Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS DILEMATIS ETIS DENGAN PENDEKATAN SAD –

SITUATION, ANALYSIST, AND DECISION (STUDI KASUS


PENGGUSURAN PROSTITUSI LEGENDARIS JONGOR, DESA MUNDU
PESISIR, KABUPATEN CIREBON, JAWABARAT)

Marina Rospitasari – Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi UI


Mata Kuliah Filsafat dan Etika Komunikasi –
Dosen Pengampu : Prof. Ibnu Hamad

1. Latar Belakang Masalah


Perintah : (Bagian Pertama: Membuat uraian topik/kasus dan menunjukkan
dilemma ethic yang ada di dalam kasus tersebut (bagian a ini murni uraian
kasus/dilemma ethic). Perlihatkan titik eksterim (dualisme) dalam dilemma
ethics tsb.)
Isu penggusuran prostitusi cukup menjadi isu yang menjadi
concern pemerintah dan masyarakat, khususnya semenjak ditutupnya
lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yakni Gang Dolly di Surabaya pada
tahun 2014. Moment itu secara tersirat menjadi sebuah inspirasi
pemerintah dan masyarakat di wilayah lain untuk lebih peka terhadap
existensi prostitusi di wilayahnya masing-masing. Kabupaten Cirebon salah
satunya, yang memiliki prostitusi legendaris yang sudah puluhan tahun
beroperasi, bernama Blok Jongor, berlokasi di pinggir Sungai Kalijaga,
Desa Mundu Pesisir. Lokalisasi ini sangat meresahkan masyarakat dan
sudah banyak masukan disampaikan kepada pemerintah setempat. Hal itu
disebabkan prostitusi ini berjalan secara sembunyi-sembunyi berkedok
warung remang-remang. Mucikari dan PSK yang sudah beroperasi selama
28 tahun, tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, sore, malam, bahkan
selama Bulan Ramadhan Blok Jongor tetap melayani pria hidung belang.
Kegiatan penyakit masyarakat (pekat) di lokasi tersebut bukan hanya
transaksi PSK saja, namun juga tempat penjualan dan arena pesta
minuman keras (miras). Akhirnya masyarakat sekitar bersama Pemerintah

1
Desa Mundu Pesisir melaporkan kepada Pemkab Cirebon melalui satpol pp
setempat untuk menutup dan membubarkan lokalisasi Jongor tersebut.
Keresahan warga sepertinya memuncak dan didengar oleh Bupati Cirebon
yakni H. Imron Rosadi. Pada tanggal 8 Juli 2020 lalu, prostitusi yang
memiliki belasan tempat pelacuran yang berkedok warung kopi ini
dibongkar Satpol PP Kabupaten Cirebon menggunakan alat berat dan
mendapat pengawalan ketat dari TNI dan Polri. Bupati Cirebon, H. Imron
Rosyadi yang ikut memantau pelaksanaan penggusuran lokalisasi Jongor
dan mengatakan pembongkaran tempat prostitusi yang berdiri diatas
sungai jelas merupakan bangunan ilegal. Beliau menyampaikan bahwa
warga yang ada di lokalisasi setelah di data akan dilakukan pembinaan
melalui Dinas Sosial untuk diberikan pengarahan agar tidak menjalankan
bisnis pekat kembali. Dan masyarakat sekitar lokalisasi juga merasa
nyaman dan tidak terganggu dengan kegiatan pekat yang setiap hari terjadi
di depan mata mereka. (Detik.com, Juli 2020)
Dari realitas tersebut penulis melihat ada dilemma ethics yang
dapat dianalisis secara empiris yakni pemerintah yang ingin melindungi
masyarakat dari lingkungan prostitusi yang buruk dan merajalela selama
puluhan tahun. Disisi lain mucikari dan perempuan yang bekerja sebagai
PSK menjadikan prostitusi tersebut sebagai sumber utama ekonomi dan
kehidupannya. Dengan pemerintah memutuskan untuk menggusur dengan
menghancurkan bangunan di area prostitusi tersebut, berdampak mereka
kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan. Adapun pendataan yang
dilakukan pemerintah setempat belum ada kejelasan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara ontologis, masyarakat melihat Blok Jongor
adalah tempat dimana mucikari dan PSK melakukan bisnis prostitusi secara
puluhan tahun dan sangat meresahkan warga. Masyarakat terdorong untuk
menyampaikan kepada pemerintah. Pemerintah secara empiris
(epistemologis) melihat bukti-bukti lapangan tentang data tersebut.
Ternyata benar bahwa bisnis prostitusi tersebut dilakukan secara
terselubung berkedok warung remang-remang. Terdapat belasan
bangunan yang sangat intens dan aktif menjalankan bisnis prostitusi
tersebut dari pagi hingga malam. Dari survey tersebut, pemerintah menilai
(aksiologi) bahwa prostitusi Blok Jongor selain memberi pengaruh buruk
2
bagi lingkungan masyarat, bangunannya didirikan secara illegal di sekitar
wilayah Sungai Kalijaga. Secara perspektif etika, muncul dilematis etis dari
pemerintah jika melakukan penggusuran/pembubaran wilayah prostitusi
tersebut yakni secara Summum Bonum, pemerintah dapat menegakkan
nilai-nilai moralitas sesuai semboyan Kota Cirebon “Rame ing Gawe, Suci
ing Pamrih” yang artinya “Kesatria yang giat bekerja keras dengan harapan
yang suci”. (dprd-cirebonkab.go.id, 2020). Selain itu masyarakat sekitar
yang resah juga akhirnya bisa lebih tenang karena lingkungan akan
semakin kondusif untuk anak-anak dan keluarga. Barry dan Bullough
(dalam Koentjoro, 1996:42) prostitusi merupakan masalah yang
menyangkut harkat, martabat, dan nilai kaum wanita. Prostitusi bukan saja
berkaitan dengan masalah kualitas moral pelakunya. Secara medik
prostitusi akan menyebabkan penyakit kelamin seperti halnya HIV/AIDS.
Ibu-ibu yang tertular penyakit ini dapat melahirkan anak-anak yang
berkelainan fisik, sehingga prostitusi dapat menimbulkan masalah dalam
kualitas generasi yang akan datang.
Namun secara Minus Mallum, PSK dari kalangan wanita dan
sering menjadi korban mucikari adalah pihak yang sangat dirugikan karena
kehilangan sumber ekonomi. Beberapa dari mereka berasal luar kota
Kabupaten Cirebon yang terjerat iming-iming mucikari. Para wanita eks-
PSK seringkali dipandang wanita yang buruk dan sulit mendapatkan
pekerjaan. Dari analisis dilematis etis antara wacana moralitas (tanggung
jawab Pemerintah) vs ekonomi (wanita PSK yang kehilangan pekerjaan),
penulis hendak meneliti proses pengambilan keputusan etis yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon dalam kasus Penggusuran
Prostitusi Jongor, Desa Mundu Pesisir, Cirebon, Jawa Barat.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses pengambilan keputusan etis dalam studi kasus
Penggusuran Prostitusi Jongor, Desa Mundu Pesisir, Cirebon,Jawa
Barat ?

3
3. Metodologi
Penulis melakukan penelitian ini dengan pendekatan study literatur dan
observasi lapangan yang diambil dari sumber sekunder yakni portal berita
dan website pemerintah Kabupaten Cirebon. Data-data tersebut dikaji dan
dianalisis dengan pendekatan teori terkait yakni teori etika dan teori SAD
(situation-analysist-decision).
Paradigma penelitian menggunakan perspektif Kritis mengingat analisis
tidak hanya sekedar proses keputusan etis namun juga aspek “beyond
science” yang menuntut peneliti berfikir dengan pendekatan konteks dan
kondisi sosial politik aktual.

4. Tinjauan Teori
Perintah : Bagian Kedua: menguraikan teori etika dan uraian teknik
pengambilan keputusan etis yang akan dipakai untuk menganalisis
kasus/dilemma ethic (bagian b ini murni uraian teori)
A. TEORI ETIKA
Etika berasal dari Bahasa Yunani, “Ethos”, yang berarti “custom”,
“usage”, “character”. Etika adalah sebuah proses rasional untuk
menentukan 2 prinsip moral yang bersinggungan. Dilema Etik biasanya
muncul ketika ada 2 prinsip moral yang bertolak-belakang. Etika adalah
cabang dari filsafat yang berhubungan dengan kehidupan manusia
khususnya filsafat moral. (Day, 2006:3). Ada 3 Teori Etika secara garis
besar yakni :
a. Deontological Ethical Theory (absolutist/legalistic theories)
b. Teleological Ethical Theory (consequence theories)
c. Personalist or Subjective Theory (personalist theories)

1. Deontological Ethical Theory


Manusia sangat terikat oleh tanggung jawab yang memiliki aturan
apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Empiristik,
Mengacu pada aturan formal, prinsipil, dan menggunakan kaca mata
berfikir hitam dan putih, Categorical imperative – baik buruk ditentukan

4
oleh duty-bound atau ikatan tanggung jawab yang melekat pada
seseorang. Tokoh : Immanuel Kant
2. Teleological Ethical Theory
Manusia menghasilkan dampak ketika melakukan prilaku A atau
B, sehingga konsekuensi logisnya harus diperhitungkan. The Altruist
menghitung dampak bagi orang lain yang lebih prioritas.The Egoist lebih
melihat dampak kepada dirinya sendiri yang menjadi pertimbangan
utama. Consequence – Related – Utilitarianism - baik buruk ditentukan
melalui perhitungan konsekuensi baik buruk jika kita melakukan A, tidak
B atau melakukan B. Baik ketika konsekuensi positif lebih banyak
disbanding negative. Tokoh : John Stuart Mill.
3. Personalist or Subjective Theory
Manusia memiliki intuisi, akal, perasaan, dan agama yang menjadi
landasan dalam mempertimbangkan nilai etika atau menetapkan mana
tindakan yang benar dan salah. Jika seseorang memiliki landasan
agama,maka nilai moralitas yang dinilai benar adalah sesuai dengan
ajaran agamanya. Penilaian etika bersifat non rasional, spontan,
instingtif, motivasi spiritual. Tokoh : C.S. Lewis, James Q.Wilson

5
Peta konsep dan turunan Teori Etika. (Merril, 2014:13)

Turunan dari 3 Teori Etika tersebut adalah :


Ada 3 Teori Etika secara garis besar yakni :
a) Deontological Ethical Theory (absolutist/legalistic theories)
(including Aristotelianism, Confucianism, Kantianism, and the divine
command theory)
b) Teleological Ethical Theory (consequence theories)
(including utilitarianism, altruism, egoism, the social contract theory,
and the pragmatic or Machiavellian)
6
c) Personalist or Subjective Theory (personalist theories)
(including the instinctual, emotive, antinomian,and existential).
Konsep Etika Turunan dari 3 Teori Etika diatas adalah :
1. Acquired – Virtue Ethics
Manusia harus mengarahkan dirinya kepada kebajikan yakni pilihan
prilaku moderat yang ditentukan oleh rasionalitas. Benar dan salah
harus dibuktikan secara empiris. Hal yang baik adalah hal yang
rasional dan seimbang. Tokoh : Aristoteles
2. Cultural Relativism (Etika Kontekstual).
Budaya yang berbeda memiliki kode moral yang berbeda. Nilai etik
adalah konstruksi social yang kemudian menjadi budaya atau
standard Bersama terikat oleh masyarakat tertentu. Hal yang baik
adalah sesuai dengan konteks budaya yang ada di masyarakat
tersebut. Tokoh : Antropolog Ruth Benedict.
3. Ethical Subjectivism
Manusia selalu subyektif dalam melakukan penilaian karena setiap
individu berbeda dengan yang lain. Pendapat moral hanya berdasar
pada perasaan manusia semata. Tidak ada yang benar dan salah
secara obyektif, Nilai Etika hanyalah representasi psikologis dari
individu. Hal yang benar tidak ada, yang ada adalah sesuai dengan
persepsi dan penilaian manusia. Tokoh : Filsuf Moral.
4. Religious Morality
Manusia dan alam semesta adaah ciptaan Tuhan, maka kita harus
taat kepada-Nya. Tuhan menentukan apa yang baik dan buruk bagi
manusia melalui kitab sucinya. Hal yang baik adalah
melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Tokoh : Emil Brunner
5. Ethical Egoism
Tujuan tertinggi manusia adalah kebahagiaannya sendiri. Manusia
boleh menolong orang lain, selama itu tidak mengorbankan
kepentingan nya sendiri. Ethical Egoism sangat menjunjung tinggi
nilai nalar, kemandirian, kemandirian, keadilan, kejujuran,
produktifitas, harga diri, dan integritas. Hal yang baik adalah ketika
manusia membela kepentingan dirinya sendiri. Tokoh : Ayn Rand ,
Thomas Hobbes.
7
6. Machiavellian Ethics
Sangat menjujung tinggi ego manusia sebagai sentral kepentingan
dalam berprilaku. Tidak penting melihat posisi orang lain, yang
terpenting adalah tujuan pribadi tercapai. Empiris dan pragmatis.
Menilai segala sesuatu secara empiris, mana yang memberikan
keuntungan atau tidak. Hal yang baik adalah yang menguntungkan
manusia secara pragmatis, manusia harus berbuat segala cara
untuk mendapatkan kesuksesan. Tokoh : Niccollo Machiavelli
7. Utilitarian Ethics
Manusia dalam berprilaku pasti memberikan dampak bagi orang lain.
Empiris dan mengedepankan perhitungan dampak secara rasional
juga. Hal yang baik adalah yang memberikan dampak positif dan
kebahagiaan bagi orang banyak. Tokoh : David Hume, Jeremy
Bentham, dan John Stuart Mill
8. Ethical Absolutism
Manusia memiliki posisi yang terikat oleh kewajiban yang harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Sangat menjunjung tinggi
penilaian secara rasional, akal sehat sebagai penentu tindakan. Hal
yang baik adalah yang sesuai dengan prinsip – prinsip kewajiban.
Tokoh : Immanuel Kant
9. Antinomian Ethics
Melawan pemikiran Kant, manusia pada dasarnya bebas, tidak
terikat kewajiban yang memaksa. Bersifat anarkis, irrasional,
melakukan hal hal yang justru seharusnya tidak dilakukan, melawan
prinsip dasar, ajaran, kode, standard dan aturan. Hal yang baik
adalah yang anarkis, nihilism, anti-etika, tidak sesuai dengan norma.
Tokoh : Richard LePierre
10. Situation Ethics
Manusia sangat terikat oleh kondisi atau situasi dalam melakukan
suatu hal. Situasi atau konteks sangat menentukan baik-buruknya
sesuatu. Tidak ada sesuatu yang universal.Hal yang baik adalah
yang sesuai dengan situasi atau konteks saat itu. Tokoh : Fletcher.
8
11. Intuitive Ethics
Etika intuitif mungkin adalah doktrin moral tertua. Teori ini
menyatakan bahwa kita tahu apa yang benar dan apa yang salah
tanpa memiliki aturan apriori atau tanpa banyak berpikir sebelum
bertindak karena menggunakan intuisi. Ahli intuisi memberikan
banyak jawaban ketika ditanya bagaimana mereka tahu apa yang
harus dilakukan. Ahli teori seperti James Wilson (1993) mengatakan
bahwa Tuhan menanamkan dalam diri setiap orang rasa moral
tertentu. Atau bisa disebut sebagai tindakan etis hati nurani,
semacam suara hati yang mengarahkan setiap orang.
Bagaimanapun, sebagian besar intuisi percaya bahwa benar dan
salah itu jelas dengan sendirinya — hanya masalah intuisi.
12. Social Contract Theory
Teori yang menghubungkan moralitas individu dengan moralitas
negara atau masyarakat. Konsep etika ini menuntut kerelawanan
warga negara untuk menerima aturan yang diberlakukan secara
sosial karena penegakan sosial ini dilakukan oleh negara, itu adalah
semacam kesepakatan antara negara-rakyat atau kontrak untuk
menetapkan moral bersama. Negara ada untuk menjaga kehidupan
sosial melalui penegakan eksternal, sedangkan etika berurusan
dengan aturan sukarela yang menyeluruh untuk meningkatkan
kehidupan sosial.
13. Existentialist Ethical Theory
Etika eksistensialis begitu individualistis sehingga banyak yang
merasa istilah itu oxymoronic. Inti dari etika eksistensialis terletak
pada keaslian pribadi, integritas, kejujuran, kepedulian yang
mendalam terhadap kebebasan, dan penerimaan tanggung jawab
pribadi. Seseorang mungkin bebas untuk tidak etis, tetapi menurut
filsuf Amerika Hazel Barnes, otoritas eksistensialisme, orang yang
memilih untuk tidak etis menolak manfaat positif dari kebebasan.
Barnes's (1978) An Existentialist Ethics membuat poin keseluruhan
bahwa etika dan kebebasan keduanya dibutuhkan untuk kehidupan
9
yang kaya, memuaskan, produktif yang menguntungkan baik individu
maupun masyarakat.

14. Communitarian Theory


Sebuah teori etika yang berkaitan dengan "komunitas" dan dengan
"transformasi sipil" dan kondisi individu yang masuk ke dalam
kehangatan kelompok yang nyaman dan kooperatif, dikenal sebagai
etika komunitarianisme. Teori ini didukung oleh Amitai Etzioni,
seorang sosiolog, dan Clifford Christians, seorang ahli komunikasi
dan ahli etika.

B. KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS SAD


Moral Reasoning adalah sebuah proses sistematik yang dilakukan
dalam mengkaji keputusan ketika dihadapkan dalam dilematis etis.
Berikut Langkah-langkah SAD berdasar pada Louise Alvin Day, Ethics
in Media Communication (2006:66)

SITUATION DEFINITION
Yakni membaca dan mengidentifikasi masalah etis apa yang terjadi.
Dengan menganalisis fakta, prinsip, dan nilai-nilai yang ada. Hal-hal ini
sangat penting dalam pengambilan keputusan akan
Caranya yakni dengan :
1. Mendeskripsikan Fakta
10
2. Mengidentifikasi nilai etika yang saling berbenturan.
3. Merumuskan pernyataan yang jelas tentang pertanyaan atau
masalah etika yang terlibat.
ANALYSIS OF THE SITUATION
Proses menganalisis situasi yakni menggunakan semua informasi dan daya
nalar untuk mendalami situasi dan mengevaluasi alternatif etis.
Empat hal yang harus dipertimbangkan yakni :
1. Harus ada diskusi, pro dan kontra, terhadap berbagai nilai dan prinsip
yang saling bertentangan.
2. Mempertimbangkan faktor-faktor di luar situasi kasus itu sendiri, yang
mungkin mempengaruhi arah penilaian moral.
3. Mempertimbangkan berbagai individu dan kelompok yang mungkin
terpengaruh oleh penilaian etika. Ex. Hati nurani individu, objek
penilaian moral, pendukung keuangan, lembaga, kolega profesional,
dan berbagai lapisan masyarakat. Ditimbang atau dievaluasi untuk :
 Kepentingan relatif mereka
 Dampak pada masalah etika yang sedang dipertimbangkan
 Emosi berperan dalam sikap tentang perilaku etis.
4. Menganalisis masalah berdasar pada konsep Etika yang ada.
 Deontological Ethical Theory (absolutist/legalistic theories)
 Teleological Ethical Theory (consequence theories)
 Personalist or Subjective Theory (personalist theories)
Masing-masing perspektif ini harus diperhatikan dalam analisis.
Masing-masing teori ini harus dievaluasi dengan gagasan memberikan
penilaian etis yang paling memuaskan.

DECISION
Anda harus membuat keputusan dan mempertahankan rekomendasi Anda.
1. Sertakan seruan untuk satu atau lebih teori moral yang diuraikan
sebelumnya.
2. Perlu diingat bahwa deontolog dan teleolog mungkin akan
mengambil keputusan yang sama tetapi mereka melakukannya
karena alasan yang berbeda. Ex. Pelaporan yang menyamar, secara

11
deontologis menentang "penipuan" sebagai perangkat pengumpulan
berita yang dapat diterima, sementara teleologis menimbang
kerugian dan manfaat menggunakan penipuan (itu lebih berbahaya
daripada menguntungkan).
3. Fokus pada konsekuensi daripada pada aturan universal yang
mengatakan berbohong (penipuan) selalu salah.
4. Tandaskan bahwa tindakan tertentu tidak pernah dapat dibenarkan
di bawah teori etika mana pun yang dijelaskan dalam teks ini.
5. Tidak apa-apa dengan poin-poin berlebihan yang diuraikan
sebelumnya, ini akan memperkuat argumen dan memungkinkan
untuk membenarkan dengan kepastian moral yang lebih besar.

5. Analisis
Perintah : Bagian Ketiga: Pembahasan dengan menerapkan teori etika
melalui proses pengamblan keputusan etis (bagian b) kedalam kasus
(bagian a) dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan-kesimpulan.
Situation Definition (Sesuai Deskripsi di Latar Belakang Masalah)
1. Mendeskripsikan Fakta
Cirebon yang dikenal sebagai salah satu yang religious,
ternyata memiliki tempat prostitusi yang konon sudah ada
semenjak 24 tahun silam, dikenal sebagai Prostitusi Jongor
yang berlokasi di pinggir Sungai Kalijaga, Desa Mundu
Pesisir, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Pada tanggal
8 Juli 2020 lalu, prostitusi yang memiliki belasan tempat
pelacuran yang berkedok warung kopi ini dibongkar Satpol PP
Kabupaten Cirebon menggunakan alat berat dan mendapat
pengawalan ketat dari TNI dan Polri. Bupati Cirebon H. Imron
Rosyadi yang ikut memantau pelaksanaan penggusuran
lokalisasi Jongor, mengatakan pembongkaran tempat
prostitusi yang berdiri diatas sepadan sungai jelas merupakan
bangunan ilegal.
2. Mengidentifikasi nilai etika yang saling berbenturan.
Summum Bonum, pemerintah dapat menegakkan nilai-nilai
moralitas sesuai semboyan Kota Cirebon “Rame ing Gawe,
12
Suci ing Pamrih” yang artinya “Kesatria yang giat bekerja
keras dengan harapan yang suci”. (dprd-cirebonkab.go.id,
2020). Selain itu masyarakat sekitar yang resah juga akhirnya
bisa lebih tenang karena lingkungan akan semakin kondusif
untuk anak-anak dan keluarga. Barry dan Bullough (dalam
Koentjoro, 1996:42) prostitusi merupakan masalah yang
menyangkut harkat, martabat, dan nilai kaum wanita.
Prostitusi bukan saja berkaitan dengan masalah kualitas
moral pelakunya. Secara medik prostitusi akan menyebabkan
penyakit kelamin seperti halnya HIV/AIDS. Ibu-ibu yang
tertular penyakit ini dapat melahirkan anak-anak yang
berkelainan fisik, sehingga prostitusi dapat menimbulkan
masalah dalam kualitas generasi yang akan datang.
Namun secara Minus Mallum, PSK dari kalangan wanita dan
sering menjadi korban mucikari adalah pihak yang sangat
dirugikan karena kehilangan sumber ekonomi. Beberapa dari
mereka berasal luar kota Kabupaten Cirebon yang terjerat
iming-iming mucikari. Para wanita eks-PSK seringkali
dipandang wanita yang buruk dan sulit mendapatkan
pekerjaan. Dari analisis dilematis etis antara wacana moralitas
vs ekonomi,
3. Merumuskan pernyataan yang jelas tentang pertanyaan
atau masalah etika yang terlibat.
Rumusan masalah ini akan ditinjau dari perspektif pemerintah
sebagai decision maker dalam proses penggusuran.
Bagaimana proses pengambilan keputusan etis yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon dalam kasus
Penggusuran Prostitusi Jongor, Desa Mundu Pesisir, Cirebon,
Jawa Barat, dimana terdapat 2 dilematis etis yakni antara
dorongan moralitas dan tanggung jawab Pemkab Cirebon
untuk menjaga lingkungan kondusif VC perspektif ekonomi
bagi wanita ex-PSK yang kehilangan pekerjaannya.

13
Analysist
1. Harus ada diskusi, pro dan kontra, terhadap berbagai nilai dan
prinsip yang saling bertentangan.
Prostitusi adalah suatu tindakan yang menawarkan pelayananlangsung
dari seseorang kepada siapapun untuk mendapatkan imbalan berupa
uang atau apapun. Prostitusi membuka karakter dari kegiatan seksual
yang di komersialkan dengan kegiatan lainnya yang berorientasi
komersial. Sedangkan istilah ‘pekerja seks’ lebih kepada
menggambarkan karakter yang lebih penting bagi mereka yang sadar
akan sifat serupa dari seks yang memiliki orientasi komersial dengan
kegiatan lain yang bersifat komersil. (Jamal, 2012:P.1)
Dilematis etis yang terjadi ketika terjadi penggusuran adalah (1) Secara
pendekatan norma sosial pada umumnya, prostitusi adalah tindakan
yang bernilai buruk karena melakukan komersialisasi seksual bagi
perempuan sama dengan merendahkan harga diri perempuan.
Prostitusi juga berpotensi menjadi sumber keretakan hubungan rumah
tangga seseorang, serta berpotensi menjadi sarang penyakit seksual,
serta lingkaran judi, minuman keras, dan pembentukan kultur yang tidak
baik. (2) Disisi lain, Sebagian wanita yang merasa terhimpit ekonomi
dan tidak memiliki skill, tidak memiliki pilihan lain kecuali menjadi PSK.
Pekerjaan tersebut dinilai memberikan pilihan alternatif untuk
menyambung hidup. Jika dipotret dari sudut pandang keadilan sosial,
maka sebenarnya Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat khususnya perempuan,
sehingga mereka menjadikan ini sebagai pilihan hidup. Lagipula, bisnis
prostitusi ini pada umumnya, juga memberikan pemasukan ekonomi
bagi masyarakat yang hidup disekitarnya seperti warung, penginapan,
parkir, makan-minum, café, hotel, dll. Terlebih lagi, dalam konteks
situasi prostitusi Jongor, Cirebon, jelas itu menjadi nafas bagi
masyarakat yang hidup diatas bantaran kali.
2. Mempertimbangkan faktor-faktor di luar situasi kasus itu sendiri, yang
mungkin mempengaruhi arah penilaian moral.
14
a. Masyarakat sekitar yang sangat resah dengan adanya prostitusi
tersebut. Masyarakat sangat khawatir dengan kondisi perkembangan
psikologis anak-anak dan keluarga. Masyarakat sudah sering
menyampaikan keberatan selama ini kepada pemerintah, namun
tidak pernah digubris.
b. Dorongan Tanggung Jawab Pemerintah Kabupaten Cirebon, terlebih
H. Imron Rosadi sejatinya adalah Bupati Plt (definitive) yang
mengganti Bupati Cirebon sesungguhnya yakni Sunjaya
Purwadisastra. Sunjaya terjerat kasus jual beli jabatan dan dituntut 7
tahun penjara. Kasus ini bergulir di tahun 2019 dan tidak selang
lama pasca kemenangannya dalam Pilkada Kabupaten Cirebon.
Atas kasus ini, H. Rosadi langsung diangkat menggantikan Sunjaya.
Sehingga secara psikologis, H.Rosadi ingin mengoptimalkan
posisinya, mengingat Sunjaya telah gagal mengemban tugas
sebagai Bupati yang baru.
c. Kekecewaan masyarakat tentu tidak dapat dipungkiri setelah
Bupatinya terjerat korupsi. Hal ini turut mendorong H.Rosadi untuk
mendengarkan keluh kesah masyarakat. Termasuk dalam hal ini
menjawab keresahan masyarakat yang sudah kecewa dengan bisnis
prostitusi Blok Jongor.
3. Mempertimbangkan berbagai individu dan kelompok yang mungkin
terpengaruh oleh penilaian etika.
a. Pemerintah sebagai pengambil keputusan
b. Pemilik warung yang seringkali mengelak bahwa mereka menjalani
bisnis prostitusi berkedong warung remang-remang.
c. Mucikari sebagai orang yang menjadi perantara dan pengelola bisnis
prostitusi.
d. PSK sebagai wanita yang menjadi pekerja dan sekaligus beberapa
menjadi korban tipudaya mucikari.
e. Masyarakat setempat yang resah dengan keberadaan prostitusi
tersebut.
4. Menganalisis masalah berdasar pada konsep Etika yang ada.
Penulis menganalisis bahwa koridor keputusan Pemerintah lebih
cenderung melihat aspek konsekuensi (teleological) karena
15
pertimbangan dampak negative dan positif sangat terlihat jelas dalam
proses pengambilan kebijakan. Bisnis prostitusi ini sudah meresahkan
masyarakat karena membuat lingkungan tidak kondusif bagi anak-anak,
keluarga karena warung remang-remang itu akhirnya tidak hanya
mempekerjakan PSK saja, namun juga menjual miras, membuat
lingkungan yang tidak baik bagi moralitas masyarakat.

Decision
H. Imron Rosyadi dalam menentukan kebijakan untuk melakukan
penggusuran tentu menimbang banyak hal, dari perspektif sosial, budaya,
lingkungan, dan ekonomi. Penulis menganalisis, backgroundnya sebagai
Bupati yang bertitel Haji menggambarkan ada kecenderungan beliau
menggunakan pendekatan Nilai Agama dalam memutuskan penggusuran.
Etika yang diterapkan adalah Religious Morality yakni menggunakan
pendekatan nilai Ketuhanan dari sudut pandang personal. H. Imron Rosyadi
memiliki back ground religious yang sangat kuat. Berikut profiling beliau.

Nama : Drs. H. Imron Rosyadi, M.Ag.


Tempat dan Tanggal Lahir : Cirebon, 17 Desember 1961
Alamat tempat tinggal : Blok Kedung Dadap RT. 06
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Bupati Cirebon
Keluarga
Istri : Dra Hj Nunung Roosmini
Anak : – dr Yunia Indah Khumaira Rosyadi
– Muhammad Sapta Rengga Rosyadi S.T
– Amelia Try Yuliani Rosyadi
 Cucu – Muhammad Athariq Zafarasyi
Riwayat Pendidikan : SD Batembat Cirebon Lulus
MTs MHS Ciwaringin Lulus
MA Ciwaringin Lulus
S1 Jurusan Perdata Agama Islam IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung Lulus

16
S-2 Magister Manajemen STIE Jakarta Lulus 1988
S-2 Magister Agama
Wakil PPN KUA Kecamatan Lembang, Kabupaten
Riwayat Organisasi : Bandung Barat
Penghulu di Kabupaten Bandung Barat
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bandung
Barat (2010–2016)
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cirebon
(2016–20

Namun, disisi lain beliau juga menggunakan Etika Utilitarian karena beliau
juga mempertimbangkan aspek kerusakan lingkungan mengingat bangunan
berada diatas kali, dan juga dari aspek sosio-kultur karena banyak keluhan
masyarakat tentang prostitusi tersebut dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Secara ekonomi juga tidak terlalu significant, mengingat prostitusi tersebut
hanya berjumlah 14 rumah, namun efek buruk yang dihasilkan lebih banyak
dan kompleks.

Beyond Science
Proses penggusuran prostitusi di Jongor, Cirebon berlangsung damai,
tanpa ada bentrokan warga dan petugas. Artinya Bupati berhasil
menerapkan estetika dalam kebijakannya, meskipun belum diketahui
apakah masyarakat yang merasa dirugikan seperti pemilik warung dan
wanita diberi kompensasi atau dicarikan jalan alternatif ekonomi yang
lainnya.

17
6. Referensi
Perintah : Mahasiswa menggunakan referensi-referensi yang relevan
dengan pembuatan artikel guna mendukung analisis atas suatu kasus.

Journal article
Jamal, C. F. (2012). Politik Prostitusi Surabaya. Jurnal Politik Muda, 2 (1), 299–
310.
Artosa, O. A. (2018). Pekerja Migran dan Ekonomi Informal Ilegal (Prostitusi) di
Wilayah Pasar Kembang, Yogyakarta. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 5 (1),
21–36.

A book
Merril, J. C. (2014). Overview Theoretical Foundations for Media Ethics.
Oxfordshire, United Kingdom: Routledge.
Palmquist, S. (2000). The Tree of Philosophy: A course of introductory lectures
for beginning students of philosophy. Hong Kong: Philopsychy Press.
Day, L. A. (2006). Ethics in Media Communication: Cases and Controversies.
United States of America : Thomson Wadsworth.
Thesis
Ikayanti. (2019). Penutupan Lokalisasi di Wilayah Desa Dorokandang: Dampak
dan Kendala dalam Masyarakat Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.
Unpublished Bachelor Research, Universitas Negeri Semarang.
Galih, A. W. (2018). Kontestasi Diskursus dalam Penggusuran Kampung
Kalijodo Jakarta. Unpublished Bachelor Research, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Internet
Cirebon, DPRD. (2020). Arti Logo dan Unsur Lambang Kabupaten Cirebon.
Dprd-CirebonKab.go.id.

18
Cirebon, Kabupaten. (2020, Juli 8). Besok Warung Reman-Remang Akan
Dibongkar Paksa. Radar Cirebon TV. 
https://www.radarcirebon.tv/2020/07/08/besok-warung-remang-remang-
akan-dibongkar-paksa/amp/ (diakses pada tanggal 11 November 2020)
Cirebon, Kabupaten. (2020, Juli 9). Cerita dibalik Penggusuran Warem Mundu
Pesisir. Radar Cirebon TV.  https://www.radarcirebon.tv/2020/07/09/cerita-
dibalik-penggusuran-warem-mundu-pesisir/amp/ (diakses pada tanggal 11
November 2020)
Cirebon, Kabupaten. (2020, Juli 13). Sisa Kamar Eks Warem Jongor
Dibongkar. Radar Cirebon TV. 
https://www.radarcirebon.tv/2020/07/13/sisa-kamar-eks-warem-jongor-
dibongkar/amp/ (diakses pada tanggal 11 November 2020)
Cirebon, Kabupaten. (2020, Juli 9). Warem Jongor Ditertibkan Setelah 28
Tahun Berdiri. Radar Cirebon TV. 
https://www.radarcirebon.tv/2020/07/09/warem-jongor-ditertibkan-setelah-
28-tahun-berdiri/amp/ (diakses pada tanggal 11 November 2020)
Wamad, Sudirman. (2020, Juli 8). Kamar Sekat PSK Blok Jongor Cirebon dan
Kisah Kondom Berserakan. Detik.com. https://news.detik.com/berita-jawa-
barat/d-5085136/kamar-sekat-psk-blok-jongor-cirebon-dan-kisah-kondom-
berserakan (diakses pada tanggal 11 November 2020)
Wamad, Sudirman. (2020, Juli 8). 24 Tahun Eksis, Sarang Pekerja Seks di Blok
Jongor Dihancurkan. Detik.com. https://news.detik.com/berita-jawa-
barat/d-5084827/24-tahun-eksis-sarang-pekerja-seks-di-blok-jongor-
dihancurkan (diakses pada tanggal 11 November 2020)
Wamad, Sudirman. (2020, Juli 9). Asal-Usul Kawasan Pelacuran di Blok Jongor
Cirebon. Detik.com. https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-
5086460/asal-usul-kawasan-pelacuran-di-blok-jongor-cirebon (diakses
pada tanggal 11 November 2020)
Wamad, Sudirman. (2020, Juli 11). Lokalisasi yang Tetap Buka Bahkan Saat
Ramadhan Itu Kini Tinggal Nama. Detik.com.
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5089230/lokalisasi-yang-tetap-
buka-bahkan-saat-ramadhan-itu-kini-tinggal-nama (diakses pada tanggal
11 November 2020)
19
Gabrilin, Abba. (2020, April 24). Kasus Jual Beli Jabatan, Bupati Cirebon
Dituntut 7 Tahun Penjara.
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/24/15323831/kasus-jual-beli-
jabatan-bupati-cirebon-dituntut-7-tahun-penjara?page=all.
Cirebon, Kabupaten. (2020, November).
https://www.cirebonkab.go.id/pemerintahan/penjabat-bupati-cirebon

20

Anda mungkin juga menyukai