Anda di halaman 1dari 54

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menghubungkan antara teori dan kasus dari
hasil studi kasus pada Ny. E umur 33 tahun G2P1A0 sejak usia kehamilan 38
minggu 5 hari sampai 42 minggu dan Ny.L umur 28 tahun G 2P1A0 sejak usia
kehamilan 38 minggu 2 hari hingga nifas 6 minggu di PMB Hj. Lisnawati, S.ST
Kota Cilegon Periode Januari 2021- Februari 2021.
Penulis melakukan langkah awal pada saat pasien datang yaitu dengan
menyambut pasien dengan 5 S senyum, sapa, salam, sopan dan santun. kemudian
pasien dikaji mulai dari nama, umur, suku/kebangsaan, agama, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan alamat klien, penulis juga menanyakan nama suami,
umur suami, suku/kebangsaan suami, agama suami, pendidikan suami, pekerjaan
suami, penghasilan suami dan alamat rumah suami. Gunanya data diri klien
adalah sebagai sumber informasi penulis tentang klien dan sebagai penguat atau
dokumentasi.
A. Masa Kehamilan
Usia Ny.E saat hamil yaitu 33 tahun, hal ini sesuai dengan teori
(Affandi, 2012) bahwa kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya risiko paling
rendah untuk ibu dan anak adalah antara 20 – 35 tahun.
Pada ANC ini dilakukan 2 kali. Kunjungan pertama tanggal 8 Februari
2021 Ny E Mengeluh susah tidur dan kunjungan kedua tanggal 15 Februari
2021 tidak ada keluhan, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Hal
ini sesuai dengan teori (piliteri,2010) yang menyatakan Gangguan pola tidur
pada ibu hamil sering dirasakan saat kehamilan TM II dan TM III, hal
tersebut terjadi karena perubahan adaptasi fisiologis dan psikologis,
perubahan fisiologis yang dialami ibu hamil, dikarenakan bertambahnya usia
kehamilan seperti pembesaran perut, perubahan anatomis dan perubahan
hormonal.
Riwayat menstruasi ibu yaitu menarche pada usia 14 tahun, tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik hal ini sesuai dengan teori (Walyani,
2015 :120) yang menyatakan bahwa usia pertama kali mengalami menstruasi
wanita pertama haid bervariasi antara 12-16 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh
keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum.
Siklus menstruasi ibu adalah 28hari/teratur, tidak ada kesenjangan
anatara teori dan praktik hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 2015 :120)
yang menyatakan bahwa siklus haid terhitung mulai hari pertama haid hingga
hari pertama haid berikutnya, siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien mempunyai kelainan siklus haid attau tidak. Siklus normal haid
biasanya 28 hari.
Lamanya haid normal menstruasi ibu adalah ± 7 hari. Tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik. Hal ini sesuai dengan teori (Walyani,
2015 :120) apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhinya.
Volume darah menstruasi ibu yaitu banyaknya 2-3 kali mengganti
pembalut, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik hal ini sesuai dengan
teori (Walyani, 2015 :120) apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti ttelah
menujukan gejala kelainan banyaknya darah haid.
Riwayat nyeri haid ibu ada. Tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 215 :120). Nyeri haid juga
menjadi tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat seingga
menimbulkan nyeri haid (Dismenorhoe).
Riwayat perkawinan Ny. E adalah ini adalah kawin yang pertama
dengan Tn. B, lamanya perkawinan Ny. E dan Tn. B adalah 8 tahun usia Ny.
E pada saat menikah adalah 20 tahun dan usia Tn. B adalah 23
tahun.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Ny. E adalah pernah
melahirkan satu kali anak yang pertama pada tahun 2013 tempat partus anak
pertama di posyandu usia kehamilan cukup bulan, jenis persalinan normal,
penolong bidan, tidak ada penyulit, berjenis kelamin anak pertama
perempuan, berat badan lahir anak pertama 3500 gram. Keadaan sekarang
sehat dan keadaan nifas normal.
Ibu mengatakan HPHT 13 mei 2020, dilakukan penghitungan
tafsiran persalinan dengan menggunakan rumus Neagle yaitu 20 februari
2021, sesuai dengan teori bahwa untuk menghitung perkiraan persalinan
dengan menggunakan rumus Neagle yaitu : Hari +7, bulan -3, tahun +1 dan
hari +7 bulan +9, tahun +0 (Manuaba, 2010).
Usia kehamilan ibu 38 minggu 5 hari dan 39 minggu 5 hari di hitung
dari HPHT 13 mei 2020. Hal ini sesuai dengan teori (Prawiroharjo, 2012) yang
menyatakan usia kehamilan bisa di hitung dari HPHT.
Berdasarkan buku Kesehatan Ibu dan Anak yang ibu miliki, ibu
melakukan kunjungan sebanyak 8 kali selama hamil tiga kali pada kehamilan
trimester pertama, dua kali pada kehamilan trimester dua, tiga kali pada
kehamilan trimester tiga. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik hal
ini sesuai dengan teori (Ai Yeyeh & Yulianti, 2014) yang menyatakan bahwa
kebijakan program kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan, yaitu satu kali pada trimester pertama (umur kehamilan 0-
14 minggu), satu kali pada trimester kedua (umur kehamilan 14-28 minggu),
dan dua kali pada trimester ketiga (umur kehamilan 28-36 minggu dan sudah
minggu ke-36).
Pada kehamilan trimester pertama ibu terdapat keluhan mual,
muntah dan pusing. Dalam hal ini bidan telah memberikan konseling tentang
penkes fisiologis pada trimester I. pada trimester II ibu tidak ada keluhan dan
pada trimester III ibu tidak ada keluhan. Ny.E merasakan gerakan janin
dimulai pada usia kehamilan 16 minggu tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2014). bahwa gerakan
janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru
dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16 - 20 minggu karena di usia
kehamilan tersebut, dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi
lebih kuat.
Ny. E mengatakan selama kehamilan ini tidak mendapatkan
imunisasi TT hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik sesuai
dengan teori imunisasi Tetanus Toxoid (TT) diberikan rutin saat pelayanan
antenatal dengan interval 4 minggu setelah penyuntikan pertama. Selama
kehamilan pemberian imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali untuk
mencegah tetanus (Kemenkes,2012). Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
bertujuan mencegah kematian ibu dan bayi akibat infeksi tetanus
(Bartini,2012).
Pola makan ibu yang baik yaitu 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan,
tempe, telur, sayuran, buah – buahan dan susu kacang kedelai. Hal ini sesuai
dengan teori Astuti (2014), yang menyatakan bahwa ibu hamil yang berada
pada status gizi baik dan terdapat kenaikan berat badan, sudah pasti ibu hamil
tersebut memperhatikan jumlah dan gizi nya selama hamil.
Dalam kebiasaan sehari-hari Ny. E istirahat 8 jam dalam 24 jam hal
ini sesuai dengan teori Romauli (2011:134-160) yaitu Wanita hamil
dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur karena dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembanagan dan pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selama
kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari selama
1 jam.
Ny E mengatakan Pola eliminasi yaitu Buang Air Besar 1 kali sehari,
Buang Air Kecil ±5 kali sehari. Pola Eliminasi pada saat hamil pun akan
berbeda, di trimester ke III ibu akan mengalami sering buang air kecil hal itu
adalah hal fisiologis, sering buang air kecil disebabkan karena adanya
pembesaran uterus yang mendesak kantung kemih sehingga kapasitasnya
berkurang. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan
ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi, tidak adaa
kesenjangan antara teori dan praktik hal ini sesuai dengan teori (Walyani,
2015)
Pada pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital saat Antenatal care
(ANC) pertama didapatkan hasil TD: 110/65 mmHg, S:36,3°C, Respirasi:
26x/menit, Nadi: 86x/menit, BB: 84 kg dan pada kunjungan kedua pada Ny.
E didapatkan hasil yaitu dalam batas normal. Yakni sesuai dengan teori
(Romauli, 2011:172), yaitu
a) Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila
tekanan dara meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih, atau
distolik 15 mmHg atau lebih, kelianan ini dapat berlanjut menjadi pre
eklamsia dan eklamsia kalua tidak ditangani dengan tepat.
b) Denyut nadi pada keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80 x/menit.
Jika denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami
salah satu atau lebih keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas
akibat masalah tertentu, perdarhan berat, anemia sakit/demam,gangguan
tyroid, gangguan jantung.
c) Pernafasan pada dasarnya pernafasan normal 16-24x/menit
d) Suhu tubuh yang normal 36,5-37,5 C. suhu tubuh lebih dari 37C perlu
diwaspadai adanya infeksi.
Ny. E selama kehamilan ini yaitu 9 Kg Kenaikan berat badan, hal ini
sesuai teori yang menyatakan bahwa Kenaikan berat badan rata – rata
adalah antara 6,5 sampai 16 kg (Saryono, 2010). Kenaikan berat badan pada
Ny. E pola makan ibu yang baik yaitu 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan,
telur, sayuran, buah – buahan dan susu. Tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik.
Setelah pemeriksaan umum, ibu dilakukan pemeriksaan khusus yaitu
pemeriksaan secara lengkap mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki
meliputi pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. Hal ini
ditunjang oleh keadaan ibu yang tidak pernah mengalami keluhan seperti,
sakit kepala hebat, pandangan kabur, bengkak pada wajah dan ekstermitas
yang termasuk dalam tanda bahaya kehamilan menurut (Walyani, 2015: 78)
Ibu dilakukan pemeriksaan abdominal pada umur kehamilan 38
minggu 5 hari dan 39 minggu 5 hari secara palpasi Leopold yaitu didapatkan
Leopold I teraba bulat lunak dan tidak melenting. Leopold II pada perut
sebelah kanan ibu teraba bagian – bagian kecil janin dan pada perut sebelah
kiri ibu teraba bagian tahanan memanjang seperti papan. Leopold III pada
bagian terendah janin teraba bulat, keras dan tidak dapat di goyangkan.
Leopold IV Divergen 4/5 pada umur kehamilan 38 mingggu 5 hari dan 3/5
pada umur kehamilan 39 minggu 5 hari. Dalam hal ini sesuai dengan teori
(JNPK-KR,2017) yang menyatakan bahwa Leopold I bertujuan untuk
menentukan TFU (tinggi fundus uteri) dan bagian janin yang ada difundus,
Leopold II bertujuan untuk mengetahui batas janin yang ada disebelah
kanan maupun kiri perut ibu dan menentukan letak punggung janin,
Leopold III bertujuan untuk menentukan bagian terbawah janin dan
menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas
panggul atau masih dapat digerakan, sedangkan Leopold IV bertujuan untuk
bagian janin mana yang terletak dibagian bawah, juga dapat menentukan
berapa bagian jauh telah masuk kedalam pintu atas panggul.
Pengukuran TFU ibu didapatkan Tinggi Fundus uteri pada masa
kehamilan 38 minggu 5 hari yaitu 30 cm dan 39 minggu 5 hari yaitu 32 cm,
hal ini sesuai dengan teori menurut (Rukiyah, 2009) bahwa TFU pada usia
kehamilan 36-38 minggu adalah 3 jari dibawah prosesus xipoideus (px).
Dan penghitungan taksiran berat badan janin yaitu Menghitung taksiran
berat badan janin dengan cara : (TFU dalam cm) - n (11/12/13) x 155 gram.
Bila kepala diatas spina ischiadica maka n = 13, bila kepala di spina
ischiadica maka n = 12. Bila kepala dibawah spina ischiadica maka n=11
(Kusmiyati, 2009).
Penulis juga melakukan penghitungan taksiran berat badan janin Ny. E
dengan rumus Hodge yaitu (30-11) x 155 = 2945 gram dan (32-11)x155 =
3255 gram. Hal ini sesuai teori (Safitri Maya, 2011) bahwa rumus
penghitungan TBBJ yaitu rumus tinggi fundus (cm) – N x 155, jika hodge
I: N= 13 bila kepala belum melewati PAP, hodge II : N= 12 kepala berada di
atas spina ishiadica, hodge III : N= 11 bila kepala berada di bawah spina
ishiadica.
Ny E dilakukan pemeriksaan DJJ dan didapatkan hasil 139 x/menit
pada masa kehamilan 38 minggu 5 hari dan 145x/menit pada masa
kehamilan 39 minggu 5 hari. Sedangkan pemeriksaan Denyut Jantung
Janin(DJJ) menyatakan normal frekuensi dasar denyut jantung janin
berkisar antara 120 - 160 x/m hal ini sesuai dengan teori ( Prawirohardjo,
2014 : 222).
Penulis melakukan pemeriksaan laboratorium, ditemukan kadar Hb
Ny.E yaitu 16,8 gram % pada ANC pertama . Hal ini sesuai dengan teori
(Walyani, 2015) yang menyatakan bahwa trimester pertama dan tiga adalah
> 11 gr% sedangkan untuk ibu hamil trimester dua yaitu 10,5 gr%.
Pada saat pemeriksaan protein urine, tidak terdapat kekeruhan. Hal ini
sesuai dengan teori Walyani, (2015) yang menyatakan bahwa pada
penetapan kadar protein dan urine dinyatakan berdasarkan timbulnya
kekeruhan, sedangkan pada pemeriksaan reduksi urine ibu tidak mengalami
perubahan warna. Hal ini juga sesuai dengan teori Walyani, (2015) yang
menyatakan bahwa pemeriksaan reduksi urine dinyatatakan normal apabila
larutan tidak memberikan warna yang berlainan (perubahan warna).
Pada pemeriksaan pertama dan kedua hasil pemeriksaan normal namun
untuk diagnose pemeriksaan Pertama Ny. E umur 33 tahun G2P1A0 usia
kehamilan 38 minggu 5 hari dan kedua Ny. E umur 33 tahun G2P1A0 usia
kehamilan 39 minggu 5 hari. Hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 2015)
yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini di lakukan
dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan diagnosis
yang akan di tegakan dalam diagnosis kebidanan intranatal dari
pengumpulan data.
Perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan adalah Melakukan
informed consent atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia
menandatanganin lembar persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting
untuk mendapatkan asuhan antenatal menurut (Saefudin, 2008) tenang
Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan,
Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan oleh bidan.
Mengajarkan ibu menghitung usia kehamilan agar ibu dapat
menghitung usia kehamilannya sendiri sehingga jika usia kehamilan sudah
masuk trimester III ibu dapat memprediksi jika adanya tanda dan gejala
persalinan adalah rasa sakit karena his datang lebih kuat, sering, teratur
dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. Keluarnya lendir bercampur
darah (blood show) karena robekan – robekan kecil pada serviks. Ketuban
pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapati perubahan
serviks (perlunakan, pendataran,dan pembukan serviks). Hal ini sesuai
dengan teori menurut (JNPK-KR, 2017).
Memberikan penkes tentang susah tidur Pada kunjungan ini Ny E
Mengeluh Mengeluh susah tidur, tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik. Hal ini sesuai dengan teori (piliteri,2010) yang menyatakan
Gangguan pola tidur pada ibu hamil sering dirasakan saat kehamilan TM II
dan TM III, hal tersebut terjadi karena perubahan adaptasi fisiologis dan
psikologis, perubahan fisiologis yang dialami ibu hamil, dikarenakan
bertambahnya usia kehamilan seperti pembesaran perut, perubahan anatomis
dan perubahan hormonal.
Selanjutnya klien diberikan KIE Kebutuhan Nutrisi : menganjurkan
ibu harus makan-makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi
meskipun tidak berarti makanan mahal. Gizi yang harus ditingkatkan hingga
3000 kalori. Dan mengonsumsi yang mengandung protein, zat besi, dan
minum cukup cairan (menu seimbang) hal ini sesuai dengan teori (Walyani,
2015).
Menganjurkan ibu untuk Istrirahat : menganjurkan ibu untuk
beristirahat yang cukup yaitu maksimal 8 jam / 24 jam, 8 jam pada malam
hari dan siang 1 jam hal ini sesuai dengan teori (Saifuddin, 2010) yaitu
Latihan Normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah
Menganjurkan ibu menjaga Personal hygine : memberitahu ibu
menjaga Personal hygiene ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti
mengganti pakaian dalam minimal 3xsehari dan mengajarkan cara cebok
yang benar yaitu dari arah depan kebelakang, mandi minimal 2xsehari, hal
ini sesuai dengan teori (Walyani, 2015) yaitu Menjaga kebersihan diri
terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan
cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
Selanjutnya memberikan KIE mengenai tanda bahaya kehamilan. Hal
ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2014 )yang menyatakan bahwa tanda
bahaya kehamilan seperti Perdarahan pervaginam yaitu keluar darah dari
alat kemaluan ibu yang berjumlah cukup banyak terutama merah segar,
dikhawatirkan ibu mengalami placenta previa yaitu melekatnya placenta
pada jalan lahir atau bisa menyebabkan premature, (belum cukup bulan),
atau kematian janin dalam kandungan. Sakit kepala yang hebat : sehingga
ibu tidak dapat beraktifitas dan tetap tidak hilang setelah ibu beristirahat
biasanya ini terjadi karena TD yang tidak normal diikuti protein urine (+)
dan bengkak pada bagian wajah, kaki, dan tangan. Dengan keadaan seperti
ini di khawatirkan ibu mengalami eklamsi yaitu keracunan kehamilan
apabila tidak di tangani ibu dan bisa menyebabkan kejang pada masa
persalinan,Penglihatan kabur, yaitu dimana apa yang kita liat tidak
jelas,tidak terlihat, mata kunang-kunang : hal ini bisa di sebabkan karena
sakit kepala yang hebat dan sistem cara kerja otak yang hebat sehingga
menimbulkan gangguan penglihatan yang bisa di sebabkan karena TD yang
tinggi,Gerakan janin yang berkurang : gerakan janin yang berkurng atau
gerakan janin yang tidak aktif seperti normalnya dalan 24 jam yaitu lebih
dari 10 x jika tidak normal di khawatirkan janin mengalami fetal distress
atau meninggal dalam kandungan,Bengkak kaki, tangan, muka : di
akibatkan karena adanya cairan yang berlebihan dalam jaringan tubuh ibu
jika tidak diikuti gejala lainnya maka itu di katakan normal, jika bengkak
muka, tangan, dan kaki di sertai TD yang tinggi, protein urine (+) maka itu
dikatakan tidak normal harus segera periksa ke tenaga kesehatan,Nyeri
perut yang hebat yaitu termasuk kedalam tanda bahaya kehamilan apalagi
perut ibu teraba sanagt nyeri secara tiba tiba bahka jika disentuh sedikit saja
akan terasa sangat nyeri keras seperti papan disertai perdarahan pervaginal.
Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan dan ibu mengetahui
tanda-tanda persalinan. Hal ini sesuai dengan Asuhan kebidanan yang di
berikan menurut (Walyani, 2015), yang mengatakan bahwa Persalinan dapat
di sebabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang sebagian besar baru
pecah menjelang pembukaan lengkap dan tanda in partu, meliputi adanaya
his, bloody show, peningkatan rasa sakit, perubhan bentuk serviks,
pendataran serviks, pembukaan serviks (dilatasi).
Memberitahukan ibu persiapan persalinan. Hal ini sesuai dengan
(Buku KIA, 2020 : 22) yaitu Penolong : penolong ibu pada saat proses
persalinan, Uang : Biaya untuk persalinan, obat obatan serta perlengkapan
ibu dan bayi yang dibutuhkan, Kendaraan : Kendaraan untruk membawa ibu
ke fasilitas kesehatan, Pendamping : pendamping ibu pada saat proses
bersalin (suami, tenaga kesehatan atau keluarga), Tempat bersalin : tempat
ibu bersalin di fasilitasi kesehatan, Pendonor darah : Pendonor darah untuk
ibu jika dibutuhkan, pendonor darah ini harus memiliki golongan darah
yang sama dengan pasien. Perlengkapan seperti kain ibu 3, baju bayi 2,
popok bayi 3, baju ibu 3, pembalut 1 pak, celana dalam 3.
Menganjurkan ibu untuk selalu mengkonsumsi Tablet FE yaitu obat
penambah darah yang dapat mencegah terjadinya anemia. Diberikan
sebanyak 10 tablet selama kehamilan FE diminum pada malam hari
menggunakan air putih, tidak diperbolehkan menggunakan air teh, kopi dan
susu karena akan menghambat penyerapan/cara kerja obat. Efek samping
tablet FE yatu akan terasa mual dan BAB menjadi berwarna hitam. Kalsium
yaitu dibutuhkan ibu dan janin untuk pertumbuhan tulang dan gigi pada
janin di minum pada pagi hri 1x1 menggunakan air putih, tidak di
perbolehkan menggunakan air teh, susu dan kopi karena akan menghambat
penyerapan apa bila ibu kekurangan kalsium dapat menyebabkan sering
sakit pinggang dan kesemutan hal ini sesuai dengan teori (Aryanti dkk,
2013).
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang Ibu bersedia
untuk melakukan kunjungan ulang jika ada indikasi. Hal ini sesuai dengan
kunjungan ulang menurut (Prawirohardjo, 2014) dijadwalkan sebagi berikut
: Setiap 4 minggu sekali (dengan usia kehamilan 0-28 minggu) Setiap 2
minggu sekali (dengan usia kehamilan 28-36 minggu) Setiap 1 minggu
sekali (dengan usia kehamilan > 36 minggu).
Mencuci alat bekas pakai dengan sabun dan air mengalir biarkan
sampai kering kemudian lakukan sterilisasi alat menggunakan kain
pembungkus. Hal ini sesuai dengan teori dari (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2010) yang menyatakan bahwa alat habis pakai
segera dilakukan dekontaminasi dan sterilisasi untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Pada pemeriksaan kehamilan rutin Ny. E hanya dilakukan pelayanan/
standar asuhan kebidanan 7T yaitu timbang berat badan, tekanan darah,ukur
tinggi fundus uteri,pemberian teblet FE,Pemeriksaan HB,pemeriksaan
protein urin,pemeriksaan reduksi urine. Hal ini tidak sesuai dengan teori
(Wagiyo dan putrono,2016) yang menyebutkan pelayanan atau asuhan
standar minimal adalah 14 T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah,
ukur tinggi fundus uteri,pemeberiaan fe, pemberian imunisasi, pemriksaan
HB, pemeriksaan VDRL, pemeliharaan tingkat kebugaraan atau pijat
tekanan payudara, pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil,
temu wicara dalam rangka persiapan rujukan, pemeriksaan protein urine atas
indikasi,pemeriksaan reduksi urine, pemberian teapi kapsul yodium teruntuk
daerah endemis gondok, pemberian terapi anti malaria untuk daerah
endemis malaria.
Pada pemeriksaan kehamilan, bidan melakukan pendokumentasian
hasil pemeriksaan sesuai dengan teori(Walyani, 2015) yang menyatakan
bahwa pendokumentasian hasil pemeriksaan menggunakan VII Langkah
Management Varney.
Secara keseluruhan tidak ada kelainan maupun komplikasi yang
terjadi pada ibu, hal ini dikarenakan ibu mau bekerjasama dan mau
mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan. ibu juga mengerti akan
pentingnya kesehatan dirinya dan kehamilannya serta pentingnya persiapan
persalinan nanti.
B. Masa Persalinan
Ny. E tidak lagi menjadi pasien Komprehensif dikarnakan terjadi
komplikasi yaitu post term dan telah dirujuk maka penulis berkoordinasi
dengan pembimbing dan disetujui digantikan oleh Ny. L.
Tanggal 14 maret pukul 08:00 WIB Ny. L datang ke PMB (Praktik
Mandiri Bidan) mengeluh mules-mules sejak pukul 01.00 WIB, sudah keluar
lendir bercampur darah dan belum keluar air-air. Hal ini sesuai dengan teori
(Yuni Fitriana dkk, 2015) menyatakan persalinan juga di tandai dengan
pengeluaran lendir dari kanalis servikalis karena terjadi pembukaan dan
pengeluaran darah di karenakan kapiler pembuluh darah pecah. Persalinan juga
dapat di sebabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang sebagian besar baru
pecah menjelang pembukaan lengkap dan tanda in partu, meliputi adanaya his,
bloody show, peningkatan rasa sakit, perubahan bentuk serviks, pendataran
serviks, pembukaan serviks (dilatasi).
Ibu mengatakan HPHT 19 Juni 2020, dilakukan penghitungan taksiran
persalinan dengan menggunakan rumus Neagle yaitu 26 Maret 2021, sesuai
dengan teori (Manuaba, 2010) bahwa untuk menghitung perkiraan persalinan
dengan menggunakan rumus Neagle yaitu : Hari +7, bulan -3, tahun +1 dan
hari +7 bulan +9, tahun +0.
Usia kehamilan ibu 38minggu 2 hari di hitung dari HPHT 19 Juni
2020. Hal ini sesuai dengan teori (Prawiroharjo, 2014) yang menyatakan usia
kehamilan bisa di hitung dari HPHT.
Selama kehamilan Ny. L melakukan pemeriksaan sebanyak 8 kali
selama hamil, yaitu 13kali pada trimester I,3 kali pada trimester II dan 2 kali
pada trimester III. Hal ini sesuai dengan teori (Astuti, 2010) yang menyatakan
bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
Ny. L merasakan gerakan janin dimulai pada usia kehamilan 16 minggu
hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2014) bahwa gerakan janin juga
bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan
oleh ibu pada usia kehamilan 16 - 20 minggu.
Ny.L mengatakan selama kehamilan sudah mendapatkan imunisasi
TT2 (Tetanus Toxoid) pada Tahun 2020, dan hal ini sesuai dengan teori
(Walyani, 2015) yang menyatakan bahwa imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
sehingga ibu memiliki kekebalan selama 3 tahun. Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas Ny. L adalah pernah melahirkan satu kali anak yang
pertama pada tahun 2015 tempat partus anak pertama di praktik mandiri bidan
usia kehamilan cukup bulan, jenis persalinan normal, penolong bidan, tidak
ada penyulit, berjenis kelamin anak pertama laki-laki, berat badan lahir anak
pertama 2700 gram. Keadaan sekarang sehat dan keadaan nifas normal.
Pola makan ibu yang baik yaitu 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan,
tempe, telur, sayuran, buah – buahan dan susu kacang kedelai. Hal ini sesuai
dengan teori Astuti (2014), yang menyatakan bahwa ibu hamil yang berada
pada status gizi baik dan terdapat kenaikan berat badan, sudah pasti ibu hamil
tersebut memperhatikan jumlah dan gizi nya selama hamil.
Dalam kebiasaan sehari-hari Ny. L istirahat 7-8 jam dalam 24 jam hal
ini sesuai dengan teori Romauli (2011:134-160) yaitu Wanita hamil dianjurkan
untuk merencanakan istirahat yang teratur karena dapat meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembanagan dan pertumbuhan janin.
Tidur pada malam hari selama kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan
rilaks pada siang hari selama 1 jam.
Pada pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital saat Antenatal care
(ANC) pertama didapatkan hasil TD: 110/60 mmHg, S:36,3°C, Respirasi:
25x/menit, Nadi: 80x/menit, BB: 54 kg didapatkan hasil yaitu dalam batas
normal Yakni sesuai dengan teori (Romauli, 2011:172), yaitu
a) Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila
tekanan dara meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih, atau distolik
15 mmHg atau lebih, kelianan ini dapat berlanjut menjadi pre eklamsia
dan eklamsia kalua tidak ditangani dengan tepat.
b) Denyut nadi pada keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80 x/menit. Jika
denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah
satu atau lebih keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat
masalah tertentu, perdarhan berat, anemia sakit/demam,gangguan tyroid,
gangguan jantung.
c) Pernafasan pada dasarnya pernafasan normal 16-24x/menit
d) Suhu tubuh yang normal 36,5-37,5 C. suhu tubuh lebih dari 37C perlu
diwaspadai adanya infeksi.
Setelah pemeriksaan umum, ibu dilakukan pemeriksaan khusus yaitu
pemeriksaan secara lengkap mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki
meliputi pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. Hal ini
ditunjang oleh keadaan ibu yang tidak pernah mengalami keluhan seperti, sakit
kepala hebat, pandangan kabur, bengkak pada wajah dan ekstermitas yang
termasuk dalam tanda bahaya kehamilan menurut (Walyani, 2015: 78)
Dalam pemeriksaan ibu di dapatkan His 2x10’25” His pembukaan (kala
I): menimbulkan pembukaan serviks, semakin kuat, teratur dan sakit. Menurut
Asrinah (2010:9-11) adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna.
Setelah dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen secara Leopold di
peroleh hasil : Leopold I Dibagian fundus ibu teraba bulat lunak tidak
melenting, Leopold II Di sisi kiri perut teraba bagian terkecil janin, di sisi
kanan perut ibu teraba tahanan memanjang seperti papan, Leopold III Di
bawah perut ibu teraba bulat, keras, melenting dan sudah tidak bisa
digoyangkan, Leopold IV: Dibagian bawah perut Ibu teraba bulat keras
Melenting dan tidak bisa digoyangkan, Hal ini sesuai dengan teori (Manuaba,
2010:118). Leopold I digunakan untuk menentukan tinggi fundus uteri, bagian
janin dalam fundus, dan konsistensi fundus. Pada letak kepala akan teraba
bokong pada fundus, yaitu tidak keras, tidak melenting dan tidak bulat. Variasi
Knebel dengan menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di
fundus dan tangan lain diatas simfisis. Leopold II untuk menentukan batas
samping rahim kanan/kiri dan menentukan letak punggung. Letak membujur
dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan tulang iga seperti
papan cuci. Dalam Leopold II terdapat variasi Budin dengan menentukan letak
punggung dengan satu tangan menekan di fundus. Variasi Ahfeld dengan
menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan di tengah
perut (Manuaba, 2010:118-119), Leopold III untuk menentukan bagian
terbawah janin di atas simfisis ibu dan bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (PAP) atau masih bisa digoyangkan (Manuaba, 2010:119),
Leopold IV untuk menentukan bagian terbawah janin dan seberapa jauh janin
sudah masuk (pintu atas panggul) PAP. Bila bagian terendah masuk PAP telah
melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan
divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP, maka
tangan pemeriksanya konvergen (Manuaba, 2010:119).
Pengukuran TFU Ny. L dengan usia kehamilan 38 minggu 2 hari
didapatkan 28 cm dengan TBBJ 2,635 gram berdasarkan teori (Rukiyah, 2009)
Dan penghitungan taksiran berat badan janin yaitu Menghitung taksiran berat
badan janin dengan cara : (TFU dalam cm) - n (11/12/13) x 155 gram. Bila
kepala diatas spina ischiadica maka n = 13, bila kepala di spina ischiadica
maka n = 12. Bila kepala dibawah spina ischiadica maka n=11 (Kusmiyati,
2009). Maka hasil tersebut dalam batas normal sehingga kemungkinan bayi
dapat dilahirkan secara normal atau melalui vagina tanpa penyulit.
Ny L dilakukan pemeriksaan DJJ dan didapatkan hasil 140 x/menit. Hal
ini sesuai dengan teori ( Prawirohardjo, 2014 : 222) menyatakan normal
frekuensi dasar denyut jantung janin berkisar antara 120 - 160 x/m.
Kemudian penulis melakukan pemeriksaan dalam dan di dapatkan
vulva/vagina tidak ada kelainan, portio teraba, kosistensi tipis, pembukaan
servik 2 cm, ketuban utuh (+), presentasi fetus belakang kepala, posisi ubun –
ubun kecil kanan depan, penurunan bagian terendah Hodge II. Pada kontak
pertama saat proses persalinan ibu memasuki kala I fase laten yaitu dengan
hasil pemeriksaan pembukaan serviks 2 cm, Hal ini sesuai dengan teori
(prawihardjo, 2009) yang menyatakan bahwa kala I fase Laten berlangsung
dari pembukaan 1 - 3 centimeter.
Setelah mengali data informasi dari ibu serta dilakukan pemeriksaan di
atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. L umur 28 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu
2 hari inpartu kala I fase laten. Janin tunggal hidup presentasi kepala. Data
dasar diperoleh dari data subjektif dan objektif. Hal ini sesuai dengan teori
(Wildan, 2008) yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa. Tahap
ini dilakukan dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan
diagnosis yang akan ditegakan dalam batas diagnosis kebidanan intranatal.
Pada proses persalinan kala I Ny. L ini dilakukan perencanaan dan
pelaksanaan yaitu Melakukan informed consent atas tindakan yang akan
dilakukan, ibu bersedia menandatanganin lembar persetujuan hal ini sesuai
dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal menurut
(Saefudin, 2008) tenang Membangun rasa saling percaya antara klien dan
petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Memberikan dukungan emosional dan support mental kepada ibu
bahwa ibu dan janin dalam kondisi baik dan dapat melahirkan secara normal
maka dari itu ibu harus tetap bersabar dan optimis. Hal ini sesuai dengan teori
(JNKP-KR,2017) yang mengatakan dukungan fisik maupun mental yang
diberikan secara terus menerus dapat mengurangi kecemasan atau ketakutan
ibu.
Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilasi sesuai kesanggupan ibu.
Hal ini sesuai dengan teori (Ely Candra, 2007) yang mengatakan seorang ibu
yang berada dalam suatu proses persalinan diharapkan agar mau bergerak dan
mengubah posisinya sehingga ia tidak lagi terfokus pada nyeri dan dapat
melalui fase pembukaan dengan lancer dan cepat.
Menganjurkan ibu untuk tidak menahan bab dan bak supaya kepala
janin cepat turun ke dasar panggul. Apabila ibu sudah tidak sanggup berdiri
untuk bak maka di lakukan katerisasi di tempat tidur karna bisa mengganggu
kenyamanan pada ibu yang akan bersalin jika ibu menahan bab akan terdapat
timbulan feses yang akan mengakibatkan lamanya turun kepala ke panggul dan
memperlambat proses persalinan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping persalinan seperti suami
atau keluarga atau orang yang diharapkan ibu hal ini dapat memberikan ibu
keyakinan bahwa ibu merasa di cintai dan keberadaan ibu dan bayi sangat di
nantikan dan di harapkan, hal ini akan membuat emosi ibu yang tenang dan
persalinan akan berjalanan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi dengan cara
menarik nafas panjang dari hidung, keluarkan dari mulut saat akan his lakukan
perlahan dan menerus bertujuan untuk mengatasi ketegangan dan tekanan pada
saat memasuki persalinan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Memberikan nutrisi disela-sela his, menganjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemih, memberikan sentuhan kepada ibu agar ibu
tetap tenang. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bidan dapat
memberikan asuhan sayang ibu (Yeyeh, 2009).
Pemantauan dengan partograf bertujuan untuk mengobservasi keadaan
ibu dan janin serta memantau kemajuan persalinan apakah persalinan berjalan
dengan normal atau tidak. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR, 2017
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.
Melakukan pendokumentasian dan memantau kemajuan persalinan
dengan patograf. Pemantauan dengan partograf ini bertujuan untuk
mengobservasi keadaan ibu dan bayi serta memantau kemajuan persalinan
apakah persalinan berjalan dengan normal atau tidak. Hal ini sesuai dengan
teori (JNPK-KR, 2012) bahwa partograf merupakan alat bantu untuk
memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik.
Pada pukul 12:00 WIB ibu mengatakan mules-mules semakin sering
dan dilakukan pemeriksaan didapatkan His: 4x10’35”, Djj:140x/m, dan
pemeriksaan dalam didapatkan Vulva Vagina tidak ada kelainan, Portio Teraba
Tipis Lunak, Pembukaan 7 cm, Ketuban (+) Utuh, presntasi Belakang kepala,
Posisi Ubun-ubun Kecil Kanan Depan, Molase Tidak ada, Penurunan 3/5,
Hodge II. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017) yang mengatakan fase
aktif frekuensi dan lam kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
( kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), pembukaaan dari
4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida ) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm (multipara).
Berdasarkan pemeriksaan di atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. L
umur 28 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu 2 hari inpartu kala I fase aktif. Janin
tunggal hidup presentasi kepala. Data dasar diperoleh dari data subjektif dan
objektif. Hal ini sesuai dengan teori (Wildan, 2008) yang menyatakan bahwa
untuk menegakan diagnosa. Tahap ini dilakukan dengan melakukan
interpretasi data dasar terhadap kemungkinan diagnosis yang akan ditegakan
dalam batas diagnosis kebidanan intranatal.
Pada proses persalinan Kala I Ny. L ini dilakukan perencanaan dan
pelaksaan yaitu Melakukan informed consent atas tindakan yang akan
dilakukan, ibu bersedia menandatanganin lembar persetujuan hal ini sesuai
dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal menurut
(Saefudin, 2008) tenang Membangun rasa saling percaya antara klien dan
petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Memberikan dukungan emosional dan melakukan pendekatan pada ibu
agar terjalin kepercayaan dan kerjasama antara ibu dan penolong serta
memberika suport mental kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
dan dapat melahirkan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi sesuai kesanggupan ibu karna bisa
memperlancar, seperti miring kiri dan kanan berjalan jalan jika ibu merasa kuat
untuk berjalan karena dapat mempercepat turunnya kepala bayi ke pintu atas
panggul (PAP) Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bidan
dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Menganjurkan ibu untuk tidak menahan bab dan bak supaya kepala
janin cepat turun ke dasar panggul. Apabila ibu sudah tidak sanggup berdiri
untuk bak maka di lakukan katerisasi di tempat tidur karna bisa mengganggu
kenyamanan pada ibu yang akan bersalin jika ibu menahan bab akan terdapat
timbulan feses yang akan mengakibatkan lamanya turun kepala ke panggul dan
memperlambat proses persalinan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping persalinan seperti suami
atau keluarga atau orang yang diharapkan ibu hal ini dapat memberikan ibu
keyakinan bahwa ibu merasa di cintai dan keberadaan ibu dan bayi sangat di
nantikan dan di harapkan, hal ini akan membuat emosi ibu yang tenang dan
persalinan akan berjalanan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi dengan cara
menarik nafas panjang dari hidung, keluarkan dari mulut saat akan his lakukan
perlahan dan menerus bertujuan untuk mengatasi ketegangan dan tekanan pada
saat memasuki persalinan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan agar
cairan dan nutrisi yang masuk ke tubuh jadi bahan energi untuk
mempersiapkan persalinan. hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa bidan dapat memberikan asuhan saying ibu ( yeyeh, 2009 ).
Menyiapkan perlengkapan dan peralatan ibu dan bayi, popok 6, kain
bedong 4, topi bayi 2, peralatan ibu kain pakaian ibu 2, celana dalam 4, kain
panjang 4, softex 2, underpad 2. Menyiapkan alat partus set 1 gunting tali
pusat, klem tali pusat, dili, klem umbilikal, 1 gunting epis, hecting set ( 1 pinset
anatomi, 1 gunting sirugis, 1 cut gut, 1 klem penjepit, jarum, 1 spuit, 1 gunting
benang) dimasukan dalam bak instrumen. Resusitasi set( 1 suction, 1 dillie,
oxygen, tabung, 1 meja resusitasi, 1 bag manset, spuit, 1 goodel, 1 lampu sorot,
1 sungkup, obat uterotonika, ( 1 ampl oxytocyn, 1 lidocain) pastikan obat
uterotonika di masukan ke dalam spuit 3cc. Hal ini sesuai dengan teori menurut
(Saifuddin, 2009) yang menyatakan bahwa bidan dapat memberikan asuhan
sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan.
Melakukan pendokumentasian dan memantau kemajuan persalinan
dengan patograf. Pemantauan dengan partograf ini bertujuan untuk
mengobservasi keadaan ibu dan bayi serta memantau kemajuan persalinan
apakah persalinan berjalan dengan normal atau tidak. Hal ini sesuai dengan
teori (JNPK-KR, 2012) bahwa partograf merupakan alat bantu untuk
memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik.
Pada pukul 13.00 wib ibu mengatakan mules mules semakin sering dan
ingin meneran tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka.
Berdasarkan pemeriksaan diatas bahwa ibu sudah memasuki kala II. Hal ini
sesuai dengan teori (Walyani, dkk, 2014), Gejala dan tanda kala II yaitu telah
terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan
introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada
rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan sfingter ani
membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam
didapatkan hasil vulva vagina tidak ada kelainan, portio sudah tidak teraba,
pembukaan 10 cm, ketuban jernih, presentasi kepala, penurunan bagian
terendah hodge IV, posisi UUK kanan depan dan molase tidak ada, serta
terdapat tanda-tanda gejala kala II yaitu ada dorongan ingin meneran, tekanan
pada anus, vulva membuka dan perineum menonjol. Hal ini sesuai dengan teori
(Walyani, dkk, 2014), Gejala dan tanda kala II yaitu telah terjadi pembukaan
lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa
ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum
terlihat menonjol, vulva dan sfingter ani membuka, peningkatan pengeluaran
lendir dan darah.
Dari hasil pemeriksaan tersebut ibu memasuki kala II persalinan dengan
diagnose Ny. L usia 28 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu 2 hari inpartu kala II.
Diagnose tersebut dibuat sesuai dengan penjelasan yang ada dibuku pPraktik
Klinik Kebidanan II yang berbunyi sesuai berdasarkan hasil pengkajian
diperoleh data sebagai dasar untuk menentuhkan diagnose yaitu data subjektif,
ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan ingin buang air besar. Data
objektif secara inspeksi yaitu ada dorongan meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva vagina membuka. Sedangkan secara periksa dalam
yaitu vagina:lender dara (bisa juga bercampur air ketuban, pembukaan 10 cm,
ketuban: +/- hodge:III-IV bagian terdahulu : kepala posisi :UUK, molase :0
Penulis melakukan asuhan, mengajurkan ibu untuk memilih posisi yang
nyaman seperti miring kiri atau kanan. Melakukan informed consent atas
tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatanganin lembar
persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan
antenatal menurut (Saefudin, 2008) tenang Membangun rasa saling percaya
antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Mengajurkan ibu relaksasi disela-sela his yaitu dengan cara Tarik nafas
dari hidung dan keluarkan secara perlahan dari mulut. Menghadirkan
pendamping persalinan. Hal ini sesuai dengan teori (Enkin, et, al, 2000) hasil
persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari
keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan. Memberikan ibu
nutrisi dan Ciaran di sela-sela his seperti memberikan air putih, air the, roti
atau makanan lainnya. Mengajurkan kepada ibu untuk meneran yang baik yaitu
saat ada kontraksi, keuda tangan merangkul pada, mata melihat ke perut, gigi
ketemu gigi, mengedan tidak bersuara dan bokong tidak boleh diangkat karena
mengakibatkan robekan pada perineum. Teori tersebut berdasarkan (Enkin, et,
al, 2000).
Menganjurkan untuk memilih posisi yang nyaman seperti miring kiri
dan kanan. Menganjurkan ibu untuk relaksasi di sela sela his yaitu dengan cara
menarik nafas dari hidung dan di keluarkan secara perlahan dari mulut.
Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami. Hal ini sesuai dengan teori
(Enkin, et, al, 2000) Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya
dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses
persalinan. Memberikan ibu nutrisi atau cairan di sela-sela kontraksi misalnya
memberikan teh manis, air putih maupun makanan.
Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami. Hal ini sesuai
dengan teori (Enkin, et, al, 2000) Hasil persalinan yang baik ternyata erat
hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama
proses persalinan. Memberikan ibu nutrisi atau cairan di sela-sela kontraksi
misalnya memberikan teh manis, air putih maupun makanan.
Menganjurkan ibu untuk cara meneran yang baik misalnya mata
melihat lurus kedepan gigi bertemu gigi mengedan tidak bersuara tangan di
taro di lipatan paha dan bokong, tidak boleh di angkat karna akan ada robekan
pada perenium ibu. Teori tersebut berdasarkan (Enkin, et, al, 2000).
Memantau DJJ setiap 15 menit di sela-sela kontraksi, mendekatkan
perlengkapan dan peralatan ibu dan bayi, popok 6, kain bedong 4, topi bayi 2,
peralatan ibu kain pakaian ibu 2, celana dalam 4, kain panjang 4, softex 2,
underpad 2. Mendekatkan alat partus set 1 gunting tali pusat, klem tali pusat,
dili, klem umbilikal, 1 gunting epis, hecting set ( 1 pinset anatomi, 1 gunting
sirugis, 1 cut gut, 1 klem penjepit, jarum, 1 spuit, 1 gunting benang) dimasukan
dalam bak instrumen. Resusitasi set( 1 suction, 1 dillie, oxygen, tabung, 1 meja
resusitasi, 1 bag manset, spuit, 1 goodel, 1 lampu sorot, 1 sungkup, obat
uterotonika, ( 1 ampl oxytocyn, 1 lidocain) pastikan obat uterotonika di
masukan ke dalam spuit 3cc. Hal ini sesuai dengan teori menurut (Saifuddin,
2009) yang menyatakan bahwa bidan dapat memberikan asuhan sesuai dengan
standar asuhan pelayanan kebidanan.
Menolong persalinan dengan 60 langkah APN yaitu, Memastikan alat
sudah lengkap, Memakai APD, membuka spuit, patahkan ampul, Mencuci
tangan di air mengalir dengan 6 langkah menggunakan sabun dan keringkan,
Memakai hand scoon sebelah kanan dan masukan oxytosin 10 IU kedalam
spuit, Mendekatkan alat untuk melakukan vulva hygene yaitu bengkok dan
kapas DTT, Memakai handscoon satunya kemudian melakukan pemeriksaan
dalam, Masukan jari tengah kedalam vagina secara perlahan diikuti dengan jari
telunjuk, Jari kiri berada di fundus ibu, V/v tidak ada kelainan, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, ketuban (-) jernih pukul 13:15, presentasi kepala,
posisi UUK kanan depan, penurunan hodge IV, molase (-), Memeriksa DJJ 1
menit penuh, DJJ : 140 x/m, Memasangkan handuk dan pernel/ bedong diatas
perut ibu dan duk dibawah bokong ibu. Memimpin persalinan normal : setelah
kepala bayi berdiameter 5-6 cm didepan vulva, maka bidan memakai
handscoon. Kemudian lakukan manuver dengan cara letakan 4 jari diatas
verteks agar kepala bayi tidak fleksi dan tangan kanan menekan perineum
untuk mencegah robekan menjadi lebih besar, pada saat ada his dianjurkan ibu
untuk meneran, jika tidak ada his anjurkan ibu untuk relaksai, jika ada his lagi
anjurkan ibu untuk meneran kembali sampai bayi lahir. Pindahkan tangan kiri
menyanggah dagu dan tangan kanan memeriksa lilitan tali pusat, ternyata tidak
ada lilitan tali pusat, kemudian posisikan tangan biparietal kemudian curam ke
bawah untuk mengeluarkan bahu depan dan arahkan ke atas untuk
mengeluarkan bahu belakang, bayi lahir kemudian sanggah dan susur. Pukul
13:30 WIB bayi lahir bugar, setelah bayi lahir letakan kepala bayi lebih rendah
dari pada kaki untuk melancarkan peredaran darah ke otak. Kemudian lakukan
jepit-jepit potong tali pusat. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2012 )
yang menyatakan bahwa pertolongan persalinan harus menggunakan tekhnik
60 langkah APN.
Kemudian kaji 3 aspek bayi menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit
kemerahan, kemudian letakan bayi di atas perut ibu untuk melakukan IMD.
Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR 2008) yang menyatakan bahwa
penilaian bayi baru lahir adalah cukup bulan, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan, bayi langsung menangis kuat. Jika bayi tidak segera menangis
maka akan terjadi asfiksia. Memastikan janin tunggal dengan cara meraba
perut ibu namun tidak untuk memasase karena akan membuat rahim
berkontraksi dan didapatkan janin tunggal. Hal tersebut sesuai dengan teori 60
Langkah APN yaitu Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi
yang lahi (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda.
Asuhan yang penulis lakukan selama kala II tidak berbeda dengan
asuhan yang diberikan pada kala I, dengan menambahkan asuhan pemantauan
DJJ 5-10 menit sekali, memimpin mengedan dan menolong kelahiran bayi
dengan 60 langkah APN. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2012 )
yang menyatakan bahwa pertolongan persalinan harus menggunakan tekhnik
60 langkah APN.
Persalinan kala II ibu berlangsung 30 menit. Hal ini sesuai dengan teori
(Eniyati, 2012) yang menyatakan bahwa Kala II atau di sebut juga kala
“pengeluaran janin” persalinan di mulai dengan pembukaan lengkap serviks
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primi para
berlangsung selama 1½ jam dan pada multi para ½ jam.
Pada pukul 13:30 WIB, bayi Ny. L lahir, menangis kuat, tonus otot
aktif dan warna kulit kemerahan. Hal ini sesuai dengan teori menurut JNPK-
KR (2012) yang menyatakan bahwa penilaian bayi baru lahir adalah bayi
cukup bulan, gerak otot aktif, warna kulit kemerahan, bayi langsung menangis
kuat. Bayi Ny. S dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) hal ini sesuai dengan
teori JNPK-KR (2012) yang menyatakan bahwa bayi harus mendapatkan
kontak kulit dengan kulit ibu nya segera setelah lahir paling sedikit selama 1
jam dan bayi harus dibiarkan melakukan inisasi menyusu dini.
Pada kala III berlangsung selama 20 menit, ibu mengatakan masih
merasa mulas dan merasa senang atas kelahiran bayinya.
Pada pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital saat Antenatal care
(ANC) pertama didapatkan hasil TD: 110/70 mmHg, S:36,3°C, Respirasi:
25x/menit, Nadi: 80x/menit, BB: 54 kg didapatkan hasil yaitu dalam batas
normal Yakni sesuai dengan teori (Romauli, 2011:172), yaitu
a) Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan
dara meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih, atau distolik 15 mmHg
atau lebih, kelianan ini dapat berlanjut menjadi pre eklamsia dan eklamsia
kalua tidak ditangani dengan tepat.
b) Denyut nadi pada keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80 x/menit. Jika
denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah
satu atau lebih keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat
masalah tertentu, perdarhan berat, anemia sakit/demam,gangguan tyroid,
gangguan jantung.
c) Pernafasan pada dasarnya pernafasan normal 16-24x/menit
d) Suhu tubuh yang normal 36,5-37,5 C. suhu tubuh lebih dari 37C perlu
diwaspadai adanya infeksi.
Penulis melakukan pemeriksaan TFU sepusat,tampak tali pusat didepan
vulva. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,2017) yang mengatakan
perubahan bentuk dan tinggi uterus. Setelah bayi lahir dan sebelum
myometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat(discoid) dan tinggi
fundus berada 3 jari dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah alpukat dan
fundus setinggi pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan). Tali pusat
memaanjang, tali pusat terlihat menjelujur melalui vulva(tanda ahfeld).
Diagnosa yang didapat pada kala III yaitu Ny. L usia 28 tahun Partus
Kala III, diagnosa ini dibuat berdasarkan teori Rika N (2012:11), yang
menyatakan bahwa kala III dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran
plasenta. Lama kala III pada primigravida dan multigravida 6 hingga 15 menit.
Persalinan kala III pada Ny. L berlangsung selama 5 menit. Hal ini sesuai
dengan teori (Prawirohardjo, 2009) yang menyatakan lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan, ibu
bersedia menandatanganin lembar persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan
penting untuk mendapatkan asuhan antenatal menurut (Saefudin, 2008) tenang
Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan,
Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Dilanjutkan dengan kala III dilakukan asuhan manajemen aktif kala II
(MAK III), dalam waktu 1 menit setelah bayi baru lahir, berikan suntikan
oksitosin 10 intranasional unit secara IM di sepertiga paha atas bagian distal
lateral. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017) yaitu menyuntikan
oksitosin 10 IU di sepertiga paha ibu bagian luar, melakukan peregangan tali
pusat terkendali (PTT) yaitu memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva,
meletakan tangan kiri diatas symfisis untuk mengecek kontraksi, tangan yang
kanan untuk meregangkan tali pusat. Setelah uterus berkontraksi, regangkan
tali pusat kearah bawah sejajar dengan lantai, setelah itu tangan kiri mendorong
uterus kea rah belakang atas/dorso kranial secara hati-hati untuk mencegah
inversion uteri. Ibu tidak boleh meneran, tali pusat hanya diregangkan. Jika tali
pusat bertambah panjang pindahkan klem 5-10 cm di depan vulva dan lahirkan
plasenta. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan dan putar plasenta secara
jarum jam sehingga terlepas. Plasenta lahir lengkap, kemudian taruh plasenta di
tempat/piring plasenta yang telah disediakn dan lakukan masasee fundus uteri
secara sirkuler selama 15 detik. Sehingga plasenta dapat lahir spontan,
kotiledon lengkap, selaput utuh serta perdarahan pasca persalinan dapat
terhindari dengan baik. Tindakan tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR,
2017).
Mencuci alat bekas pakai dengan sabun dan air mengalir biarkan
sampai kering kemudian lakukan sterilisasi alat menggunakan kain
pembungkus. Hal ini sesuai dengan teori dari (Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2010) yang menyatakan bahwa alat habis pakai segera dilakukan
dekontaminasi dan sterilisasi untuk mencegah terjadinya infeksi.
Pada kala IV berlangsung selama 2 Jam, ibu mengatakan senang atas
kelahiran plasentanya dan masih sedikit mules dan lemes
Pada pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital saat Antenatal care
(ANC) pertama didapatkan hasil TD: 110/70 mmHg, S:36,7°C, Respirasi:
25x/menit, Nadi: 80x/menit, BB: 54 kg didapatkan hasil yaitu dalam batas
normal Yakni sesuai dengan teori (Romauli, 2011:172), yaitu
a) Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan
dara meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih, atau distolik 15 mmHg
atau lebih, kelianan ini dapat berlanjut menjadi pre eklamsia dan eklamsia
kalua tidak ditangani dengan tepat.
b) Denyut nadi pada keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80 x/menit. Jika
denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah satu
atau lebih keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah
tertentu, perdarhan berat, anemia sakit/demam,gangguan tyroid, gangguan
jantung.
c) Pernafasan pada dasarnya pernafasan normal 16-24x/menit
d) Suhu tubuh yang normal 36,5-37,5 C. suhu tubuh lebih dari 37C perlu
diwaspadai adanya infeksi.
Berdasarkan pemeriksaan di atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. L
umur 28 tahun P2A0 partus kala IV. Data dasar diperoleh dari data subjektif dan
objektif. Hal ini sesuai dengan teori (Wildan, 2008) yang menyatakan bahwa
untuk menegakan diagnosa. Tahap ini dilakukan dengan melakukan
interpretasi data dasar terhadap kemungkinan diagnosis yang akan ditegakan
dalam batas diagnosis kebidanan intranatal.
Melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan, ibu
bersedia menandatanganin lembar persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan
penting untuk mendapatkan asuhan antenatal menurut (Saefudin, 2008) tenang
Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan,
Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Dilakukan pengkajian pada Kala IV untuk mengetahui apakah adanya
laserasi dengan cara di dep menggunakan kasa steril. Buka labia kemudian dep
secara perlahan bagian atas klitoris, pestibulum, labia minora kiri dan kanan,
terdapat laserasi dibagian perineum. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan
teori Menurut Diane (2009:490), trauma spontan dapat terjadi pada labia
anterior dan atau perineum posterior. Pemeriksaan secara perlahan dan
menyeluruh harus dilakukan untuk mengkaji luasnya trauma secara akurat dan
untuk menentukan apakah spesialis obstetrik yang berpengalaman yang harus
melakukan perbaikan jika traumanya luas.
Memberitahukan ibu bahwa ada robekan pada jalan lahir dan akan
dilakukan penjahitan. Hal ini sesuai dengan buku panduan (Praktek Klinik
Kebidanan II) bahwa pasien berhak untuk mengetahui segala hasil
pemeriksaan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
Memberitahu ibu bahwa akan di suntik anestesi/ baal yaitu lidokain 1%
untuk menetralisir rasa sakit pasa saat penjahitan. Hal ini sesuai dengan teori
dalam buku (JNPK-KR, 2017) Obat standar untuk anestesia lokal adalah 1%
lidokain tanpa epinefrin (silokain). Jika lidokain 1% tidak tersedia, gunakan
lidokain 2% yang dilarutkan dengan larutan steril atau aquabides dengan
perbandingan 1:1 (sebagai contoh, larutan 5 ml lidokain 2% dengan 5 ml air
steril atau normal salin untuk membuat larutan lidokain 1%). Melakukan
penjahitan perineum dengan teknik kontinu. Hal ini sesuai dengan teori Varney
(2007:1191-1192), Penjahitan laserasi derajat satu bergantung pada luasnya.
Beberapa torehan vagina atau skid marks tidak menyebabkan laserasi mukosa
vagina dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa dijahit karena tepinya saling
mendekat dan menyatu begitu kaki wanita kembali berdekatan. Laserasi derajat
satu yang lebih luas dapat diperbaiki dengan menggunakan jahitan benang
kontinu untuk fasia perineum dan jahitan benang matras kontinu untuk
penutupan tepi kulit.
Membersihkan ibu menggunakan air DTT agar ibu merasa nyaman
dimulai dari fundus ibu, kemudian bersihkan lipatan paha kiri dan kanan,
kemudian bersihkan vagina ibu lalu bersihkan bokong ibu sampai ke kaki ibu.
Setelah itu pakaikan ibu pembalut dan celana dalam, lalu pakaikan kain kering
dan bersih kepada ibu. Mendekontaminasikan alat-alat yang sudah dipakai
kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Bersihkan skort menggunakan
air klorin dengan cara mengambil lap/waslap kemuudian celupkan ke air klorin
lalu bersihkan skort/celemek. Mencuci alat setelah di dekontaminasikan
dengan sabun kemudian bilas menggunakan air yang mengalir lalu keringkan.
Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % balikan bagian
dalam keluar dan rendam di larutan klorin selama 10 menit. Mencuci tangan
menggunakan sabun kemudian bilas menggunakan air mengalir lalu keringkan
dengan handuk bersih. Tindakan tersebut sesuai dengan teori yang terdapat di
(60 Langkah APN) yaitu Bersihkan ibu, Pastikan ibu merasa nyaman,
Dekontaminasi tempat bersalin, Celupkan sarung tangan di larutan klorin, Cuci
tangan menggunakan sabun di air mengalir.
Memberikan ibu therapy obat amoxicilin 500 mg (3x1), Asam
mefenamat (3x1), vit A 200.000 IU (1x1) / 24 jam, diminum setelah makan
sesuai aturan untuk proses penyembuhan. Hal ini sesuai dengan teori (Rukiyah
2011) bahwa ibu yang telah melahirkan membutuhkan suplai Vit-A sebanyak
200.000 IU agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.
Antibiotik agar ibu tidak mengalami infeksi karena ada luka laserasi perineum
serta obat nyeri untuk meredakan rasa nyeri setelah melahirkan.
Pengawasan pada Ny. L selama 2 jam, yaitu setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua. Pengawasan yang dilakukan
meliputi : pemeriksaan tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan pernafasan),
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Hal ini
sesuai dengan teori (Ai Yeyeh, 2009) yang menyatakan bahwa pada kala IV
dilakukan pengawasan selama 2 jam yaitu setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 30 menit pada jam kedua. Pada kontak pertama saat proses
persalinan ibu memasuki pemantauan yang di lakukan meliputi pemeriksaan
tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu dan pernafasan), TFU, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan.
Pada persalinan, bidan melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
sesuai dengan teori(Walyani, 2015) yang menyatakan bahwa
pendokumentasian hasil pemeriksaan menggunakan VII Langkah Management
Varney.
C. Masa Nifas
Penulis melakukan kunjungan nifas pada Ny. L sebanyak 4 kali yaitu 6
jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu. Hal ini sesuai dengan teori (Wiknjosastro,
2010) yang menyatakan bahwa kebijakan program nifas dilakukan paling
sedikit 4 kali yaitu pada 6 sampai 8 jam setelah persalinan, 6 Hari setelah
persalinan, 2 Minggu setelah persalinan dan 6 Minggu setelah persalinan.
Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan mendeteksi dini mencegah
infeksi dan komplikasi Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi
dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
Sebagaimana dengan teori Menurut Nurjanah (2013) tujuan dari perawatan
nifas yaitu memulihkan kesehatan pasien, mempertahankan kesehatan fisik dan
psikologis, mendapatkan kesehatan emosi, mencegah infeksi dan komplikasi,
melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memperlancar
pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI), mengajarkan ibu untuk
melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara
bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, memberikan pendidikan kesehatan dan
memastikan pemahaman serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan
bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE, serta memberikan pelayanan
Keluarga Berencana. Sehingga tujuan pemeriksaan ulang ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada pemeriksaan 6 jam Ny. L mengatakan masih merasa mulas.hal ini
sesuai dengan teori (maryunani,2009) yang mengatakan dalam nifas 6 jam
masih berkontraksi yang bertujuan pengembalian uterus.
Pada pemeriksaan 6 jam ibu dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
dipatkan hasil tekanan darah 120/60 mmhg, suhu 36,3 ℃, pernafasan 25
x/menit, nadi 80 x/menit. Tanda-tanda vital dalam batas normal hal ini sesuai
dengan teori (Maryunani, 2015) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari
37,2 ºC pasca melahirkan, perubahan suhu pada masa nifas ini adalah pada 24
jam pertama suhu tubuh ibu dapat meningkat sekitar 38ºC. Hal ini disebabkan
karena ekskresi otot, dehidrasi, dan perubahan hormonal. Pada masa nifas,
umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh. Nadi berkisar
antara 60-80 denyutan per menit setelah partus. Denyut nadi dapat mengalami
bradikardia 50-70x/menit pada 6-8 jam postpartum akibat perubahan cardiac
output (nadi normal 80-100x/menit). Tekanan darah sedikit mengalami
penurunan sekitar 20 mmHg atau lebih pada tekanan systole dari hipertensi
ortostatik; yang ditandai dengan sedikit pusing pada saat perubahan posisi dari
berbaring ke berdiri dalam 48 am pertama. Peningkatan darah sistolik dan
penambahan diastolik 15 mmHg disertai sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat menandakan terjadinya preeklampsi post partum. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. Pernafasan akan sedikit
meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. Sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil pemeriksaan.
Setelah pemeriksaan umum, ibu dilakukan pemeriksaan khusus yaitu
pemeriksaan secara lengkap mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki
meliputi pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. Hal ini
ditunjang oleh keadaan ibu yang tidak pernah mengalami keluhan seperti, sakit
kepala hebat, pandangan kabur, bengkak pada wajah dan ekstermitas yang
termasuk dalam tanda bahaya kehamilan menurut (Walyani, 2015: 78)
Pada pemeriksaan abdomen ditemui bahwa kontraksi baik, tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Hal ini sesuai dengan teori (Sulistyawati,
2009) yang mengatakan pada nifas 6 jam tfu berada di 2 jari dibawah pusat.
Sementara pada pemeriksaan anogenital ditemukan pengeluran
pervaginan lochea rubra. Hal ini sesuai dengan teori( Cunningham
dkk,2013)yang mengatakan pada beberapa hari pertama setelah melahirkan
lochea berwarna merah karena adanya darah dalam jumlah yang cukup banyak
yaitu lochea rubra.
Berdasarkan pemeriksaan nifas 6 jam pada tanggal 14 maret 2021 pada
pukul 19:30 WIB telah di dapat diagnosa yaitu Ny. L umur 28 tahun P2A0 post
partum 6 jam. Data dasar di peroleh dari data subjektif yaitu ibu mengatakan
melahirkan anak keduanya 6 jam yang lalu. Hal ini sesuai dengan teori
(Wildan, 2008) yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa. Tahap
ini dilakukan dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan
diagnosis yang akan ditegakan dalam batas diagnosis kebidanan intranatal.
Dilakukan perencanaan dan pelaksaan yaitu Melakukan informed
consent atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatanganin
lembar persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan
asuhan antenatal menurut (Saefudin, 2008) tenang Membangun rasa saling
percaya antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan,
ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Memastikan involusi uterus berjalan dengan baik bahwa involusi uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan memeriksa ada atau tidak ada bengkak pada payudara, kontraksi, TFU,
kandung kemih, lochea, serta tanda infeksi seperti demam tinggi, di dapatkan
hasil pemeriksaan yaitu payudara tidak ada pembengkakan, kontraksi baik,
Tinggi Fundus Uterus (TFU) 2 jari dibawah pusat ibu, kandung kemih kosong,
lochea rubra, suhu ibu tidak tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang bersumber
dari (Dewi, 2012) yaitu Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram akibat
kontraksi otot-otot polos uterus (Maryunani, 2015). Serta teori (Mochtar,
2013:87) bahwa setelah uri lahir tinggi fundus 2 atau 3 jari dibawah pusat.
Sedangkan pada pemeriksaan lochea, lochea berwarna merah segar hal ini
sesuai dengan teori (Mochtar, 2013:87-88) bahwa pada 1-2 hari pasca
persalinan lochea ibu berwarna merah segar atau rubra.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap mulai dari miring
kanan, miriong kiri, duduk, berdiri dan berjalan. Menganjurkan ibu untuk.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup 12 jam sehari 8 jam pada malam
hari 4 jam pada siang hari. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi mengandung karbohidrat (Nasi, jagung, roti), protein (Ikan,
daging, tahu, tempe dan telur), vitamin (Buah-buahan dan sayur-sayuran),
kalsium(Susu), air mineral (Air putih) dan tidak ada pantangan makanan
apapun selagi ibu tidak memiliki alergi. Hal ini sesuai teori (Rukiyah, 2011)
bahwa ibu menyusui butuh tambahan kalori sebesar 500 kkal per harinya dan
makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan baik
yaitu mandi 2 dalam sehari, mengganti pembalut setelah BAB dan BAK agar
tidak lembab dan tidak terjadi infeksi, cebok dari arah depan ke belakang
menggunakan air biasa dengan sabun, kemudian keringkan dengan tissue serta
mengganti celana dalam 2-3 kali dalam sehari. Melakukan perawatan luka
jahitan memberitahu perawatan luka jahitan seperti kompres dingin area luka
jahitan, bersihkan luka jahitan dengan air hangat, dan jaga agar tetap kering,
menjaga kebersihan tangan sebelum membersihkan area vagina ganti pembalut
secara berkala 2- 4 jam sekali. Hal ini berbeda dengan teori Manuaba
(1998:193), yang mengatakan bahwa perawatan perineum kini lebih aktif
dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini, karena dengan perawatan
mobilisasi dini mempunyai keuntungan untuk memperlancar pengeluaran
lochea, mengurangi infeksi perineum, dan meningkatkan kelancaran peredaran
darah. Perbanyak mengkonsumsi serat agar tidak keras babnya selama berhari
hari. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan bab dan bak karena akan
menghambat proses involusi uterus. Memberitahukan ibu untuk memberikan
ASI ekslusif 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun dan menyusui bayinya
sesering mungkin tanpa dijadwal asi merupakan santapan pertama dan utama
pada bayi baru lahir serta terbaik, mengandung semua semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, bayi
harus di berikan asi esklusif ( tanpa susu formula dan atau makanan lain selama
6 bulan ) penambahan makanan pendamping yang sesuai diberikan pada tahun
pertama ( usia 6 bulan ke atas ), menganjurkan ibu untuk memberikan asi
sesering mungkin ( on the men ) atau minimal 2 jam sekali manfaat asi bagi
bayi yaitu asi bertindak sebagai makanan utama bayi karna mengandung 60 %
persen kebutuhan bayi, apabila bayi sakit asi adalah makanan terbaik untuk di
berikan kepadanya. Hal ini sesuai dengan teori (Ambarwati: 2009) yang
menjelaskan tentang ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6
bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan
air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang bubur susu,
biscuit, bubur, nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru diberikan makanan
pendamping ASI (MP- ASI). ASI dapat di berikan sampai anak usia 2 tahun
atau lebih.
Bayi yang di beri asi lebih kebal terhadap penyakit daripada bayi yang
tidak memperoleh asi adapun manfaat bagi ibuyaitu isapan dapat memicu
rahim menciut, mempercepat kondisi ibu utuk kembali kemasa prakehamilan
serta mengurangi resiko perdarahan, menyusui bayi lebih hemat waktu, lebih
praktis, dan lebih hemat, dan bebas resiko terkena kangker rahim dan kangker
payudara. (Dep Kes RI: 2005). ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja
tanpa makanan dan minuman lain.
Memberitahu ibu tekhnik menyusui yang baik dan benar, ibu mencuci
tangan sebelum menyusui bayinya, ibu duduk dengan santai dan nyaman posisi
punggung sejajar punggunggung kursi dan kaki di beri alas sehingga tidak
menggantung, mengeluarkan sedikit asi dan mengoleskan pada putting susu
dan areola sekitar, bayi di pegang dengan satu tangan kepala terletak pada
lengkuk siku ibu, bokong bayi terletak pada lengan, ibu menempelkan perut
bayi pada perut ibu, dengan meletakan satu tangan bayi di belakang ibu, dan
yang satu di depan kepala bayi menghadap ke payudara, ibu memposisikan
bayi dengan telinga dan tangan dengan tegak lurus, ibu memegang payudara
dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah tanpa menekan
putting susu dan areola. Ibu menyentuh putting susu pada bagian mulut bayi
sebelum menyusu, setelah bayi mulai menghisap payudara tidak di sanggah
oleh ibu lagi, ibu menatap bayi saat menyusu. Pasca menyusu, melepas isapan
bayi dengan cara jari kelingking di masukan ke mulut melalui sudut kulit bayi
atau dagu bayi di tekan ke bawah setelah bayi selesai menyusu asi di keluarkan
sedikit dan di oleskan pada putting susu dan areola biarkan kering dengan
sendirinya, menyendawakan bayi dengan bayi di gendong tegak dan bersandar
di bahu ibu kemudian punggung di tekuk perlahan lahan atau bayi tidur
tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggung di tepuk secara perlahan,
menganjurkan ibu menyusui bayi setiap saat ( on the man ). Hal ini sesuai
dengan teori (JNPK-KR,2017) yang mengatakan menyusui dalam posisi dan
perlekatan yang benar, sehingga menyusui efektif, menyusui minimal 8 kali
sehari semalam (24 jam), menyusui kanan-kiri secara pergantian, hanya
berpindah ke sisi lain setelah mengosongkan payudara yang sedang disusukan.
Posisi menyusui seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher
dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, badan bayi menghadap ke dada
ibunya, badan bayi dekat ke ibunya.
Memberitahukan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu sakit
kepala hebat, pandangan berkunang-kunang, bengkak pada kaki, tangan, dan
wajah, demam tinggi lebih dari 37℃, pengeluaran darah yang berlebihan dan
berbau dari jalan lahir, bengkak pada payudara, sesak napas dan ibu merasa
depresi, jika ibu mengalami salah satu tanda tersebut segera periksa ke tenaga
kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,2017) yang mengataka
Adapun tanda - tanda bahaya pada masa nifas adalah perdarahan
pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Infeksi masa nifas adalah
infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan, suhu 380c atau
lebih yang terjadi antara hari ke 2- 10 post partum. Sakit kepala, nyeri
epigastrik, penglihatan kabur. Pembengkakan diwajah atau ekstremitas.
Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih. Payudara yang berubah menjadi
merah, panas dan terasa sakit (Damai Yanti, 2015).
Memberikan ibu therapy obat yaitu amoxilin (500mg) 3x1, asam
mefenamat (500mg) 3x1, tablet Fe (60mg) 1x1, vitamin A 1x1 (200.000 IU)
vitamin C (25mg) 3x2 dalam sehari. Hal ini sesuai dengan teori (Rukiyah
2011) bahwa ibu yang telah melahirkan membutuhkan suplai VitA sebanyak
200.000 IU agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.
Antibiotik agar ibu tidak mengalami infeksi karena ada luka laserasi perineum
serta obat nyeri untuk meredakan rasa nyeri setelah melahirkan.
Pada kunjungan nifas 6 hari ibu mengatakan telah melahirkan bayi yang
keduanya 6 hari yang lalu dan ibu mengatakan tidak ada keluhan penulis
melakukan pemeriksaan TTV pada Ny. L TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit,
R : 25x/menit, S : 36,3◦C, dari hasil pemeriksaan tersebut tekanan darah ibu
tidak ada kesenjangan teori dan praktik sesuai dengan teori (Dimas, 2019)
bahwa tekanan darah normal tidak lebih 140 mmHg.
Selanjutnya didapatkan hasil TFU pada nifas 6 hari yaitu pertengahan
simfisis dan pusat, hal ini sesuai dengan teori (Damaiyanti, 2014) yang
menyatakan bahwa TFU 1 minggu berada di pertengahan pusat dan simfisis.
Pada anogenital warna lochea kecoklatan, hal ini sesuai dengan teori
(Mochtar, 2013) yang menyatakan berwarna merah kecoklatan, berisi darah
dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan. Laserasi luka jahitan ibu sudah kering,
hal ini sesuai dengan teori bahwa luka jahitan akan mongering ketika sudah
mengincak 5-7 hari. (Rukiyah, 2010).
Berdasarkan pemeriksaan nifas 6 hari telah didapat diagnosa yaitu Ny.
L. P2A1 post partum 6 hari. Data dasar diperoleh dari data subjektif yaitu ibu
mengatakan melahirkan anak keduanya 6 hari yang lalu. Hal ini sesuai dengan
teori (Damayanti, 2014) yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa
tahap ini dilakukan dengan melakukan interpretasi data dasar yang akan
dilakukan yang ditemukan pada saat pengkajian.
Dilakukan perencanaan dan pelaksanaan, Melakukan informed consent
atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatanganin lembar
persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan
antenatal menurut (Saefudin, 2008) tenang Membangun rasa saling percaya
antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Penulis memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan ibu dan janin dalam keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori
(Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas
informasi menjadi kewajiban Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga
Kesehatan terutama tenaga medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan
dengan pasien wajib memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa
yang dimengerti oleh pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang
menggunakan istilah-istilah teknis.
Perencanaan dan pelaksanaan memastikan uterus sesuai dengan teori
(Saifudin, 2009) yang menyatakan bahwa Memeriksa dan memastikan
kembali bahwa uterus berjalan dengan baik di karenakan payudara ibu sudah
mengeluarkan asi dan bayi menyusu dengan baik, kontraksi baik, tfu
pertengahan syfisis pusat, kandung kemih kosong, keadaan lochea merah
kecoklatan, dan pengeluaran darah kurang lebih 20cc . Dalam hal ini sesuai
dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan pada teori dan praktek.
asuhan yang diberikan yaitu tentang nutrisi, istirahat dan pemberian
ASI eksklusif,personal hygiene. Hal ini sesuai dengan teori Walyani (2015)
yaitu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan involusi uterus berjalan
normal, menilai adanya infeksi, memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan pola istirahat, memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik,
memberikan informasi tentang asuhan bayi sehari-hari.
Pada kunjungan rumah nifas 2 minggu, ibu mengatakan tidak ada
keluhan. Ibu dilakukan pemeriksaan objektif hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital ibu dalam batas normal karena masih sama dengan pemeriksaan
sebelumnya.
Penulis memastikan involusi uterus ibu berjalan dengan baik, dengan
cara mengecek TFU (Tinggu Fundus Uterus) ibu yaitu sudah tidak teraba. Hal
ini sesuai dengan teori (Mochtar, 2011) bahwa TFU pada masa nifas 2 minggu
sudah tidak teraba. Kontraksi baik, kandung kemih kosong. Pemeriksaan
lochea sesuai dengan teori, lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak
berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan pada masa nifas>14 hari
adalah berwarna putih. Dan hasil pemeriksaan Ny. L ditemukan lochea
berwarna serosa, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek (Mochtar, 2013:87-88).
Dari hasil pemeriksaan nifas 2 minggu telah didapat diagnosa yaitu Ny.
L P2A1 post partum 2 minggu. Data dasar diperoleh dari data subjektif yaitu
ibu mengatakan melahirkan anak keduanya sudah 2 minggu yang lalu. Hal ini
sesuai dengan teori (Damayanti, 2014) yang menyatakan bahwa untuk
menegakan diagnosa tahap ini dilakukan dengan melakukan interpretasi data
dasar yang akan dilakukan yang ditemukan pada saat pengkajian.
Dilakukan perencanaan dan pelaksaan yaitu Melakukan informed
consent atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatangani
lembar persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan
asuhan antenatal menurut (Saefudin, 2008) tentang Membangun rasa saling
percaya antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan,
ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Asuhan yang dilakukan sama seperti hal nya dilakukan kunjungan nifas
6 hari yaitu tentang nutrisi, kebersihan diri, cara menyusui tanda bahaya nifas
dan pemberian tablet fe. Hal ini sesuai dengan teori walyani dkk (2015) yaitu
dilakukan pemeriksaan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal,
menilai tanda tanda infeksi, memastikan ibu cukup nutrisi, cairan dan istirahat,
memastikan ibu cukup nutrisi, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui
dengan baik memberikan informasi tentang asuhan bayi sehari-hari.melakukan
pengukuran tinggi fundus uteri dan memeriksa lochea ibu dimana TFU ibu
sudah tidak teraba, hal ini sesuai dengan teori Walyani, (2015) yang
menyatakan bahwa TFU pada masa nifas 2 minggu sudah tidak teraba.
Memberikan KIE kepada ibu tentang kontrasepsi yang baik untuk ibu
menyusui, hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Rukiyah, 2010) yaitu
memberikan konseling tentang KB agar ibu merasa mantap dan nyaman
sebelum menggunakan alat kontrasepsi. Yaitu KB suntik 3 bulan, KB pil,
implant dan IUD. Hal tersebut sesuai dengan teori (Handayani, 2010) yang
mengatakan metode kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui yaitu yang
mengandung hormon progesteron seperti Pil KB Progestin, Suntik KB
progestin (suntik KB 3 bulan), KB susuk atau implant progestin dan IUD
(Intrauterine Device) progestin.
Pada kunjungan nifas 6 minggu post partum ibu mengatakan tiak ada
keluhan, Pada pemeriksaan TFU sudah tidak teraba dan sudah normal. Hal ini
sesuai dengan (teori Mochtar, 2010) yang menyatakan bahwa pada masa nifas
6 minggu tinggi fundus uteri ibu kembali normal.
Pada pengeluaran lochea berwarna putih hal ini sesuai dengan teori
(Vivian Nanny, 2014) yang menyatakan bahwa pada Lochea alba, lochea ini
muncul dari hari ke 10 postpartum, warnanya lebih pucat, putih kekuningan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan nifas 6 minggu telah didapat diagnosa
yaitu Ny. L P2A1 post partum 6 minggu. Data dasar diperoleh dari data
subjektif yaitu ibu mengatakan melahirkan anak keduanya sudah 6 minggu
yang lalu. Hal ini sesuai dengan teori (Damayanti, 2014) yang menyatakan
bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini dilakukan dengan melakukan
interpretasi data dasar yang akan dilakukan yang ditemukan pada saat
pengkajian.
Dilakukan perencanaan dan pelaksaan yaitu Melakukan informed
consent atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatangani
lembar persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan
asuhan antenatal menurut (Saefudin, 2008) tentang Membangun rasa saling
percaya antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan,
ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Asuhan yang dilakukan sama seperti hal nya dilakukan kunjungan nifas
2 minggu yaitu tentang nutrisi, kebersihan diri, cara menyusui tanda bahaya
nifas dan pemberian tablet fe. Hal ini sesuai dengan teori walyani dkk (2015)
yaitu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan involusi uterus berjalan
normal, menilai tanda tanda infeksi, memastikan ibu cukup nutrisi, cairan dan
istirahat, memastikan ibu cukup nutrisi, cairan dan istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik memberikan informasi tentang asuhan bayi sehari-hari.
Penulis memastikan KB yang cocok untuk ibu menyusui, hal ini sesuai
dengan teori (Saifuddin, 2010) yang menyatakan bahwa KB yang cocok untuk
ibu bersalin dan menyusui yaitu KB suntik 3 bulan karena KB suntik 3 bulan
hanya mengandung progrestin. Serta terdapat pula pada teori yang menyatakan
bahwa KB yang cocok untuk ibu bersalin dan menyusui yaitu salah satu nya
KB suntik 3 bulan karena suntik 3 bulan hanya mengandung progestin
sehingga tidak menekan atau mengganggu produksi ASI (Pelayanan
Kontrasespsi, 2010). Dari kedua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa antara
teori dengan praktek tidak ada kesenjangan.
Proses nifas pada Ny. L secara keseluruhan berjalan dengan normal
tanpa adanya masalah, hal ini dikarenakan ibu mau mengikuti anjuran dan
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh penulis.
Pada masa nifas, bidan melakukan pendokumentasian hasil
pemeriksaan sesuai dengan teori(Walyani, 2015) yang menyatakan bahwa
pendokumentasian hasil pemeriksaan menggunakan VII Langkah Management
Varney.
D. Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. L lahir spontan dengan usia kandungan cukup bulan yakni 38
minggu 2 hari dilakukan penilaian bayi baru lahir Bugar. Hal ini sesuai dengan
teori (JNPK-KR, 2012) bahwa jika bayi meliputi 4 aspek yaitu bayi lahir cukup
bulan, air ketuban jernih, segera menangis, tonus otot aktif, warna kulit
kemerahan.
Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, bayi dilakukan IMD. Hal
ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2012) yang menyatakan bahwa segera
setelah bayi lahir dilakukan IMD setidaknya selama 1 jam atau lebih.
Setelah 1 jam bayi lahir penulis melakukan pemeriksaan fisik secara
sistematis pada bayi baru lahir dan didapatkan hasil pemeriksaan tidak ada
kelainan pada bayi, hal ini sesuai dengan teori (Saifuddin, 2009) bahwa bayi
dalam waktu 1 jam dilakukan pemeriksaan fisik.
Hasil pemeriksaan objektif keadaan umum bayi baik dan tanda-tanda
vital bayi dalam batas normal yaitu Denyut Jantung: 130 x/m, Suhu: 36,3 °C,
Respirasi: 25 x/m. Hal ini sesuai dengan teori Tanda-tanda neonatus normal
adalah appearance color (warna kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut
jantung) >100 x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan)
menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha
nafas) bayi menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012). Serta
ditunjang teori (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012) yaitu Kehangatan
tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang dari 36°C).
Berat badan bayi baru lahir yaitu 2.600 gram, hal ini sesuai dengan
(Tando, 2016) yang menyebutkan bahwa ciri-ciri bayi lahir normal salah
satunya adalah berat badan bayi baru lahir normal yaitu 2500-4000 gram.
Penulis melakukan pemeriksaan fisik mulai dari kepala tidak ada caput
succedaneum, tidak ada haematom, tidak ada kelainan, ubun-ubun tidak
cekung sedikit cembung. muka tidak ada cyanosis, tidak pucat. mata tidak ada
odema, sklera tidak ikterik. Mulut tidak ada hipersaliva, tidak ada labio schiziz.
Hidung septum berada ditengah, tidak ada polip. Telingga simetris kiri dan
kanan. Leher pembengkakan tidak ada. Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
retraksi iga. Tali pusat tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan.
Abdomen tidak cekung, tidak kembung, tidak ada kelainan. Punggung tidak
ada spina bifida. Ekstremitas simetris kiri dan kanan. Genitalia labia mayora
sudah menutupi labia minora. Tidak ada kelainan bawaan.anus positif sudah
BAB. Hal ini sesuai teori (JNPK-KR,2017) yang mengatakan pemeriksaan
bayi bayi baru lahir bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam, yang diperiksaan
mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Selanjutnya penulis melakukan pemeriksaan reflek pada bayi, reflek
moro(terkejut) positif. Reflek roothing (mencari) positif. Tidak dilakukan
reflek walking. Reflek grasping positif. Reflek suching positif dan reflek tonic
neck positif. Hal ini sesuai dengan teori (santrock, 2010) yang mengatakan
perkembang fisik bayi dalam dua tahun pertaham sangatlah ekstensif, pada saat
lahir bayi sudah memiliki reflek-reflek yang dimiliki seperti reflek moro,reflek
rooting, reflek suchkin,reflek grasping, reflek genggam kaki(babinski-reflek).
Refleks-refleks tersebut sangat penting, karena merupakan mekanisme
pertahanan hidupnya. Biasanya reflek-reflek tersebut akan menghilang ketika
bayi berusia antara 3-4 bulan.
Lingkar kepala bayi yaitu Circumferensial Fronto Occipitalis 32 cm,
Circumferensial Mento Occipitali 34 cm, Circumferensial Sub
OccipitalisBregmatikal 32 cm. Hal ini sesuai dengan teori Ukuran lingkar
kepala dan dada bisa hamper sama selama satu sampai dua hari setelah lahir.
Ukuran circumferensial (keliling): circumferensial fronto occipitalis 33 sampai
35 cm, circumferensia occipitalis ±35 cm, dan circumferensia sub occipito
bregmatika ±32 cm. (Bobak, dkk 1995 dalam Wijayarini, Maria A).
Lingkar dada bayi Ny. L yaitu 31 cm, adalah normal berdasarkan teori
(Bobak, dkk 1995 dalam Wijayarini, Maria A) yaitu Ukur pada garis buah
dada. Didapatkan dua sentimeter lebih kecil daripada lingkar kepala. Rata-rata
sekitar 30 sampai 33 cm.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bayi Baru Lahir 6 jam telah didapat
diagnosa yaitu By neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam.
Data dasar diperoleh dari data subjektif yaitu ibu mengatakan bayi lahir jam
13:00 WIB pada tanggal 14 maret 2021 pada usia kehamilan 38 minggu 2 hari
BB:2600, PB:49cm. Hal ini sesuai dengan teori (Damayanti, 2014) yang
menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini dilakukan dengan
melakukan interpretasi data dasar yang akan dilakukan yang ditemukan pada
saat pengkajian.
Dilakukan Perencanaan dan pelaksanaan Melakukan informed consent
atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatangani lembar
persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan
antenatal menurut (Saefudin, 2008) tentang Membangun rasa saling percaya
antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan teori (JNPK-KR,2017)
yang mengatakan pemeriksaan bayi baru lahir untuk mengetahui sedini
mungkin jika terdapat kelainan pada bayi risiko tersebesar kematian BBL
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di fasilutas kesehatan selama
24 jam pertama, yang di periksa meliputi lihat postur tonus dan aktifitas, kulit,
pernafasan, pengukuran suhu, lihat dan raba bagian kepala, mata, mulut, perut,
punggung dan raba tulang belakang, lubang anus, lihat dan raba alat genitalia,
timbang bayi, mengukur panjang bayi dan menilai cara menyusui. Hal ini tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Memberikan perawatan tali pusat bayi yaitu dengan cara bungkus tali
pusat dengan kasa steril tanpa di bubuhi apapun seperti kopi, betadine, alkohol,
dan ramuan ramuan apapun. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,2017) yang
mengatakan membungkus menggunakan kasa steril, tidak boleh diberikan
apapun dan memastikan tali pusat tidak lembab.
Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya yaitu dengan cara
metode kangguru atau secara skin to skin mengganti kain basah dengan kain
kering/ bersih selimut bayi, pakaian baju bayi, popok bayi, dan bedong lalu
pakaikan topi jemur bayi setiap pagi 10/mnt. Hal ini sesuai dengan teori
(JNPK-KR 2008) yaitu jaga kehangatan bayi, bersihkan jalan nafas (jika perlu),
keringkan dan tetap jaga kehangatan.
Memberikan salep mata tetrasiklin 1%. Hal ini sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 2009) tentang pemberian salep antibiotic yaitu di beberapa
negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum di haruskan untuk
mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah dimana prevalensi
gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah 5 jam
bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
Memberikan injeksi vitamin K 1 mg dengan dosis pemberian 0,5 ml
secara Intra Muskuler dipaha kiri bayi bagian luar. Hal ini sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 2009) Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar 0,25-0,5 %. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut semua neonatus fisiologis dan cukup bulan perlu
vitamin K peroral 1mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg per I.M. Serta teori (Kemenkes,
2010) yaitu Semua neonatus yang lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri.
Setelah 1 jam pemberian injeksi vit-K 1 mg, diberikan injeksi imunisasi
Hepatitis HB 0 diberikan 0,5 ml di paha kanan anterolateral, hal ini sesuai
dengan teori (JNPK-KR, 2012) bahwa pada bayi baru lahir harus diberikan
imunisasi yaitu Hepatitis B0 intramuskuler dipaha kanan anterolateral,
diberikan kira-kira 1 jam setelah pemberian Vit-K 1 mg. Ditambah dengan
teori (Depkes RI, 2010) tentang pemberian imunisasi bayi baru lahir yaitu
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Selanjutnya
Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam (pada saat
bayi pulang dari klinik) atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan
sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Memberitahu ibu untuk memberikan asi eklusif memberikan ASI
ekslusif 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun dan menyusui bayinya
sesering mungkin tanpa dijadwal asi merupakan santapan pertama dan utama
pada bayi baru lahir serta terbaik, mengandung semua semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, bayi
harus di berikan asi esklusif ( tanpa susu formula dan atau makanan lain selama
6 bulan ) penambahan makanan pendamping yang sesuai diberikan pada tahun
pertama ( usia 6 bulan ke atas ), Sesuai dengan penjelasan (Dep Kes RI: 2005).
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain.
Memberitahu ibu tekhnik menyusui yang baik dan benar, ibu mencuci
tangan sebelum menyusui bayinya, ibu duduk dengan santai dan nyaman posisi
punggung sejajar punggunggung kursi dan kaki di beri alas sehingga tidak
menggantung, mengeluarkan sedikit asi dan mengoleskan pada putting susu
dan areola sekitar, bayi di pegang dengan satu tangan kepala terletak pada
lengkuk siku ibu, bokong bayi terletak pada lengan, ibu menempelkan perut
bayi pada perut ibu, dengan meletakan satu tangan bayi di belakang ibu, dan
yang satu di depan kepala bayi menghadap ke payudara, ibu memposisikan
bayi dengan telinga dan tangan dengan tegak lurus, ibu memegang payudara
dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah tanpa menekan
putting susu dan areola. Ibu menyentuh putting susu pada bagian mulut bayi
sebelum menyusu, setelah bayi mulai menghisap payudara tidak di sanggah
oleh ibu lagi, ibu menatap bayi saat menyusu. Teknik ini sesuai dengan
anjuran dari (DepKes RI, 2005, p.31). tentang teknik menyusui yang benar
yaitu: 1) Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya. 2) Ibu duduk
dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi dan
kaki diberi alas sehingga tidak menggantung. 3)Mengeluarkan sedikit ASI dan
mengoleskan pada putting susu dan aerola sekitarnya. 4) Bayi dipegang dengan
satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak
pada lengan. 5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan
satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap
ke payudara. 6) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis
lurus. 7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola. 8) Ibu
menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui.9)
Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga
lagi. 10) Ibu menatap bayi saat menyusui.
Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu tidak mau menyusu
atau memuntahkan semua yang diminum, ini tandanya bayi terkena infeksi
berat. Bayi kejang, kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan
gerakan normal. Jika melihat gejala / gerakan yang tidak biasa dan terjadi
secara berulang-ulang (menguap, mengunyah, menghisap, mata berkedip-
kedip, mata mendelik, bola mata berputar-putar, kaki seperti mengayuh sepeda)
yang tidak berhenti jika bayi disentuh atau dielus-elus, kemungkinan bayi
kejang, bayi lemah, bergerak hanya dipegang, ini tandanya bayi sakit berat.
Sesak napas (frekuensi pernapasan 60 kali/menit atau lebih). Bayi merintih
yang menandakan ia sedang mengalami sakit berat. Pusar kemerahan sampai
dinding perut, kondisi ini menandakan bahwa bayi mengalami infeksi berat.
Demam (suhu tubuh lebih dari 37,5 °C) atau tubuh teraba dingin (suhu tubuh
kurang dari 36,5 °C). Mata bayi bernanah banyak, ini dapat menyebabkan bayi
menjadi buta. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit akan
kembali lambat, ini menandakan bayi kekurangan cairan yang berat, bisa
menyebabkan kematian. Kulit bayi terlihat kuning, kuning pada bayi berbahaya
jika muncul pada: hari pertama (kurang dari 24 jam)setelah lahir, ditemukan
pada umur lebih dari 14 hari dan kuning sampai telapak tangan atau kaki.
Uraian tersebut mengacu pada teori (Departemen Kesehatan RI, 2018)
yaitu beberapa tanda bahaya yang sering terjadi pada bayi baru lahir, seperti
tidak mau menyusu atau memuntahkan semuanya, kejang, bergerak hanya jika
diransang, sesak nafas, menangis merintih, demam (suhu ≥ 37,5°C), teraba
dingin (suhu ≤ 36°C), mata bernanah, diare, badan kuning dan buang air besar
berwarna pucat.
Pada pemeriksaan bayi 6 hari Dilakuakan pemeriksaan pada bayi Ny. L
dan didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital
yaitu HR 130 x/menit, pernafasan 40 x/menit dan suhu 36,7°C, Hal ini sesuai
dengan teori Tanda-tanda neonates normal adalah appearance color (warna
kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimace
(reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot)
gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menangis kuat. (Mochtar 1998
dalam Rukiyah 2012).
Serta ditunjang teori (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012) yaitu
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang
dari 36°C) Berat Badan (BB) 3000gram, Hal ini tidak sesuai
dengan teori (JNPK-KR,2012) bila penimbangan dilakukan setiap hari
dengan alat timbangan yang akurat pada minggu pertama tidak ada
penurunan berat badan atau kurang dari 10% sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus. Panjang Badan (PB) 49 cm, lingkar kepala
33 cm, lingkar dada 35 cm.
Pada hasil pemeriksaan fisik yaitu abdomen tidak ada kelainan, tali
pusat sudah puuput 4 hari setelah kelahiran. Hal ini sesuai
dengan teori (Saifuddin, 2010) bahwa tali pusat akan puput pada waktu bayi
berumur 6-7 hari, hal ini di karenakan perawatan tali pusat hanya dibungkus
menggunakan kassa steril tanpa di bubuhi dengan yang lain sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus. Anogenital labia mayora menutupi labia
minora, uretra berlubang bayi sudah BAB dan BAK dan tidak ada cacat
bawaan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bayi Baru Lahir 6 hari telah didapat
diagnosa yaitu By neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari.
Data dasar diperoleh dari data subjektif yaitu ibu mengatakan bayi lahir jam
13:00 WIB pada tanggal 14 maret 2021 pada usia kehamilan 38 minggu 2 hari
BB:2600, PB:49cm. Hal ini sesuai dengan teori (Damayanti, 2014) yang
menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini dilakukan dengan
melakukan interpretasi data dasar yang akan dilakukan yang ditemukan pada
saat pengkajian.
Dilakukan Perencanaan dan pelaksanaan Melakukan informed consent
atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatangani lembar
persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan
antenatal menurut (Saefudin, 2008) tentang Membangun rasa saling percaya
antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Memastikan tali pusat tidak terinfeksi dengan cara menilai daerah
sekitar pusat apakah ada tanda tanda kesakitan, warna kemerahan, adanya
pembengkakan, adanya darah atau cairan, ternyata tidak ada tanda infeksi. hal
ini sesuai dengan teori Saifuddin (2010) yang menyatakan bahwa tali pusat
terlepas dalam waktu seminggu pertama. Sehingga tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus.
Memberitahukan ibu untuk memberikan asi eklusif memberikan ASI
ekslusif 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun dan menyusui bayinya
sesering mungkin tanpa dijadwal asi merupakan santapan pertama dan utama
pada bayi baru lahir serta terbaik, mengandung semua semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, bayi
harus di berikan asi esklusif ( tanpa susu formula dan atau makanan lain selama
6 bulan ) penambahan makanan pendamping yang sesuai diberikan pada tahun
pertama ( usia 6 bulan ke atas ), Sesuai dengan penjelasan (Dep Kes RI: 2005).
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain.
Pada usia 2 minggu bayi Ny. L mengalami peningkatan berat badan
lahir 2.600 gram menjadi 3300 gram. Karena bayi mendapatkan cukup ASI, hal
ini sesuai dengan teori (Suherni, dkk 2009) yang menyatakan bahwa bayi yang
mendapatkan cukup ASI akan mengalami bayi tumbuh dengan baik dan
penambahan berat badan.
Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal. Ibu mengatakan
Tali pusat puput dalam waktu 4 hari hal ini sesuai dengan teori Saifuddin
(2010) yang menyatakan bahwa tali pusat terlepas dalam waktu seminggu
pertama. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bayi Baru Lahir 2 minggu telah didapat
diagnosa yaitu By neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu.
Data dasar diperoleh dari data subjektif yaitu ibu mengatakan bayi lahir jam
13:00 WIB pada tanggal 14 maret 2021 pada usia kehamilan 38 minggu 2 hari
BB:2600, PB:49cm. Hal ini sesuai dengan teori (Damayanti, 2014) yang
menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini dilakukan dengan
melakukan interpretasi data dasar yang akan dilakukan yang ditemukan pada
saat pengkajian.
Dilakukan Perencanaan dan pelaksanaan Melakukan informed consent
atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatangani lembar
persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan
antenatal menurut (Saefudin, 2008) tentang Membangun rasa saling percaya
antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Memberitahukan ibu untuk memberikan asi eklusif memberikan ASI
ekslusif 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun dan menyusui bayinya
sesering mungkin tanpa dijadwal asi merupakan santapan pertama dan utama
pada bayi baru lahir serta terbaik, mengandung semua semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, bayi
harus di berikan asi esklusif ( tanpa susu formula dan atau makanan lain selama
6 bulan ) penambahan makanan pendamping yang sesuai diberikan pada tahun
pertama ( usia 6 bulan ke atas ), Sesuai dengan penjelasan (Dep Kes RI: 2005).
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain.
Pada kunjungan tersebut penulis memberikan KIE tentang imunisasi
dasar lengkap yaitu HBO diberikan pada bayi usia 0-7 hari, BCG dan polio 1
diberikan pada bayi usia 1 bulan, DPT-HB-Hib1 dan polio 2 diberikan pada
bayi usia 2 bulan, DPT-HB-Hib2 dan polio 3 diberikan pada bayi usia 3 bulan,
DPT-HB-Hib3, polio 4 dan IPV diberikan pada bayi usia 4 bulan dan campak
diberikan pada bayi usia 9 bulan. Dan ada imunisasi lanjutan yaitu DPT-HB-
Hib diberikan pada usia 18 bulan dan campak pada usia 24 bulan dan BIAS
(Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yaitu DT dan campak untuk anak kelas 1 SD,
Td untuk anak kelas 2 SD dan 3 SD. Hal tersebut sesuai dengan teori (Depkes
RI, 2010) tentang pemberian imunisasi bayi baru lahir yaitu Imunisasi
Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1
yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT
diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV
diberikan pada saat bayi berumur 24 jam (pada saat bayi pulang dari klinik)
atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur
2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Pada kunjungan Usia 6 minggu berat badan bayi mengalami
peningkatan dari 3300 gram menjadi 5000 gram. Hal ini sesuai dengan teori
(JNPK-KR, 2017) yang menyatakan bahwa pada usia 1 bulan setidaknya 300
gram. Didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital bayi yaitu, Denyut
jantung: 132 x/m, Suhu: 36,6 °C, Pernafasan: 34 x/m hasil tersebut dalam batas
normal, hal ini sesuai dengan teori menurut dr. Ahmad Muhlisin yaitu normal
tanda-tanda vital bayi umur 1 bulan – 1 tahun saat bangun adalah 100-150
x/menit dan pernafasan bayi usia dibawah 1 tahun 30-50 x/menit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bayi Baru Lahir 6 minggu telah
didapat diagnosa yaitu By neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia
minggu hari. Data dasar diperoleh dari data subjektif yaitu ibu mengatakan
bayi lahir jam 13:00 WIB pada tanggal 14 maret 2021 pada usia kehamilan 38
minggu 2 hari BB:2600, PB:49cm. Hal ini sesuai dengan teori (Damayanti,
2014) yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini dilakukan
dengan melakukan interpretasi data dasar yang akan dilakukan yang ditemukan
pada saat pengkajian.
Dilakukan Perencanaan dan pelaksanaan Melakukan informed consent
atas tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia menandatangani lembar
persetujuan hal ini sesuai dengan Alasan penting untuk mendapatkan asuhan
antenatal menurut (Saefudin, 2008) tentang Membangun rasa saling percaya
antara klien dan petugas kesehatan, Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bidan.
Setelah dilakukan pemeriksaan maka penulis memberitahu hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan, 2017 : 133) bahwa hak pasien atas informasi menjadi kewajiban
Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga
medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien wajib
memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah
teknis.
Memberitahukan ibu untuk memberikan asi eklusif memberikan ASI
ekslusif 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun dan menyusui bayinya
sesering mungkin tanpa dijadwal asi merupakan santapan pertama dan utama
pada bayi baru lahir serta terbaik, mengandung semua semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, bayi
harus di berikan asi esklusif ( tanpa susu formula dan atau makanan lain selama
6 bulan ) penambahan makanan pendamping yang sesuai diberikan pada tahun
pertama ( usia 6 bulan ke atas ), Sesuai dengan penjelasan (Dep Kes RI: 2005).
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain.
Pada kunjungan 6 minggu penulis memberikan asuhan yang sama
dengan pemeriksaan sebelumnya selain itu penulis telah menganjurkan pada
Ny.L bayinya untuk segera dilakukan imunisasi BCG. Hal ini sesuai dengan
teori (Depkes, 2010) yang menyatakan bahwa imunisasi BCG dan polio 1
diberikan pada saat bayi berusia 1 bulan.
Penulis memberikan asuhan sesuai dengan teori Saifuddin 2009 yaitu
menjaga kebersihan bayi, memastikan bayi mendapat cukup ASI,perawatan tali
pusat, memastikan imunisasi BCG telah dilakukan.
Pada pemeriksaan Bayi Baru Lahir, bidan melakukan
pendokumentasian hasil pemeriksaan sesuai dengan teori(Walyani, 2015) yang
menyatakan bahwa pendokumentasian hasil pemeriksaan menggunakan VII
Langkah Management Varney.

Anda mungkin juga menyukai