TINJUAN TEORI
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat
kandungan kembali pada kedaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama 6 minggu (siti saleha ,2013) dalam (wahyuningsih
2019)
4 Serviks
Persaliunan serviks menganga, setelah 7 hari dapat di lalui 1
jari, setelah 4 minngu bagian luar kemabali normal. (siti
saleha ,2013) dalam (wahyuningsih 2019)
5. Mamae/payudara
Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alamai . Ada 2 mekanisme n :produksi susu,sekresi susu
atau let down Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan
menyipakan fungsinya mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada
hariketiga pada saat melahirkan efek praktin pada payudara mulai
di rasakan, sel acini ysng menghasilkan asi mulai berfungsi,
ketika b``ayi menghisap putting, oksitosin merangsang ensit
letdown (mengalirkan)sehingga mengsilkan ejeksi asi.
6. Sisem pencernaan
setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada
komplikasi persalinan, tidak ada alasan menenunda pemberian
makan. Konsipasi terjadi karna psiskis takut BAB karena ada
luka jahitan perineum. (siti saleha ,2013) dalam (wahyuningsih
2019)
7. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal tergang dan dilatasi selama kehamilan, kembali
norma akhir minggu ke 4 setelah melahirkan. Kurang dari 40 %
wanita post partum mengalami proteinuria non patologis,
kecuali pada kasus preeklamsi. (siti saleha ,2013) dalam
(wahyuningsih 2019)
8. Sistem muskulekletal
Ligament, fasia, diagram pelvis meregang saat kehamilan dan
berangsusr angsur mengecil seperti semula. (siti saleha ,2013)
dalam (wahyuningsih 2019)
9. Sistem endokrin
Hormon- hormon yang berperan
a. Oksitosisn berperan dalam kontraksi uterus mencegah
perdarahan, membantu uterus kemabli normal. Isapan bayi
dapat merangsang produksi asi dan sekresi oksitosin.
b. Prolaktin di kelurkan oleh kelenjar dimana pituitrin
merangsang pengeluran prolactin untuk produksi asi jika ibu
post partum tidak menyusui dalam 14-21 hari timbul
mentruasi.
c. Estrogen dan progesterone setelah melahirkan esterogen
menurun dan progesterone meningkat. (siti saleha ,2013)
dalam (wahyuningsih 2019)
3. Periode ‘’ Letting go ‘’
a. Periode ini biasanya tterjadi saat ibu pulang kerumah , periode
ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
di berikan oleh kelurga.
b. Ibu mrengambil tanggung juawab terhadap perawatan bayi dan
ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi, yang sangat
tergantung pada nya. Hal ini menyebabkan berkurangnya
istirahat ibu, kebebasab dan hubunagna sosial ibu.
c. Depresi post partum biasanya terjadi pada periode ini.
c. Etiologi
Indikasi di lakuakan nya section ceasera menurut (Nurhayati ,dkk
2015,padila ,2015)
1. Gawat janin
2. Disporposi sepalopelvik
3. Persalian tidak maju
4. Plasenta previa
5. Prolapsus tali pusat
6. Letak lintang
7. Panggul sempit
8. Dan preeklmsi
d. Manifestasi klinis
1. Plasenta previa dan lateralis
2. Panggul sempit
3. Disporis pelvik :yaitu ketidak seimabnagan ukuran kepaala dan
panggul
4. Rupture uteri (mengancam )
e. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus di lakukan
tindakan secsio caesarea bahkan sekarang secsio caesarea menjadi
satu pilihan persalinan Ada beberapa persalinan hambatan ada
proses proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak bisa di
lahirkan normal secara normal, misalnya plasenta previa,rupture
sentralis dan utralis ,panggul sempit partus tidak maju (partus
lama) pre-eklamsi,distoksia, service dan mall persentasi janin .
kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Secsiocaeserea (SC) .Dalam proses oprasinya di
lakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien mengalami
mobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktifitas .Adanya kelupuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebakan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit
perawatan diri.Kurang nya informasi mengenai proses
pembedahan,penyembuhan dan perawatan post oprasi akan
menimbulkan masalah ansietas . Selain pembedahan juga akan di
lakukan tindakan insisi pada dinding sehingga menyebakan
sehingga menyebabkan inkosnsiniatas jaringan, pembuluh darah
dan saraf saraf insisi di daerah insisi . hal ini akan merangsang
pengeluaran histramin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri. sectio caesaria yang mengakibatkan putusnya jaringan
kontinuitas jaringan yang merangsang area sensorik yang
menimbulkan rasa nyeri sehingga ibu lebih memilih tidak bergerak
agar nyeri pada luka tidak bertambah. (Atoy, akhmad dan Febriana,
2018). Penurunan produksi ASI pasca persalinan hari pertama
dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolactin dan
oksitosin yang sangat berperan dalam produksi ASI. (Setyowati,
2017).Setalah semua proses pembedahan berakhir daerah insisi
akan di tutup dan menimbulkan luka post oprasi yang bila tidak di
rawat akan menimbulkan resiko infeksi.
f. Pathway
Dinstensi
Penurunan Jaringan terbuka kandung kemih
Penurunan kejadian Jaringan terputus
medulla eliminasi
oblongata
Udem dan
Proteks memar di uretra
Penurunan peristaltic Merangasang area
Penurunan sensorik kurang
usus
reflex batuk
Ganguan
elimanasi urin
Konstipasi Ganguan rasa
Akumullasi nyaman nyeri Invasi bakteri
secret
g. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemaglobin/hematocrit
f. Golongan darah urinalis
g. Pemeriksaan sinar x sesai indikasi
h. Ultrasound pesenan (tucker susan martin,1993) dalam (Huda amin &
Kusuma Hardhi 2015)
i.
h. Komplilkasi post section caesarea (Sc)
Komplikasi pada sectio caeserea menurut (Mocthar ,2013 )
Adalah sebagai berikut:
a. Infeksi pleural (nifas)
ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja
Sedangakan kenaikan suhu yang tinggi ,disertai dehidrasi dan
sedikit kembang
Berat dengan peritonitis, peritonitis, sepsidan ileus paralitik.
Infeksi berat sering kita jumpai pada partum terlantar, sebelum
timbul infeksi nifas, telah terjadi infeksi intra partum, karna
ketuban pecah terlalu lama.
b. Perdarahan karena :
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2. Atonia uteri
3. Perdarahan yang placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila repetilionisasi terlalu tinggi. Kemungkinan reptur
uteri spontan pada kehamilan mendatang.
d. Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, riwayat
kehamilan ganda, kehamilan molahidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehmilan dengan eklamsia sebelumnya, kehamilan yang
akan direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal care (ANC)
dan imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.
e. Riwayat Melahirkan
Data yang harus dikaji tanggal melahirkan, lamanya persalinan,
posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan
jahitan pada perineum dan perdarahan.
f. Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi.
Kesulitan dalam melahirkan, afgar score, untuk menyusui atau
pemberia susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu post op section caeserea yaitu :
a. Rambut dan kepala
Mengkaji warna, bentuk, kebersihan rambut, Pada pasien dengan
post op section caeserea biasanya tidak ada kelainan pada
rambut.
b. Wajah
Mengkaji adanya edema pada wajah yang dimanifestasikan
dengan kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata
bawah menonjol.
c. Mata
Mengkaji warna konjungtiva bila warna merah dan basah berarti
normal sedangkan warna pucat ibu mengalami anemia, jika
konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi, mengkaji
skera, pergerakan bola mata dan lapang pandang. Pada pasien
dengan eclampsia didapatkan data bahwa konjungtiva an anemis,
sklera an ikterik, pergerakan bola mata normal, pupil isokor
namun terjadi penurunan visus dan penglihatan tidak jelas atau
nampak kabur.
d. Telinga
Mengkaji Bentuk telinga normal, tidak ada serumen dan fungsi
pendengaran normal.
e. Hidung
Mengkaji Bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada
secret dan fungsi penciuman normal
f. Mulut
Mengkaji Membran mukosa lembab, tidak ada stomatitis, namun
pada saat terjadi kejang tidak pangkal lidah dapat jatuh
kelebakang sehingga menutup jalan nafas.
g. Dada
Bentuk dada simetris, warna lebih terang, pergerakan dinding
dada normal, bunyi jantung S1.
h. Payudara
Pengakajian payudara pada masa post partum meliputi infeksi
ukuran, bentuk ,warna dan kesimetrisan serta palpasi kosntelsi
apakah nyeri tekan guna menentukan satatus laktasi .pada masa
1 sampai 2 hari post partum ,payudara tidak banyak berubah
kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Pada ibu
menyusui , saat asi muali di produksi payudara menjadi lebih
besar ,keras dan hangat dan mungkin tersa berbenjol -benjol atau
bernodul, wanita sering mengalami ketidaknyamanan laktasi.
Pada wanita yang tidak menyusui perubahan ini kurang menonjol
dan menghilang dalam beberapa hari. Banyak wanita mengalami
pembengkan seiring dengan menyusui .payudara menajdi lebih
besar dan terabak keras dan tegang, dengan kulit tegang dan
mengkilat pemebsaran vena berwarna biru . payudara sangt nyeri
dan teraba panas saat di sentuh.
i. Abdomen
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,
palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi
uterus. Terdapat luka bekas post op section caeserea terdapat
nyeri tekan pada bagian abdomen,dan mengkaji luka post sectio
caeserea kondisi jaitan menutup atau tidak terdapat tanda tanda
infeksi kemerahan , berair.
j. Lochea
Mengakji lochea yang meliputi karakter, jumlah, warna, bekuan
darah yang keluar dan baunya.
k. Sistem perkemihan
Mengkaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk
menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan
pada abdomen bagian bawah. Pada pasien dengan post section
caesarea tidak terdapat distensi pada kandung kemih.
l. Ektremitas
Mengkaji Ektremitas atas dan bawah biasanya pada ibu post op
section caeserea di dapatkan kelemahan, kadang ditemukan
edema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya
tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
g. Tanda-tanda vital
Mengkaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, tekanan darah dan
pernafasan selama 24 jam pertama masa post partum.
h. Pemeriksaan Penunjang
Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematocrit (Hb/Ht) : mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari
kehilangan darah pada pembedahan.
i. Diagnos keperwatan
1. Nyeri akut bd agen pencedara fisik
2. Ganguan mobilitas fisik bd nyeri
3. Resiko infeksi bd presedur infeksi
j. Intervensi kepewatan
Tabel 2.2
terbatas imobilisasi
klien
menurun
dari (1) ke
(5)
Kelemahan
fisik
menurun
dari (1) ke
(5)
1. Untuk mengetahu
tanda dan gejala
Resiko infeksi Setelah 1. monitor tanda dan gejala
infkesi
bd.efek melakukan infeksi lokal dan sistemik
2. Untuk mencegah
presedur tindakan Tarapeutik
terjadinya infeksi
invasive kepearwatan 2. Cuci tanga sebelum dan 3. Untuk menambah
selama 3x24 sesudah kontang dengan pengetahuan klien
jam resiko lingkungan pasien 4. Untuk mencegah
infeksi bisa 3. Jelaskan tanda dan gejala terjadinya Infeksi
teratasi dengan infeksi 5. Untuk memnuhi
krereria hasil 4. Ajarkan mencuci tangan kebbutuhan nutrisi
Tidak ada gejala dengan benar
infeksi 5. Anjurkan meningkatkan
nutrisi
k. Implementasi Keperawatan
Dalam melaksanakan implementasi seorang tenaga kesehatan harus
mempunyai kemampuan kognitif dalam proses implementasi yaitu
mencakup melakukan pengkajian ulang kondisi klien, memvalidasi
rencana keperawatan yang telah disusun, menentukan kebutuhan yang
tepat untuk memberikan bantuan, melaksanakan strategi keperawatan
dan mengomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Diharapkan juga tenaga kesehatan mampu bekerja sama
dengan klien, keluarga serta anggota tim kesehatan yang terkait,
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat optimal dan
komprehensif. (Wahyuningsih, 2019)
l. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan
yang telah dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi :
dimulainya ikatan keluarga, berkurangnya rasa nyeri, terpenuhi
kebutuhan psikologis, mengekspresikan harapan diri yang positif,
komplikasi tercegah atau teratasi, bebas dari infeksi, pola eliminasi
optimal, mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi dan
kebutuhan ibu post partum. (Wayuningsih, 2019)