Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PEMBIMBING : MARDIANA, S.PD.,M.PD.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI KELAS MATEMATIKA 1

MUH.IRHAM LATIF (105361101820)


SRY HANDAYANI (105361101920)
NUR REZKY MAULIANA J (105361101720)
FITRIANI LESTARI (105361101520)
ROSDIANA PABIANAN (105361102120)
NURUL WARDA (105361101620)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020/20
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

A. Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan
sistem. Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki
hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya
tersebut.

Pada materi Sebelumnya kita telah membahas Pancasila sebagai ideologi negara,
materi kali ini kita akan membahas Pancasila sebagai sistem filsafat. uraian akan diawali
dengan menjabarkan Alasan diperlukannya Pancasila sebagai sistem filsafat, selanjutnya
akan diuraikan landasan Pancasila sebagai sistem filsafat dan uraian akan diakhiri dengan
uraian mengenai dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat.

Di antara kalian ada yang bertanya mengapa para mahasiswa harus memahami
Pancasila sebagai sistem filsafat, singkatnya mata kuliah pendidikan Pancasila pada
tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk berpikir kontemplatif, artinya
mahasiswa harus memiliki kesadaran untuk melakukan perenungan terhadap peristiwa
sejarah yang memunculkan pemikiran filosofis the pounding father, termasuk Soekarno
ketika menggagas Pancasila sebagai philosofische grondslag atau dasar filsafat negara
pada sidang BPUPKI hingga pengesahan Pancasila sebagai dasar negara pada sidang
PPKI. Berangkat dari argumen diatas tentu para mahasiswa sekalian perlu memahami,
bahwa Pancasila bukan hanya teks yang harus dihafal dari mulai sila ke-1 sampai sila ke-
5. Lebih dari itu, nilai-nilai filofis dari Pancasila harus dihayati, dijiwai sekaligus mampu
menjadikan dasar bagi para mahasiswa didalam berperilaku, baik sebagai individu,
sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, serta sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Itulah konsep dari Pancasila sebagai sistem filsafat sehingga dapat menjadi
Jawaban dari pertanyaan yang tadi, mengenai alasan diperlukannya pemahaman filsafat
pancasila bagi para mahasiswa.

Voltaire pernah mengatakan bahwa “manusia mengorbankan hidupnya untuk


mencari uang sedangkan separuh waktu lainnya justru manusia mengorbankan uang
untuk meraih kembali kesehatan”. Artinya banyak hal yang sia-sia dilakukan oleh
manusia saat ini, hanya karena manusia tidak memiliki nilai-nilai filosofis yang
mendasari cara berpikir dan tindakannya. Dari ungkapan voltaire tadi sangat jelas bahwa
Pancasila sebagai sistem filsafat sangat penting untuk dipahami oleh para mahasiswa
sebagai warga negara muda, agar mampu terbiasa menjadi manusia yang berjiwa luas
berpikir komprehensif serta bertindak dengan berdasar kepada nilai-nilai filosofis
Pancasila, sehingga mampu menjadi generasi yang diharapkan di masa yang akan datang.

uraian yang tadi merupakan penegasan, bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat
sangat penting untuk dipahami oleh para mahasiswa. Terdapat 2 istilah bahwa
menunjukkan pentingnya kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat, yaitu yang
pertama philospische grondslag dan kedua adalah welatanschauung. Philosphische

2
grondslag atau dasar filsafat negara lebih bersifat teoretis dan abstrak, yaitu cara berpikir
dan memandang realita dengan sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran.
Sementara weltanschauung lebih mengacu pada pandangan hidup yang bersifat praktis
serta tumbuh dan berkembang secara alamiah di dalam kehidupan masyarakat.

Dari dua istilah yang tadi disebutkan sangatlah jelas bahwa secara filosofis
Pancasila Melalui sila-silanya telah memberikan dasar filosofis bagi penyelenggaraan
negara. Selain itu, Pancasila juga telah menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia
karena perumusan Pancasila pada sidang BPUPKI bersumber pada nilai-nilai luhur yang
dijunjung oleh para nenek moyang kita terdahulu.

B. Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur yang


memiliki fungsi tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan ketergantungan.
Filsafat adalah upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun
peradaban manusia. Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bernegara
Indonesia.

Pancasila dalam filsafat digunakan sebagai objek dan subjek. Objek untuk dicari
landasan filosofi nya dan subjek untuk mengkritisi aliran filsafat yang berkembang. Maka
dari itu Pancasila harus menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan pembangunan
nasional. Kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mempelajari betul apa makna
landasan filosofi Pancasila dan juga mengkritisi prinsip-prinsip kehidupan kita dengan
melihat Pancasila, bukan ketika ada prinsip hidup kita yang berlawanan dengan Pancasila
kita malah ingin mengganti ideologi Pancasila tersebut.

Pancasila memiliki 3 landasan pijak filosofis yaitu Ontologis, Epistemologis, dan


Aksiologis. Ontologis dalam filsafat adalah tentang hakikat yang paling mendalam dan
paling umum(mendasar). Epistemologis adalah tentang sifat dasar pengetahuan.
Aksiologis adalah tentang penelitian tentang nilai-nilai.

1. Landasan Ontologis Pancasila adalah pemikiran filosofis atas sila-sila Pancasila


sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
Antropologis. Filsafat Pancasila bahwa hakikatnya dasar Antropologis sila-sila
Pancasila adalah manusia. Manusia sebagai pendukung pokok pancasila secara
ontologism memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat raga dan
jiwa jasmani dan rohani. Sifat Kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk social serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.

Menurut Sephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, ontology bergadapan dengan


sifat makhluk hidup, dimana ada 3 mainstream utama yaitu determinisme,
pragmatism, dan kompromisme. Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia
sebagai Ontologis, pada sila ke:

3
a. Hal kebebasan beragama dan menghormati satu sama lain.
b. Setiap orang memiliki martabat, HAM, keadilan yang sama.
c. Ada perbedaan tapi tetap satu (rasa kebangsaan Indonesia).
d. Sistem demokrasi melalui musyawarah demi tercapainya mufakat untuk
menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas.
e. Seharusnya, tidak ada kemiskinan dalam negara merdeka (adil secara social).

2. Landasan Epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari


pengalaman bangsa Indonesia yang kemudian disintesiskan melalui pandangan
komprehensif kegidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dasar
Epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
Ontologisnya.Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam Epistemologi
yaitu,pertama tentang sumber pengetahuan manusi,kedua tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia,ketiga tentang watak pengetahuan manusia.Sebagai suatu
paham Epistemologi maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakan pada kerangka
moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mandapatkan
suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia. Menurut Littlejohn
dan Foss, pengetahuan muncul melalui rasionalisme dan atau empirisme, yang
memiliki 2 tingkatan yaitu pengetahuan mutlak dan pengetahuan relative.

Berdasarkan Epistemologi (pengetahuan), Filosofi Pancasila pada sila ke:

a. Pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia.


b. Pengalaman ditindas penjajah selama berabad-abad.
c. Pengalaman terpecahbelah nya bangsa atas adu domba Belanda melaluit politik
Devide et Impera.
d. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bermusyawarah
mufakat.
e. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bergotong royong.

3. Landasan Aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila. Pancasila mengandung spiritualitas, kemanusiaan, solidaritas,
musyawarah, dan keadilan. Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu
kesatuan dasar aksiologinya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.Terdapat berbagai macam teori tentang
nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-
masing dalam menentukan tetang menentukan tentang pengertian nilai dan
hierarkhinya.Pada hakikatnya sagala sesuatu itu bernilai,hanya nilai apa saja yang
ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila satu sampai dengan lima merupakan cita-cita harapan dan
dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkanya dalam kehidupanya. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila itu mempunyai tingkatan dalam hal Kuantitas
maupun kualitasnya, namun nilai-nilai itu merupakan suatu kesatuan saling
berhubungan serta saling melengkapi.Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental
bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

4
Pancasila merupakan sumber nilai untuk memahami hidup berbangsa dan
bernegara secara utuh. Nilai-nilai dari Pancasila berdasarkan filosofinya yaitu sila ke:

1. Kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.


2. Martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.
3. Solidaritas dan kesetiakawanan.
4. Demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar.
5. Kepedulian dan gotong royong.

C. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem filsafat

1. Dinamika pancasila sebagai sistem filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut. Pada era
pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis
Soekarno atas rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut
dimaksudkan sebagai dasar kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Ide tersebut ternyata mendapat sambutan yang positif dari berbagai kalangan,
terutama dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide
tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih merupakan
adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis. Pada
masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.

Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke


arah yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah
weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya bertujuan mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup sehari-
hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat

Pancasila menjadi penataran P-4. Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem
filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat
bergema dalam wacana akademik, termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan
oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011. Habibie menyatakan bahwa:

“Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang


tidak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah
hilang dari memori kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan,
dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan

5
maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru
di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan
demokrasi dan kebebasan berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).

2. Tantangan pancasila sebagai sistem filsafat

Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul


dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual


pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan
sebesar-besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu
bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah
meletakkan kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.

Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme
merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara
untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme
terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan
sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

KESIMPULAN

Dari semua uraian diatas, maka kita dapat memahami bahwa pancasila sebagai
sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa indonesia
untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan pemikiran, sebab
bahaya yang ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini adalah adanya
ketidakseimbangan antara cara bertindak dan berpikir, sehingga menimbulkan
kerusakan lingkungan dan mental suatu bangsa.

Anda mungkin juga menyukai