1. JAHIT
PENDAHULUAN
1. Perkenalan
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalan saya dokter Gandri yang bertugas pada hari ini”
2. Identitas Pasien
“Apa benar dengan bapak/ibu X, lahir tanggal xx/xx/xxxx, dengan keluhan X ?”
3. Informed Consent
“Di tangan/kaki/bagian tubuh lain bapak/ibu terdapat luka terbuka ya pak/bu. Lukanya
berupa luka sayatan/robek dengan panjang kira-kira X cm. Luka tersebut harus
dibersihkan dan dirapatkan atau ditutup pak dengan jahitan supaya tidak terjadi
peradangan akibat infeksi dan lukanya cepat sembuh. Mungkin tindakan penanganan luka
terasa sedikit kurang nyaman pak/bu. Apa bapak/ibu bersedia ?”
Jika bersedia : “Baik pak/bu silahkan ke ruang tindakan atau meja periksa. Nanti mohon
tunggu sebentar, saya akan menyiapkan alat yang diperlukan.”
PERSIAPAN
1. Persiapan Diri
“Saya melakukan SIMPLE HAND WASHING DAN HAND GLOVING”
2. Persiapan Alat
Perlengkapan Bedah Minor:
a. Bak Instrumen
b. Kom Kecil
c. Perban
d. Kasa Steril
e. Doek Steril
f. Klem
g. Needle Holder
h. Pinset : Anatomis (untu Jaringan yang mudah robek) dan Sirugis
i. Gunting : Mayo (untuk Fascia), Metzenbaum (untuk Jaringan)
j. Jarum: Atraumatik/Traumati; Circular/Trokar/Cutting
k. Benang : Alami/Sintetis; Absorbable/Non; Monofilamen/Polifilamen
l. Scalpel dan Bistouri
3. Persiapan Obat dan Cairan
a. Povidon Iodine
b. Larutan (Hidrogen Peroksida) : Antiseptik Luka (dianggap perlambat
penyembuhan luka).
c. Larutan NaCl : Pembersih Isotonik Luka (dianggap tidak ganggu penyembuhan
luka).
d. Lidocaine
ANESTERSI LOKAL
1. Perencanaan dan Kewaspadaan
a. Menilai Lesi
b. Cek obat anestesi
c. Hati-hati penggunaan adrenalin
d. Hati-hati kelebihan dosis
2. Teknik Pelaksanaan
a. Tindakan septik dan antiseptik di sekitar luka
b. Ketika melakukan anestesi pada daerah laserasi injeksikan obat anestesi
melalui sisi luka
c. Pasang doek steril
d. Suntikan Subkutan perlahan aspirasi masukan obat mundurkan
aspirasi masukan obat lagi.
e. Tunggu beberapa saat agar anestersi bekerja
2. Inspeksi dasar luka dan bersihkan semua benda asing dengan pinset
3. Mulai menjahit
a. Horizonal Matress Suture
b. Vertical Matress Suture
2. Identitas Pasien
“Apa benar dengan bapak/ibu X, lahir tanggal xx/xx/xxxx, dengan keluhan X ?”
3. Informed Consent
“Pak/bu, saya akan melakukan pemasangan kateter urin untuk mengatasi keluhan yang
ada pada bapak/ibu. Pada tindakan ini, saya akan memasukan selang kateter ke saluran
kencing bapak/ibu untuk mengalirkan air kencing yang tertahan di dalam kandung kemih
bapak/ibu. Tindakan ini mungkin akan sedikit kurang nyaman karena bapak/ibu harus
membuka pakaian bawahnya, dan ada rasa sedikit tidak nyaman saat saya memulai
prosedur. Apa bapak/ibu bersedia ?”
Jika bersedia : “Baik pak/bu silahkan ke ruang tindakan atau meja periksa. Nanti mohon
tunggu sebentar, saya akan menyiapkan alat yang diperlukan.”
PERSIAPAN
1. Persiapan Alat
a. Sarung Steril
b. Doek Steril
c. Nierbeken
d. Kom kecil berisi povidone iodine
e. Tang desinfeksi dan pinset anatomis serta klem
f. Kasa steril
g. Kateter sesuai ukuran dan kebutuhan
h. Lidocaine Jelly (Xylocaine)
i. Aquadest
j. Spuit 10 cc untuk Jelly
k. Spuit 5 cc untuk Aquadest (menggembungkan balon untuk fiksasi kateter)
l. Urine Bag Steril
m. Salep desinfeksi dan Plester
2. Persiapan Diri
“Saya melakukan SIMPLE HAND WASHING DAN HAND GLOVING”
TINDAKAN
1. Desinfeksi sekitar orifisium uretra eksternum glands penis shaft
penis sekitarnya sampai ke suprapubis, skrotum, dan perineum.
9. Gantung urin bag di bawah tempat tidur (posisi lebih rendah dari
pasien) dan periksa selang urine bag tidak tertekuk dan aliran urin
lancar
10. Beri salep desinfeksi pada penis dan kateter diarahkan ke lipat paha
dan fiksasi selan dengan plester
11. Beri tahu pasien bahwa pemasangan kateter sudah selesai. Dan
meminta pasien untuk memasang selimut atau sarung yang sudah
disediakan
12. Buang bahan bekas pakai ke tempatnya dan bereskan alat-alat yang
sudah dipakai lepas sarung tangan lakukan simple hand washing
PENUTUP
1. Edukasi pasien
a. Usahakan untuk memperhatikan aliran urin tetap lancar masuk ke dalam urin bag.
b. Pertahankan selang urin bag tidak tertekuk.
c. Perhatikan apabila urin bag penuh panggil perawat ganti dengan yang baru.
d. Pertahankan fiksasi penis dan kateter di lipat paha.
e. Kateter urin harus diganti tiap dua minggu sekali.
f. Jika ada keluhan seperti ada tanda-tanda peradangan: nyeri, demam, dll segera
lapor ke petugas medis.
Tujuan terapi:
1. Untuk evakuasi urin pada pasien yang tidak sadar atau pasien yang terbatas
pergerakannya.
2. Untuk evakuari pada pasien retensi urin pada keadaan obstruksi infravesika atau pada
disfungsi vesika urinasia.
3. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra.
Kontraindikasi:
1. Tidak ada indikasi pemasangan pasien normal
2. Trauma uretra
2. Identitas Pasien
“Apa benar dengan bapak/ibu X, lahir tanggal xx/xx/xxxx, dengan keluhan X ?”
3. Informed Consent
“Pak/bu, saya akan melakukan pemasangan bidai karena dicurigai adanya patah tulang
pada kaki/lengan bapak/ibu. Tindakan ini, untuk mengatasi keluhan yang ada pada
bapak/ibu dan mencegah terjadinya perburukan akibat keluhan tersebut. Tindakan ini
mungkin akan sedikit kurang nyaman karena bapak/ibu harus membuka pakaian yang
menutupi kaki/lengan, dan ada rasa sedikit tidak nyaman saat saya memulai prosedur.
Apa bapak/ibu bersedia ?”
Jika bersedia : “Baik pak/bu silahkan dilepas pakaiannya, dibantu oleh walinya (atau oleh
saya atau perawat). Nanti, mohon tunggu sebentar, saya akan menyiapkan alat yang
diperlukan.”
PERSIAPAN
1. Persiapan Alat
a. Bidai/Spalk sesuai ukuran extremitas yang cedera
b. Verban Elastis
c. Padding
d. Kasa Steril
e. NaCl atau Aquadest (jika terdapat luka terbuka untuk pembersihan luka dengan
irigasi atau untuk menjaga kelembaban luka saat penutupan luka)
2. Persiapan Diri
“Saya akan melakukan SIMPLE HAND WASHING DAN HAND GLOVING”
3. Persiapan Pasien
a. Memastikan extremitas yang cedera sudah bebas dari pakaian dan aksesoris.
b. Memposisikan pasien dengan posisi terlentang dan extremitas lurus.
c. Memberitahu pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan awal terlebih dahulu
sebelum memasang bidai.
PEMERIKSAAN STATUS GENERALIS
1. Pengecekan Kembali Status Primary Survei
“Saya mengecek kembali status Airway, Breathing, Circulation, Disability apakah tetap
terkontrol dengan baik dan tetap stabil.”
1. Look
a. Perhatikan ekspresi wajah karena nyeri
b. Perhatikan keadaan umum apakah ada tanda-tanda anemia karena perdarahan
apakah daerah distal dari bagian cedera tampak pucat ?
c. Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak bedakan fraktur tertutup
dan fraktur terbuka
d. Apakah ada memar pada extremitas ?
e. Apakah ada pembengkakan pada extremitas ?
f. Perhatikan posisi extremitas bandingkan dengan extremitas yang sehat
apakah bagian yang cedera tampak deformitas (angulasi atau pemendekan) ?
g. Meminta pasien untuk menggerakan jari-jari extremitas
2. Feel
a. Apakah ada peningkatan suhu pada bagian yang cedera ?
b. Apakah ada penurunan suhu pada bagian distal dari cedera ?
c. Apakah ada nyeri tekan ? ada kerusakan jaringan lunak
d. Meraba atau memberi rangsangan lainnya bagian yang cedera dan bagian distal
dari cedera apakah ada gangguan sensoris ?
e. Memeriksa waktu pengisisan kapiler dengan memencet dan melepas kuku jari
f. Memeriksa denyut nadi dorsalis pedis di metatarsal dua
g. Memeriksa denyut nadi tibialis posterior di area antara melleolus medialis dan
tendon Achilles
PEMBIDAIAN
“Dari pemeriksaan status generalis dan lokalis pasien menunjukkan hasil yang
terkontrol baik dan stabil. Status neurovaskular lokalis ternilai baik.”
Jika ada luka terbuka tutup luka dengan balutan steril (kasa yang dibasahkan)
1. Jika pulsasi distal tidak ada coba luruskan extremitas dengan traksi
secara hati-hati dan pertahankan sampai bidai terpasang
a. Dengan melihat kesegarisan imajiner : Jari kedua kaki pusat pergelangan kaki
tuberositas tibialis
b. Jangan meluruskan extremitas secara paksa. Jika mengalami kesulitan pasang
bidai pada posisi yang ditemukan
Trauma Kapitis
Trauma mekanik langsung/tidak langsung terhadap kepala gangguan neurologis (fisik,
kognitif dan psikososial) temporer/permanen.
Akselerasi kita yang ditabrak kita mental jauh
- Coup : lesi sesuai arah benda datang (benda nabrak dari depan) lesi munculnya di
depan duluan.
- Counter Coup : lesi berlawanan arah benda datang (benda nabrak dari depan
hantaran momentum dilanjutkan ke arah belakang lesi munculnya di belakang
(setelah di depan)
2. Perlu imobilisasi dan stabilisasi bagian tubuh yang cedera, misalnya, fraktur. YANG
TERPENTING ADALAH :
Imobilisasi dan stabilisasi batang tubuh mencegah perburukan kalau misalnya ada
gangguan pada tulang belakang
Imobilisasi dan stabilisasi tulang servikal mencegah perburukan pada organ-organ
vital pada bagian servikal, misalnya batang otak
3. Lakukan pemeriksaan neurologi singkat, yaitu menilai:
- Respon pupil
- Skor GCS
- Ada atau tidaknya tanda lateralisasi
7. Pastikan status stabilitas pasien dengan observasi berkala amati ABCDE lagi.
10. Periksa STRUKTUR MAKSILOFASIAL apakah ada fraktur basis kranii atau fraktur
lamina cribrosa ?
- Apakah ada fraktur tulang wajah ?
- Apakah ada air-fluid level pada rongga sinus dan mastoid ? curiga ada
kebocoran cairan serebrospinal
2.
12. Urologi
Konsep Urologi
Keluhan Utama
1. Keluhan Sistemik ini biasanya menunjukkan faktor penyulit dari kelainan urologi
Misalnya :
a. Gagal ginjal
b. Peradangan akibat infeksi seringkali pasien datang dengan demam
2. Keluhan Lokal (Urologi) seringkali pada sistem saluran kemih atau fungsi reproduksi
Saluran kemih bisa karena: trauma, tumor, ISK, batu, penuaan
a. Nyeri akibat kelainan urologi
b. Keluhan miksi
Riwayat Penyakit
Nyeri bisa berupa :
Nyeri lokal (dirasakan pada organ urogenitalia)
1. Nyeri Ginjal di pinggang kostavertebra
- Akibat regangan kapsul ginjal, akibat:
Pielonefritis akut yang nyebabin edema
Obstruksi saluran kemih yang nyebabin hidronefrosis
Tumor ginjal
2. Nyeri Prostat
- Akibat peradangan yang nyebabin edema kelenjar prostat dan distensi kapsul
prostat.
- Karakteristik : sering disertai keluhan miksi (frekuensi, disuria, retensi urin)
- Biasanya dirasakan di: abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral, atau
rektum
2. Nyeri Penis
a. Nyeri pada ujung penis parafimosis dan peradangan peripusium/glans penis
b. Nyeri daerah penis saat sedang tidak ereksi terutama pada meatus uretra
eksternum peradangan mukosa VU atau uretra
6. Nokturia sering kencing saat malam hari pasien sering terbangun saat malam hari
ganggu kualitas tidur
7. Enuresis ngompol sewaktu tidur malam hari bangun pagi kasur dan pakaian basah
Gak normal kalo keluhan ini terjadi pada usia > 3 tahun, bisa akibat infeksi VU,
stenosis uretra, psikis, neuropatic bladder.
10. Retensi Urin VU gak mampu mengosongkan isinya timbunan sisa urin
Karena : sumbatan mekanis di traktus distal (obstruksi) dan gak ada kontraksi otot
VU (fungsional)
16. Inkontinensia gak bisa nahan kencing secara sadar atau tidak ada 4 macam :
a. Paradoksal ngompol saat VU penuh obstruksi infravesika BPH
b. Stres ngompol saat tekanan abdomen meningkat otot panggul lemah
c. Urge ngompol saat ada rasa pengen kencing sistitis
d. Kontinu ngompol terus sfingter eksterna VU rusak atau ada fistel VU
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Ginjal
1. Palpasi ginjal teknik bimanual
Tangan kiri di belakang pinggul di kostovertebrae untuk mengangkat ginjal
Tangan kanan meraba ginjal dari perut depan di bawah margo kosta meminta
pasien untuk menarik napas
Lakukan untuk sisi lainnya dengan teknik yang sama
Ginjal yang membesar karena hidronefrosis atau tumor mungkin teraba
2. Perkusi ginjal adakah nyeri tekan/ketuk pada sudut kostovertebrae ?
Tangan kiri berada di belakang pinggul telapak tangan di kostovertebrae
Tangan kanan mengepalkan tinju memukul punggung tangan kiri
Lakukan untuk sisi lainnya dengan teknik yang sama
Ginjal yang membesar karena hidronefrosis atau tumor akan terasa nyeri saat perkusi
3. Perkusi menenukan batas ata VU akan terdengar dull karena ada cairan atau massa
dalam VU
2. Palpasi Testis
Palpasi testis satu-persatu perhatikan ukuran, bentuk, dan konsistensi
bandingkan antar testis.
Testis normal: konsistensi seperti karet
3. Palpasi Epididimis dan Vas Deferens selali bandingkan antara kedua sisi
Tentukan lokasi dan palpasi epididimis
Palpasi korda spermatika dari epididimis sampai ke cincin inguinal eksterna
struktur yang paling menonjol adalah vas deferens yang teraba seperti tali keras
Epidemiologi
1. Banyak terjadi pada wanita
2. Pada usia bayi, kasus banyak pada pria karena risiko kelainan kongenital
3. Pada usia > 50 tahun, kasus banyak pada pria adanya obstruksi akibat BPH
Patofisiologi
1. Ukuran dan panjangnya uretra jarak keterhubungan antara lingkungan luar dan dalam
tubuh
2. Gangguan pada aliran kencing aliran yang searah dan lancar ini bersifat proteksi
3. Gangguan pada pH dan substansi dalam urin pH asam dan kandungan urea serta asam
organik ini bersifat proteksi
4. Keseimbangan flora normal di sekitar uretra dan perineum juga bersifat proteksi
5. Penggunaan instrumen dalam saluran kencing juga bisa mempengaruhi risiko kolonisasi
bakteri
3. Prostatitis
Gejala Iritatif : Disuria, Frekuensi, Nyeri pada pelvis prostatika dan area perineal,
Demam
Gejala Obstruksi saluran kemih
5. Pada Neonatus
Gejala seperti sepsis : Demam, Apatis, BB sulit naik, Muntah, Mencret,
Anoreksia/Sulit minum
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Hematuria eritrosit > 5/LBP
Piuria
- Anak leukosit > 5/LBP
- Dewasa leukosit > 10/LBP
5. Darah Lengkap
Leukositosis
Neutrofilia
Peningkatan laju endap darah
6. Fungsi Ginjal peningkatan ureum dan kreatinin serum
Diagnosis
1. Perhatikan Faktor-faktor risiko untuk terjadinya ISK dari Identitas pasien jenis kelamin,
usia
2. Tanyakan Keluhan Utama “ada keluhan apa yang bapak/ibu rasakan sehingga bapak/ibu
datang ke rumah sakit ?’ biasanya pada kasus ISK keluhannya adalah nyeri atau rasa tidak
nyaman saat kencing
3. Menggali Informasi Riwayat Penyakit Sekarang, Dahulu, Keluarga, Pengobatan,
Sosioekonomi dan Psikososialnya untuk melengkapi atau menspesifikan info tambahan
mengenai keluhan utama memikirkan kecurigaan diagnosis sesuai keluhan dan info
lainnya.
4. Lakukan pemeriksaan fisik umum Head to Toe
5. Lakukan pemeriksaan lokal pada urogenitalia
6. Pertimbangkan pemeriksaan penunjang untuk lebih memastikan gangguan pada sistem
urologi pada pasien untuk menyingkirkan perkiraan diagnosis banding dan persiapan
perencanaan untuk penatalaksanaan pada pasien.
Diagnosis Banding
1. Infeksi Menular Seksual
2. Batu Saluran Kemih
3. Overactive Bladder
Komplikasi
1. ISK Komplikata banyak terjadi pada pasien diabetes melitus abses perinefritik,
pielonefritis atau sistitis emfisematosa, nekrosis ginjal, syok sepsis
2. ISK pada ibu hamil bisa menyebabkan bayi prematur, pertumbuhan bayi lambat, kelainan
neurologis bayi
Terapi
Sebelum ada hasil kultur urin dan uji sentivititas antibiotik BERIKAN ANTIBIOTIK
EMPIRIK
1. Bila ditemukan gejala sistemik dan ISK terjadi pada neonatus atau bayi PERLU
DIRAWAT INAP DAN BERIKAN ANTIBIOTIK INTRAVENA
4. Pilihan terapi untuk ISK Komplikata tergantung hasil kultur urin dan uji sensitivitasnya
Bila hasil kultur sudah ada lakukan uji sensitivitas antibiotik BERIKAN ANTIBIOTIK
YANG SESUAI
Pada ibu hamil amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, nitrofurantoin, fosfomisin
- Jangan kasih TMP-SMX
- Kalo terpaksa, misalnya gak ada pilihan di atas berikan golongan kuinolon
siprofloksasin tapi kudu diperingatkan risiko efek sampingnya
Farkamoterapi Oral untuk Sistitis Nonkomplikata pada Dewasa
Obat Dosis Frekuensi
Amoksisilin 500 mg Tiap 8 – 12 jam
Amoksisilin-Klavulanat 500 mg/125 mg Tiap 8 – 12 jam
Fostomisin 3000 mg Dosis tunggal
Levofloksasin 500 mg Tiap 24 jam
Nitrofurantoin 100 mg Tiap 12 jam
Ofloksasin 400 mg Tiap 12 jam
Siprofloksasin 500 mg Tiap 12 jam
TMP-SMX 160 mg/800 mg Tiap 12 jam
Farmakoterapi Parenteral untuk ISK Komplikata dan Pielonefritis Akut pada Dewasa
Obat Dosis Frekuensi
Ampisilin 1000 mg Tiap 6 jam
Seftriakson 1000 – 2000 mg Tiap 24 jam
Sefepim 1000 – 2000 mg Tiap 12 jam
Levofloksasin 500 – 750 mg Tiap 24 jam
Gentamisin 3 – 5 mg/kgBB Tiap 24 jam
Meropenem 1000 mg Tiap 8 jam
Epidemiologi
1. Sering terjadi pada pria
2. Sering terjadi pada usia 40 – 50 tahun
Etiologi
1. Supersaturasi urin rendahnya zat inhibitor dan tingginya zat promoter pembentuk batu
memicu kristalisasi
2. Infeksi bakter yang memproduksi urea misalnya, Proteus atau Klebsiella
3. Kelainan genetik misalnya, kelainan pada proses absorbsi sistin di mukosa dinding usus
sistinuria
4. Kelainan anatomis yang berhubungan dengan peristiwa obstruksi atau stasis urin :
- Ureteropelvic junction obstruction (UPJO)
- Horseshoe kidney
- Caliceal diverticula
- Medullary sponge kidney
Patofisiologi
1. Nyeri kolik obstruksi batu peningkatan tekanan intralumen peregangan organ
perangsangan nerve ending sensasi kolik
2. Nyeri juga bisa terjadi karena :
- Mediator inflamatorik lokal
- Edema
- Hiperperistalsis
- Iritasi mukosa
Ekstrinsik
1. Geografi ada pengaruh dari iklim, temperatur
- Iklim yang panas
- Dehidrasi
- Kadar mineral di dalam air yang dikonsumsi
Anamnesa
1. Nyeri kolik berdasarkan lokasi batu :
a. Batu Kaliks Ginjal
- Nyeri pinggang bisa berupa pegal hingga kolik nyeri dirasakan dari pinggang
menjalar ke depan dan ke daerah kemaluan (atau menjalar ke lipat paha
ipsilateral)
- Nyeri terus-terusan dan hebat akibat PIELONEFROSIS
b. Batu Ureter
- Nyeri kolik disertai mual dengan atau tanpa muntah
- Nyeri alih yang khas selama batu bertahan di tempat yang menyumbat
selama itu kolik akan terjadi berulang sampai batu bergeser dan memberi
kesempatan untuk urin lewat
c. Batu VU
- Batu menghalangi aliran kencing akibat menutupi leher VU
- Kencing awalnya lancar tiba-tiba berhenti menetes dan ada nyeri
d. Batu Uretra
- Batu sewaktu kencing terbawa sampe ke uretra
- Kencing yang tiba-tiba berhenti menetes dan ada nyeri
2. Keluhan Miksi
- Disuria
- Hematuria didahului oleh kolik akibat ada trauma pada mukosa
- Frekuensi / Urgensi
- Retensi Urin
- Anuria
3. Keluhan Sistemik
- Demam
- Mual-Muntah
- Tanda-tanda gagal ginjal
Pemeriksaan Fisik
1. Generalis hipertensi (salah satu tanda gagal ginjal), demam, anemia, dan syok
2. Lokal Urologi
Sudut kostovertebrae : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran ginjal
Suprasimfisis : nyeri tekan, teraba batu, VU penuh
Genitalia eksterna : teraba baru di uretra
Colok dubur : palpasi bimanual teraba batu VU
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Menilai perdarahan : Hemoglobin dan Eritrosit
Menilai infeksi : Leukosit
Faktor penyebab batu : Elektrolit
Fungsi ginjal : Ureum dan Kreatinin
2. Urinalisis
Menilai perdarahan mikroskopik : Eritrosituria
Menilai infeksi : Leukosituria, Bakteriuria (Nitrit +), Kultur Urin
Faktor penyebab batu : pH Urin, Sedimen urin berupa kristal pembentuk batu, Elektolit
3. Pencitraan
Foto polos abdomen melihat kemungkinan adanya batu radioopak
USG melihat kalsifikasi di dalam traktus urinarius dan dilatasi
- GOLD STANDARD untuk ibu hamil dan anak-anak
Intravena Pielografi (IVP) bisa melihat batu semi opak atau non opak
- Menilai fungsi ginjal dan drainase sistem pengumpul
- Menilai kalsifikasi dalam traktur urinarius
- Menilai defek pengisian saat kontras melewati traktur urinarius
Pielografi Retrogard
Scintigraphy
CT Urografi Nonkontras ini adalah GOLD STANDARD untuk menilai kalsifikasi
SEMAKIN BATU TAMPAK SEPERTI TULANG BATU ITU KERAS
#Catatan !
Pemeriksaan IVP gak boleh dilakukan pada pasien :
- Alergi kontras media
- Level kreatinin serum > 200 /L (> 2 mg/dl)
- Riwayat pengobatan metformin
- Riwayat myelomatosis
Penatalaksanaan
Penanganan Awal
1. Hidrasi gunakan Kristaloid
2. Analgesik
- Ketorolac 30 mg IV sebagai dosis inisial lanjut 3 – 4 x 15 mg selama 3 hari
- Morphine Sulphate 6 x 1 – 5 mg IV jika diperlukan
Konservatif
1. Alasan : batu < 5 mm diharapkan dapat keluar spontan dan dapat dilakukan manajemen
observasif pada pasien tanpa komplikasi dapat dibarengi dengan pemberian diuretik atau
menyarankan agar pasien banyak minum
2. Memfasilitasi pengeluaran batu dengan obat alfa blocker atau calcium-channel inhibitor
untuk dilatasi otot polos pada saluran kemih
- Tamsulosin 1 x 0,4 mg PO
- Alfuzosin 1 x 10 mg PO
- Silodosin 2 x 4 mg PO selama 4 – 6 minggu
3. Disolusi kemolitik batu berdasarkan alkalinisasi (dibuat situasi jadi basa) batu asam urat
dengan oral kemolisis berupa : Sitrat atau Natrium Bikarbonat
Pencegahan
1. Asupan cairan dengan target diuresis 2 liter/hari
2. Peningkatan asupan buah sitrus
3. Asupan kalsium normal (1000 – 1200 mg/hari)
4. Diet tinggi serat
5. Menurunkan konsumsi protein hewani dan garam
6. Aktivitas harian yang cukup
Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dengan tanda ISK kegawatdaruratan yang perlu dekompresi urgen dengan
pemasangan nefrostomi perkutan atau pemasangan kateter ureter
2. Jika ada ISK Pengeluaran batu definitif harus ditunda dulu sampai Infeksi sudah
terkoreksi dengan antibiotik
3. Gagal ginjal
4. Sepsis
5. Cedera ureter
6. Perdarahan saluran kemih
Epidemiologi
1. Prevalensi BPH meningkat seiring bertambahnya usia
- 70% pada usia > 60 tahun
- 90% pada usia > 80 tahun
Etiologi
1. Proliferasi epitelial dan stromal atau gangguan apoptosis akumulasi selular hiperplasia
yang sering terjadi di zona transisi prostat
- Zona transisi prostat bagian terdalam dan terkecil dari prostat mengelilingi 1/3
atas dari uretra satu-satunya bagian yang akan terus tumbuh karena testis yang
masih menghasilkan testosteron
Diagnosis
Anamnesa
1. Perhatikan faktor risiko dari Identitas Pasien PRIA dengan Usia > 50 tahun dan Obesitas
2. Tanyakan Keluhan Utama dan sudah berapa lama keluhan itu menganggu ?
3. Cari faktor-faktor risiko lainnya melalui RIWAYAT
Riwayat keluarga saudara laki-laki dari garis keturunan pertama itu tinggi risiko
Aktivitas fisik yang kurang
Konsumsi alkohol bersifat diuretik
Merokok
4. Temukan faktor-faktor penyulit atau komplikasi yang sudah terjadi atau akan terjadi
Keadaan fungsi seksual
Konsumsi obat-obat yang menimbulkan keluhan berkemih
Pernah cedera pada sistem urogenitalia
Infeksi saluran kemih
Batu saluran kemih
Riwayat pembedahan di sistem urogenitalia
Riwayat kencing berdarah (hematuria)
Menilai Tonus Sfingter Ani dan Refleks Bulbokavernosus untuk memastikan ada
atau tidaknya kelainan lengkung refleks di daerah sakral
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk memastikan apakah ada komplikasi atau faktor penyulit ?
Menilai apakah ada leukosituria atau hematuria ?
Jika ada kecurigaan infeksi lakukan kultur urin
5. Residu Urin (Post Voiding Residual Urine/PVR) untuk menentukan sisa urin di dalam VU
setelah kencing dilakukan dengan USG, Bladder Scan, dan Kateter Uretra
6. Pencitraan
Saluran kemih bagian atas USG, BNO-IVP, CT urografi bila ada :
- Hematuria
- ISK
- Insufisiensi renal
- Residu urin yang banyak
- Riwayat urolitiasis
- Riwayat pembedahan pada saluran urogenital
2. Pasien tidak mendapat terapi definitif pasien baru dicurigai akan mengalami diagnosis
BPH bergejala sedang dan berat hanya untuk memperlambat perburukan bukan untuk
menangani keluhan secara aktif
3. Pasien hanya diberikan penjelasan mengenai hal yang bisa memperburuk keluhan :
Jangan banyak minum dan komsumsi kopi atau alkohol setelah jam makan malam
Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang bisa nyebabin iritasi VU
Batasi penggunaan obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin
Jangan menahan kencing terlalu lama
Penanganan konstipasi
4. Pasien disarankan untuk kontrol berkala tiap 3 – 6 bulan untuk menilai perubahan keluhan
mengevaluasi keluhan klinis, skor IPSS, tes pancaran kencing, dan volume residu urin
2. Reduktase Blocker induksi apoptosis sel epitel prostat mengecilkan volume prostat
Dutasteride (Avodart) : 0,5 mg PO cap 1 x 1
4. Phospodiesterase-5 Inhibitor