Anda di halaman 1dari 7

PRINSIP-PRINSIP LAYANAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. dalam
pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber
dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat
manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya,
pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Misalnya Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa:
a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung
kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah
mampu membantu anak memanfaatkan potensi nya itu.
b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik; seseorang anak
berbeda dari yang lain.
c. Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam
pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
d. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk
mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.
e. Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan
latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan
minat pribadi khusus pula.
Semua butir yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir-butir
tersebut belum merupakan prinsip-prinsip yang jelas aplikasinya dalam praktek
bimbingan dan konseling. Apabila butir-butir tersebut hendak dijadikan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling, maka aspek-aspek operasionalisasinya harus
ditambahkan. Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan
masalah, program pelayan, penyelenggaraan pelayanan. Berikut ini dicatatkan
sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang diramu dari sejumlah sumber
(Bernard & Fullmer, 1969 dan 1979; Crow & Crow, 1960; Miller & Grueling, 1978).

1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan


Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik
secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu sangat bervariasi,
misalnya dalam hal umurnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonomi keluarga,
kedudukan, pangkat dan jabatan nya, keterikatannya terhadap suatu lembaga tertentu,
dan variasi-variasi lainnya. Berbagai variasi itu menyebabkan individu yang satu
berbeda dari yang lainnya. Masing-masing individu adalah unik. Secara lebih khusus
lagi, yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan peri
kehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah
lakunya.
Sebagaimana telah di singgung terdahulu, sikap dan tingkah laku individu
amat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi diri sendiri, serta kondisi
lingkungannya. Variasi dan keunikan keindividualan, aspek-aspek pribadi dan
lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu
mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang
berbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik; oleh karena
itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan
kekompleksan pribadi individu.
c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap
individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung
faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah
laku yang tidak seimbang. oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling
yang bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segenap bidang
pengalaman harus mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.
e. Meskipun individu yang satu dan lainnya adalah serupa dalam berbagai hal,
perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya
yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu
tertentu, baik mereka itu anak-anak, remaja ataupun orang dewasa.

2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu


Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu
tidaklah selalu positif. faktor-faktor yang mempengaruhi negatif akan menimbulkan
hambatan hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu
yang akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu. Masalah-masalah
yang timbul 1001 macam dan sangat bervariasi, baik dalam jenis dan intensitasnya.
secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu semua individu
dengan berbagai masalahnya itu. Namun, sesuai dengan keterbatasan yang ada pada
dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani
masalah klien secara terbatas. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal itu adalah:
f. meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan
bidang perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan pada
umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental
dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, serta dalam kaitanya dengan
kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan
terhadap kondisi mental dan fisik individu.
g. Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan
faktor salah satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian sama
dari para konselor dalam mengentaskan masalah klien.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik diselenggarakan secara”
insidental”, maupun terprogram. Pelayanan” insidental” diberikan kepada klien klien
yang secara langsung (tidak terprogram atau terjadwal) kepada konselor untuk
meminta bantuan. Konselor memberikan pelayanan kepada mereka secara langsung
pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu mereka itu datang. Konselor
memang tidak menyediakan program-program khusus untuk mereka. Klien-klien
“insidental” seperti itu biasanya datang dari luar lembaga tempat konselor bertugas.
Pelayanan “insidental” itu merupakan pelayanan konselor yang sedang menjalankan
“praktek pribadi”.
Untuk warga lembaga tempat konselor bertugas, yaitu warga yang pemberian
pelayanan bimbingan dan konseling nya menjadi tanggung jawab konselor
sepenuhnya, konselor dituntut untuk menyusun program pelayanan. Program ini
berorientasi kepada seluruh warga lembaga itu (misalnya sekolah atau kantor) dengan
memperhatikan variasi masalah yang mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat
diselenggarakan, rintangan dan unit-unit waktu yang tersedia (misalnya caturwulan,
atau semester, atau bulan), ketersediaan staff, kemungkinan hubungan antar personal
dan lembaga, kemudahan-kemudahan yang tersedia, dan faktor-faktor lainnya yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di lembaga tersebut. Prinsip-prinsip berkenaan
dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:
h. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
pengembangan; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun
dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara
menyeluruh.
i. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi
lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.
j. Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara
berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa; di sekolah
misalnya dari jenjang pendidikan Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
k. Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian
yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh,
serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan
pelaksanannya.
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan
Pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling (baik yang bersifat
“incidental” maupun terprogram) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan.
Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan
oleh tenaga ahli dalam bidangnya, ya itu konselor profesional. Konselor yang bekerja
di suatu lembaga yang cukup besar (misalnya sebuah sekolah), sangat berkepentingan
dengan penyelenggara program program Bimbingan dan Konseling secara teratur dari
waktu ke waktu. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar
berbagai tempat ia bekerja perlu dikembangkan secara optimal. Prinsip-prinsip
berkenaan dengan hal-hal tersebut adalah:
l. Tujuan akhir Bimbingan dan Konseling adalah kemandirian setiap individu; oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya.
m. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien
hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari
konselor.
n. Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani oleh
(dan kalau perlu dialih tangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang relevan
dengan permasalahan kasus tersebut.
o. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional; oleh karena itu
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan
khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
p. Guru dan orang Tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bekerja sama antara konselor dengan
guru dan orang tua amat diperlukan.
q. Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. oleh karena itu
keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk
mengurangi kebodohan dan hambatan-hambatan yang ada pada lingkungan
individu/siswa.
r. Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh
mungkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian
terhadap individu hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang memuat hasil
pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik.
Dengan pengadministrasian instrumen yang benar-benar dipilih dengan baik, data
khusus tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan minat, dan berbagai
ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan dipergunakan sesuai
dengan keperluan.
s. Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu dengan lingkungannya.
t. Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya
diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara
khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerjasama dengan staf dan
personal, lembaga di tempat ia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat
menunjang program bimbingan dan konseling.
u. Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan.
Kesuksesan pelaksanaan program diukur dengan melihat sikap-sikap mereka yang
berkepentingan dengan program yang disediakan (baik pihak-pihak yang melayani
maupun yang dilayani), dan perubahan tingkah laku mereka yang pernah dilayani.
5. Prinsip-Prinsip Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling, sekolah merupakan
lembaga yang wajah dan sosoknya jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan
konseling diharapkan dapat bertumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat
sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur; sekolah memiliki
kondisi dasar Yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi.
Para siswanya yang sedang dalam tahap perkembangan yang “meranjak” memerlukan
segala jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya. Para guru
terlibat langsung dalam pengajaran yang apabila pengajaran itu dikehendaki mencapai
taraf keberhasilan yang tinggi, memerlukan upaya penunjang untuk bagi optimalisasi
belajar siswa. Dalam kaitan ini tepatlah apa yang dikatakan oleh Bernard & Fullmer
(1969) bahwa “guru amat memperhatikan bagaimana pengajaran berlangsung,
sedangkan konselor Ahmad memperhatikan bagaimana murid belajar” seiring dengan
itu, Crow & Crow (1960) mengemukakan perubahan materi kurikulum dan prosedur
pengajaran hendaklah memuat kaidah kaidah bimbingan. Apabila kedua hal itu
memang terjadi, materi dan prosedur pengajaran berkaidah bimbingan, dibarengi oleh
kerjasama yang erat antara guru dan konselor, dapat diyakini bahwa proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru untuk murid itu akan sukses.
Namun harapan akan tumbuh kembangnya pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah sesubur suburnya itu seringkali masih tetap berupa harapan saja.
Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi memang ada di sekolah, tetapi
keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan ini belkin (1975)
menegaskan 6 prinsip untuk menyegarkan dan menumbuhkembangkan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Pertama, konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja
yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.
Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa
untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu.
Kedua, konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa
mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah
lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus menonjolkan keprofesionalannya,
tetapi tetap menghindari sikap kritis atau kesombongan/keangkuhan profesional.
Ketiga, konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai
konselor profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata.
Konselor harus pula mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang
dengan siapa ia akan bekerja sama tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor
serta tanggung jawab yang terpikul di pundak konselor.
Empat, konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa
yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang
mengalami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun
siswa siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu
dan menarik diri dari khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian atau
mengambil muka guru, konselor dan personil sekolah lainnya.
Kelima, konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk
membantu siswa siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan
siswa-siswa yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penerapan
program-program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar
sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
Keenam, konselor harus mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala
sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, yang baik untuk
menegakkan Citra bimbingan dan konseling profesional apabila ia memiliki hubungan
yang saling menghargai dan saling memperhatikan dengan kepala sekolah.
Prinsip-prinsip tersebut menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh
kembangan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah hanya mungkin
dilakukan oleh konselor profesional yang tahu dan mau bekerja, memiliki program
nyata dan dapat dilaksanakan, sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkannya
ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personil sekolah lainnya,
memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap
variasinya di sekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang
harmonis dinamis dengan kepala sekolah. Konselor yang demikian itu tidak akan
muncul dengan sendiri, melainkan melalui pengembangan dan peneguhan sikap dan
keterampilan, wawasan dan pemahaman profesional yang mantap.

Anda mungkin juga menyukai