Study Hadist Tugas Khoirul

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH STUDI HADIS

TIPOLOGI KADIFIKASI HADIST

Dosen pengampu:Jasmiati,S.Sy.,M.H.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 13 :


1.KHOIRUL AMRI
NIM :12120212618
2.AHMAD ROHIM
NIM :12120212639

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmatnya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa pula
kami kami ucapkan kepada junjungan kami nabi Muhammad Saw. Yang telah
memberikan pelajaran kepada kita semua sebagai umat Islam.
Kepada dosen pembimbing kami ucapkan banyak terimakasih atas
bimbingannya sehingga kami dapat belajar Study hadist di UIN SUSKA RIAU
dengan baik.
Dan trimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat akhir yang
cukup memuaskan.
Inilah usaha keras kami, kami harap dapat bemanfaat bagi pembaca umumnya
dan bagi kami khususnya. Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih dan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat. Amiiin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Pekanbaru, 26 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kodifikasi Hadist...................................................................... 3
B. Latar Belakang Muncunya Kodifikasi........................................................ 5
C.Sistematika Kodifikasi Hadist Pada Abad Ke-2.......................................... 6
D.Masa Pengembangan Sistem Kodifikasi Hadist.......................................... 9
E,Masa Penyempurnaan Sistem Kodifikasi Hadist (Abad Ke-5) Dan
Seterusnya....................................................................................................... 11

BAB III
A. Kesimpulan ................................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai salah satu kajian terhadap teks-teks keagamaan seperti tafsir, fiqh dan tauhid, hadits
nampaknya terlahir sebagai sebuah kajian awal dalam diskursus keagamaan agama Islam.Bahkan
dalam tataran wacana, eksistensi kajian terhadap hadits sebagai salah satu sumber hukum Islam yang
berfungsi sebagai penjelas al-qur‟an.Realitas tersebut jelas menempatkan hadis sebagai sesesuatu
yang inheren bagi eksistensi al-Qur‟an.Oleh karena itu dari masa-kemasa para sahabat nabi, abi‟in,
dan tabi‟in-tabi‟in mencurahkan segenap tenaganya untuk melestarikan dan menyebarkan kepada
generasi selanjutnya.
Mengingat pentingnya hadis dalam dunia Islam, maka kajian-kajian atas hadis semakin
meningkat, sehingga upaya terhadap penjagaan hadis itu sendiri secara historis telah dimulai sejak
masa sahabat yang dilakukan secara selektif demi menjaga keotentikan hadis itu sendiri Oleh karena
itu dalam pembahasan ini penulis akan menyajikan pembahasan singkat tentang perkembangan hadis
sebelum era kodifikasi dan sesudahnya, dilanjutkan dengan pembahasan tentang
pusat-pusat studi hadis dan para tokoh-tokohnya secara rinci.
Adapun metode yang akan dipakai dalam kajian ini adalalah termasuk kategori penelitian literer atau
study pustaka dengan objek berupa naskah-naskah utama (primer), meski tidak menutup kemungkinan
adanya referensi lain sebagai bahan rujuakan sebagai sumber kedua (skunder) yang erat kaitannya
dengan persoalan yang akan dibahas. Tujuan tulisan ini adalah untuk memahami cara rasul, sahabat,
tabi‟in, dan tabi‟in tabi‟in dalam memelihara hadis dengan sangat berhati-hati dan bijaksana sehingga
dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya sebagai pusaka dari rasul untuk umatnya dalam
mengarungi kehidupan.

1
B RUMUSAN MASALAH
1 Bagaimana Pengertian Kodifikasi Hadist?
2.Bagaimana Latar Belakang Muncunya Kodifikasi?
3.Bagaimana Sistematika Kodifikasi Hadist Pada Abad Ke-2?
4 Bagaimana .Masa Pengembangan Sistem Kodifikasi Hadist?
5 Bagaimana Masa Penyempurnaan Sistem Kodifikasi Hadist (Abad Ke-5) Dan Seterusnya?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kodifikasi Hadits


Adapun yang dimaksud dengan kodifikasi hadis pada periode ini adalah pembukuan hadis secara resmi
yang diabadikan dalam bentuk tulisan atas perintah seorang pemimpin kepala negara dengan melibatkan orang-
orang yang mempunyai keahlian dibidangnya. Tidak seperti kodifikasi yang terjadi pada masa rasulullah SAW.
Yang dilakukan secara individu atau untuk kepentingan pribadi.Usaha ini mulai direalisasikan pada masa
pemerintahan kalifah Umar bin Abdul Aziz (khalifah kedelapan Bani Umayah), melalui instruksinya kepada
walikota Madinah, Abu Bakar bin Muhammad Bin „Amr bin Hazm yang berbunyi “Tulisla untukk hadis rasullullah
SAW.Yang ada padamu melalui hadis „Amrah (binti Abdurrahman) sebab aku takut akan hilang dan punahnya
ilmu (riwayat Al-Darimy).
Atas insturksi ini, Ibnu Hazm lalu mengumpulkan hadis-hadis nabi baik yang ada pada dirinya maupun
pada „Amrah murid kepercayaan Siti Aisyah Disamping itu, khalifah Umar bin Abdul Aziz juga menulis surat
kepada para pegawainya diseluruh wilayah kekuasaannya, yang isinya sama dengan isi suratnya kepada Ibnu
Hazm. Orang pertama yang memenuhi dan mewujudkan keinginannya ialah seorang alim di Hijaz yang bernama
Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri al-Madani (124H), yang menghimpun hadis dalam sebuah kitab.
Khalifah lalu mengirimkan catatan itu kesetiap penjuru wilayahnya Menurut para ulama, hadis-hadis yang
dihimpun oleh Abu Bakar bin Hazm masih kurang lengkap, sedangkan hadis-hadis yang dihimpun oleh Ibnu
Syihab al-Zuhri dipandang lebih lengkap. Akan tetapi, sayang sekali karena karya kedua tabi‟in ini lenyap
sehingga tidak sampai kepada generasi sekarang
Para sarjana Hadis, seperti, „Ajjaj al-Khatib, Mustafa Husni as-Siba‟i, muhammad jamaluddinal-
Qasimi,Nu‟manabdal-Mu‟tal,Muhammadal-Zafaf,danlain-lain, menemukan dokumen yang bersumber dari imam
Malik bin Anas bahwa kodifikasi Hadis ini adalah atas prakarsa Khalifah Umar bin Abd Aziz dengan menugaskan
kepada Ibnu Syihab az-Zuhrida Ibnu Hazm untuk merealisasikannya.Begitu juga Umar bin Abd Aziz
menugaskan kepada ulama-ulama lain di berbagai penjuru untuk ikut serta membantu pelaksanaan kodifikasi
Hadis Nabi tersebut,

3
B Latar Belakang Munculnya Usaha Kodifikasi
Munculnya kegiatan untuk menghimpun dan membukukan hadis pada periode ini dilatar
belakangi oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kekhawatiran akan hilangnya hadis-hadis nabi
disebabkan meninggalnya para sahabat dan tabi‟in yang benar-benar ahli dibidangnya sehingga jumlah
mereka semakin hari semakin sedikit.Hal ini kemudian memicu para ulama untuk segera membukukan
hadis sesuai dengan petunjuk sahabat yang mendengar langsung dari nabi.Disamping itu pergolakan
politik pada masa sahabat setelah terjadinya perang siffin yang mengakibatkan perpecahan umat Islam
kepada beberapa kelompok Hal ini secara tidak langsung memberikan pengaruh negatif kepada
otentitas hadis-hadis nabi dengan munculnya hadis-hadis palsu yang sengaja dibuat untuk mendukung
kepentingan politiknya masing-masing kelompok sekaligus untuk mempertahankan ideologi
golongannya demi mempertahankan madzhab mereka.Demikianlah persoalan yang menentukan
bangkitnya semangat para muslim khususnya Umar bin Abdul Aziz selaku khalifah untuk segera
mengambil tindakan positif guna menyelamatkan hadis dari kemusnahan dan pemalsuan dengan cara
membukukannya.
C. Sistematika Kodifikasi Hadits Pada Abad Kedua
Terdorong oleh kemauan keras untuk mengumpulkan hadis priode awal kodifikasi, pada
umumnya para ulama dalam membukukannya tidak melalui sistematika penulisan yang baik,
dikarenakan usia kodifikasi yang relatif masih muda sehingga mereka belum sempat menyeleksi antara
hadis nabi dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabi‟in, bahkan lebih jauh dari itu mereka belum
mengklasifikasi hadis menurut kelompok-kelompoknya.Dengan demikian karya ulama pada periode ini
masih bercampur aduk antara hadis dengan fatwa sahabat dan tabi‟in.walhasil, bahwa kitab-kitab hadis
karya ulama-ulama pada masa ini belum di pilah-pilah antara hadis marfu‟ mauquf, dan maqthu‟, dan

diantara hadis sahih, hasan dan dha’if. Namun tidak berarti semua ulama hadis pada masa ini tidak

ada yang membukukan hadis dengan lebih sistematis,karena ternyata ada diantara mereka telah
mempunyai inisiatif untuk menulis hadis secara tematik, seperti Imam Syafi‟i yang mempunyai ide
cemerlang mengumpulkan hadis-hadis berhubungan dengan masalah talak kedalam sebuah kitab.
Begitu juga karya Imam Ibnu Hazm yang hanya menghimpun hadis-hadis dari nabi kedalam sebuah
kitab atas instruksi dari Umar bin Abd Aziz “Jangan kau terima selain hadis nabi SAW saja.”

4
Kemudian pembukuan hadis berkembang pesat di mana-mana, seperti dikota Makkah hadis telah
dibukukan oleh Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq, di Madinah oleh Sa‟id bin Abi „Arubah, Rabi‟ bin Shobih, dan
Imam Malik, di Basrah oleh Hamad bin Salamah, di Kufah oleh Sufyan Assauri, di Syam oleh Abu Amr
al-Auza‟I dan begitu seterusnya.
D. Masa Pengembangan Sistem Kodifikasi Hadis
Pada permulaan abad ketiga para ahli hadis berusaha mengembangkan sistematika pembukuan
hadis agar lebih baik dibandingkan masa sebelumnya usaha ini kemudian memunculkan ide-ide untuk
memilah-milah hadis dan memisahkannya dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabi‟in mereka
membukukan semata-mata dari hadis rasulullah.Masa penyaringan hadis ini terjadi ketika
pemerintahan dipegang oleh dinasti Bani Abbas, khususnya sejak masa Al-Makmum sampai dengan
Al-Muktadir (sekitar tahun 201-300 H).
Munculnya periode seleksi ini karena pada periode sebelumnya, yakni periode tadwin (kodifikasi)
para ulama belum berhasil memisahkan beberapa hadis mauquf dan maqtu‟ dari hadis marfu‟
Begitupula halnya dengan memisahkan beberapa hadis yang dha‟if dari yang shahih.Bahkan, masih
ada hadis maudu‟ yang tercampur pada hadis shahih.Pada masa ini, para ulama bersungguh-sungguh
mengadakan penyaringan hadis yang diterimanya.Melalui kaidah-kaidah yang ditetapkannya, mereka
berhasil memisahkan hadis-hadis yang dhaif dari yang sahih dan hadis-hadis yang mauquf dan yang
maqtu‟ dari yang ma‟ruf, meskipun berdasarkan penelitian berikutnya masih ditemukan terselipnya
hadis yang dhaif pada kitab-kitab sahih karya mereka. Dengan ketekunan dan kesabaran para ulama
pada masa ini akhirnya bermunculan berbagai kitab-kitab hadis yang lebih sistematis, seperti
munculnya kutub as-sittah yang hanya memuat hadis-hadis nabi yang sahih yaitu:
1. Al-Jami as-sahih sebuah karya imam Bukhari (194-252 H).
2. Al-Jami as-sahih sebuah karya imam Muslim (204-261 H).
3. As-Sunan kitab karya Abu Daud (202-275 H).
4. As-Sunan kitab karya Tirmidzi (200-279 H).
5. As-Sunan kitab karya Nasa‟i (215-302 H).
6. As-Sunan kitab karya Ibnu Majah (207-273 H)

5
E. Masa Penyempurnaan Sistem Kodifikasi Hadits (abad ke-5 dan seterusmya
Pada masa-masa sebelumnya tampak dengan jelas bahwa pembukuan hadis dari tahun ketahun
semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan hal ini dikarenakan usaha keras dari para
pendahulu yang mencurahkan segenap daya dan upaya mereka demi melestarikan hadis nabi.Mereka
berlomba-lomba untuk menemukan sistem yang baik dalam membukukan hadis mulai dari proses
pembukuan yang masih acak hingga berkembang menjadi sebuah kitab yang merupakan kumpulan
hadis yang lebih sistematis.Pada masa ini (abad ke-5) ulama hadis cenderung lebih menyempurnakan
susunan pembukuan hadis dengan cara mengklasifikasikannya dan menghimpun hadis-hadis dengan
sesuai dengan kandungan dan sifatnya kedalam sebuah buku.Disamping itu mereka memberikan pen-
syarahan (uraian) dan meringkas kitab-kitab hadis yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluinya.
Yakni usaha ulama hadis pada masa ini lebih mengarah kepada pengembangan sistem pembukuan
hadis dengan beberapa fariasi kodifikasi terhadap kita-kitab yang sudah ada, sehingga muncul
berbagai kitab hadis diantaranya:
Pertama kitab-kitab hadis tentang hukum Meliputi:
1. Sunan al-Kubra, sebuah karya Abu Bakar Ahmad bin Husain Ali al-Baihaqi (384-458 H.)
2. Muntaqal Akhbar, sebuah karya Majdudin al-Harrany (652 H).
3. Nailul Authar, sebagai syarah (penjelasan) dari kitab Muntaqal Akhbar, karya Muhammad bin Ali as
Syaukani (1172-1250 H).Kedua, kitab-kitab hadis tentang targhib wattarhib, meliputi:
4. Al-Targhib waal-Tarhib, karya Imam Zakiyuddin Abd Adzim al-Mundziry (656 H).
5. Dalil al-Fatihin, sebagai Syarah dari kitab Riyadussalihin, karya Muhammad Ibnu Allan al-Siddiqy (1057
H).Ketiga, kamus-kamus hadis untuk memudahkan men-takhrij, meliputi:
6. Al-Jami‟ussaghir fii Ahaditsil basyirnnadhir, karya Imam Jalaluddin Suyuthi (849-911 H).
7. Dakhairu al-Mawarits fii al-Dalalati ala Mawadi‟i al-Ahadis, karya sayyid Abdul Ghani.
8. Al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfadhil hadis an-nabawy, karya Dr. A.J. Winsinc dan Dr. J.F. Mensing
9. Miftahu Kunuz al-Sunnah karya Dr Winsinc
Selain kitab-kitab diatas masih banyak lagi yang belum disebutkan Dengan demikian hadis nabi
telah melewati perjalanan panjang dalam sejarah pembukuannya sebagai upaya dari tanggung jawab
generasi penerus untuk selalu menjaga dan melestarikan pusaka yang telah diberikan oleh nabi
Muhammad kepada umatnya.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasa-pembahasan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal diantaranya:
1. Adanya larangan dan perintah menulis hadis oleh nabi pada priode awal yang terkesan sangat
rancu dan bertolak belakang, bukanlah merupakan nash-nash yang saling
bertentangan.Sebenarnya larangan menulis hadis pada priode nabi bersifat umum, karena
sabdanya memang ditujukan kepada para sahabat pada umumnya. Namun diantara mereka
ada yang terpercaya, ada yang baik hafalannya, dan ada yang bagus tulisannya sehingga
dalam waktu yang bersamaan, rasulullah memberi izin khusus kepada sebagian sahabat
sahabatnya karena pertimbangan akan situasi kondisi dan sifat pribadi sahabat.
2. Kegigihan para sahabat, tabi’in, dan tabi’in-tabi’in dalam menjaga, melestarikan, dan
menyebarkan dua wasiat yang diwariskan oleh nabi yang berupa al-qur’an dan hadis.
3. Dalam setiap perubahan dibutuhkan tahapan-tahapan untuk mencapai titik yang lebih
sempurna.
4. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah menjaga dan melestarikan kedua pusaka itu dan
mengajarkannya kepada generasi-sesuadah kita.
B. Saran
Di penghujung tulisan ini kami berharap semoga kita semua mampu menjaga dan
mengamalkan perintah-perintah agama yang terkandung di dalamnya sehingga kita bisa
menjadi orang-orang yang beruntung dan mendapat petunjuk-Nya

16
DAFTARPUSTAKA
1.Subhi as-Salih,Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terjTim Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka
Firdaus2007),hlm,34.
2 Mustafa as-Siba’I Al-Sunnah wa Makanatuha fii al-Tasyri’ al-Islami,(Kairo:Darussalam,
1998),hlm.104-105
3.HMudasir,IlmuHadits,(Bandung:PustakaSetia,2005),hlm.91-93.
4‘Ajjaj Al Khatib, As- Sunnah Qabla Tadwin,(Kairo:Dar al-Fikr,1981),hlm166.
5.Muh. Zuhri, Hadis Nabi, Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2003),hlm,42-43
6Muhammad Mustafa Azami, Hadis Nabawi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006), hlm. 454
7.Atchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1974), hlm. 55
.
.
17

Anda mungkin juga menyukai