BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan tempat manusia menjalankan aktivitas dan menjalani kehidupan
keseharian. Semenjak jaman dahulu tanah, kerap menjadi objek yang menarik
untuk dikaji dari waktu-kewaktu. Tidak dipungkiri, tanah memiliki posisi
strategis, baik bagi perorangan (individu), badan, maupun negara, sehingga pada
saat tertentu, terkadang memuncukan konflik kepentingan antara satu individu,
dengan individu lainnya. Sehubungan dengan hal ini, maka perlu untuk ditetapkan
aturan yang jelas mengenai status penguasaan dan pemanfaatannya.
Penguasaan dan pemanfaatan tanah, memasuki babak baru pada era globalisasi
dan perdagangan bebas. Setiap negara berupaya menawarkan berbagai kemudahan
untuk menarik investasi dari luar negeri, termasuk salah satunya, paket tawaran
penguasaan hak atas tanah
Dengan mulai berlakunya UUPA (Undang-undang Pokok Agraria) terjadi
perubahan fundamental pada Hukum Agraria di Indonesia, terutama hukum
dibidang pertanahan, yang sering kita sebut sebagi Hukum Pertanahan yang
dikalangan pemerintahan dan umum juga dikenal sebagai Hukum Agraria.
UUPA bukan hanya memuat ketentuan-ketentuan mengenai perombakan hukum
agraria. sesuai dengan namanya Peraturan dasar pokok-pokok Agraria, UUPA
memuat juga lain-lain pokok persoalan agrarian serta penyelesaiannya.
Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi dan tubuh bumu
dibawahnya serta yang berada dibawah air. permukaan bumi sebagai bagian dari
bumi juga disebut tanah. Tanah yang dimaksudkan disini bukan mengatur tanah
dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu
tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak-hak penguasaan atas tanah.
Dan melalui makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai Hak
Penguasaan atas Tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penguasaan dan menguasai?
2. Bagaimana Pengaturan dan macam hak penguasaan atas tanah?
3. Bagaimana penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukum dan hubungan
hukum yang konkret?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari penguasaan dan menguasai
2. Mengetahui pengaturan dan pembagian-Pembagian Hak-Hak penguasaan
atas tanah
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian “penguasaan” dan “menguasai dapat dipakai dalam arti fisik, juga
dalam arti yuridis. Juga beraspek perdata dan beraspek publik. Penguasaan dalam
arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum
dan pada umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai
secara fisik tanah yang dihaki, misalnya pemilik tanah mempergunakan atau
mengambil manfaat dari tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain.
Ada penguasaan yuridis, biarpun memberi kewenangan untuk menguasai tanah
yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisik dilakukan oleh
pihak lain. Misalnya, seseorang memiliki tanah tidak mempergunakan tanahnya
sendiri melainkan disewakan kepada pihak lain, dalam hal ini secara yuridis tanah
tersebut dimiliki oleh pemilik tanah, akan tetapi secara fisik dilakukan oleh
penyewa tanah. Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak memberi
kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik. Misalnya,
kreditor (bank) memgang jaminan atas tanah mempunyai hak penguasaan yuridis
atas tanah yang dijadikan agunan (jaminan), akan tetapi secara fisik penguasaan
tanahnya tetap ada pada pemegang hak atas tanah. Penguasaan yuridis dan fisik
atas tanah ini dipakai dalam aspek privat, sedangkan penguasaan yuridis yang
beraspek publik, yaitu penguasaan atas tanah sebagaimana yang disebutkan
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA
7. Hak Ulayat
Tanah ulayat merupakan kepunyaan bersama diyakini sebagai karunia suatu
kekuatan gaib atau peninggalan nenek moyang kepada kelompok yang merupakan
masyarakat hukum adat sebagai unsure penghidupanya sepanjang masa. Disinilah
unsur religious atau keagamaanya, hubungan hokum antara masyarakat adat
dengan Ulayat nya. Kelompok tersebut bisa merupakan masyarakat hokum adat
yang territorial (desa, marga, Nagari, Huta) bisa juga merupakan yang Genealogik
atau keluarga ( seperti suku, kamu Minangkabau).
UUPA Pasal 3 menentukan Hak Ulayat sebagai berikut : dengan
mengingat ketentuan – ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan Hak Ulayat
dan Hak –Hak yang serupa dari masyarakat Hukum adat, sepanjang menurut
kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa, sehinga sesuai dengan
kepentinggan Nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan Bangsa serta
tidak boleh bertentangan dengan undang –undang peraturan- peraturan yang lebih
tinggi
Hak Ulayat sebutan yang dikenal dalam kepustakaan hokum adat dan
dikalangan masyarakat hokum adat diberbagai daerah dikenal nama yang berbeda
merupakan hak penguasaan tertinggi atas tanah dalam hukum adat yang meliputi
semua tanah yang termasuk dalam lingkungan wilayah suatu masyarakat hukum
adat tertentu, yang merupakan tanah kepunyaan bersama parawarganya. Hak
ulayat mengandung 2 unsur :
1. Unsur hukum perdata yaitu sebagai hak kepunyaan bersama para warga
masyarakat hokum adat yang bersangkutan atas tanah ulayat yang dipercayai
berasal dari peningalan nenek moyang mereka.
2. Unsur hukum publik yaitu sebagai kewenangan untuk mengelola dan
mengatur peruntukan, penggunaan tanah ulayat tersebut baik dalam hubungan
dengan orang-orang bukan warga atau orang luar, yang pelaksanaanya diserahkan
kepada kepala adat atau bersama para tetua adat.
Ø Pemegang Hak Ulayat
Pemegang hak ulayat adalah masyarakat hokum adat, baik yang
merupakan persekutuan hokum yang didasarkan pada kesamaan tempat tinggal
(teritorial), maupun yang didasarkan pada turunan (Geneologis) yang dikenal
dengan berbagai nama yang khas didaerah bersangkutan seperti suku, marga,
kaum, dati, dusun, nagari dan sebagainya.
Ø Objek Hak Wilayah
Objek Hak Wilayah adalah semua tanah dalam wilayah masyarakat hokum
adat yang territorial yang bersangkutan.
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
Guna penyelesaian masalah hak ulayat pemerintah telah mengeluarkan
pedoman dengan PMNA/KBPN No. 5 Th 1999. Peraturan ini memuat kebijakan,
memperjelas prinsip pengakuan terhadap hak ulayat dan hak –hak yang serupa
dari masyarakat hokum adat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UUPA.
Kebijakan tersebut meliputi :
a. Penyamaan persepsi mengenai hak ulayat (Pasal 1)
b. Kriteria dan penentuan masih adanya hak ulayat dan hak-hak yang serupa
dari masyarakat hukum adat (Pasal 2 dan 5)
c. Kewenangan masyarakat hokum adat terhadap tanah ulayatnya (Pasal 3 dan
4).
Pelaksanaan hak ulayat pada kenyataanya masih ada dilakukan oleh masyarakat
hokum adat setempat
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian “penguasaan” dan “menguasai dapat dipakai dalam arti fisik, juga
dalam arti yuridis. Juga beraspek perdata dan beraspek publik. Penguasaan dalam
arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum
dan pada umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai
secara fisik tanah yang dihaki, misalnya pemilik tanah mempergunakan atau
mengambil manfaat dari tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain.
Dalam UUPA diatur dan sekaligus ditetapkan tata jenjang atau hierarki hak-hak
penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional kita, Yaitu:
1. Hak Bangsa Indonesia atas tanah
2. Hak menguasai dari Negara atas tanah
3. Hak ulayat masyarakat hukum adat.
4. Hak Perorangan atas tanah
Hak-hak penguasaan atas tanah yaitu sebagai berikut :
1. Hak Penguasaan Bangsa
2. Hak Milik
3. Hak Guna Usaha
4. Hak Guna Bangunan (HGB)
5. Hak Pakai (HP)
6. Hak Ulayat
DAFTAR PUSTAKA
http://leafmyallif.blogspot.com/2012/10/hak-penguasaan-atas-tanah.html
Penguasaan hak-hak atas tanah (diakses tanggal 16 April 2013)