Revisi Perkembangan Bahasa Anak
Revisi Perkembangan Bahasa Anak
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu al-Lughah an-Nafsy
Disusun oleh :
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia
menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara
umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai
potensinya terutama dalam bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan
yang tepat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan disertai dengan
pengalaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan
perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar
bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing baik secara
intelektual, emosional, dan sosial.
Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan
hasil dari beberapa proses yakni proses kognitif, dan proses bahasa. Bahasa
sebagai alat komunikasi manusia menjadi suatu yang penting. Berbagai
penelitian dilakukan untuk menemukan darimanakah bahasa itu berasal,
bagaimana manusia sejak lahir memperoleh dan mengembangankan bahasa.
Bahasa merupakan suatu ketrampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian
bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapapun seorang bayi
akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya. Oleh karena itu,
bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
PSIKOLINGUISTIK 2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Teori Nativisme
1
Tri Yuliawan, “Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan
Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau”, Jurnal GERAM (Gerakan Aktif Menulis), Vol. 4, No. 3
(Desember 2016): 92.
2
Asrori, Perkembangan Peserta Didik: Pengembangan Kompetensi Pedagogis Guru,
(Yogyakarta: Media Akademi, 2015), hlm. 188.
PSIKOLINGUISTIK 3
asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan
(genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama
(merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di
dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa tidak dapat dikuasai dalam
waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat
menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari
orang dewasa.3
Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit,
sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode
seperti “peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek penting
mengenai sistem bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah.
Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali
dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device,
disingkat LAD). LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang
khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kognitif
lainnya. Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada
bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang
anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris
menjadi bahasa pertamanya.4
b. Teori Behaviorisme
3
Suci Rani Fatmawati, “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut Tinjauan Psikolinguistik”,
Lentera, Vol. 18, No. 1 (Juni 2015): 67.
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta : PT Rineka Putra, 2003),. hlm.
4
221-222.
PSIKOLINGUISTIK 4
pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan si anak itu.
Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan
yang diberikan oleh lingkungannya.5 Pandangan behaviorisme berpendapat
bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat suapan (nurture).6
c. Teori Kognitivisme
B. Perkembangan Motorik
5
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, hlm. 222-223.
6
Tri Yuliawan, “Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan
Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau”, hlm. 92.
7
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, hlm. 223-224.
PSIKOLINGUISTIK 5
Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir
yang paling tampak, yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari
duduk, merangkak, sampai berjalan. Menurut Morgan (1986), motorik
sendiri berarti bergerak, dua kemampuan bergerak yang paling banyak
diperhatikan para pakar adalah berjalan dan penggunaan tangan sebagai
alat. Baik berjalan maupun pemahaman penggunaan tangan sebagian besar
tergantung pada pendewasaan.8 Bayi tidak perlu diajarkan untuk
melakukan keterampilan motorik dasar seperti meraih, merangkak dan
berjalan. Mereka hanya perlu ruang untuk bergerak dan kebebasan untuk
melihat apa yang bisa mereka lakukan. Saat sistem saraf pusat, otot, dan
tulang telah siap, serta lingkungan memberikan kesempatan yang tepat
untuk melakukan eksplorasi dan latihan, bayi akan terus mengagetkan
orang dewasa di sekitar mereka dengan kemampuan baru.9
1. Motorik Kasar
8
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, hlm. 225.
9
Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia, (Yogyakarta: Psikosain, 2015), hlm. 35
10
Kompri, Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta; Media Akademi,
2017), hlm. 21
PSIKOLINGUISTIK 6
Tabel perkembangan kemampuan motorik selama masa bayi.11
2. Motorik Halus
PSIKOLINGUISTIK 7
menggenggam objek-objek dengan telapak tangan. Tahap berikutnya, anak
meraih dengan tangan diikuti ketangkasan jari dan ibu jari, sampai anak itu
dapat menggunakan dua jari saja seperti kita memungut sebuah pensil.
Urutan kemampuan menggunakan tangan ini dikendalikan oleh
pendewasaan dari sistem saraf otak.14
c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan (gizi makanan sang ibu) lebih
mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa
pascalahir.
14
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, hlm. 225.
15
Kompri, Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 22
PSIKOLINGUISTIK 8
Tabel Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal16
Ada pendapat bahwa bayi sejak lahir sampai usia sekitar satu tahun
dianggap belum punya bahasa atau berbahasa. Kiranya anggapan ini belum
mencerminkan perilaku bayi yang sesungguhnya, sebab meskipun
dikatakan belum mempunyai bahasa, tetapi sebenarnya bayi itu sudah
berkomunikasi. Menangis merupakan salah satu cara pertama untuk
berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.
16
Demisita, Psikologi Perkembangan, hlm. 129
PSIKOLINGUISTIK 9
menjulurkan lidah, dan membuka mulut. Menjelang usia satu bulan dia
mulai menirukan tinggi rendah dan panjang pendek suara ibunya.
Pada usia dua minggu bayi sudah dapat membedakan wajah ibunya
dari wajah orang lain. Dia sangat tanggap terhadap setiap orang yang
mendekatnya, dan terutama tertarik untuk mengamati mata dan mulut, dan
dia akan bereaksi dengan tersenyum. Pada usia sekitar tiga minggu senyum
bayi sudah dapat disebut
sebagai “senyum sosial”, sebab senyum itu diberikan sebagai reaksi sosial
terhadap rangsangan (berupa wajah atau suara ibu) dari luar.
PSIKOLINGUISTIK 10
Maksudnya, dia mulai mengerti kapan dia harus bereaksi terhadap
rangsangan dari ibunya, dan kapan pula dia harus diam. Permainan “ciluk-
ba” atau semacamnya semakin mempertajam kemampuan bayi untuk
memahami pola gilir di dalam komunikasi. Menjelang usia lima bulan,
bayi mulai menirukan suara dan gerak-gerik orang dewasa secara sengaja,
sehingga semakin meningkatlah perbendaharaan ekspresi wajahnya. Lalu,
pada usia lima bulan dia dapat bersuara dengan sikap yang menunjukkan
rasa senang, rasa tidak senang, dan rasa ingin tahu.
Menjelang usia enam bulan, minat bayi pada mainan dan benda-benda
semakin meningkat. Tadinya minatnya lebih terarah manusia. Dia akan
tertarik dengan benda-benda yang digerak-gerakkan atau yang berbunyi.
Pada usia enam bulan terjadi pergeseran minat, dia lebih tertarik pada
benda daripada manusia.
Antara usia tujuh sampai dua belas bulan anak mulai lebih memegang
kendali di dalam interaksi dengan ibunya. Anak belajar menyatakan
keinginan atau kehendak secara lebih jelas dan lebih efektif. Cara yang
digunakan untuk menyampaikan kehendak ini terutama dilakukan dengan
gerak-geriknya terutama tangan. Pada mulanya gerakan tangan yang
menyatakan keinginan itu tanpa disertai suara, tetapi kemudian secara
bertahap suara muncul menyertainya.17
Waktu anak-anak usia tiga, empat, dan lima tahun bertumbuh, mereka
semakin menjadi makhluk sosial. Pada usia tiga tahun, perkembangan fisik
anak-anak memungkinkan mereka untuk bergerak kian kemari secara
mandiri dan mereka ingin tahu tentang lingkungan mereka dan orang-orang
di dalamnya. Anak- anak usia empat dan lima tahun sedang menjadi
makhluk sosial dan sering lebih suka ditemeni anak-anak lain daripada
ditemeni orang dewasa.18
17
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoritik,, hlm. 225-228
18
Carol Seefeldt dan Barbara, Pendidikan Anak Usia Dini, (Klaten; PT Macanan Jaya
Cermelang, 2008), hlm. 83-84.
PSIKOLINGUISTIK 11
D. Perkembangan Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing
berarti mengetahui. Dalam artian luas cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan dan pembinaan pengetahuan. Dalam perkembangan
selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau
wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan.
Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif)
berkeyakinan bahwa perkembangan kognitif manusia dimulai atau
berlangsung sejak lahir. Bekal dan modalnya yakni kapasitas motor dan
kapasitas sensor. Para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas
ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai
mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya.19 Perkembangan
kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga
dewasa, menurut Piaget ada empat tahap perkembangan, yaitu; tahap
sensomotorik, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal.20
Piaget juga percaya bahwa kita melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Tiap tahap berhubungan dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda beda. Cara pemahaman dunia yang berbeda inilah yang
membuat suatu tahap lebih maju dari tahap yang lain. Menurutnya,
mengetahui lebih banyak informasi tidak menjadikan cara berpikir anak
lebih maju. Ini adalah yang dimaskud Piaget ketika ia mengatakan kognisi
anak berbeda secara kualitatif dalam satu tahap dibandingkan dengan
tahap lain.21 Adapun tahap – tahap yang dimaksud adalah :
19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pemdekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm. 66
20
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi, (Bandung: Nusa Media, 2011), hlm. 148.
21
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 49.
PSIKOLINGUISTIK 12
Tahap sensomotorik ini merupakan tahap pertama dalam
perkembangan kognisi anak, dan berlangsung pada sebagian dari dua
tahun pertama dalam kehidupanya. Perkembangan pada tahap ini adalah
penggunaan panca indra. Kemudian pada bagian kedua tahun pertama
adalah kemampuan motorik. Pada akhir periode sensomotorik bayi dapat
berfikir tentang dunia, yaitu yang berhubungan dengan pengalaman-
pengalaman dan tindakan-tindakan yang sederhana.22
Pada tahap ini cara berfikir anak- anak masih didominasi oleh cara-
cara bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya
masih kurang operasional.25 Piaget membagi tahap ini dalam 2 periode,
yaitu:
PSIKOLINGUISTIK 13
Pada tahap praoperasional anak mulai menjelaskan dunia dengan kata -
kata dan gambar. Kata - kata dan gambar ini mencerminkan meningkatkan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan
tindakan fisik.27
PSIKOLINGUISTIK 14
Tahap Sensorimotor Pra- Operasi
Operasi
operasi konkret
formal
UMUR 0 – 2 tahun 2 – 7 7 – 11 tahun
11 tahun
tahun keatas
DASAR Tindakan dan Simbolis/
Transformasi Deduktif
PEMIKIRA meniru bahasa
reversiel dan hipotesis dan
N dan kekelan, induktif,
intuitif,
masih abstrak
imaginal
konkret
SAAT Sekarang MulaiMasih Meninggalkan
PEMIKIRA yang terbatas yang sekarag
N “tidak-
kekonkretan dan memulai
sekarang” yang
mendatang
CIRI – CIRI Refleks, Egosentris Decentering, Kombinasi,
LAIN kebiasaan, seriasi, proporsi,
pembedaan klasifikasi, referensi
sarana dan konsep ganda, dua
hasil bilangan, reversibel,
waktu, fleksibel
probabilitas,
kausalitas
30
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, hlm. 111.
PSIKOLINGUISTIK 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PSIKOLINGUISTIK 16
B. Saran
Kami selaku pembuat makalah ini menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, isi,
maupun referensi karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
harapkan dari pembaca.
PSIKOLINGUISTIK 17
DAFTAR PUSTAKA
PSIKOLINGUISTIK 18