Anda di halaman 1dari 32

Modul Praktikum

Laboratorium Material Teknik & Metalurgi Fisik


TA 2020/2021

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta
2021
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

MODUL 1 : UJI TARIK

Kompetensi :
 Mahasiswa mampu menganalisis kekuatan tarik dan modulus elastis material

Dasar Teori :
Pengujian tarik merupakan pengujian sifat mekanik material atau bahan
teknik yang banyak diaplikasikan di industri. Hal ini disebabkan karena metoda
pengujiannya yang relatif sederhana dan data hasil pengujiannya sangat bermanfaat
sebagai dasar pertimbangan dalam perancangan.

Pengujian tarik dilakukan dengan memberi beban berupa tarikan pada benda
uji berbentuk silindris atau berbentuk pelat, sampai benda uji tersebut putus. Benda
uji yang digunakan mengacu pada standar ASTM A-370 dengan bentuk dan dimensi
seperti diperlihatkan pada gambar 1 dan tabel 1.
R
G

Gambar 1. Benda Uji Tarik

Tabel 1. Dimensi Benda Uji Tarik


Standar Benda uji berukuran kecil
Diameter Nominal
12,50 8,75 6,25 4,00 2,50
A: Length of reduced section, mm 60 45 32 20 16
G : Gauge length, mm 50 0,1 35  0,1
25  0,1
16  0,1
10 0,1
d : Diameter, mm 12,5 0,25 8,75  0,18
6,25  0,12
4  0,08
25 0,05
R : Radius of fillet, mm 10 6 5 4 2

Benda uji yang menerima beban tarik akan mengalami pertambahan panjang
dan pengecilan diameter. Pada batas tertentu, apabila beban dilepaskan, maka benda
uji akan kembali ke bentuk awalnya. Batas maksimum dimana benda uji kembali ke
bentuk semula apabila beban dilepas, disebut sebagai batas elastis dan besarannya
dinyatakan sebagai modulus elastis (E). Jika pembebanan dilanjutkan, benda uji akan
mengalami perubahan bentuk permanen (apabila beban dilepas, benda uji tidak dapat
lagi kembali ke bentuk awalnya). Titik dimana benda uji mulai mengalami
perubahan bentuk permanen tersebut dinyatakan sebagai batas luluh (yield point).

Apabila pembebanan dilanjutkan, benda uji akan mencapai titik batas


pembebanan maksimum dan patah. Batas pembebanan maksimum ini dinyatakan
sebagai batas kekuatan tarik benda uji tersebut. Pada saat benda uji patah, panjang
benda uji akan bertambah sedangkan diameternya akan mengecil. Panjang dan

1
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

diameter akhir benda uji ini diukur untuk mengetahui besaran-besaran hasil
pengujian.
Pada pengujian benda uji yang bersifat getas, kurva hasil pengujian pada
umumnya tidak memperlihatkan batas elastis dengan jelas. Oleh karena itu
penentuan batas elastisnya dilakukan dengan metoda ofset, yaitu dengan cara:

 Buat titik pada sumbu x sejarak 0,2 persen dari titik perpotongan garis sumbu.
 Cari garis kurva yang membentuk garis lurus.
 Tarik garis sejajar dengan kurva yang membentuk garis lurus mulai dari titik
pada sumbu x hingga berpoongan dengan kurva.
 Titik perpotongan garis yang dibuat dengan kurva tersebut merupakan titik batas
elastis bahan.

Besaran-besaran yang menggambarkan karakteristik dan kekuatan benda uji


tarik, secara teoritis diperoleh melalui persamaan :
F L  Lo 
 Ao  4 d 2 t    1 E  t
Ao Lo 
Keterangan :
E = modulus elastis,
t = tegangan tarik,
 = regangan tarik,
Ao = luas penampang awal benda uji,
F = gaya tarik,
L1 = panjang ukuran akhir benda uji dan
Lo = panjang ukuran awal benda uji

Data hasil pengujian tarik ini digambarkan dalam bentuk diagram Gaya –
Pertambahan panjang dan diagram Tegangan – Regangan atau Diagram Hooke,
seperti diperlihatkan pada gambar 2.

Pengujian tarik yang dilakukan di Laboratorium Material Teknik dan


Metalurgi Fisik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung
Hatta, menggunakan mesin uji tarik kecepatan konstan (0,0015 m/s). Beban
penarikan diberikan oleh batang penarik yang digerakkan motor listrik. Kecepatan
penarikan berlangsung konstan dengan memanfaatkan transmisi roda gigi.
t U

Z
Yp


Gambar 2. Diagram Tegangan - Regangan

2
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Besarnya gaya tarik sebenarnya ditentukan melalui persamaan :


Fsebenarnya  Fterukur .C , kg
Dimana :
Fterukur = Besar beban yang terbaca pada alat ukur.
C = Konstanta

Untuk mengetahui perubahan gaya selama penarikan, harus dicatat besarnya gaya
tarik terukur minimal 3 (tiga) kali selama penarikan.

Sedangkan panjang dan diameter awal serta akhir benda uji diperoleh dengan
cara mengukur panjang dan diameter benda uji sebelum dan setelah pengujian.
Perubahan panjang benda uji per satuan waktu ditentukan dengan membagi
pertambahan panjang benda uji dengan waktu penarikan.

Alat dan Bahan :


1. Mesin uji tarik kecepatan konstan.
2. Mistar ingsut.
3. Stopwacth.
4. Benda uji.

Prosedur Pengujian :
1. Siapkan mesin uji tarik dan alat ukur bantu.
2. Siapkan benda uji sesuai standar.
3. Ukur dan catat diameter serta panjang awal benda uji.
4. Pasang benda uji pada cakram penarik di mesin uji.
5. Siapkan pencatat waktu atau stopwatch.
6. Lakukan penarikan dengan cara menghidupkan motor listrik pada mesin uji.
7. Hentikan penarikan dalam selang waktu satu detik dan catat beban penarikan
yang tertera pada alat ukur beban.
8. Catat juga lamanya waktu penarikan sampai benda uji putus.
9. Setelah benda uji putus, lepaskan benda uji dari cakram dan ukur diameter dan
panjang akhir benda uji.
10. Analisis data dan buat diagram hasil pengujian.

Data Pengujian :
No Lo do Waktu Gaya terukur L1 d1
(mm) (mm) (detik) (kg) (mm) (mm)

3
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Pengolahan Data Hasil Pengujian :


1. Hitung gaya tarik sebenarnya dan luas penampang benda uji.
2. Analisis tegangan dan regangan tarik maksimum.
3. Buat grafik hubungan “Gaya – Pertambahan Panjang” hasil pengujian
4. Buat grafik “Tegangan – Regangan” hasil pengujian.
5. Analisis modulus elastis benda uji.

Daftar Pustaka :
1. Budinski and Kenneth.G, 1992, Engineering Materials Properties and
Selection, 4th.ed, Prentice Hall, New Jersey.
2. David. S, The Testing of Engineering Materials, Mc.Graw-Hill, New York.
3. Dieter.G.E, 1986, Mechanical Metallurgy, Mc. Graw-Hill, New York.
4. Shigley.J.E and Mitchell.L.D., 1983, Mechanical Engineering Design, 4th.ed,
Mc. Graw-Hill, New York.

4
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

MODUL 2: UJI DEFLEKSI

Kompetensi :
 Mahasiswa mampu menganalisis kekuatan lentur dan modulus elastis material

Dasar Teori:
Dalam praktek dilapangan, persoalan lenturan lebih sering terjadi dibanding
persoalan pembebanan lain. Persoalan lenturan ini dipelajari dalam bentuk batang
terdefleksi. Hubungan defleksi atau lenturan dengan momen lentur yang terjadi pada
1 M
batang adalah:  ,
 E. I
Keterangan:
 = jari-jari kelengkungan,
M = momen lentur,
E = modulus elastis,
I = momen inersia.

Secara matematis, kelengkungan suatu bidang lengkung dinyatakan dengan


1 d 2 y / dx 2
persamaan:  . Artinya, bahwa y adalah defleksi batang pada setiap
 1  dy / dx 
2

titik x disepanjang batang. Sedangkan sudut kemiringan batang pada setiap titik x
dy
adalah :   . Pada berbagai kasus, sudut kemiringan ini sangat kecil, sehingga
dx
M d2y
persamaan diatas dianggap sama dengan satu, jadi : 
E .I dx 2

Penentuan defleksi pada batang dapat dilakukan dengan beberapa metoda,


diantaranya; (1). Metoda super posisi, (2). Metoda integrasi ganda, (3). Metoda
momen luar dan (4). Metoda balok konyugat.

Pada percobaan ini, metoda yang digunakan untuk menentukan defleksi batang
adalah metoda super posisi. Metoda ini menggunakan prinsip bahwa pada setiap titik
disepanjang batang adalah sama dengan jumlah defleksi yang disebabkan oleh beban
yang bekerja secara terpisah. Jadi apabila suatu batang melengkung karena tiga gaya
yang terpisah, maka defleksi pada satu titik tertentu adalah jumlah dari ketiga
defleksi yang terjadi.

Persamaan-persamaan defleksi batang untuk berbagai model pembebanan


diperlihatkan pada gambar 4, 5 dan 6.

Momen Inersia:
Jika: A = Luas,
I = Momen Inersia,
Z = Modulus Penampang,
y = Jarak titik berat,
k = Jari-jari girasi
5
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Maka :
A = b. h
b.h 3
I  h
12
b.h 2 y
Z 
6
.h b
y
2
k = 0,289 h

y
L
L/2 F
A B C x
RB
RA
V
+
x
-

M
+

x
Gambar 4. Tumpuan sederhana - beban tengah

Dari gambar 4, diperoleh persamaan


F
1. R A  RB 
2
2. VAB  RA VBC   RB

F .l 2
3.  A   B 
16 .E .I
F .x F
4. M AB  M BC  l  x 
2 2

5. y AB 
F
3l 2
x  4 x3 
48 .E .I

6
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

F .l 3
6. y MAX 
48 .E .I

y
l

a F b

A B C
x
RB
RA
V
+
x
-

x
Gambar 5. Tumpuan sederhana – beban diantara tumpuan

Dari gambar 5, diperoleh persamaan:


F .b F .a
1. RA  RB 
l l
2. VAB  RA VBC   RB

F .a.b l  b  F .a.b l  a 
3. A  B 
6 .l .E .I 6 .l .E .I
F .b. x F .a
4. M AB  M BC  l  x 
l l

5. y AB 
F .b. x
l 2
 b2  x2 
6 .l .E .I
F .a l  x  2
6. y BC 
6 .l .E .I

l  a 2  l  x 
2

7
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

y
l
a F F a
A B C D
x
RB
RA
V

+
x
-

x
Gambar 6. Tumpuan sederhana - beban kembar

Dari gambar 6, diperoleh :


1. RA  RB  F

2. VAB  F VBC  0 VCD   F

F .a l  a 
3.  A   B 
2 .E .I
M AB  F . x
4. M BC  F .a
M CD  F l  x 

5. y AB 
F .x
x 2
 3 .a 2  3 .l .a 
6 .E .I

6. y BC 
F .a
3.x 2
 a 2  3 .l . x 
6 .E .I

7. yCD 
F .a
4.a 2
 3 .l 2 
24 .E .I

8
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Alat dan Bahan:


1. Alat uji defleksi.
2. Dial indikator.
3. Mistar baja.
4. Beban.
5. Benda uji defleksi.

Prosedur Pengujian:
1. Siapkan alat uji defleksi.
2. Siapkan benda uji.
3. Ukur dan catat dimensi benda uji untuk mendapatkan inersianya.
4. Tempatkan benda uji diantara tumpuan.
5. Bebani benda uji dengan cara menempatkan beban pada lengan beban.
6. Catat defleksi yang terjadi
7. Lakukan pembebanan dengan jarak tumpuan bervariasi.
8. Lepaskan benda uji dari tumpuan.
9. Analisis data hasil pengujian.

Data Pengujian:
No Benda Uji Inersia (mm4) Beban (kg) Defleksi (mm)

Pengolahan Data Hasil Pengujian:


1. Analisis kekuatan lentur benda uji.
2. Analisis modulus elastis benda uji.
3. Buat diagram gaya geser dan momen lentur hasil pengujian.

Daftar Pustaka :
1. Davis.H.E. Troxel.G.E and Hauck.G.F.W, 1964, The Testing of Engineering
Materials, 4th.ed, Mc Graw-Hill, New York.
2. Thimosenko, 1978, Element Strength of Materials, 3rd.ed., Mc.Graw-Hill, New
York.
3. Shigley.J.E and Mitchell.L.D, 1983, Mechanical Engineering Design, 4th.ed,
Mc. Graw-Hill, New York.
4. Spotts.M.F, 1985, Design of Machine Elements, 6th.ed., Prentice Hall, New
Jersey.

9
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

MODUL 3: UJI LELAH

Kompetensi :
 Mahasiswa mampu menganalisis kekuatan lelah material.
 Mahasiswa mampu menganalisis perpatahan material akibat beban dinamik.

Dasar Teori :
Patah yang terjadi pada konstruksi akibat pembebanan berulang disebut patah
lelah (fatique). Pembebanan berulang ini disebut pembebanan dinamik, yang dapat
berupa tegangan atau regangan. Mekanisme patah lelah terdiri dari tiga tahap, yaitu
tahap terjadinya retakan (crack initiation), tahap penjalaran retakan (crack
propagation) dan tahap patah statis.

Memperkirakan umur lelah suatu komponen adalah hal yang sulit. Kesukaran
ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi umur lelah tersebut,
seperti : beban, kondisi material, proses pengerjaan, bentuk dan ukuran material,
temperatur operasi dan kondisi lingkungan. Perubahan kecil pada faktor-faktor diatas
akan menyebabkan perubahan pada umur lelahnya. Oleh karena itu seringkali perlu
dilakukan uji lelah pada struktur yang lengkap atau pada suatu komponen dengan
kondisi beban dan lingkungan yang mirip dengan situasi yang sebenarnya.

Umur lelah biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus tegangan yang dicapai
suatu benda uji sampai benda tersebut patah. Dengan demikian, umur total tersebut
telah mencakup pula tahap awal retakan dan penjalaran retakan.

Uji lelah yang sederhana dilakukan dengan memberikan pembebanan atau


tegangan yang sederhana, yaitu beban uniaksial atau lenturan. Dengan beban tersebut
akan diperoleh tegangan tarik dan tegangan tekan yang berfluktuasi. Dari
pembebanan berulang tersebut dapat dikenali berbagai parameter tegangan, yaitu :

1. Rasio tegangan (stress ratio) : R  min ,
 max
Keterangan:
min = Tegangan minimum
min = Tegangan maksimum

a
2. Rasio amplitudo (amplitudo ratio) : A 
r
Keterangan:
 max   min
a = Tegangan variabel,  a 
2
 max   min
min = Tegangan maksimum,  r 
2

Uji lelah lentur putar, seperti diperlihatkan pada gambar 7 yang


dikembangkan oleh R.R.Moore memberi fluktuasi tegangan dengan R=-1. Data umur
lelah material dipresentasikan dalam bentuk diagram Wohler atau kurva  - N,
seperti diperlihatkan pada gambar 8.
10
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Revolution
Bearing counter
Bearing Speciment
Electric
Motor

Load Load

Gambar 7. Alat uji lelah lentur putar

80

, psi.103
60 baja

40

20
Paduan aluminium

0
103 104 105 106 107 108 109 1010
N, siklus
Gambar 8. Kurva  - N

Pada kurva  - N diatas terlihat bahwa baja memiliki batas kelelahan (fatique
limit) atau batas ketahanan (endurance limit) yang jelas. Sedangkan paduan
aluminium tidak mempunyai batas kelelahan yang jelas. Batas kelelahan adalah batas
tegangan yang akan memberikan umur lelah tak berhingga. Untuk baja, harga batas
kelelahan diambil setelah jumlah siklus tegangan mencapai 106 atau 107. Pada daerah
diatas jumlah siklus ini, kurva  - N untuk material baja akan mendatar. Bagian
kurva  - N yang “miring” menunjukkan kekuatan lelah (fatique strength), didaerah
ini umur lelah akan terbatas.

Permukaan patah lelah mempunyai ciri khusus, yang pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah retak lelah dan daerah patah statik. Daerah
retak lelah meliputi awal retakan dan penjalaran retakan. Pada saat penjalaran, retak
lelah berjalan demikian jauh maka tegangan yang bekerja pada penampang yang
tersisa akan mencapai kekuatan tarik material, sehingga komponen akan patah.
Tahapan inilah yang disebut patah statik.

Pemeriksaan patah lelah dimulai dengan cara visual. Banyak kasus patah
lelah dapat diidentifikasi bila ada tanda-tanda penjalaran retakan, seperti adanya garis
pantai (beachmarks). Garis pantai merupakan daerah penjalaran retakan, dengan
demikian garis pantai ini berkembang dari sumber retakan. Daerah patah statik atau
11
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

daerah patah akhir (final-fracture zone) biasanya memiliki ciri-ciri berupa bidang
patahan yang mirip patahan pada uji impak untuk material yang sama. Bidang
patahannya tampak lebih kasar atau berserabut.

Pada pengujian lelah ini, besaran yang perlu diketahui adalah :

N ( HP )
1. Torsi yang terjadi : T  71620 kgcm .
n ( rpm )
x
2. Momen lentur : M L  W . kgcm
2
16 . T
3. Tegangan geser :  g  kg / cm 2
. d 3

32 . M L
4. Tegangan lentur :  L  kg / cm 2
. d3

 L 2  4 g 2
1
5. Tegangan geser maksimum :  g (max)  , kg / cm 2
2
   
2

6. Tegangan normal maksimum :  n   L    L    g  , kg / cm 2


2
(max)
 2   2 
dimana : g max = min dan L max = max.

7. Rasio tegangan : R  min ,
 max

8. Rasio amplitudo : A  a
r
   min
dimana :  a  max
2
 max   min
r 
2
M .l
9. Tegangan normal :  n 
I
dimana : l = d/2 dan I = /4 . d4.

Alat dan Bahan :


1. Alat uji lelah.
2. Mistar ingsut.
3. Pencatat waktu atau stop watch.
4. Kunci L.
5. Benda uji.

Prosedur Pengujian :
1. Siapkan alat uji lelah dan benda uji.
2. Ukur dan catat dimensi benda uji.
3. Tempatkan benda uji diantara kedua gelagar putar dan kuatkan baut penguncinya.
4. Pasang beban pada penggantungnya dan set angka nol pada revolution counter.
5. Siapkan pencatat waktu dan hidupkan motor penggerak.
12
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

6. Pada saat benda uji putus, segera matikan motor penggerak.


7. Catat angka yang tertera pada revolution counter.
8. Catat waktu pengujian.
9. Lepaskan benda uji dari gelagar dan amati permukaan patahan.
10. Analisis data hasil pengujian.

Data Pengujian :
D l W N t Permukaan
No Benda Uji
(mm) (mm) (kg) (siklus) (menit) Patahan

Pengolahan Data Hasil Pengujian :


1. Buat grafik hubungan  - N benda uji.
2. Analisis kekuatan lelah benda uji.
3. Analisis permukaan patahan benda uji.

Daftar Pustaka :
1. Callister.W.D, 1985, Materials Science and Engineering, John Wiley & Sons,
New York.
2. Shackelford.J.F, 1992, Materials Science for Engineers, Macmillan, New York.
3. Dieter.G.E, 1986, Mechanical Metallurgy, Mc Graw-Hill, New York.

13
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

MODUL 4 : UJI IMPAK

Kompetensi :
 Mahasiswa mampu menganalisis harga impak material
 Mahasiswa mampu menganalisis perpatahan material akibat beban kejut.

Dasar Teori :
Suatu gaya luar yang bekerja pada suatu struktur atau benda dengan waktu
kerja kurang dari sepertiga periode getaran alamiah terendah dari struktur atau benda
tersebut, disebut beban tumbukan (impact load).


 r

m.g

h1
h2

Gambar 9. Pengujian impak

Percobaan impak batang bertakik yang dilakukan Charpy dan Izod bertujuan
untuk menentukan kegetasan dan kekuatan tumbukan atau ketangguhan benda uji.
Pada percobaan tersebut, benda uji dipukul oleh suatu pendulum yang dilepas dari
suatu ketinggian tertentu, seperti diperlihatkan pada gambar 9.

Benda uji yang digunakan adalah batang logam segi empat berukuran
100x10x10 mm, yang diberi takikan berbentuk V atau U sedalam 2 mm, seperti
terlihat pada gambar 10.
45o

t2
t1

b L

Gambar 10. Benda uji impak

Energi yang diserap benda uji dinyatakan sebagai harga impak, yang dihitung
dari tinggi ayunan pendulum setelah mematahkan benda uji. Pada pengujian impak
metoda Charpy, harga impak benda uji dihitung dengan persamaan:

14
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

E
HI 
A
Keterangan :
E = Energi yang diserap benda uji.
E = m . g . (h1 – h2)
{m = Massa bandul, g = percepatan gravitasi, h1 = tinggi bandul awal,
h1 = r (1- cos), h2 = tinggi bandul akhir, h2 = r (1- cos)}
A = Luas penampang patahan.
A = b ( t1 – t 2 )
b = lebar benda uji, t1 = tebal benda uji, t2 = dalam takikan.

Alat dan Bahan:


1. Alat uji impak.
2. Mistar ingsut.
3. Alat pendingin/pemanas.
4. Termometer.
5. Benda uji impak.

Prosedur Pengujian:
1. Siapkan alat uji impak.
2. Siapkan benda uji sesuai standar.
3. Ukur dan catat dimensi benda uji.
4. Tempatkan benda uji diantara tumpuan.
5. Atur posisi jarum lingkaran derajat pada angka nol.
6. Gantungkan bandul pada pengait dan catat sudut pada lingkaran derajat.
7. Lepaskan bandul sehingga bergerak mematahkan benda uji.
8. Catat sudut akhir pada lingkaran derajat.
9. Lepaskan benda uji dari tumpuan dan amati permukaan patahan.
10. Lakukan pengujian dengan temperatur bervariasi.
11. Analisis data hasil pengujian.

Data Pengujian:
No Benda Uji L b t1 t2 T R   Permukaan
(mm) (mm) (mm) (mm) (oC) (m) Patahan

Pengolahan Data Hasil Pengujian:


1. Analisis harga impak benda uji.
2. Analisis permukaan patahan apakan benda uji getas atau ulet.

Daftar Pustaka:
1. Davis.H.E, Troxel.G.E and Hauck.G.F.W, 1964, The Testing of Engineering
Materials, 4th.ed, Mc Graw-Hill, New York.
2. Shigley.J.E and Mitchell.L.D, 1983, Mechanical Engineering Design, 4th.ed,
Mc. Graw-Hill, New York.
3. Dieter.G.E, 1986, Mechanical Metallurgy, Mc Graw-Hill, New York.
15
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

MODUL 5: UJI KEKERASAN

Kompetensi :
 Mahasiswa mampu menganalisis kekerasan material.

Dasar Teori :
Kekerasan suatu material merupakan ketahanan permukaan material tersebut
terhadap deformasi plastis akibat pembebanan. Beberapa metoda yang dilakukan
untuk menentukan kekerasan material antara lain ; (1). Metoda Gores, yang
menyatakan ketahanan material terhadap goresan, misalnya pengujian Mosh. (2).
Metoda Penetrasi, yang menyatakan ketahanan material terhadap deformasi plastis,
misalnya pengujian Brinnel, Vickers dan Rockwell. (3). Metoda Pembebanan
Dinamik, yang menyatakan kemampuan bahan menyerap energi pada pembebanan
dinamik, misalnya pengujian Scleroscope.

Dalam praktek di laboratorium, metoda pegukuran angka kekerasan material


yang banyak dilakukan adalah metoda Brinnel, Vickers dan Rockwell. Pada
pengujian ini, pengukuran kekerasan dilakukan dengan cara membebani permukaan
material atau benda uji dengan indentor. Indentor yang digunakan biasanya
berbentuk bola atau piramid. Indentor tersebut terbuat dari bahan yang lebih keras
dari benda uji, seperti baja yang telah dikeraskan, karbida tungsten atau intan.
Metoda pengujian, bentuk indentasi dan persamaan penentuan angka kekerasan
metoda penetrasi diperlihatkan pada tabel 2.

Alat dan Bahan:


1. Alat uji kekerasan.
2. Furnace.
3. Smithtang.
4. Kertas pasir.
5. Benda uji.

Prosedur Pengujian:
1. Siapkan alat uji kekerasan.
2. Siapkan benda uji dengan permukaan yang rata dan halus.
3. Pasang indentor yang sesuai pada mesin uji.
4. Tempatkan benda uji diatas landasan pengujian.
5. Seting mesin uji sesuai dengan panduan penggunaan mesin.
6. Naikkan posisi landasan dan benda uji sampai berjarak  3 mm dari indentor.
7. Lakukan pembebanan pada indentor dengan cara menekan tuas pengangkat,
sehingga benda uji mengalami penetrasi dan tahan  3 detik.
8. Lepaskan tuas pengangkat.
9. Baca dan catat angka kekerasan yang tertera pada monitor mesin uji.
10. Lakukan pengujian kekerasan pada titik pengujian berikutnya.
11. Ambil benda uji dan beri perlakuan panas hardening.
12. Lakukan pengujian kekerasan benda uji setelah mengalami hardening seperti
prosedur diatas.
13. Analisis data hasil pengujian.

16
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Tabel 2. Jenis Pengujian Kekerasan


Shape of Indentation Formula for
Test Indenter Load Hardness
Side View Top View
Number
D
10 mm sphere
of steel or BHN = ____2P___
Brinell tungsten d P D[D-D2-d2]
carbide d

Diamond d1 d1
Vickers P VHN = 1.72 P/d1
pyramid o
136

b
Knoop Diamond t P KHN = 14.2 P/l2
micro- pyramid
L/b=7,11 l
hardness B/t=4,00
Rockwell
120o
A 60 kg RA = 100-500 t
Diamond
C 150 kg RC = 100-500 t
cone t
D 100 kg RD = 100-500 t
1/16 in t
B 100 kg RB = 130-500 t
diameter
F 60 kg RF = 130-500 t
steel sphere
G 150 kg RG = 130-500 t

1/8 in
E diameter 100 kg RE = 130-500 t
H steel sphere 60 kg RH = 130-500 t

Data Pengujian:
Hmin Hmax T1 T2 Corr Stat Angka
Benda Uji Pengujian ke
Kekerasan

Pengolahan Data Hasil Pengujian:


1. Analisis angka kekerasan benda uji sebelum dan setelah perlakuan panas.
2. Analisis penyebab perbedaan angka kekerasan yang terjadi.

Daftar Pustaka:
1. Callister.W.D, 1985, Materials Science and Engineering, John Wiley &
Sons, New York.
2. Shackelford.J.F, 1992, Materials Science for Engineers, Macmillan, New
York.
3. Smith.W.F, 1996, Principles of Materials Science and Engineering, 3rd.ed,
Mc Graw-Hill, New York.
17
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

MODUL 6: PENGUJIAN KEMAMPUKERASAN

Kompetensi :
 Mahasiswa mampu menganalisis kemampukerasan material melalui perlakuan
panas.

Dasar Teori:
Salah satu sifat material yang penting adalah sifat mampu keras. Metoda
peningkatan kekerasan material yang banyak dilakukan adalah dengan perlakuan
panas (heat treatment). Ada beberapa metoda perlakuan panas, seperti: Normalizing,
Annealing, Hardening dan Tempering. Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat
kekerasan material pada perlakuan panas adalah laju pendinginan, dimana laju
pendinginan yang cepat akan menghasilkan material dengan kekerasan yang lebih
tinggi.

Pada pengujian kemampukerasan baja, angka kekerasan benda uji tersebut


bervariasi terhadap jarak dari sumber pendinginan. Metoda pengujian kemampu
kerasan ini dikenal juga sebagai pengujian Jominy diperlihatkan pada gambar 11.

Benda Uji

Air Pendingin

Gambar 11. Pengujian Jominy

Daerah ujung benda uji yang mengalami pendinginan yang cepat memiliki
angka kekerasan yang tinggi, sedangkan daerah yang mengalami laju pendinginan
yang lambat, memiliki angka kekerasan yang lebih rendah.

Angka kekerasan yang berbeda pada berbagai titik hasil pengukuran


disepanjang benda uji akan menghasilkan suatu kurva, yaitu kurva mampu keras,
seperti diperlihatkan pada gambar 12. Pada baja, kemampukerasannya dipengaruhi
oleh laju pendinginan dan kandungan karbon yang terdapat pada baja tersebut.

Berdasarkan kadar karbonnya, hasil pengujian kemampukerasan baja


menghasilkan kurva maksimum dan minimum, yang dikenal dengan “hardenability
band”, seperti diperlihatkan pada gambar 13.

18
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Angka
Angka kekerasan
kekerasan

Jarak dari ujung benda uji


Jarak dari ujung benda
Gambar 12. Kurva kemampukerasan material uji
Gambar 13. Hardenability band

Kurva hardenability band dibuat dengan cara sebagai berikut :

Misal, bahan yang digunakan memiliki komposisi kimia :


Unsur %C % Mn % Si
Maksimum 0.50 0.80 0.04
Minimum 0.42 0.50 0.15

 Penentuan Diameter Ideal (DI):


Diameter ideal didapatkan harganya melalui grafik DI (pada lampiran),
berdasarkan persentase karbon benda uji.

% Cmax didapat DImax = …….


% Cmin didapat DImin = …….

 Penentuan Multiflying Factor (MF):


Harga multiflying factor didapatkan melalui grafik (pada lampiran),
berdasarkan persentase unsur lainnya, Seperti Mn dan Si.

% Mnmax didapat MF Mnmax = …….


% Mnmin didapat MF Mnmin = …….
% Simax didapat MF Simax = …….
% Simin didapat MF Simin = …….

 Penentuan Diameter Ideal Critical (DIC):


DICmax = DImax . MF Mnmax . MF Simax
DICmin = DImin . MF Mnmin . MF Simin

 Penentuan Initial Hardness (IH):


Harga IH didapat melalui grafik IH (pada lampiran), berdasarkan persentase
karbon benda uji.
% Cmax didapat IHmax = …….
% Cmin didapat IHmin = …….

 Penentuan Dividing Factor (IH/DH):


19
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Dividing factor didapatkan harganya melalui grafik Dividing FactorI (pada


lampiran), berdasarkan harga diameter ideal critical (DIC).

 Penentuan Harga Kekerasan :


Harga kekerasan ditentukan melalui persamaan :
IH MAX IH MIN
HRC MAX  HRC MIN 
IH IH
DH MAX DH MIN

Posisi (inchi) IHMAX IHMIN IH/DHMAX IH/DHMIN HRCMAX HRCMIN

Alat dan Bahan :


1. Alat uji Jominy.
2. Furnace
3. Kertas pasir.
4. Smithtang.
5. Benda uji.

Prosedur Pengujian :
1. Siapkan benda uji dan tungku pemanas (furnace).
2. Masukkan benda uji kedalam furnace dan panaskan hingga temperatur 850oC.
3. Tahan benda uji beberapa menit pada temperatur 850oC didalam tungku.
4. Keluarkan benda uji dari furnace dan pindahkan ke alat uji Jominy.
5. Semprotkan air ke bagian ujung benda uji sampai dingin.
6. Bersihkan permukaan benda uji dan beri tanda pengujian kekerasan ( 1 cm).
7. Siapkan alat uji kekerasan dan pasang indentor yang sesuai pada mesin uji.
8. Tempatkan benda uji diatas landasan pengujian.
9. Seting mesin uji sesuai dengan panduan penggunaan mesin.
10. Naikkan posisi landasan dan benda uji sampai berjarak  3 mm dari indentor.
11. Lakukan pembebanan dengan cara menekan tuas pengangkat, sehingga benda uji
mengalami penetrasi, tahan  3 detik dan angkat tuas penekan.
12. Baca dan catat angka kekerasan yang tertera pada monitor mesin uji.
13. Lakukan pengujian kekerasan pada titik pengujian berikutnya.
14. Analisis data hasil pengujian.

Data Pengujian :
No Jarak dari Ujung Penyemprotan (mm) Angka Kekerasan

Pengolahan Data Hasil Pengujian :


1. Analisis kekerasan pada jarak tertentu dari ujung benda uji.
2. Buat grafik hardenability band hasil pengujian.
3. Analisis penyebab perbedaan angka kekerasan yang terjadi.
20
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Daftar Pustaka :
1. Callister.W.D, 1985, Materials Science and Engineering, John Wiley & Sons,
New York.
2. Shackelford.J.F, 1992, Materials Science for Engineers, Macmillan, New York.
3. David.H.E, et-al., 1996, The Testing and Inspection of Engineering Materials,
Mc Graw-Hill, New York.

21
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

MODUL 7 : UJI PUNTIR

Kompetensi :
 Mahasiswa mampu menentukan sifat-sifat modulus elastisitas geser dari material.
 Mahasiswa mampu menentukan kekuatan luluh punter.
 Mahasiswa mampu menentukan modulus pecah.
 Mahasiswa mampu menetukan tegangan alir (flow stress) dari material.

Dasar Teori :
Uji puntir pada suatu spesimen dilakukan untuk menentukan keplastisan
suatu material. Spesimen yang digunakan pada pengujian puntir adalah batang
dengan penampang lingkaran karena bentuk penampang paling sederhana sehingga
mudah diukur, spesimen tersebut hanya dikenai beban puntir pada salah satu
ujungnya, karena kedua pembebanan hanya memberikan ke tidak konstanan sudut
puntir yang diperoleh dari pengukuran.

Rumus tegangan dan renggangan geser untuk batang padat :

Sedangkan momen inersia (J) pada keadaan maksimum silinder adalah


sebagai berikut :

Keterangan :
r : jari – jari spesimen
L : panjang ukur spesimen
J : momen inersia

Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalah momen puntir dan sudut
puntir. Pengukuran ini kemudian dikonversikan menjadi sebuah grafik momen puntir
terhadap sudut puntir (dalam putaran). Namun, pada daerah plastis hubungan pada
momen puntir dengan sudut puntir tidak linear lagi, sehingga diperlukan rumus yang

22
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

berbeda pula untuk mencari tegangan geser, berikut ini grafik momen puntir terhadap
sudut puntir :

Gambar 14. Grafik momen puntir Gambar 15. Grafik momen puntir
terhadap sudut puntir persatuan terhadap sudut puntir
panjang

Untuk mencari tegangan geser pada daerah plastis digunakan rumus :

Sedangkan untuk mencari renggangan geser (γ), keduanya harus memiliki


rumus yang sama, yaitu :

Keterangan :
R : jari-jari spesimen
θ : sudut putar persatuan waktu
pada criteria Tresca, spesimen mengalami luluh bila tegangan geser
maksimum mencapai harga tegangan geser dalam uji tatik unaxial :

23
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Sedangkan pada von nises, spesimen yang mengalami luluh bila invariant kedua
deviator tegangan melampaui harga kritis tertentu.

Keterangan :
σ : tegangan geser sebenarnya
τ : tegangan geser teknik
ε : renggangan geser sebenarnya
γ : renggangan geser teknik

Kemampuan material untuk mempertahankan bentuknya didaerah elastic


yang disebabkan oleh tegangan geser, perbandingan antara tegangan dan renggangan
geser pada daerah plastis.

Keterangan :
G : modulus elastisitas geser
τ : tegangan geser
γ : renggangan geser
T : momen lentur
L : panjang spesimen
J : momen inersia

Kekuatan geser puntir maksimum, karena tegangan geser tebesar terjadi


dipermukaan batang, untuk benda silinder padat dimana :

21
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Maka besarnya modolus pecah tersebut yaitu :

Keterangan :
τ u : modulus of repture
r : diameter spesimen

Data sudut lengan dan sudut puntir


Titik Ke Sudut lengan Sudut Puntiran Sudut Lengan Sudut Daerah
α (cm) γ (cm) α(̊) Puntiran γ ( ̊ )

Alat dan Bahan :


1. Alat uji puntir
2. Mistar ingsut.
3. Pencatat waktu atau stopwatch.
4. Kunci L.
5. Benda uji.

Prosedur Pengujian :
1. Siapkan alat uji puntir dan benda uji.
2. Ukur dan catat dimensi benda uji.
3. Tempatkan benda uji diantara kedua chuck dan kuatkan baut penguncinya.
4. Siapkan pencatat waktu dan hidupkan motor penggerak.
5. Pada saat benda uji putus, segera matikan motor penggerak.
6. Catat angka yang tertera pada revolution counter.
7. Catat waktu pengujian.
8. Lepaskan benda uji dari gelagar dan amati permukaan patahan.
9. Analisis data hasil pengujian.

22
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

Tabel Hasil Percobaan


No Torsi Sudut Puntir Time
( N.m ) (̊) (s)

Pengolahan Data Hasil Pengujian :


1. Menentukan kekuatan puntiran material.
2. Menentukan modulus geser material.

Daftar Pustaka :
1. Callister.W.D, 1985, Materials Science and Engineering, John Wiley & Sons,
New York.
2. Shackelford.J.F, 1992, Materials Science for Engineers, Macmillan, New York.
3. Smith.W.F, 1996, Principles of Materials Science and Engineering, 3rd.ed, Mc
Graw-Hill, New York.

23
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

LAMPIRAN A

Gambar 1. Diagram fasa besi karbon

LAMPIRAN B

Gambar 2. Diagram Transformasi Isotermal

24
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

LAMPIRAN C

LAMPIRAN D

25
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

LAMPIRAN E

LAMPIRAN F

26
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
UNIERSITAS BUNG HATTA

LAMPIRAN G

27
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK DAN METALURGI FISIK
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA

LEMBARAN ASISTENSI

Nama :
Foto 3x4
Npm :
Group / Kelompok :

Paraf
No Materi Pratikum Tanggal Pratikum Keterangan
Asisten Instruktur

1
Uji Tarik (Tensile Test) 2

2
Uji Impact (Impact Test) 2

3
Uji Puntir (Torsion Test) 2

1
Uji Defleksi
4
(Deflection Test) 2

5
Uji Lelah (Fatigue Test) 2

1
Uji Kemampukerasan
6
(Jominy Test) 2

1
Uji Kekerasan (Hardening
7
Test) 2

3
1
8
Metalurgrafi 2

9 Analisis Struktur Micro 2

Padang, Juni 2021


Lab. Material Teknik dan
Metalurgi Fisik,

Ir. Wenny Marthiana, M.T

Anda mungkin juga menyukai