Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu : Aida Sri Rahmawati S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :
Mushlih kamal A C1814201038
S1-Keperawatan 4B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2021
A. DEFINISI
Menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa
patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak
robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
Fraktur terbagi menjadi dua :
1. Fraktur tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Fraktur ini disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh
tanpa komplikasi.
2. Fraktur terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit
B. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma, hal ini disebabkan karena
adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitar.
2. Bengkak / edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada
daerah fraktur.
3. Memar / ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari ekstravasi didaerah
jaringan sekitar.
4. Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema
6. Gangguan fisik
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang mengalami fraktur, nyeri atau spasme
otot
7. Mobilitas abnormal
Adanya pergerakan yang terjadi pada bagian bagian yang biasanya tidak terjadi
pergerakan
8. Deformitas
Abnormalnya posisi tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
9. Shock hipovolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

C. Etiologi
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam  jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

D. PATOFISIOLOGI
Trauma yang menyebabkan fraktur akan mengakibatkan perdarahan disekitar
tulang yang patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut dan bila tidak
segera ditangani akan menyebabkan perdarahan hebat.
Perdarahan pada fraktur tertutup akan meningkatkan tekanan dalam suatu ruang
diantara tepi tulang yang fraktur ,sehingga menyebabkan edema yang akan menekan
pembuluh darah dan syaraf disekitar tulang, sehingga terjadi syndrome kompartemen.
Dengan adanya sindrom kompartemen, warna jaringan menjadi pucat, sianosis, nadi
lemah, mati rasa, nyeri hebat.
E. DATA FOKUS
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk
itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
 ANAMNESA
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. register, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas atau
mobilisasi pada daerah fraktur tersebut
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien fraktur atau patah tulang dapat disebabkan oleh trauma atau
kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat
atau perubahan warna kulit dan kesemutan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak
sebelumnya dan ada atau tidaknya klien mengalami pembedahan perbaikan dan
pernah menderita osteoporosis sebelumnya
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada atau tidak yang menderita osteoporosis, arthritis atau
penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.

 PEMERIKSAAN FISIK
a. Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri
tekan.
b. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak
ada nyeri kepala.
c. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
d. Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e. Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan)
f. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
g. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung
h. Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
i. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
j. Paru
 Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
 Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
 Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
 Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
k. Jantung
 Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
 Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
 Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l. Abdomen
 Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
 Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
 Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
 Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit. m) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada
hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
 Darah rutin,
 Faktor pembekuan darah,
 Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
 Urinalisa,
 Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren
ginjal).
b. Pemeriksaan arteriografi
Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.
c. Pemeriksaan radiologis (rontgen),
Pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang
terdiri dari :
 Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
 Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
 Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun
yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal)
 Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

F. ANALISA DATA
No Data Interpretasi Masalah
1 Ds : Fraktur tertutup Nyeri akut ( D.0077 )
Pasien mengatakan
nyeri. Nyeri dirasakan Terputusnya kontinuitas
saat beraktivitas. jaringan atau fragmen
Do : tulang
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Merangsang hipotalamus
- Gelisah mengeluarkan mediator
- Frekuensi nadi kimia ( prostaglandin )
meningkat
- Sulit tidur Nyeri akut

2 DS : Fraktur Gangguan mobilitas


Pasien mengatakan fisik ( D.0054 )
dalam beraktivitas Terputusnya hubungan
pasien tidak bisa tulang
mandiri dan
membutuhkan bantuan Ketidakmampuan
orang lain melakukan aktivitas
DO :
- Kekuatan otot Immobilisasi
menurun
- Rentang gerak
menurun

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang

DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri - Mengetahui
b.d agen keperawatan diharapkan (I.08238 ) lokasi,
pencedera nyeri berkurang dengan Observasi : karakteristik,
fisik kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, durasi,frekuensi,
Tingkat nyeri karakteristik, kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri durasi,frekuensi, nyeri
menurun (5) kualitas, intensitas - Mengetahui skala
- Meringis menurun (5) nyeri nyeri
- Gelisah menurun (5) - Identifikasi skala - Mengetahui
- Kesulitan tidur nyeri respons nyeri non
menurun (5) - Identifikasi verbal
- Frekuensi nadi respons nyeri non - Mengetahui factor
membaik (5) verbal yang memperberat
Kontrol nyeri - Identifikasi factor dan memperingan
- Melaporkan nyeri yang memperberat nyeri
terkontrol meningkat dan memperingan - Mengetahui
(5) nyeri pengetahuan dan
- Mampu mengenali - Identifikasi keyakinan tentang
onset nyeri meningkat pengetahuan dan nyeri
(5) keyakinan tentang - Mengetahui
- Mampu mengenali nyeri pengaruh budaya
penyebab nyeri - Identifikasi terhadap respon
meningkat (5) pengaruh budaya nyeri
- Mampu menggunakan terhadap respon - Mengetahui
teknik non- nyeri pengaruh nyeri
farmakologis - Identifikasi terhadap kualitas
meningkat (5) pengaruh nyeri hidup
- Dukungan orang terhadap kualitas - Mengetahui
terdekat meningkat (5) hidup keberhasilan
- Monitor terapi
keberhasilan terapi komplementer
komplementer yang sudah
yang sudah diberikan
diberikan - Mengetahui efek
- Monitor efek samping
samping penggunaan
penggunaan analgesic
analgesic Terapeutik
Terapeutik - Teknik
- Berikan teknik nonfarmakologis
nonfarmakologis untuk mengurangi
untuk mengurangi nyeri
nyeri - mengontrol
- Control lingkungan yang
lingkungan yang memperberat rasa
memperberat rasa nyeri
nyeri - Fasilitasi istirahat
- Fasilitasi istirahat dan tidur untuk
dan tidur kenyamanan klien
- Pertimbangkan - Untuk
jenis dan sumber mempertimbangk
nyeridalam an jenis dan
pemilihan strategi sumber nyeri
meredakan nyeri dalam pemilihan
Edukasi : strategi
- Jelaskan penyebab, meredakan nyeri
priode, dan pemicu Edukasi :
nyeri - Untuk memberi
- Jelaskan strategi penjelasan tentang
meredakan nyeri penyebab, priode,
- Anjurkan dan pemicu nyeri
memonitor nyeri - Untuk
secara mandiri menjelaskan
- Anjurkan tentang strategi
menggunakan meredakan nyeri
analgetiksecara - memonitor nyeri
tepat secara mandiri
- Ajarkan teknik non - anjuran tentang
farmakologis untuk menggunakan
mengurangi nyeri. analgetiksecara
Kolaborasi tepat
- Kolaborasi - memberi
pemberian pemahaman
analgetik, jika tentang teknik non
perlu farmakologis
untuk mengurangi
nyeri.
Kolaborasi
- Pemberian
analgetik untuk
meredakan nyeri
jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi Observasi
mobilitas keperawatan diharapkan Tindakan : - Mengetahui
fisik ekspetasi meningkat Observasi : adanya nyeri atau
dengan kriteria hasil - Identifikasi adanya keluhan fisik lain.
- Pergerakan ekstremitas nyeri atau keluhan - Mengetahui
meningkat (5) fisik lainnya toleransi fisik
- Kekuatan otot - Identifikasi melalui ambulasi.
meningkat (5) toleransi fisik - Mengetahui
- Rentang gerak melalui ambulasi frekuensi jantung
meningkat (5) - Monitor frekuensi dan tekanan darah
- Nyeri menurun (5) jantung dan sebelum
- Kecemasan menurun tekanan darah melakukan
(5) sebelum ambulasi.
- Kaku sandi menurun melakukan - Mengetahui
(5) ambulasi kondisi umum
- Gerakan tidak - Monitor kondisi selama melakukan
terkoordinasi menurun umum selama ambulasi.
(5) melakukan Terapeutik
- Gerakan terbatas (5) ambulasi. - Memfasilitasi
- Kelemahan fisik (5) Terapeutik klien
- Fasilitasi aktifitas untukmelakukan
ambulasi ambulasi.
- Fasilitasi - Memfasilitasi
melakukan klien untuk
mobilisasi fisik, melakukan
jika perlu mobilitas fisik
- Libatkan keluarga - Agar keluarga
untuk membantu pasien terlibat
pasien dalam dalam membantu
meningkatkan dalam
ambulasi meningkatkan
Edukasi ambulasi
- Jelaskan tujuan Edukasi
dan prosedur - menjelaskan
ambulasi tujuan dan
- Anjurkan prosedur ambulasi
melakukan supaya klien lebih
ambulasi dini mudah dalam
- Ambulasi melaksanakan
sederhana yang ambulasi
harus dilakukan - menganjurkan
ambulasi dini
- supaya klien
terbiasa
melakukan
ambulasi dan
melakukan
mobilitas fisik.
H. DAFTAR ISI
1. SDKI, SIKI, SLKI
2. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2079/1/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH.pdf

Anda mungkin juga menyukai