Pembelajaran Daring dan Luring yang terkait dengan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di
SDN 13 Terentang
DOSEN PENGAMPU : Dewi Putri Anggraeni, M.Pd
MATA KULIAH : Bahasa Indonesia Kelas Rendah
DI SUSUN OLEH :
NAMA : Rahmiatillaila
NIM : 12010085
KELAS : 3C
Rahmiatillaila
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masyarakat di Indonesia bahkan hampir seluruh masyarakat di dunia telah diresahkan
dengan munculnya virus menular yang terdeteksi pertama kali muncul di kota Wuhan,
Cina yaitu virus Corona atau yang biasa disebut dengan COVID19.
Pada tanggal 17 Maret 2020 pemerintah mengeluarkan Surat Edaran yang berisi tentang
himbauan kepada seluruh masyarakat untuk menunda kegiatan di dalam maupun di luar
rungan pada semua sektor demi mengurngi penyebaran virus corona terutama di bidang
pendidikan. Menanggapi aturan tersebut, masyarakat yang hendak melangsungkan
berbagai macam acara adat maupun kegiatan lainnya harus rela menunda maupun
membatalkan acara demi kepentingan bersama. Selain itu, kegiatan seperti bekerja di
kantor maupun aktifitas pendidikan di sekolah harus dilaksanakan secara jarak jauh.
Menanggapi penyebaran virus corona yang tidak kunjung berkurang, pada tanggal 17
Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020. Pada Surat Edaran dijelaskan bahwa
proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi pesera didik. Pembelajaran daring
maupun pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif cara agar capaian materi
pembelajaran yang sudah disusun oleh pihak sekolah bisa terlaksana.
Pada pelaksanaannya, pembelajaran daring banyak menuai keluhan baik dari pihak siswa,
orang tua siswa maupun dari guru yang menjalankan pembelajaran daring. Keluhan dari
siswa salah satunya yaitu belum terbiasanya menggunakan hp dalam penyampaian tugas
sehingga siswa kurang dapat memahami materi pelajaran. Sedangkan keluhan dari orang
tua beberapa diantaranya yaitu kebutuhan meningkat untuk membeli kuota dan kurang
pahamnya akan materi ketika membimbing belajar anak. Adapun keluhaan dari pihak
guru dengan diberlakukannya pembelajaran daring yaitu sulitnya penyampaian materi
kepada siswa, banyak siswa yang tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran daring,
terbatasnya fasilitas untuk memberikan pembelajaran kepada siswa, capaian materi siswa
tidak tercapai dan banyak hal lain. Akan tetapi walaupun banyak keluhan yang muncul,
pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang harus dilakukan guna mencegah
penyebaran virus corona.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembelajaran daring yang di terapkan oleh SDN 13 Terentang?
2. Apakah Menurut ibu pembelajaran daring pada mata pelajaran Bahasa Indonesia bisa
dikatakan efektif?
3. Bagaimana cara mewujudkan pembelajaran daring yang efektif danmenyenangkan?
4. Kesulitan apa yang ibu rasakan saat mengajar Pembelajaran Bahasa Indonesia Secara
daring dan luring?
5. Tugas seperti apa yang ibu berikan kepada siswa?
6. Bagaimana perbedaan antara mengajar secara luring dan secara daring dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia kepada sisiwa,?
Bab II Pembahasan
Pada hari Selasa, 2 November 2021, saya melakukan wawancara bersama bapak Syarif
Japar S.Pd mengenai Pembelajaran Daring dan Luring yang terkait dengan Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SDN 13 Terentang.
Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan
aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial.
Sedangkan sistem pembelajaran luring, merupakan sistem pembelajaran yang memerlukan tatap
muka.
Setidaknya ada 3 kesulitan yang saya temukan dalam pembelajaran sistem Daring
dan Luring antara lain:
Pertama, jaringan internet yang lemot. Sistem pembelajaran Daring dan Luring
dapat berjalan efektif jika jaringan internetnya bagus. Sebaliknya, ketika jaringan
internetnya jelek/buruk, maka secara otomatis proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
online pasti terhambat.
Belum lagi ada peserta didik yang membuat alasan yang mengada-ada. Artinya,
banyak juga peserta didik yang mengatasmanakan jaringan jelek lalu mengurung niatnya
mengikuti kegiatan pembelajaran online. Hal ini sangat mungkin terjadi. Apalagi Kepala
Sekolah dan guru-guru tidak dapat mengontrol secara langsung keberadaan mereka di
rumah.
Kedua, kuota internet terbatas. Orang tua yang terkena dampak Covid -19 pasti
akan kesulitan untuk membeli kuota internet. Terutama orang tua yang secara ekonomi
tidak memadai. Hal ini perlu dipikirkan secara matang oleh pihak sekolah dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kasihan juga orang tua. Mereka sudah
terbebani karena di-PHK oleh perusahaan, ditimpal lagi oleh beban keharusan membeli
kuota internet.
Ketiga, KBM tidak efektif. Sistem pembelajaran Daring dan Luring tentu tidak
seefektif pembelajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Misalnya
pengurangan jam mengajar. Guru-guru yang biasanya mengajar 4 jam di sekolah,
terpaksa hanya mengajar selama satu jam.
E. Tugas yang diberikan kepada siswa
Sistem belajar daring harus mengacu prinsip mudah, murah, dan bisa dilakukan
oleh siswa seperti laporan kegiatan sehari-hari di rumah. Sehingga pembelajaran itu tidak
kemudian membebani siswa atau otang tua. Inti pembelajaran daring adalah memberi
kemudahan siswa serta berprinsip orang tua tidak terbebani. Inilah yang menjadi
tantangan guru, dengan kata lain menantang kreativitas guru dan inovasi guru.Layanan
pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian dalam
perkembangan mereka secara optimal, berkualitas, dan mandiri serta dapat berpartisipasi
baik pada situasi kondisi yang dihadapi. Namun, hal ini belum tentu sejalan dengan
realita yang ada, karena masih banyak siswa berkebutuhan khusus masih minim
memahami fasilitas daring yang digunakan sehingga sangat membutuhkan pendampingan
dalam penggunaannya.Selaras dengan diperpanjangnya waktu pembelajaran daring, wali
murid mulai merasa kerepotan dengan tugas-tugas dari guru Khususnya, wali murid atau
orang tua siswa berkebutuhan khusus, sebagai wali murid memiliki peran yang sangat
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas daring. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali
murid siswa berkebutuhan khusus, terungkap bahwa pembelajaran dirasa tidak efektif
karena siswa menganggap “rumah adalah tempat untuk bermain dan bersantai”. Selain
itu, salah satu ciri siswa berkebutuhan khusus adalah membutuhkan “sentuhan nyata”
dalam memahami informasi. Hal ini menyulitkan siswa berkebutuhan khusus untuk bisa
membayangkan dan meresapinya. Kendala lain adalah bagi wali murid yang tidak akrab
dengan teknologi juga agaknya turut pening dengan pembelajaran daring yang serba
digital.Hal yang menjadi masalah adalah jika orang tua siswa sedang bekerja di waktu
siswa harus melaksanakan pembelajaran daring sehingga siswa tidak memiliki fasilitas
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, masalah lain adalah latar belakang
kondisi perekonomian keluarga siswa yang berbeda. Siswa yang keluarganya berada pada
kondisi ekonomi menengah ke bawah sebagian besar tidak memiliki fasilitas penunjang
belajar. Siswa yang tidak memiliki perangkat android terpaksa harus mengerjakan tugas
secara manual dan terkadang terlambat dalam mengumpulkan tugas tersebut.
Kedua, kesulitan dalam mengakses jaringan internet. Akses internet akan lebih
mudah dijangkau jika posisi siswa saat belajar berada pada lokasi yang strategis dalam
mengakses jaringan internet. Ketiga, ketiadaan kuota yang dibutuhkan dalam mengakses
jaringan internet. Kuota merupakan hal utama yang harus dimiliki siswa dalam
mengakses internet selama pembelajaran daring. Dalam menggunakan aplikasi penunjang
belajar siswa biasanya menghabiskan kuota lebih banyak dari biasanya.
F. Strategi atau cara khusus yang digunakan dalam mengajar Bahasa Indonesia
selama pembelajaran daring dan pembelajaran luring.
Strategi yang dilaksanakan guru tersebut tidak seluruhnya berjalan lancar. Tentunya
terdapat hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut diantaranya (1)
menurut siswa berkebutuhan khusus, belajar itu di sekolah bukan di rumah, (2)
berubahnya sikap atau moody, (3) tidak semua orang tua memiliki alat komunikasi, (4)
orang tua sibuk bekerja sehingga kurang waktu untuk memperhatikan dan mendampingi
anaknya belajar, (5) orang tua merasa kesulitan menghadapi sikap anak yang berubah
atau moody, (6) guru tidak bisa memantau secara keseluruhan kegiatan siswa, dan (7)
guru merancang pembelajaran berdasarkan catatan refleksi dari orang tua dan berbeda
waktu setiap harinya.
Guru dan siswa menyiapkan semua yang diperlukan, proses ini disebut in. Pada
pertemuan berikutnya guru memberikan pembelajaran yang sudah dipersiapkan, proses
ini disebut on. Dari hasil pertemuan tersebut akan di in kembali dan akan diterapkan pada
saat on pada pertemuan selanjutnya. Demikian seterusnya.
Bab III Penutup
Kesimpulan
pembelajaran daring guru dan peserta didik menggunakan metode guru datang ke rumah murid
ataupun murid yang datang ke rumah guru nya.
berlangsung. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring ini guru lebih sering datang ke rumah
murid untuk berkomunikasi dengan peserta didik dan orang