Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN

SENI DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

WIDIA FATIKA SARI (21024014057)

RISAL HIDAYAT (21024014050)

AMINAH (21024014076)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah
yang berjudul “Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam” dengan tepat waktu dan
tanggung jawab mengingat ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang ada relevansinya dengan
penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil
apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam, mampu memberikan manfaat dan
mampu memberikan nilai tambah kepada para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep IPTEK dan Seni Dalam Islam................................................ 3 
2.1.1 Definisi IPTEK........................................................................... 3
2.1.2 Definisi Seni............................................................................... 3
2.1.3 Sumber Ilmu Pengetahuan.......................................................... 3
2.1.4 Batasan IPTEK dalam Islam...................................................... 5
2.2 Integrasi Iman, Ilmu dan Amal............................................................ 6
2.3 Keutamaan Orang yang Berilmu......................................................... 6
2.4 Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Lingkungannya............................ 8
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan........................................................................................ 11
3.2 Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

          Perkembangan Sains dan Teknologi di zaman ini semakin terasa pesat dan diperlukan
manusia. Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk sains dan
teknologi. Sukar untuk dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-
produk sains dan teknologi. Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari makan,
minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat
komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas
daripada menggunakan produk sains dan teknologi.

          Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting
dalam pembangunan tamadun atau peradaban material manusia. Penemuan-penemuan sains
dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia. Alasan inilah
yang melatar belakangi kami untuk menulis makalah berjudul berjudul “IPTEK DAN SENI
DALAM ISLAM”.Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Agama dan Etika Islam kami. Untuk penjelasan lebih lanjut akan kami bahas dalam
bab-bab selanjutnya.

1.2.      Rumusan Masalah

    Melihat latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan antara lain:


1. Apakah pengertian IPTEK dan seni?
2. Apa saja sumber ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana batasan iptek dalam islam.
4. Bagaimana integrasi iman, ilmu, teknologi dan amal dalam Islam?
5. Apakah peran utama orang yang berilmu dan tanggungjawab ilmuwan terhadap
lingkungan?

1.3.      Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan :


1. Mengetahui definisi iptek dan seni.
2. Mengetahui sumber-sumber ilmu pengetahuan.
3. Mengetahui batasan iptek dalam islam.
4. Untuk mengetahui integrasi iman, ilmu, teknologi dan amal dalam Islam.
5. Mengetahui peran utama orang yang berilmu dan tanggung jawab ilmuwan terhadap
lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Konsep IPTEK dan Seni Dalam Islam

2.1.1 Definisi IPTEK

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “’ilmu” yang berarti pengetahuan. Kata “ilmu” sekalipun
berbeda, tetapi memiliki kemiripan dengan kata “ma’rifah”, “fiqh”, “hikmah”, dan ‘’syu’ur”.
Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik dalam arti, proses, maupun obyeknya. Ilmu yang
berarti pengetahuan yang jelas itu ada 2 macam, yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan
ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaaan, seperti
perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa
memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya. Dalam bahasa Inggris, jenis ilmu ini disebut
“knowledge”. Sedangkan ilmu dalam pengertian pengetahuan ilmiah sekalipun juga
merupakan keseluruhan bentu upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi disertai
memperhatikan obyek yang ditelaah, cara yang dipergunakan, dan kegunaannya. Dengan
demikian, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis, dan
aksiologis. Dalam bahasa inggris, jenis pengetahuan ilmiah disebut “science”, dan
diIndonesiakan dengan sains. (Ensiklopedi Islam, hal.201)

2.1.2Definisi Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-
nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi.
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan
jiwanya terus bertambah.
2.1.3 Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu.Keduanya
tidak boleh dipertentangkan.Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi
(perennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang
bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat
kebenaran nisbi (relative), oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk
ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan
kajian ulang atau perbaikan kembali.
Al-qur’an menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber
pengetahuan.Tuhan menampakka tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga
pengalaman lahir.Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena
ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini.Pengalaman batin merupakan
pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya
telah dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi.Sedangkan Al-qur’an membimbing
pengalaman lahir manusia kearah obyek alam dan sejarah.
Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena
sesungguhnya hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu
sendiri.Manusia adalah makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan
untuk menyerap ilmu pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek :
  Pertama, turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan perintah
untuk membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas membaca bagi
kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam
sekitarnya. Membaca dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan
menghayati berbagai fenomena di dalam dan di sekitar diri hingga terpahami betul
makna dan hakikatnya.
  Kedua, banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan
akal, pikiran dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 : 68, Al-An’aam 6 : 50). Ini
menandakan bahwa manusia yang tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada
dirinya itu adalah manusia yang tidak berharga.
  Ketiga, Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi
akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih rendah dari itu
(al-A’raf 7 : 179).
  Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan
orang-orang yang bodoh (Az-Zumar 39 : 9).
Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan
praktis dari ilmu pengetahuan.Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa
dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia yang
berakibat kehancuran alam semesta.Oleh sebab itu teknologi bersifat netral artinya
bahwa teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau juga bisa
digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.Adapun seni termasuk bagian dari
budaya manusia sebagai hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya.Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian dari
budaya manusia.
Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan
untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat
canggih yang dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari
teknologi.Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa
ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang
berakibat kehancuran alam semesta.Pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik
obyektif dan netral, tetapi dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena
memliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan.Oleh karena itu, penguasaan,
pengembangan dan pendayagunaan iptek harus senantiasa berada dalam jalur nial-nilai
keimanan dan kemanusiaan.

2.1.4 Batasan IPTEKS dalam Islam

Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan
seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada rusaknya nilai-nilai
kemanusiaan, bukan hasil teknologinya yang ditolak melainkan manusianya yang harus
diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi.
Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an expression
of human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan
ekspresi jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dan
budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran, dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang
lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu,
bukan akal budi. Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah dan syariah,
senantiasa mengukur segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan
pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya, seni yang
bertentangan atau merusak aqidah, syariat dan akhlak tidak akan diakui sebagai sesuatu
yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima
dalam islam.
Dalam perspektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan
pengembangan potensi yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi
gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar
menemukan bagaimana proses sunnatullah (hukum alam, hukum Allah) itu terjadi di
alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah.
Sumber pengembangan ipteks dalam Islam adalah wahyu Allah. Ipteks yang Islami selalu
mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi
kehidupan umat manusia. Untuk itu, ipteks dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.
Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan
diri pada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.
2.2    Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal

Di dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah
tentang integrasi antara iman, ilmu, dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan
iman, ilmu, dan amal atau aqidah, syariah, dan akhlak dengan menganalogikan
bangunan Dinul Islambagaikan sebatang pohon yang baik.Iman dianalogikan dengan
akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran agama Islam.Ilmu bagaikan batang
pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan,
sedangkan amal ibaratkan buah dari pohon sebagai analogi dari karya ilmu
pengetahuan.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan
amal shaleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal shaleh apabila
perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Ipteks
yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan bisa
jadi akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.

2.3    Keutamaan Orang yang Berilmu

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.Kesempurnaan


ini dikarenakan manusia dibekali dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling
utama adalah akal.Dengan akalnya ini, manusia mampu melahirkan berbagai macam
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.Bagi orang-orang yang berakal dan senantiasa
bernalar untuk mengembangkan ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan “Ulul
Albab” (QS. Ali Imron: 190).
Begitu banyak ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang
keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Pepatah
mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena ilmu akan menjaga
pemiliknya, sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus menjaganya. Dan
sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun
dengan berbekal ilmu.Tidak mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal
tersebut tanpa memiliki ilmu. Karena, tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama
tanpa memiliki dasar yang kuat dan hanya ikut-ikutan saja, yang pada akhirnya imannya
akan mudah goyah oleh syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela. Di bawah ini
adalah beberapa keutamaan orang-orang yang berilmu. Di antaranya adalah:
 Dalam surah Al-Mujadalah: 11, Allah SWT berfirman “… Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat….” Derajat yang diberikan Allah bisa berupa kemuliaan status social,
kedudukan, jabatan, harta, dan kelapangan hidup.
 Dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr:20, Allah membandingkan antara orang
yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui dan ahli surga dengan ahli
neraka dengan redaksi yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda derajat orang yang
berilmu dengan derajat orang yang tidak berilmu adalah sama dengan beda derajat ahli
surga dengan ahli neraka.
 Dalam surah Al-Mulk: 2, Allah berfirman “Yang menciptakan mati dan hidup untuk
menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya….” Ulama menjelaskan bahwa yang
dimaksud ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan yang benar, yakni sesuai
dengan tuntutan Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin seseorang bisa meraih hal ini
tanpa ilmu?
Rasulullah pernah bersabda “Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. At-
Tirmidzi). Dan dalam hadits-hadits beliau yang lain, beliau tidak pernah meminta
kepada Allah untuk ditambahkan kepadanya keculai ilmu. Seandainya ada sesuatu yang
lebih utama dari ilmu, pastilah eliau akan mengajarkan umatnya untuk meminta hal
tersebut.
Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada shalatnya orang yang tidak
berilmu.Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah bertujuan
untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu, orang yang
mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah di
dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya orang
yang bodoh akan rawan terhadap bid’ah dan justru menjadikan syaitan menyukainya.
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya
mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka
ia telah mengambil bagian yang banyak.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
 Imam Syafi’i pernah berkata “Menuntut ilmu lebih afdol daripada shalat nafil
(shalat tahajjud).”
Imam Bukhari berkata “Ilmu itu sebelum berkata dan beramal.”
Imam Al-Ghazali juga berkata “ Barangsiapa yang berilmu akan dapat
membimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari,
selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang
harum dan menyebarkan pesona keharumannya kepada orang yang berpapasan.”
Demikianlah beberapa dalil yang menunjukkan keutamaan-keutamaan orang
yang berilmu atas orang yang ahli ibadah. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam
setiap dalil tersebut, kata ilmu selalu didahului oleh alif-lam yang menunjukkan bahwa
hanya ilmu-ilmu tertentu saja yang wajib untuk dicari oleh setiap muslim. Ilmu apa
sajakah itu?
Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu yang
hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah “Ilmu syar’i yang
bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik urusan ubadah
dan mu’amalah.Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban kita terhadap urusan
tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan.Adapun semua itu berputar pada tafsir,
hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141).
2.4    Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Lingkungannya

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah dan sebagai
khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri
sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini memiliki
konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya.
Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan
menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta berupa potensi yang
sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya
rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan
manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada
sesama manusia termasuk pada dirinya.
Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai
alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketaqwaan bukan
pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia diberikan
kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta memanfaatkannya
dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan untuk kehidupan
manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allah menciptakan alam, karena Allah
menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah untuk
memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat
manusia.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebakan karena ulah tangan manusia
sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati perjajnjian kepada Allah. Mereka tidak
menjaga amanat sebagai khalifh yang bertugas unuk menjaga dan  melestarikan alam ini.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi alam ini secara
berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu
saja.  Untuk itu melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa
kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus untuk menghadapkannya dengan tuntutan
kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang
menurut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt baik dalam konteks ketaatan
terhadap perintah beribadah secara langsung maupun dalam kontes ketaatan terhadap
sunnatullah “hukum alam”  (masbied.com)
Kedua fungsi diatas tidak boleh terpisah artinya keduanya merupakan satu kesatuan yang
utuh yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal ersebut dapat dilakukan
dengan padu maka akan tercipta manusia yang ideal (Insan Kamil) yaitu manusia sempurna
yang akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup dunia-akhirat.

BAB III
PENUTUP
5.1.      Kesimpulan
Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah
pekerjaan manusia.Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si
pencipta teknologi tersebut. Bila sebuah teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang baik,
maka tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga
teknologi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai
macam teknologi yang ada, harus mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak
negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut Pengembangan IPTEK yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat
bagi umat manusia dan alam lingkungannya..
Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut
Dienul Islam yang mengandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan
kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan.
Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan petunjuk
berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan
dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Manusia
mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan
keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
3.2. Saran
    Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah nilai
positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
    Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan
kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan di mana populasi-
populasi berada.
    Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu
memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu
yang mudharat.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/manusialingkungan.html
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-
simonsimor-1746&q=Human
http://www.ziddu.com/download/5235808/4MakalahSeniBudayadanIptekdalamPandanganIsl
am.rtf.html
http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/07/vi-ipteks-dalam-islam.html
Fanani, Sunan. 2010. Pendidikan Agama Islam I. Surabaya : PT. Al-Maktabah.
Rochmah, dkk. 2004. Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi. Jakarta : Departemen Agama RI.
http://www.slideshare.net/zcouttinkimmout/savedfiles?s_title=iptek-dan-seni-dalam-
islam&user_login=irmayafatwayukha
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab_5._Plsbt,_baru.pdf
http://www.slideshare.net/zcouttinkimmout/savedfiles?s_title=iptek-dan-seni-dalam-islam-
36668929&user_login=delinarahayueffendi 

Anda mungkin juga menyukai