Oleh
B. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan
sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan
jamur, antara lain :
1. Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2. Virus :Legionella Pneumoniae
3. Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya
pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior
dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan.Selain itu dapat juga
menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama
inspirasi.
2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus
selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps
paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
3. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
4. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang
dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah
(tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah
(tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles
individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).Crackles dihasilkan
oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil
yang tiba-tiba terbuka.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau beberapa lobus
yang bebercak-bercak.
2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang
berhubungan dengan oksigen.
4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untu
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan.
F. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara asuhan
keperawatan dan medis
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang
mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Kolaborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Medis
No. Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia ( SDKI ) Indonesia ( SLKI ) ( SIKI )
1. Bersihan jalan nafas efektif b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi
hipersekresi jalan nafas keperawatan diharapkan bersihan 1. Monitor pola nafas (mis. Frekuensi,
kedalaman usaha nafas)
(D.0001) jalan nafas meningkat, Dengan
2. Monitor bunyi nafas (mis. Mengi,
Kategori : fisiologis criteria hasil : weezing, gurgling, ronchi kering
Subkategori : Respirasi 1. Batuk efektif 3. Monitor sputum
Terapeutik
Definisi : ketidakmampuan meningkat
4. Posisikan fowler atau semi fowler
membersihkan secret atau obstruksi 2. Produksi sputum 5. Berikan minum air hangat
jalan nafas untuk mempertahankan jalan menurun 6. Lakukan fisioterapi darah, jika perlu
7. Lakukan pengisapan lender kurang
nafas tetap paten. 3. Mengi menurun
dari 15 detik
4. Weezing menurun 8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan 2000ml per
hari, jika tidak kontraindikasi
10. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu