Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fathinul Nabila

NIM : 25000117120071

Intervensi Kasus Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Di RT 03 RW 01, Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 374/MENKES/PER/III/2010


tentang Pengendalian Vektor menyebutkan bahwa penyakit yang ditularkan melalui
vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau
kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat,
sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor. Salah satu
penyakit yang saat ini sering menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa (KLB)
yaitu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).1
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi menular berbasis
lingkungan disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus dengan serotipe
DENV-1,2,3 dan 4. Virus dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.
Transmisi virus masuk ke tubuh manusia saat nyamuk betina menghisap darah.
Penderita dinyatakan DBD apabila gejala yang mendukung diikuti hasil pemeriksaan
Antigen Non Struktural 1 (NS1) positif serta penurunan trombosit <100.000/mm 3 dan
hematokrit (peningkatan kekentalan darah). Keadaan ini akan mengakibatkan
pendarahan hebat pada penderita yang berpotensi pada kematian.2,3
Angka kasus DBD di Indoensia secara nasional selalu tergolong tinggi. Pada
tahun 2018 tercatat 65.602 kasus dengan 467 kematian. Pada tahun 2019 meningkat
dengan jumlah yang tercatat 138.127 kasus dengan 919 kematian. Sampai
pertengahan tahun 2020, pada bulan Juli angka kasus DBD yang tercatat sejumlah
71.633 kasus dengan jumlah kematian mencapai 459 kematian. Keadaan ini masih
berpotensi untuk meningkat melihat pada bulan Oktober-Desember mulai awal musim
penghujan di Indonesia.3
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sukoharjo masih cukup
tinggi berdasarkan data Dinas Kesehatan Sukoharjo dari tahun 2016-2018. Angka
kejadian DBD pada tahun 2016 sebanyak 558 kasus (13 orang meninggal) dengan IR
62,4/100.000 dengan CFR 0,023%. Tahun 2017 mengalami penurunan tercatat 115
kasus (2 orang meninggal) dengan IR 35,4%/100.000 dan CFR 0,017%. Tahun 2018
kasus mengalami penurunan tercatat 35 kasus tidak ada kasus meninggal dengan IR
3,9%/100.000 an CFR 0,74%. Data penderita DBD pada UPT Puskesmas Sukoharjo
tahun 2015 sebanyak 26 kasus IR 0,05%.4 Kecamatan Mojolaban selalu memasuki
wilayah dengan kasus DBD tinggi di Kabupaten Sukoharjo.4,5
Pengendalian perlu segera dilakukan mengingat faktor yang mempengaruhi
kejadian DBD ialah manusia, virus dengue, nyamuk Aedes, lingkungan fisik dan
lingkungan biologis Pencegahan dan Pengendalian DBD perlu rutin dilaksanakan
dari lingkup terkecil yaitu rumah dan lingkungan sekitar. Intervensi kasus kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RT 03 RW 01, Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo
harapannya menjadi langkah awal pengendalian yang lebih masif bagi masyarakat
serta kasus DBD tidak terulang kembali.
B. ISI
1. Identifikasi Masalah
a. Survei Pendahuluan
- Sebelumnya telah dilakukan survei jentik bulan Juni 2020
- Dari 10 rumah terdapat 6 rumah positif larva , rata-rata larva 3-8 setiap
rumah
- Potensi breeding place : Bak mandi dari semen (terbuka) di dalam rumah,
Ember penampungan air terbuka dan atau tertutup di dalam rumah serta luar
rumah
b. Survei Kasus
- Agustus 2020
- Dalam 5 tahun terkahir dalam 1 RT yang terdiri dari 40 KK terdapat 3 Kasus
positif DBD yang didominasi anak-anak usia sekolah dasar. Tidak ada
kematian, namun salah satu penderita mengalami penurunan trombosit
<100.000/mm3 yang artinya keadaan pasien berpotensi mengalami pendarahan
hebat pada tubuhnya.
- Survei kasus dilakukan dengan wawancara secara non-formal kepada
keluarga yang mendampingi penderita.
c. Survei Lingkungan
- Bulan Agustus 2020
- Selokan air tergenang, sampah berserakan di lingkungan (breeding site)
- Ditemukan nyamuk beraktivitas disekitar tanaman perdu, semak (resting
area)
- Survei lingkungan dilakukan dengan menentukan tempat-tempat berpotensi
perkembangbiakan nyamuk di sekitar rumah penderita.
d. Survei Jentik
- Bulan Oktober 2020
- Keberadaan jentik di tempat penampungan air terdapat 2/10 rumah yang
positif larva.
2. Kerangka Teori

Selokan air tergenang


Membuang sampah
sembarangan Keberadaan jentik Keberadaan vektor
Wadah-wasdah
penampugan air
Gigitan nyamuk Ae.
Aegypti infeksius

Kejadian Demam
Berdarah

C. METODE
1. Kerangka Konsep
Senam Jumantik
Manajemen Lingkungan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Pemberian materi tentang
Perubahan Perilaku
penyakit DBD
dan Peningkatan
pengetahuan Kesehatan
meningkat
Kasus DBD Edukasi
(kasus
Kesehatan Lingkungan bersih DBD
dan terawat turun)
2. Rencana Intervensi

3. Rancangan Intervensi
Tahap I Oberservasional
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada penderita untuk
mengetahui lebih dalam riwayat alamiah penyakit penderita kasus DBD berdasarkan
tempat dan waktu di RT 03/Rw01 Desa Bekonang.
Tahap II Eksperimental
Kegiatan ini dilakukan dengan (pretest-post test with control group) dimana yang
menjadi kelompok kontrol dan kelompok sasaran ialah seluruh anak-anak sekolah
dasar di RT 03/ RW 01 desa Bekonang. Dilakukan pre-test sebelum aksi, kemudian
dilakuan post test setelah aksi.
Setelah mengidentifikasi masalah dan menentukan konsep, maka kegiatan intervensi
diantaranya :
a. Senam Jumantik  senam jumantik dipilih untuk memperkenalkan penyakit
DBD dan vektor nyamuk melalui musik dan gerakan yang tentunya informasi dari
lirik lagu senamn Jumantik akan mudah diterima oleh anak-anak serta
menyenangkan
b. Menyampaikan materi mengenai penyakit DBD dan nyamuk Aedes aegypti
 penyampaian materi diberikan untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman yang lebih mengenai penyakit
c. Menyusun puzzle siklus hidup nyamuk
d. Praktik melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M
(Menguras, mengubur dan menutup) tempat- tempat potensial
perkembangbiakan nyamuk
e. Kuis  dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman kelompok sasaran
setelah pemberian materi dan praktik
4. Kerangka Kerja Intervensi
Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pengendalian Vektor. Jakarta :
Kemenkes RI. 2010. [Dilihat pada 16 Juli 2020]

2. Kemenkes RI. Buletin Jendela Epidemiologi : Demam Berdarah Dengue. Pusat Data dan
Surveilans Epidemiologi. Jakarta : Kemenkes RI. 2010; 2 :1.

3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta : Kemenkes RI; 2019

4. Dinkes Sukoharjo. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2018. Sukoharjo : Dinas


Kesehatan Sukoharjo; 2019

5. Solopos. Tetap Waspada! Kasus DBD Sukoharjo Tinggi Di Tengah Pandemi Covid-19.
Surakarta : Solopos. 2020. Diambil dari : https://www.solopos.com/tetap-waspada-kasus-
dbd-sukoharjo-tinggi-di-tengah-pandemi-covid-19-1056447 [diakses pada 16 Juli 2020]

Anda mungkin juga menyukai