Anda di halaman 1dari 13

MODUL 2

Bagaimana Manusia Bertuhan?

By :

 Arif Mahasin Sondani (1611031095)


 Rona Nabila Gusrima (1611031098)
 Rika Wulantika (1611031096)
 Fathimah Khoirunnida (1611031100)
 Tia Rahmasari (1611031097)
 Rosa Laihatul Jannah (1611031099)

Saturday, March 25th 2017


Tugas 2.1. Salah satu pengaruh roh dalam diri manusia adalah adanya potensi untuk
mengenal yang baik dan yang buruk. Dengan roh, manusia bisa mengetahui bahwa
seharusnya ia mengikuti dan menjalankan hal-hal yang baik, dan meninggalkan yang buruk.
Dengan adanya roh, manusia memiliki bakat untuk menjadi makhluk yang baik dan
berorientasi kepada kebenaran dan kebaikan Tuhan. Namun, cermati foto di atas. Buatlah
argumen akademik mengapa potensi rūḫiyah pada diri manusia tidak berfungsi atau
“mendorong” manusia melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan?
Jawaban :

Ruh membuat manusia dapat mengalami pengalaman batin atau sering disebut pengalaman
rohani. Potensi Ruhiyah, adalah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan
dan  memilih jalan yang haq dan yang bathil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju
kedurhakaan.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."
(QS. Asy Syams : 7-8).
Di dalam hati setiap manusia  telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan
kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan) dari kemampuan ini, Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda :
"Wabishah bin Ma'hab Ra berkata : Saya datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam untuk
bertanya tentang bakti (al-birri). Maka sebelum saya bertanya, Nabi bertanya : "Kau datang
untuk bertanya tentang bakti ?" Jawabku : Ya. Bersabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam :
"Tanyakan pada hatimu. Baktimu ialah semua perbuatan yang menimbulkan ketenangan
dalam hati dan jiwa. sedangkan dosa, itu semua perbuatan yang menimbulkan keraguan dalam
hati dan jiwa. Meskipun telah mendapat fatwa dari orang-orang". (HR Ahmad dan Darimi).
Hadits inilah yang menunjukkan bahwa potensi inilah yang menentukan arah kehidupan
manusia.

Faktor kesadaran manusia terletak dihati. Hati adalah hakikat terdalam kemanusiaan. Hati
adalah salah satu organ tubuh manusia, dalam islam sendiri hati adalah penentu sifat
seseorang. Baik buruknya seseorang berasal dari dalam hatinya. Dalam bahasa Arab, hati
disebut dengan Qalbu. Kita sering mendengar betapa pentingnya organ hati tempat lahirnya
perasaan tersebut. Bahkan Rasulullah SAW saat masa kecil dibersihkan hatinya dari berbagai
kotoran oleh Malaikat Jibril. Hati juga tempat bersemayamnya syaitan dan keburukan yang
disebut juga dengan penyakit hati. Apabila hati kita sudah berpenyakit maka itulah yang
membuat manusia melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Penyakit hati
adalah penyakit atau gangguan yang ada pada hati dan perasaan manusia. Penyakit hati dalam
islam bukanlah penyakit hati yang menyangkut kesehatan seperti penyakit liver, chirhosis, dan
lain sebagainya. Penyakit yang ada dalam hati setiap orang bisa mempengaruhi perilaku dan
perbuatannya. Perihal mengenai penyakit hati ini disebutkan dalam firman Allah SWT berikut
ini:

َ‫َوأَ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم َم َرضٌ فَزَ ا َد ْتهُ ْم ِرجْ سًا إِلَ ٰى ِرجْ ِس ِه ْم َو َماتُوا َوهُ ْم َكافِرُون‬

Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu
bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam
keadaan kafir. (QS At Taubah : 125)

Dalam firman tersebut disebutkan bahwa penyakit dalam hati seseorang bisa membwa pada
kekafiran dan mati dalam keadaan kafir. Hal ini tentunya tidak diinginkan oleh setiap muslim
manapun. Oleh sebab itu selayaknya sebagai muslim kita harus senantiasa menjaga hati dari
berbagai kotoran dan penyakit yang bisa merusak keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT.

Agar bisa menjaga hati kita dan senantiasa waspada pada penyakit-penyakit hati kita harus
mengetahui apa saja penyakit hati tersebut. Berikut ini adalah beberapa penyakit hati yang
biasa terjadi pada manusia dan berbahaya jika dibiarkan begitu saja.

1. Hasad, Iri dan Dengki

Ketiga jenis penyakit ini hampir sama dimana perasaan hasad atau iri adalah orang yang tidak
suka jika seseorang mengalami kebahagiaan sementara perilaku atau sifat dengki lebih parah
lagi, ia bukan hanya tidak senang jika seseorang mendapatkan kebahagiaan, ia juga akan
mendoakan agar kebahagiaan hilang dari orang tersebut dan berpindah pada dirinya. Perintah
untuk menjauhi penyakit hati ini terkandung dalam firman Allah ayat berikut

ۗ ‫َصيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َس ْبنَ ۚ َواسْأَلُوا هَّللا َ ِم ْن فَضْ لِ ِه‬


ِ ‫صيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َسبُوا ۖ َولِلنِّ َسا ِء ن‬ َ ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ا َما فَض ََّل هَّللا ُ بِ ِه بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم َعلَ ٰى بَع‬
ِ َ‫ْض ۚ لِلرِّ َجا ِل ن‬
‫إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ًما‬

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu
lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada
apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS An Nisa : 32)

Penyakit hati ini juga disebutkan dalam hadits berikut ini:“Waspadalah terhadap hasud (iri dan
dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu”. (HR.
Abu Dawud)
2. Sombong atau takabur

Perilaku sombong atau takabur sangatlah tidak disukai Allah SWT. Seseorang yang sombong
biasanya akan merasa bangga pada dirinya dan apa yang dimilikinya dan menganggap remeh
orang lain. Tidak ada manusia di dunia ini yang diperbolehkan memiliki sifat sombong karena
hanya Allah sajalah yang diperbolehkan untuk sombong karena Ia pemilik langit dan bumi. Allah
SWT memerintahkan umatnya untuk menghindari perilaku sombong dalam ayat berikut berikut

‫ض َولَ ْن تَ ْبلُ َغ ْال ِجبَا َل طُواًل‬


َ ْ‫ق اأْل َر‬
َ ‫ك لَ ْن ت َْخ ِر‬ ِ ْ‫ش فِي اأْل َر‬
َ َّ‫ض َم َرحًا ۖ إِن‬ ِ ‫َواَل تَ ْم‬

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung. (QS Al Isra :37)

3. Riya atau suka pamer

Seorang muslim memang senantiasa dianjurkan untuk berbuat baik dan menolong sesama akan
tetapi seseorang yang berbuat baik hanya untuk pamer atau menunjukkannya pada orang lain
dan merasa bangga dengan hal itu adalah termasuk orang yang riya. Riya sendiri sangat
berbahaya dan dilarang dalam islam. Perbuatan baik atau suatu ibadah sebaiknya hanya
diketahui oleh dirinya dan Allah SWT saja dan tidak menyebut-nyebut ibadah atau
pemberiannya tersebut. Sifat riya bisa menghilangkan pahala kebaikan itu sendiri sebagaimana
yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut

ٍ ‫ص ْف َو‬
‫ان‬ َ ‫اس َواَل ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۖ فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل‬
ِ َّ‫ق َمالَهُ ِرئَا َء الن‬ ُ ِ‫ص َدقَاتِ ُك ْم بِ ْال َمنِّ َواأْل َ َذ ٰى َكالَّ ِذي يُ ْنف‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا‬
َ‫ص ْلدًا ۖ اَل يَ ْق ِدرُونَ َعلَ ٰى َش ْي ٍء ِم َّما َك َسبُوا ۗ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْال َكافِ ِرين‬َ ُ‫صابَهُ َوابِ ٌل فَتَ َر َكه‬ َ َ ‫َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فَأ‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir. (Qs Al Baqarah 264)
4. Bakhil atau kikir

Sifat bakhil atau kikir adalah salah satu penyakit hati dimana seseorang yang tidak mau atau
memberikan sedikit hartanya pada orang yang membutuhkan sementara ia memiliki harta
tersebut. Perilaku ini adalah salah satu sifat buruk dan disebutkan dalam firman Allah SWT
berikut ini:

ُ ‫ير‬
‫اث‬ َ ‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذينَ يَ ْب َخلُونَ بِ َما آتَاهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه هُ َو َخ ْيرًا لَهُ ْم ۖ بَلْ هُ َو َش ٌّر لَهُ ْم ۖ َسيُطَ َّوقُونَ َما بَ ِخلُوا بِ ِه يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ۗ َوهَّلِل ِ ِم‬
‫ض ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ِ ‫ال َّس َما َوا‬

ekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan
itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di
lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs Al Imran : 180)

5. Ujub

Ujub adalah suatu sifat yang suka membangga-banggakan diri atas apa yang ia miliki sementara
apa yang ia miliki tersebut tidaklah ia sadari merupakan karunia Allah SWT. Sifat ujub bisa
merusak hati dan cenderung membuatnya sombong.

‫ع َوهَ ًوى ُمتَّبَ ٌع َوإِ ْع َجابُ ْال َمرْ ِء بِنَ ْف ِس ِه‬


ٌ ‫ ُش ٌّح ُمطَا‬: ‫ات‬ ٌ ‫ثَاَل‬
ٌ ‫ث ُم ْهلِ َك‬

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa
nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur
Razaq, hadist hasan)

1. Muhasabah Diri

Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnyalah kita melihat diri kita sendiri. Mungkin kita
sakit hati oleh kata-kata saudara kita, padahal dia tak bermaksud menyakiti. Coba bertanya
pada diri sendiri, mengapa saudara kita  bersikap demikian. Jangan-jangan kita sendiri yang
telah membuat kesalahan kepadanya.
2. Menjauhkan Diri dari Sifat Iri Hati Dan Dengki

Iri hati dan dengki adalah beberapa ruang  yang menjadi pintu bagi syaitan untuk memasuki
hati manusia. Angan – angan yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli. Bila
tidak dilandaskan iman, seorang yang berangan-angan cenderung akan melakukan berbagai
cara untuk mendapatkan apa yang dicitanya. Demikian sifat iri hati dan dengki. Sifat ini berasal
dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat material, kehormatan, dan pujian. Manusia tidak
akan tenang bila dalam hatinya ada sifat ini. Manusia juga tak akan pernah berasa bersyukur,
kerena selalu merasa kurang. Dia selalu memandang ke atas, dan seolah tidak rela melihat
orang lain memiliki kelebihan melebihi dirinya. Maka hapuskanlah terlebih dahulu sikap cintai
dunia, sehingga dengki  menghilang Rasulullah bersabda,:“Tidak boleh dengki kecuali kepada
dua orang. yaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian membelanjakannya di jalan
yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan
dengannya dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

3. Menjauhkan Diri dari Sifat Amarah dan Keras Hati.

Bila marah telah timbul dalam hati manusia, kadangkala manusia bertindak tanpa
pertimbangan akal. Jika akal sudah lemah, tinggallah hawa nafsu. Dan syaitan pun leluasa
melancarkan serangannya, lalu mempermainkan diri manusia. Ibnu Qudamah dalam Minhajul
Qashidin menyebutkan bahawa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami akan
membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.”

4. Memupuk Sifat Pemaaf.

“Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari
orang-orang yang bodoh.” Surah Al-A’raf : 199.

Allah sang Khaliq, Maha Pemaaf terhadap hambaNya. Tak kira sebesar gunung atau sedalam
lautan kesalahan seorang hamba, jika dia bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan
membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Kita sebagai manusia yang lemah, tidak sepatutnya
berlaku sombong, dengan tidak mahu memaafkan kesalahan orang lain, sebelum dia meminta
maaf. Insya Allah, dengan begitu, hati akan lebih terasa lapang.

Rasulullah bersabda,“Bertakwalah kepada Allah di mana engkau berada, tindaklanjutilah


kesalahan dengan kebaikan, nescaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan
bergaulah dengan manusia lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Hakim dan At-Tirmidzi).
5. Husnuzon (Berprasangka Baik).

Allah berfirman:“Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya


sebahagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain,
dan janganlah sebahagian kalian mengejek sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.” (QS. Al-Hujurat : 12). Adakalanya seorang muslim berburuk sangka terhadap
seorang muslim lainnya sehingga dia memperkecilkan orang lain. Dia mengatakan macam-
macam tentang orang lain, dan mengatakan dirinya lebih baik.Tentu, perkara ini  yang tidak
benar. Setiap muslim harus mengawasi diri terhadap titik-titik  yang cenderung untuk
memancing tuduhan, agar orang lain tidak berburuk sangka kepadanya.

6. Ikhlaskan Diri.

Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi cukup berat untuk dilakukan. Orang
yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya kepada Allah. Dia tidak memiliki jiwa yang
bersifat duniawi. Apabila Allah mengujinya dengan kenikmatan, maka dia bersyukur. Bila Allah
mengujinya dengan kesusahannya pun, dia bersabar. Dia selalu percaya bahawa Allah akan
sentiasa memberikan yang terbaik kepada hambaNya. Orang yang ikhlas akan lebih mudah
menangani hatinyanya untuk selalu menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Hanya
kepadaNyalah dia mengantungkan harapan.

Memaafkan  adalah bentuk rasa cinta yang tertinggi dan yang terindah, Sebagai balasannya kita
akan menerima kedamaian dan kebahagiaan yang tak terhingga.Kadangkala, sulit membiarkan
cinta membimbing kita pada saat hati kita disakiti oleh orang lain. Tetapi, biarpun luka hati itu
kecil atau besar kita tidak akan boleh benar-benar bahagia sebelum memberi maaf.

Tugas 2.2. Coba Anda gali informasi lebih jauh mengenai spiritualitas yang berdasarkan pada
fitrah Allah tersebut, kemudian hubungkan dengan fenomena spiritualitas yang berkembang
di masyarakat. Bagaimana sikap Anda?

Jawaban:

Allah telah menetapkan apa yang dibutuhkan oleh ruh kita agar selalu dalam garis yang di
ridhoinya. Tetapi pada zaman sekarang, karena godaan-godaan yang sifatnya duniawi, banyak
manusia yang melanggar atau ingkar dengan larangan Allah. Mereka tidak menjalankan
perintah-perintah-Nya dan selalu membuat Allah kecewa. Keadaan tersebut seharusnya
membuat kita merasa prihatin, bagaimana tidak kita lupa akan kebutuhan akhirat padahal kita
sendiri tidak tahu kapan usia kita dan nafas kita akan berakhir. Dan tentu sudah menjadi tugas
kita untuk saling mengingatkan agar bersama-sama kembali ke jalan yang benar.
Tugas 2.3. Amati foto di atas. Dari uraian terdahulu dapat dikatakan bahwa Tuhan adalah
hasil kreativitas umat manusia. Ia adalah gagasan yang dibuat sebagai pemberi harapan,
motivasi, dan penangkal kesusahan hidup. Di samping itu, Tuhan adalah gagasan untuk
memperpendek proses berpikir terkait dengan belbagai hal yang tak terjangkau oleh nalar
manusia. Coba Anda gali lebih jauh teori-teori sosial dan wacana mengenai hal tersebut.
Tuangkan ke dalam esai pendek untuk kemudian didiskusikan di kelas.

Jawaban :

Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan
meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan
pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan
merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta.
Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri.

Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang
berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya),
Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia
(mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta
bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak
berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar
yang dapat direnungkan". Banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang
mengembangkan argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.

Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Dinamisme adalah
kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat
memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup.
Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Totemisme
adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan
supranatural.

Tugas 2.4. coba Anda diskusikan dengan kelompok belajar Anda kemudian buatlah
argumentasi dalam tulisan tentang benda-benda alam semesta tersebut degan
menghubungkan dengan Asmaul Husna, ayat-ayat al-Quran dan Hadist, temukan sebuah
kesimpulan bahwa kelahiran atau hasil ciptaan yang bermacam-macam tersebut hakikat asal
hanya Esa.

Jawaban :
Ayat Al-Quran yang membahas tentang hal tersebut, diantaranya :

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS.
Al Anbiyaa', 21: 30) 

"Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak
ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya) dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (QS. Al Furqan, 25: 2) 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan." (QS. Al Baqarah, 2:164) 

"Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha-suci Allah Tuhan semesta alam." (QS. Al A'raaf, 7:54)

"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia
meninggikan bangunannya lalu me-nyempurnakannya." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-28)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergan-tinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imran, 3:
190-191)

"Allah lah yang manjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan
membentuk kamu lalu membaguskan rupa-mu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian
yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Mahaagung Allah, Tuhan semesta
alam." (QS. Al Mu'min, 40: 64)

"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurun-kan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki
untukmu.... Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah
memberimu (keperluanmu) dari segala yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Se-sungguhnya manusia itu,
sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS Ibrahim, 14: 32-34) 

"Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi
minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya)
kamu meng-gembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-
tanaman; zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS. An
-Nahl, 16: 10-11)

Hadist yang membahas tentang hal tersebut, diantaranya :

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun sebelum Dia
menciptakan langit dan bumi.” (H.R. Muslim)

“Allah telah menulis taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan
bumi, dan ketika itu ‘Arsy-Nya ada di atas air.” (H.R. Muslim)

“Maka dengan demikian, telah diketahui bahwa zaman itu telah ada lebih dahulu sebelum Allah
menciptakan matahari dan bulan, juga sebelum Allah menciptakan malam dan
siang.” (Lihat, Daqa’iqut Tafsir, III:228).

Kaitannya dengan Asmaul Husna :

Setiap nama dari nama- nama Allah yang baik mengharuskan adanya pengaruh dari penciptaan
dan pengaturan alam semesta.

 Nama Allah “Al-Hamid Al-Majid” (Yang Maha Terpuji) mencegah dari ditinggalkannya


manusia dalam keadaan sia-sia, tidak diperintah dan tidak dilarang, tidak diberi pahala
atau siksa.
 Nama Allah “Al-Malik” (Yang Maharaja) dan “Al Hayyu” (Yang Mahahidup) mencegah
dari ditiadakannya perbuatan dari Allah. Bahkan hakikat kehidupan itu sendiri adalah
perbuatan, setiap yang hidup itu pasti berbuat. Keberadaan Allah Ta’ala sebagai Sang
pencipta dan Yang Maha Berdiri Sendiri merupakan konsekuensi dari hidupnya.
 Nama Allah “As-Samii” (Yang Maha Mendengar) dan “Al-Bashir” (Yang Maha Melihat)
mengharuskan ada yang Dia dengar dan Dia lihat.
 Nama Allah “Al-Khaliq” (Yang Maha Mencipta) mengharuskan adanya makhluk ciptaan-
Nya.
 Nama Allah “Ar -Razzaq” (Yang Maha Memberi Rezeki) dan “Al-Malik” (Yang Maha
Merajai) mengharuskan adanya kerajaan, pengaturan, pemberian dan pencegahan,
kebaikan, keadilan, pahala dan siksa.
 Nama Allah “Al-Barru” (Yang Mahabaik), “Al-Muhsin” (Yang Mahabaik), “Al-
Mu’thi” (Yang Maha Memberi) dan “Al-Mannan” (Yang Maha Memberi) dan selainnya
mengharuskan adanya pengaruh dan dampaknya.
 Nama Allah “Al-Ghaffar” (Yang Maha Mengampuni), “At-Tawwab” (Yang Maha
Menerima Taubat), “Al-‘Afwa” (Yang Maha Memaafkan) mengharuskan adanya
perbuatan dosa manusia yang diampuni-Nya, adanya taubat yang diterima, dan
kejahatan yang dimaafkan, demikianlah keadaan semua nama Allah yang baik.

Barangsiapa yang merenungkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dalam alam semesta, maka hal
tersebut akan menunjukkan hamba kepada iman tentang kesempurnaan Rabb Ta’ala dalam
nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan Allah yang terpuji. Allah Ta’ala,
dalam setiap takdir-Nya memiliki hikmah yang mendalam, tanda-tanda kekuasaan-Nya yang
jelas dan pengenalan kepada hamba-Nya tentang nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Selain itu,
menyeru mereka untuk mencintai, mengingat, bersyukur, dan beribadah kepada-Nya dengan
nama-nama-Nya yang baik.

Tugas 2.5. keimanan seseorang bertingkat-tingkat dan mengalami pasang surut seperti sinyal
handphone. Ada kalanya seseorang dapat mencapai tingkat keimanan yang tinggi seperti
sinyal handphone yang baru dicharge, namun ada kalanya seseorang memiliki keimanan yang
rendah seperti baterai handphone yang ngedrop.

Coba Anda lakukan identifikasi gejala-gejala penurunan kadar spiritualitas! Apa faktor
penyebabnya? Apa dampaknya? Bagaimana mengembalikannya sehingga full-charging?
Susun dalam tabel, sajikan di forum diskusi kelas Anda! 

Jawaban :

PENYEBAB SPIRITUALITAS MENURUN


Spiritualitas seseorang tidak selamanya naik tetapi terkadang menurun. Spiritualitas
seseorang menurun dikarenakan beberapa faktor. Diataranya :
 Faktor yang pertama, dikarenakan faktor eksternal yaitu perkembangan zaman ke arah
modern. Yang mana di era modern ini spiritualitasnya menurun. Faktor eksternal ini
mempengaruhi hati nurani atau spiritual. Seringkali seseorang tidak menyeleksi terlebih
dalu saat menerima kebudayaan yang baru. Sehingga mereka langsung meniru dan
menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan entah itu berdampak positif atau
negatif.
 Faktor yang kedua yaitu karena lingkungan yang kurang baik. Lingkungan juga
mempengaruhi penurunan spiritualitas karena di lingkunganlah seseorang berinteraksi
dan akhirnya juga akan terpengaruh.
 Faktor yang ketiga adalah kesibukan. Dengan tidak adanya waktu luang, seseorang
justru meninggalkan kewajibannya yang berhubungan dengan spiritualitas. Mereka
dengan kesibukannya sendiri mengakibatkan kualitas spiritualitasnya menurun.

DAMPAK SPIRITUALITAS MENURUN


Penurunan spiritualitas menjadikan seseorang bermalas-malasan atau enggan
melakukan ajaran dan kewajiban-kewajiban yang telah di tentukan dalam agamanya. Ia akan
cenderung lebih sering merugikan dirinya sendiri dan orang lain karena ketidak teraturannya
dalam menjalani hidup. Mereka cenderung tidak takut terhadap Allah sebagai Tuhannya.

CARA MENGEMBALIKANNYA SEHINGGA FULL CHARGING    


 Cara mengembalikan spiritualitas yang menurun adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah,
dengan memperbanyak membaca Alqur’an dan melakukan segala apa yang diperintahkan-Nya.
 Perbanyak istighfar dan selalu ikhlas.
 Untuk mahasiswa pendidikan agama Islam harus lebih ditekankan.
 Sesorang lebih bias memisahkan kegiatan yang penting dan tidak penting agar tidak selalu sibuk
dan agar bias focus dalam kegiatan spiritualnya.

Tugas 2.6 Coba Anda berikan beberapa formulasi yang menunjukkan “kerja” konkret
peniruan akhlak Tuhan sekaligus menjadi sikap dan kontribusi Anda untuk perbaikan diri,
masyarakat, dan bangsa Anda!

Jawaban:

- Bekerja keras
- Menjadikan Asmaul Husna sebagai Pedoman
- Selalu berlaku jujur dalam setiap hal
- Rajin belajar memperluas ilmu agama
- Meneladani Rasulullah
- Menjadikan Al-Quran ssebagai pedoman hidup
- Senantiasa menjaga hawa nafsu
- Berperilaku terpuji
- Tidak mudah puas dalam menuntut ilmu
- Tolong menolong
- Bijaksana dalam menyikapi suatu hal
- Dan lain-lain.

Tugas 2.7. Bagaimana implementasi visi Ilahi, kebertuhanan, dan spiritualitas dalam
lingkungan akademik dan profesional? Anda harus merumuskan tanggung jawab akademik
Anda mengenai hal itu! Rumuskan dalam esai pendek! Komunikasi kepada teman-teman
Anda pada diskusi kelompok dan kelas!

Jawaban :

Dalam kehidupan sosial, kita berkomunikasi dan sosialisasi satu sama lain. Dan dalam
sosialisasi itu kita harus melakukan segalanya atas dasar kebertuhanan. Kalau tidak, segala yang
kita lakukan tidak akan menjadi berkah. Semua yang kita lakukan tidak akan berjalan sesuai
rencana. Bahkan bisa saja gagal. Begitu juga dalam lingkungan akademik. Dalam lingkungan
akademik semua yang harus dilakukan haruslah atas nama pendidikan. Namun, bila kita hanya
mengandalkan nafsu duniawi saja, maka kita tidak akan mendapatkan berkah dari apa yang kita
lakukan. Termasuk dalam meraih apa yang dicita citakan. Oleh karena itu, dalam melakukan
aktivitas kita sehari hari, haruslah semuanya atas dasar meraih pahala yang lebih besar. Dengan
itu, in shaa Allah semua tindakan kita akan menjadi berkah dan tentunya, tidak akan merugikan
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai