyai
ukuran tubuh yang besar dan bobotnya hampir sama dengan sapi
FH. Produksi susu sapi ini berkisar antara 15-20 liter per hari
dengan kadar lemak susunya sebesar 3,5%. Sapi PFH ini bersifat
tenang dan jinak serta lebih tahan panas jika di bandingkan dengan
jenis FH, sehinga cocok di pelihara di daerah tropis karena mampu
beradaptasi di lingkungan yang baru.
2. Sapi Jersey
Umumnya warna dari sapi ini tidak seragam, ada yang berwarna
kuning sampai hitam. Produksi susu dari sapi Jersey mencapai
2.500 liter per masa laktasi. Ukuran tubuh sapi ini lebih kecil jika di
bandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Kelebihan dari sapi
ini adalah kemampuan merumput (grassing) yang bagus.

Untuk mendapatkan sapi perah yang unggul, terdapat 4 faktor yang


harus di perhatikan, yaitu :
1. Genetik atau keturunan, yaitu bibit sapi perah harus berasal dari
induk dan pejantan unggul serta bebas dari sifat yang
menurunkan penyakit.
2. Bentuk ambing, yaitu ambingnya adalah ambing yang baik dan
besar, pertautan antara otot kuat serta memanjang sedikit ke
depan, serta puting normal tidak lebih dari 4.
3. Penampilan (eksterior), secara keseluruhan proporsional tidak
kurus dan tidak terlalu gemuk, kaki berdiri tegak dan jarak
antara kaki kanan dan kiri cukup lebar baik kaki depan maupun
belakang, serta bulu yang mengkilat.
Perlu diketahui bahwa besar tubuh tidak menentukan jumlah
susu yang di hasilkan serta tidak menentukan ketahanan
terhadap penyakit2.
4. Umur bibit, umur bibit sapi perah yang ideal adalah 1,5 tahun
dengan bobot sekitar 300 kg. Sementara itu untuk umur bibit
pejantan yaitu 2 tahun dengan bobot badan sekitar 350 kg.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah di Indonesia


Secara umum Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat
bergantung pada keterpaduan dari tiga faktor utama yaitu pembibitan
(breeding), pakan (feeding) dan manajemen (management). Ketiga faktor
di atas masih belum di laksanakan dengan maksimal oleh peternak di
2
https://www.litbang.pertanian.go.id/tahukah-anda/214/

6
Indonesia yang ujungnya berdampak pada kurangnya produktivitas susu
yang di hasilkan. Hal ini di pengaruhi karena kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola pikir yang
minim dengan tidak memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah
dalam jangka Panjang. Oleh karena itu penigkatan pengetahuan,
ketrampilan dan pemahaman peternak dalam manajemen sapi perah
yang baik perlu di tingkatkan, sehingga akan berdampak pada
peningkatan produktivitas susu dalam menambah penghasilan yang
maksimal bagi setiap peternak.

2.4.1. Breeding (Pembibitan)


Salah satu faktor penentu kesuksesan suatu usaha peternakan
sapi perah adalah pemilihan bibit ternak yang unggul dan sehat. Di
samping itu pemilihan jenis bibi ternak juga harus di sesuaikan dengan
keberadaan lingkungan tempat sapi perah akan d pelihara. Semakin
tinggi daya adptasi jenis sapi perah yang di pelihara maka semakin
baik pertumbuhan dan perkembangan sapi perah yang di pelihara.
Untuk saat ini jenis sapi perah yang dibanyak di pelihara di Indonesia
adalah sapi PFH atau sapi Grati dan sapi Jersey.
2.4.2. Feeding (pakan)
Faktor yang paling banyak mengeluarkan biaya produksi
peternakan adalah biaya pakan, dimana pakan memakan biaya hingga
70% terhadap produktivitas peternakan. Semakin bijak seorang
peternak dalam memformulasi ransum yang baik maka semakin besar
pendapatan yang di dapatkan
2.4.3. Management (manajemen)
Peternakan sapi perah di katakan produktif jika produksi susu
yang di hasilkan tinggi dan kualitas susu yang tersebut memiliki mutu
yang baik. Dalam manajemen, faktor yang mempengaruhi produksi
susu sapi perah adalah jenis pakan, jumlah pakan yang di berikan,
ketersediaan pakan dalam jangka panjang, jumlah air minum, dan luas
kandang ternak. Di samping itu suhu dan kelembaban juga adalah
faktor yang mempengaruhi sifat fisiologis dan daya adaptasi ternak
terhadap cekaman panas di daerah tropis.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Upaya peningkatan produktivitas sapi perah di Indonesia terkendala
dengan kondisi mikroklimat Indonesia yang merupakan kepulauan tropis
dengan suhu lingkungan dan kelembaban relatif tinggi. Kondisi tersebut
dapat menyebabkan cekaman panas terhadap sapi perah. Cekaman
panas pada sapi perah menyebabkan perubahan respon fisiologis dan
pola metabolisme yang berimbas pada penurunan produksi susu dari sapi
perah. Untuk mengatasi penurunan produksi susu tersebut, di lakukann
penyesuaian berbagai faktor lingkungan, seperti iklim mikro, pakan, dan
manajemen pemeliharaan. Salah satu pendekatan yang dapat di lakukan
untuk mengurangi dampak cekaman panas pada produktivitas ternak
adalah melalui program rekayasa genetik untuk menyeleksi atau memilih
hewan dengan kemampuan toleran yang tinggi terhadap cekaman panas.
Salah satu gen yang unggul sebagai marka genetik untuk seleksi sapi
perah dengan sifat tahan panas dan produksi tinggi adalah gen HSP70.
Gen tersebut bekerja untuk meningkatkan ambang cekaman panas yang
berakibat pada panjangnya jarak translasi protein sehingga menurunkan
pengaruh cekaman panas pada mekanisme pelipatan protein dan
mengurangi intensitas kerusakan protein akibat pelipatan atau misfolding.
Untuk daerah Indonesia sendiri, jenis sapi perah yang banyak di
pelihara oleh masyarakat adalah sapiah jenis Peranakan Friesian
Holstein (PFH) atau sapi Grati, dimana sapi ini memiliki toransi yang tinggi
terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim dan bersifat fluktuatif. Sapi
Grati merupakan hasil persilangan antara pejantan sapi Friesian Holstein
(FH) dan betina sapi lokal jenis jawa dan madura. Sapi PFH mempunyai
ukuran tubuh yang besar dan bobotnya hampir sama dengan sapi FH.
Produksi susu sapi ini berkisar antara 15-20 liter per hari dengan kadar
lemak susunya sebesar 3,5%.

3.2. Saran
Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua
sebagai pembaca dan lebih khusus penulis sampaikan kepada rekan-
rekan mahasiswa semoga Makalah ini dapat menambah wawasan kita
semua dalam memahami tentang dunia peternakan sapi perah. Penulis
berharap supaya kita semua dapat memahami karakteristik sapi perah
dan mampu mengimplementasikannya dalam beternak sapi perah guna
untuk menambah produksi susu nasional dan mencukupi kebutuhan
masyarakat.

8
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih
terdapat kekurangan yang kita temukan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan adanya masukan dari pembaca yang bersifat membangun
demi kepaduan dari Makalah ini.
Terimakasih. Tuhan memberkati. Amin ^_^

9
DAFTAR PUSTAKA

https://sumbarprov.go.id/home/news/11169-jenis-jenis-sapi-perah
https://www.litbang.pertanian.go.id/tahukah-anda/214/
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/9
9829-ID-analisis-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.pdf&ved=2ahUKEwiQwOi_nN70AhVa8HMBHcloAowQFn
oECDAQBg&usg=AOvVaw0RyWg9RIlEinyGkDxj8ElG

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58156

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97379

10

Anda mungkin juga menyukai