Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

“UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS 3 SD GMIM 7 TOMOHON”


TEMA KEWAJIBAN DAN HAKKU, SUBTEMA: KEWAJIBAN DAN HAKKU DI RUMAH,
DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY”

Nama : STANY SYULI RAWUNG,S.Pd


Nim : 859952154
PRODI : S1 (PGSD

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah pelengkap dalam kehidupan yang bersifat wajib untuk anak bangsa.
Dikatakan demikian karena pendidikan adalah suatu pembelajaran yang berpengaruh sangat tinggi
terhadap siswa baik di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat luas. Somantri (1976,
hlm.28) mengatakan Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai arah yakni mendidik masyarakat
sebagai warga negara yang patuh aturan hukum, digambarkan dengan masyarakat atau warga
negara yang rela berkorban demi bangsa dan negara, berakidah, dan demokratis. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 menjelaskan bahwa “dalam bentuk kehidupan
kecerdasan bangsa diharuskan adanya komite nasional untuk dapat menaikkan mutu serta daya
saing bangsa dengan penataan ulang Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan
Standar Penilaian dan Penataan Ulang Kurikulum”. Dapat disimpulkan bahwa Tema 4 subtema 1
“Kewajiban dan Hakku Dirumah” diharapkan memberikan kesiapan terhadap siswa guna menjadi
masyarakat/warga negara yang mampu meningkatkan mutu serta daya saing bangsa, menjaga
komitmen untuk mempertahankan NKRI sesuai standar kurikulum yang berlaku. Dalam mewujudkan
kesiapan tersebut, hal utama yang harus dilakukan oleh pendidik adalah memberikan motivasi
belajar siswa pada pembelajaran yang baru, pendidik dituntut untuk memberikan suasana serta
kondisi yang baru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran dan pendidik mampu
mengidentifikasi kendala yang dialami siswa agar pendidik dapat memberikan bimbingan yang tepat
untuk kendala yang dialami tiap-tiap siswa. Pembelajaran Tema 4 subtema “Kewajiban dan Hakku
Dirumah” harus mempunyai tiga tujuan dalam pembelajaran yaitu tujuan dalam kognitif, tujuan
dalam afektif, serta tujuan dalam psikomotor. Apabila siswa belum memaksimalkan tiga tujuan
pembelajaran tersebut maka guru sebagai pendidik belum sepenuhnya memberikan acuan tujuan
pembelajaran kepada siswa karena faktor atau suatu hal lainnya. Utamanya penerapan
pembelajaran dengan model yang kurang bervariatif, seharusnya pembelajaran menyesuaikan
tingkat progres serta keperluan siswa. Menurut Facione (2011, hlm.9) penguasaan berpikir kritis
mencakup; Interpretasi, analitis, inferensi atau simpulan, evaluasi, eksplanasi atau interpretasi, dan
regulasi diri (self regulation). Aspek Interpretasi yakni pengelompokkan siswa terhadap
permasalahan sehingga menemukan jawaban tepat. Aspek Analisis, yakni siswa berupaya untuk
mengukur ide-ide serta mengidentifikasi jawaban serta pertanyaan. Aspek Inferensi/kesimpulan,
yakni siswa dapat menyimpulkan untuk suatu pemecahan suatu masalah. Aspek Evaluasi, yakni siswa
dapat menguji pertanyaan ataupun pendapat yang masuk dari diri sendiri ataupun orang lainnya.
Aspek Eksplanasi/interpretasi, yakni siswa dapat memaparkan pernyataan atau ungkapan pendapat
untuk pendapat yang lebih kuat. Aspek regulasi diri (self- regulation), yakni siswa mampu mengelola
menempatkan dirinya pada suatu pemecahan masalah. Berdasar pengamatan observasi yang
dilakukan di kelas III SD GMIM 7 TOMOHON , proses KBM dengan mengukur berpikir kritis dalam
pembelajaran Tema 4 masih kurang. Perihal tersebut di lihat dari; Pertama, pada saat guru
menunggu untuk kesempatan siswa dalam mengajukan pertanyaan atau pendapat, 1 sampai 3 orang
yang bertanya mengenai masalah tersebut, sisanya tidak ada yang bertanya dan memilih diam saja.
Kedua, siswa belum bisa menghubungkan keterkaitan masalah yang ada pada keluarga dengan teori
pada buku Tema 4 subtema 1 sehingga sulit untuk melakukan tanya jawab dalam pertanyaan
tersebut. Ketiga, siswa masih terbiasa mengobrol saat pembelajaran Tema 4 berlangsung hal ini
berpengaruh pada tingkat kemampuan berpikir kritis ketika guru bertanya pada siswa tersebut
karena kurang memperhatikan pembelajaran dikelas. Keempat, ketika guru memberikan
pertanyaan pada siswa mengenai konflik/permasalahan pada lingkungan sekitar, siswa belum bisa
untuk memutuskan kausalitas (sebab- akibat) pada konflik/permasalahan yang diberikan oleh
pendidik. Kurangnya mencermati dan menafsirkan pada diri siswa sehingga tidak dapat menjawab
dengan sempurna. Dengan demikian, pada pola berpikir kritis pada tiap masing-masing siswa
menjadi peran utama yang wajib ada pada siswa, dengan kapabilitas berpikir siswa dapat
memecahkan masalah, bertanggungjawab, bekerja sama, serta berani berargumen, berpendapat,
berdebat dan bertanya. Permasalahan diatas merupakan permasalahan yang harus segera diatasi
dalam proses pembelajaran Tema 4 subtema 1, menurut Wuryan dan Syaifullah (2008, hlm.39)
bahwa pelajar harus berpartisipasi secara bebas dan dinamis agar pelajar dapat memecahkan
masalah. Maka dari itu, proses belajar dilaksanakan menggunakan metode yang dapat mendukung
untuk meningkatkan tingkat berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil rumusan masalah bahwa (1)
siswa belum siap karena kondisinya dalam proses pembelajaran ribut, ngobrol dengan teman (2)
Siswa (laki-laki) banyak yang tidak serius belajar karena mereka senang keluar kelas dengan alasan
ke toilet padahal mereka ke kantin (3) Belum siap atau tidak berusaha untuk memahami materi yang
akan dipelajari serta malas belajar dan tidur-tiduran dikelas (4) Siswa (laki-laki) banyak yang
bermasalah baik itu kehadiran, tingkah laku kepribadian maupun dalam pengerjaan tugas. Maka
demikian, hal tersebut dapat menurunkan sifat berpikir dari tiap-tiap siswa, serta hal yang bisa
dilakukan peneliti untuk menumbuhkan rasa keingintahuan siswa di kelas III dalam penerapan
metode pembelajaran. Hal yang bisa dilakukan yaitu dengan menampung keluh kesah siswa ketika
pembelajaran, kemudian didapatkan suatu pemecahan masalah untuk siswa kelas III tersebut.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan penerapan model saintifik learning dilakukan pada
tiap siklus serta dijabarkan pada tahapan tindakan yakni perancangan, penerapan, peninjauan serta
spekulasi/refleksi. Tahap siklus pertama berdasar kegiatan/aktivitas belajar ialah 75%. Hal tersebut
memberitahukan bahwasannya 30 siswa yang melaksaakan pembelajaran terdapat 18 siswa saja
yang mencapai ketuntasan KKM. Kemauian untuk siklus kedua, mendapat peningkatan yang
signifikan dengan mencapai 95%, sehingga dapat dilihat bahwa siswa berhasil dalam pencapaian
yang diharapkan. Model saintifik sehingga terjadi proses berpikir kritis yang dapat mengaitkan
wawasan baru. Kemudian, siswa mengkonstruksi rencana dasar serta peraturan dari wawasan baru
tersebut serta tidak untuk dipaparkan/diberitahukan. Berdasarkan pendapat tersebut, model
menyusun pertanyaan (kooperatif) dirasa cocok untuk mengingkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam proses pembelajaran Tema 4 dengan dibantu media sebagai bentuk penggunaan
aplikasi berbasis online. Dengan penggunaan media ini, siswa diharapkan mampu untuk
mengaplikasikan proses KBM dengan menggunakan metode inquiry terhadap kemampuan berpikir
kritis yang diterapkan dalam pembelajaran Tema 4. Berdasarkan pemaparan latar belakang, peneliti
sangat tertarik melakukan penelitian tentang penerapan metode inquiry untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi, maka peneliti menuangkannya pada judul “UPAYA MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS 3 SD GMIM 7 TOMOHON” TEMA KEWAJIBAN DAN HAKKU,
SUBTEMA: KEWAJIBAN DAN HAKKU DI RUMAH,
DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang. Rumusan masalahnya pada siswa Kelas 3 SD GMIM 7
TOMOHON dalam Pembelajaran Tema 4, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode inquiry pada pembelajaran Tema 4 untuk
meningkaatkan motivasi belajar siswa ?
2. Apakah penggunaan metode inquiry pada pembelajaran Tema 4 dapat meningkatkan
hasil belajar siswa tentang Kewajiban dan Hakku dirumah?

C. TINDAKAN PENELITIAN
Berdasarkan pada latar belakang dan Rumusan masalahnya pada siswa Kelas 3 SD GMIM 7
TOMOHON dalam Pembelajaran Tema 4. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil
peningkatan motivasi belajar siswa melalui metode inquiry. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui yaitu:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan metode inquiry pada pembelajaran Tema
4 untuk meningkaatkan motivasi belajar siswa ?
2. Menjelaskan peningkatan motivasi belajar siswa dengan penggunaan metode
inquiry pada pembelajaran Tema 4 dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang
Kewajiban dan Hakku dirumah?

D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat diantaranya
1. Bagi guru
Diharapkan dapat membantu dan mempermudah para guru dalam mengerjakan atau
menyampaikan materi pelajaran dan menambah literatur guru tentang metode dan
strategi pembelajaran.
2. Bagi siswa
Diharapkan siswa Mampu meningkatkan keaktifan siswa dikelas dalam memahami
materi tema 4 “kewajiban dan hakku dirumah”
3. Bagi peneliti
Sebagai saran auntuk menambah wawasan pemmbelajaran disekolah.dalam
mengimplementasikan metode inquiry dalam pembelajaran tema 4 “Kewajiban dan
Hakku dirumah”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hipotesis Tindakan
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah
penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “Jika pembelajaran tema 4 Kewajiban dan Hakku dirumah, menggunakan metode
inquiry maka hasil belajar siswa akan meningkat.
B. Pembelajaran Metode Inquiry
1. Pengertian metode inquiry
Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang artinya suatu teknik atau cara yang
digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Secara umum inquiry adalah proses
dimana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana
mereka secara sistematis mencari jawabannya. Welch mendefinisikan inquiry sebagai
proses dimana manusia mencari informasi atau pengertian, maka sering disebut away of
thought. Sedangkan Kidsvatter dkk menjelaskan inquiry sebagai model pengajaran
dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan
memecahkan persoalan secara sistematik. Sedangkan menurut Wina Sanjaya, inquiry
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa. Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya inquiry menempatkan siswa sebagai subyek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan dari guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Pembelajaran inquiry bertujuan
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai proses dari proses mental. Dengan
demikian, siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
2. Kelebihan – kelemahan metode inquiry
a. Kelebihan
o Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna.
o Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
o Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
o Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
o Melatih siswa untuk lebih giat belajar sendiri.
b. Kelemahan
o Akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
o Tidak semua materi dapat diterapkan dengan metode ini.
o Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasan
siswa dalam belajar.
o Dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang,
sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 208-209 21
o Tidak semua guru bisa menerapkan metode ini.
c. Langkah-langkah metode inquiry
menurut Kindsvatter dkk dalam buku Paul Suparno adalah sebagai berikut:6
 Identifikasi dan klarifikasi persoalan.
Langkah awal adalah menentukan persoalan yang ingin didalami atau
dipecahkan dengan metode inquiry. Persoalan dapat disiapkan atau
diajukan oleh guru. Sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan disiapkan
sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat
dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Dari persoalan 4 Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 196 5 Ibid., h. 196-197 6 Paul Suparno,
Metodologi Pembelajaran …, h. 66-67 17 yang diajukan akan tampak jelas
tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan
ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat
dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang
terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedang persoalan yang
terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat
baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.
 Membuat hipotesis.
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban
sementara tentang suatu persoalan. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis
siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru
mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dulu. Guru diharapkan
tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas
maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah
pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
 Mengumpulkan data.
Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar
atau tidak.
 Menganalisis data.
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan
hipotesis apakah benar atau tidak.
 Ambil kesimpulan.
Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil
kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian
dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak.
d. Macam-macam Inquiry
Kindsvatter dkk membedakan antara dua macam Inquiry yaitu Guided Inquiry dan
Open Inquiry ( bebas ). Perbedaan itu lebih ditandai dengan seberapa besar campur
tangan guru dalam penyelidikan tersebut.
 Guided Inquiry ( Penyelidikan Terarah )
Inquiry yang terarah adalah Inquiry yang banyak dicampuri oleh guru. Guru
banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang
lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses Inquiry.
Bahkan guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu
bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan
dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur yang telah
ditetapkan guru. Campur tangan guru misalnya dalam pengumpulan data,
guru sudah memberikan beberapa data dan siswa tinggal melengkapi. Guru
banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan disela-sela proses, sehingga
kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Maka kesimpulan akan selalu
benar dan sesuai dengan kehendak guru. 7 Ibid, h. 68-69 19 Model Inquiry
terarah ini lebih cocok untuk awal semester dimana siswa belum biasa
melakukan inquiry. Dengan model tersebut, siswa tidak mudah bingung dan
tidak akan gagal karena guru terlibat penuh. Contoh: Guru sudah
menyediakan alat-alat untuk mempelajari gerak dan siswa diminta untuk
menyelidiki gerak suatu benda dengan cara tertentu.
 Open Inquiry (Inquiry Terbuka, Bebas )
Berbeda dengan inquiry terarah, di sini siswa diberi kebebasan dan ini siatif
untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi.
Siswa sendiri berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan peralatan
yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan data sendiri. Disini
siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri dan guru tidak banyak campur.
Siswa sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkaikan
peralatan, dan mengumpulkan data. Guru hanya sebagai fasilitator,
membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak memberikan arah
dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sendiri. Model
inquiry bebas ini dapat dilakukan dalam kelompok, tetapi juga secara
individual. Misalnya, ada siswa yang sangat berminat untuk meneliti sendiri
di rumah, dia dapat melakukannya. Contoh pertanyaan inquiry yang bebas:
Kamu telah selesai belajar cahaya, panas, dll. Persoalan apa yang ingin anda
teliti selanjutnya? Mengapa? Dan Bagaimana?
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
1. METODE PENELITIAN
Menurut IGAK Wardhani (2011) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Esensi PTK terletak pada adanya tindakan dalam situasi alami untuk memecahkan
masalah-masalah praktis dalam pembelajaran. PTK berangkat dari persoalan- persoalan
praktis yang dihadapi oleh guru/ calon guru di kelas. Prosedur pelaksanaannya dapat
dimulai dengan analisis situasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
perefleksian, dan evaluasi terhadap dampak tindakan. Prosedur ini dapat diulang sampai
diperoleh hasil sesuai dengan kualitas yang diharapkan. PTK memiliki karakteristik yang
berbeda dengan penelitian lainnya.
Adapun karakteristik PTK (Susilo et al, 2008: 5) antara lain sebagai berikut:
 Masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran sehari- hari di
kelas yang dihadapi oleh guru/ calon guru,
 Diperlukan tindakan- tindakan tertenu untuk memecahkan masalah tersebut
dalam rangka memperbaiki/ meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
 Terdapat perbedaan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan PTK, dan 
Guru sendiri yang berperan sebagai peneliti.
PTK memiliki tujuan (Susilo et al, 2008: 8) antara lain sebagai berikut:
 PTK dilaksanakan demi perbaikan/ peningkatan praktik pembelajaran secara
berkesinambungan,
 Pengembangan kemampuan- keterampilan guru untuk menghadapi masalah
aktual pembeajaran di kelas
 Menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru, dan
 Memperbaiki dan meningkatkan mutu pengajaran (pembelajaran) melelui
teknikteknik pengajaran yang tepat sesuai dengan masalah dan tingkat
perkembangan peserta didik. PTK memberikan banyak manfaat bagi guru
maupun calon guru dalam memecahkan masalahmasalah pembelajaran di
kelas.
Adapun manfaat yang diperoleh dari PTK bagi guru maupun calon (Susilo et al, 2008:
9) diantaranya sebagai berikut.
 Guru dan calon guru dapat langsung memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran agar menjadi lebih baik dan lebih efekif
 Guru dan calon guru dapat meneliti sendiri kegiatan praktik pembelajaran
yang ia lakukan di kelas,
 Guru dan calon guru dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah
praktik- pratik pembelajaran yang dilakukan selama ini memiliki keefektifan
yang tinggi,
 Guru dan calon guru dapat mencari cara/ prosedur baru untuk memperbaiki
dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas,
 Guru dan calon guru dapat meningkatkan mutu pengajaran dan hasil belajar
peserta didik berdasarkan temuan langsung di kelas.
PTK secara garis besar meliputi empat tahapan, yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
 Perencanaan (planning) Perencanaan mencakup rencana tindakan yang
akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku
dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan.
 Tindakan (acting) Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan
peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan.
 Pengamatan (observing) Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau
dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
 Refleksi (reflecting) Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK
yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa
perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini
peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak
dari tindakan. (Sukayati, 2011:17) Keempat tahapan tersebut merupakan
serangkaian langkah yang saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun,
yang kembali ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah mulai dari tahapan
perencanaan, tindakan, pengamatan sampai dengan refleksi.

2. PROSEDUR PENELITIAN
a. Skenario Tindakan.
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah:

a. Membuat rencana belajar Tema Kewajiban dan Hakku dirumah.


b. Menyiapkan bahan yang berhubungan dengan Tema Kewajiban dan Hakku
dirumah
c. Membuat lembar observasi untuk mengukur hasil belajar berupa tes pelajaran.
d. Menyusun alat evaluasi untuk menilai upaya meningkatkan motivas belajar
siswa dengan Tema Kewajiban dan Hakku dirumah kemampuan membaca siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I dengan 2 kali pertemuan
b. Siklus II dengan 2 Kali pertemuan.
3. Observasi/monitoring
Ditahapan ini dilakukan observasi dan evaluasi yang tujuannya untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa apakah sesuai dengan inikator keberhasilan yang ditetapkan
yakni minimal siswa memperoleh nilai 70 pada setiap kegiatan penilaian penerapan
metode.
4. Refleksi
Dari hasil observasi dan penilaian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode permulaan dengan menggunakan metode inquiry direfleksikan
pada tindakan selanjutnya.
5. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data
1. Sumber Data
Data dikumpulkan melalui tes
2. Jenis Data
Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini berupa:
a. Data kualitatif berupa observasi aktivitas siswa melaksanakan tugas .
b. Data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar
3. Cara Pengambilan Data
a. Data aktifitas belajar siswa kelas
b. Data kegiatan pembelajaran diambil dengan format observasi tahap-tahap
pebelajaran dikelas berlangsung.
c. Data hasil belajar diperoleh dari nilai tes Objektif pada masa akhir proses
pembelajaran.

4. Analisi Data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan observasi, tes hasil belajar, koesioner
kemudian dimasukkan table kerja data tersebut dianalisis menggunakan analisis
sederhana dengan rumus P=F/N x100%
keterangan:
P= Jumlah angka persentase
F= frekuensi jawaban yang diteliti
N= jumlah responden
100%= nilai ketepatan

5. Indikator Keberhasian
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran “tema kewajiban dan Hakku dirumah”
dengan menggunakan metode inquiry memperoleh nilai minimal 70,sudah
sesuai dengan baik dan benar

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai