Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu al-Lughah an-Nafsy

Dosen Pengampu: Bapak Jauhar Ali, M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Khoifumina Yuniar Rajatni (2217090)


2. Musfidayana (2217095)
3. Harun Al Rasyid (2217096)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia
menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara
umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai
potensinya terutama dalam bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan
yang tepat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan disertai dengan
pengalaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan
perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar
bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing baik secara
intelektual, emosional, dan sosial.
Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan
hasil dari beberapa proses yakni proses kognitif, dan proses bahasa. Bahasa
sebagai alat komunikasi manusia menjadi suatu yang penting. Berbagai
penelitian dilakukan untuk menemukan darimanakah bahasa itu berasal,
bagaimana manusia sejak lahir memperoleh dan mengembangankan bahasa.
Bahasa merupakan suatu ketrampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian
bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapapun seorang bayi
akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya. Oleh karena itu,
bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

PSIKOLINGUISTIK 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Perkembangan Bahasa Anak

Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak


tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis atau teori psikologi yang
dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya tiga pandangan atau
teori dalam perkembangan bahasa anak. Dua pandangan yang kontroversial
dikemukakan oleh para pakar dari Amerika, yaitu pandangan Nativisme
yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada kanak-kanak bersifat 
alamiah (nature), dan pandangan behaviorisme yang berpendapat bahwa
penguasaan bahasa pada kanak-kanak bersifat “suapan” (nurture).
Pandanan ketiga muncul di Eropa dari Jean Piaget  yang berpendapat
bahwa pengusaan bahasa adalah kemampuan yang berasal dari pematangan
kognitif, sehingga pandangannya disebut Kognitivisme.1

a. Teori Nativisme

Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh di kalangan


beberapa ahli. Di antara ahli yang dipandang nativis ialah Noam A.
Chomsky, kelahiran 1928, seorang ahli linguistik yang sangat terkenal.
Chomsky menganggap bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada
manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga
(yang lebih penting) oleh adanya “biological predisposition”
(kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir.2

Noam Chomsky (1928) merupakan penganut nativisme. Menurutnya,


bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat
menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa

1
Tri Yuliawan, “Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan
Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau”, Jurnal GERAM (Gerakan Aktif Menulis), Vol. 4, No. 3
(Desember 2016): 92.
2
Asrori, Perkembangan Peserta Didik: Pengembangan Kompetensi Pedagogis Guru,
(Yogyakarta: Media Akademi, 2015), hlm. 188.

PSIKOLINGUISTIK 3
asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan
(genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama
(merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di
dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa tidak dapat dikuasai dalam
waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat
menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari
orang dewasa.3

Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit,
sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode 
seperti “peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek penting
mengenai sistem bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah.
Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali
dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device,
disingkat LAD). LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang
khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan  kognitif
lainnya. Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada
bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang
anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris
menjadi bahasa pertamanya.4

b. Teori Behaviorisme

Teori Behavioristik pertama kali dimunculkan oleh Jhon B.Watson


(1878-1958). Dia adalah seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika.
Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa
oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkunganya. Anak dianggap
penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang
aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Kaum behavioris
bukan hanya tidak mengakui peranan aktif si anak dalam proses

3
Suci Rani Fatmawati, “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut Tinjauan Psikolinguistik”,
Lentera, Vol. 18, No. 1 (Juni 2015): 67.
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta :  PT Rineka Putra, 2003),. hlm.
4

221-222.

PSIKOLINGUISTIK 4
pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan si anak itu.
Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan
yang diberikan oleh lingkungannya.5 Pandangan behaviorisme berpendapat
bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat suapan (nurture).6

c. Teori Kognitivisme

Piaget menegaskan bahwa sturuktur yang kompleks dari bahasa


bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu yang
dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat
interaksi yang terus-menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dengan
lingkungan kebahasaannya (juga lingkungan lain). Struktur itu timbul secara
tak terelakan dari serangkaian interaksi. Oleh karena itu timbulnya tak
terelakan, maka struktur itu tidak perlu tersediakan secara alamiah. Menurut
pandangan kognitivisme perkembangan kognitif harus tercapai lebih dahulu;
dan baru sesudah itu pengetahuan itu dapat keluar dalam bentuk
keterampilan berbahasa.7

Selanjutnya, ada dua tipe perkembangan bahasa pada anak, yaitu

a) Egocentric Speech yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri.


Pembicaraan monolog ini berfungsi untuk mengembangkan kemampua
berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak yang berusia 2-
3 tahun.
b) Socialized Speech, yaitu terjadi ketika anak berkontak langsung dengan
teman atau lingkungannya. Pembicaraan ini berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial.

B. Perkembangan Motorik

5
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, hlm. 222-223.
6
Tri Yuliawan, “Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan
Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau”, hlm. 92.
7
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, hlm. 223-224.

PSIKOLINGUISTIK 5
Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir
yang paling tampak, yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari
duduk, merangkak, sampai berjalan. Menurut Morgan (1986), motorik
sendiri berarti bergerak, dua kemampuan bergerak yang paling banyak
diperhatikan para pakar adalah berjalan dan penggunaan tangan sebagai
alat. Baik berjalan maupun pemahaman penggunaan tangan sebagian besar
tergantung pada pendewasaan.8 Bayi tidak perlu diajarkan untuk
melakukan keterampilan motorik dasar seperti meraih, merangkak dan
berjalan. Mereka hanya perlu ruang untuk bergerak dan kebebasan untuk
melihat apa yang bisa mereka lakukan. Saat sistem saraf pusat, otot, dan
tulang telah siap, serta lingkungan memberikan kesempatan yang tepat
untuk melakukan eksplorasi dan latihan, bayi akan terus mengagetkan
orang dewasa di sekitar mereka dengan kemampuan baru.9

1. Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot


besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri. Ketrampilan motorik kasar seperti
berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Sekitar usia 3 tahun anak
sudah dapat berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata
anak sudah dapat berjalan tanpa kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir
menguasai cara jalan orang dewasa. Kesukaran yang ada pada belajar
berjalan berhubungan dengan kekuatan badannya, yaitu untuk dapat
menyandarkan seluruh berat badannya pada satu kaki. Bila anak sudah
dapat berjalan maka ia akan mencoba untuk berjalan dengan berbagai
variasi.10

8
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, hlm. 225.
9
Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia, (Yogyakarta: Psikosain, 2015), hlm. 35
10
Kompri, Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta; Media Akademi,
2017), hlm. 21

PSIKOLINGUISTIK 6
Tabel perkembangan kemampuan motorik selama masa bayi.11

Kemampuan motorik Usia Normatif

Mengangkat dagu sambil tengkurap 1 bulan


Mengangkat dada sambil tengkurap 2 bulan
Duduk dengan bantuan 4 bulan
Duduk tanpa bantuan 7 bulan
Berdiri dengan bantuan 8 bulan
Berdiri dengan berpegang pada perabot 9 bulan
Merangkak 10 bulan
Berjalan dengan dibimbing 11 bulan
Berusaha berdiri sendiri 12 bulan
Naik tangga 13 bulan
Berdiri sendiri 14 bulan
Berjalan 15 bulan
Naik turun tangga tanpa bantuan 18 bulan
Dapat lari dan berjalan mundur 24 bulan

2. Motorik Halus

Motorik halus adalah kemampuan motorik halus meliputi, otot-otot


kecil yang ada di seluruh tubuh. Bayi dilahirkan dengan dilengkapi
seperangkat komponen penting yang kelak akan menjadi gerakan-gerakan
lengan, tangan, dan jari yang terkordinir dengan baik. Meskipun demikian,
pada saat baru dilahirkan, bayi masih mengalami kesulitan dalam
mengontrol keterampilan motorik halusnya.12 Ketrampilan motorik halus
atau ketrampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong,
melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-
alat mainan (Hurlock, 1980).13

Pemahaman penggunaan tangan juga mengikuti urutan perkembangan


yang dapat di prediksi, yaitu dari gerakan dimulai dengan gerakan kasar
tangan bayi ke arah suatu objek untuk dimanipulasi. Kemudian segera
berkembang ke arah meraih dengan tangan secara sederhana,
11
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2010),
hlm. 99.
12
Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm.155.
13
Kompri, Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 22

PSIKOLINGUISTIK 7
menggenggam objek-objek dengan telapak tangan. Tahap berikutnya, anak
meraih dengan tangan diikuti ketangkasan jari dan ibu jari, sampai anak itu
dapat menggunakan dua jari saja seperti kita memungut sebuah pensil.
Urutan kemampuan menggunakan tangan ini dikendalikan oleh
pendewasaan dari sistem saraf otak.14

Menurut Hurlock (2001) menyatakan beberapa kondisi yang


mempengaruhi laju perkembangan motorik anak, antara lain:

a. Sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan


mempengaruhi laju perkembangan.

b. Awal kehidupan pascalahir tidak ada hambatan pada kondisi


lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin semakin
cepat perkembangan motorik anak.

c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan (gizi makanan sang ibu) lebih
mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa
pascalahir.

d. Kelahiran yang sukar, apabila ada kerusakan pada otak akan


memperlambat perkembangan motorik.

e. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakan


semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.

f. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan persiapan


perkembangan kemampuan motorik.

g. Kelahiran sebelum waktunya, biasanya memperlambat perkembangan


motorik.

h. Cacat fisik, seperti buta akan memperlambat perkembangan motorik.15

14
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, hlm. 225.
15
Kompri, Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 22

PSIKOLINGUISTIK 8
Tabel Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal16

Usia/Tahun Motorik Kasar Motorik Halus


2,5 - 3,5 tahun Belajar dengan baik, berlari Meniru sebuah
lurus kedepan, melompat. lingkungan; tulisan
cakar ayam; dapat
makan menggunakan
sendok; menyusun
beberapa kotak.
3,5 - 4,5 tahun Belajar dengan 80% langkah Mengancingkan baju;
orang dewasa; berlari 1/3 meniru bentuk
kecepatan orang dewasa; sederhana; membuat
melempar dan menangkap gambar sederhana.
bola besar, tetapi lengan
masih kaku.

4,5 - 5,5 tahun Menyeimbangkan badan di Menggunting;


atas satu kaki; berlari jauh menggambar orang;
tanpa jatuh; dapat berenang meniru angka dan
dalam air yang dangkal. huruf sederhana;
membuat susunan
yang konfleks dengan
kotak-kotak.

C. Perkembangan Sosial dan Komunikasi

Ada pendapat bahwa bayi sejak lahir sampai usia sekitar satu tahun
dianggap belum punya bahasa atau berbahasa. Kiranya anggapan ini belum
mencerminkan perilaku bayi yang sesungguhnya, sebab meskipun
dikatakan belum mempunyai bahasa, tetapi sebenarnya bayi itu sudah
berkomunikasi. Menangis merupakan salah satu cara pertama untuk
berkomunikasi dengan dunia sekitarnya.

Bayi memang sudah terlihat secara aktif dalam proses interaktif


dengan ibunya tak lama setelah dilahirkan. Dia menanggapi suara dan
gerak-gerik ibunya, serta mengamati wajah ibunya. Pada minggu pertama
kehidupannya dia sudah mulai menirukan kegiatan menggerakkan tangan,

16
Demisita, Psikologi Perkembangan, hlm. 129

PSIKOLINGUISTIK 9
menjulurkan lidah, dan membuka mulut. Menjelang usia satu bulan dia
mulai menirukan tinggi rendah dan panjang pendek suara ibunya.

Pada usia dua minggu bayi sudah dapat membedakan wajah ibunya
dari wajah orang lain. Dia sangat tanggap terhadap setiap orang yang
mendekatnya, dan terutama tertarik untuk mengamati mata dan mulut, dan
dia akan bereaksi dengan tersenyum. Pada usia sekitar tiga minggu senyum
bayi sudah dapat disebut
sebagai “senyum sosial”, sebab senyum itu diberikan sebagai reaksi sosial
terhadap rangsangan (berupa wajah atau suara ibu) dari luar.

Pada bulan ke tiga bayi semakin sering berdekut (cooing), bunyi


seperti burung merpati. Bayi berdekut jika dia berada dalam keadaan
senang, misalnya karena ada yang menemani, mengajak berbicara,
mengajak bermain dan sebagainya.

Menjelang usia tiga bulan, kemampuan kognitif bayi sudah


meningkat, dia tidak tertarik pada wajah yang diam saja, dia mengharapkan
lebih dari itu agar tetap berminat untuk berinteraksi. Dalam hal ini sang ibu
pun tampaknya menyesuaikan diri dengan perkembangan bayi itu. Ibu
berusaha lebih aktif menunjukkan sikap dan ekspresi wajahnya, berbicara
lebih banyak, dan dengan variasi suara yang dilebih-lebihkan. Terhadap
sikap ibu yang baru ini bayi merasa tertarik lagi, dan mau menanggapinya.
Maka terjadilah kemajuan setapak lagi dalam perkembangan kemampuan
bayi untuk berkomunikasi.

Setapak demi setapak kemajuan interaksi dan komunikasi bayi


semakin bertambah. Ibu selalu menyesuaikan diri dengan tahap baru
perkembangan bayi. “Dialog” keduanya semakin meningkat. Pada saat
menjelang usia 12 minggu bayi mulai mengeluarkan suatu balasan jika ibu
memberikan tanggapan terhadap suaranya. Hal ini berlangsung terus
sampai menjelang bayi berumur enam bulan. Pada tahap berikutnya bayi
mulai memahami “pola gilir” (turn taking) di dalam berkomunikasi.

PSIKOLINGUISTIK 10
Maksudnya, dia mulai mengerti kapan dia harus bereaksi terhadap
rangsangan dari ibunya, dan kapan pula dia harus diam. Permainan “ciluk-
ba” atau semacamnya semakin mempertajam kemampuan bayi untuk
memahami pola gilir di dalam komunikasi. Menjelang usia lima bulan,
bayi mulai menirukan suara dan gerak-gerik orang dewasa secara sengaja,
sehingga semakin meningkatlah perbendaharaan ekspresi wajahnya. Lalu,
pada usia lima bulan dia dapat bersuara dengan sikap yang menunjukkan
rasa senang, rasa tidak senang, dan rasa ingin tahu.

Menjelang usia enam bulan, minat bayi pada mainan dan benda-benda
semakin meningkat. Tadinya minatnya lebih terarah manusia. Dia akan
tertarik dengan benda-benda yang digerak-gerakkan atau yang berbunyi.
Pada usia enam bulan terjadi pergeseran minat, dia lebih tertarik pada
benda daripada manusia.

Antara usia tujuh sampai dua belas bulan anak mulai lebih memegang
kendali di dalam interaksi dengan ibunya. Anak belajar menyatakan
keinginan atau kehendak secara lebih jelas dan lebih efektif. Cara yang
digunakan untuk menyampaikan kehendak ini terutama dilakukan dengan
gerak-geriknya terutama tangan. Pada mulanya gerakan tangan yang
menyatakan keinginan itu tanpa disertai suara, tetapi kemudian secara
bertahap suara muncul menyertainya.17

Waktu anak-anak usia tiga, empat, dan lima tahun bertumbuh, mereka
semakin menjadi makhluk sosial. Pada usia tiga tahun, perkembangan fisik
anak-anak memungkinkan mereka untuk bergerak kian kemari secara
mandiri dan mereka ingin tahu tentang lingkungan mereka dan orang-orang
di dalamnya. Anak- anak usia empat dan lima tahun sedang menjadi
makhluk sosial dan sering lebih suka ditemeni anak-anak lain daripada
ditemeni orang dewasa.18

17
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoritik,, hlm. 225-228
18
Carol Seefeldt dan Barbara, Pendidikan Anak Usia Dini, (Klaten; PT Macanan Jaya
Cermelang, 2008), hlm. 83-84.

PSIKOLINGUISTIK 11
D. Perkembangan Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing
berarti mengetahui. Dalam artian luas cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan dan pembinaan pengetahuan. Dalam perkembangan
selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau
wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan.
Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif)
berkeyakinan bahwa perkembangan kognitif manusia dimulai atau
berlangsung sejak lahir. Bekal dan modalnya yakni kapasitas motor dan
kapasitas sensor. Para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas
ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai
mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya.19 Perkembangan
kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga
dewasa, menurut Piaget ada empat tahap perkembangan, yaitu; tahap
sensomotorik, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal.20

Piaget juga percaya bahwa kita melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Tiap tahap berhubungan dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda beda. Cara pemahaman dunia yang berbeda inilah yang
membuat suatu tahap lebih maju dari tahap yang lain. Menurutnya,
mengetahui lebih banyak informasi tidak menjadikan cara berpikir anak
lebih maju. Ini adalah yang dimaskud Piaget ketika ia mengatakan kognisi
anak berbeda secara kualitatif dalam satu tahap dibandingkan dengan
tahap lain.21 Adapun tahap – tahap yang dimaksud adalah :

1. Tahap sensomotorik (dari lahir –2 tahun)

19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pemdekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm. 66
20
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi, (Bandung: Nusa Media, 2011), hlm. 148.
21
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 49.

PSIKOLINGUISTIK 12
Tahap sensomotorik ini merupakan tahap pertama dalam
perkembangan kognisi anak, dan berlangsung pada sebagian dari dua
tahun pertama dalam kehidupanya. Perkembangan pada tahap ini adalah
penggunaan panca indra. Kemudian pada bagian kedua tahun pertama
adalah kemampuan motorik. Pada akhir periode sensomotorik bayi dapat
berfikir tentang dunia, yaitu yang berhubungan dengan pengalaman-
pengalaman dan tindakan-tindakan yang sederhana.22

Piaget membagi tahap ini dalam 6 periode, yaitu:


Periode 1 : refleks (0 – 1 bulan)
Periode 2 : kebiasaan (1 – 4 bulan)
Periode 3 : reproduksi kejadian yang menarik (4 – 8 bulan)
Periode 4 : koordinasi skemata (8 – 12 bulan)
Periode 5 : eksperimen (12 – 18 bulan)
Periode 6 : representasi (18 – 24 bulan)23
Pada tahap sensomotorik, bayi membangun pemahaman mengenai
dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris dengan tindakan
fisik. Bayi mengalami kemajuan dari tindakan refleks sampai mulai
menggunakan pikiran simbolis hingga akhir tahap.24
2. Tahap Pra-operasional (dari 2 – 7 tahun)

Pada tahap ini cara berfikir anak- anak masih didominasi oleh cara-
cara bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya
masih kurang operasional.25 Piaget membagi tahap ini dalam 2 periode,
yaitu:

a) Umur 2 – 4 tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran


simbolis.
b) Umur 4 – 7 tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif.26
22
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoritik, hlm. 228
23
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2017),
hlm. 28.
24
John W. Santrock, Perkembangan Anak, hlm. 49.
25
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoritik, hlm. 225-228
26
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, hlm. 49.

PSIKOLINGUISTIK 13
Pada tahap praoperasional anak mulai menjelaskan dunia dengan kata -
kata dan gambar. Kata - kata dan gambar ini mencerminkan meningkatkan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan
tindakan fisik.27

3. Tahap operasional konkret (7 – 11 tahun)

Tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang


didasarkan pada aturan - aturan tertentu yang logis. Operasi itu bersifat
reversible, artinya dapat dimengerti dalam 2 arah yaitu suatu pemikiran
yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi. Dengan operasi itu anak
telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan
dalam memecahkan persoalan - persoalan konkret yang dihadapi.
Pemikiran anak juga lebih decentering, yaitu dapat menganalisis masalah
dari berbagai segi.

Ciri ciri pemikiran operasi konket : adaptasi dengan gambaran yang


menyeluruh, melihat dari berbagai macam segi, seriasi, klasifikasi,
bilangan, ruang, waktu dan kecepatan, kausalitas, probabilitas, penalaran,
egosentrisme dan sosialisme.28

4. Tahap operasional formal (umur 11 tahun ke atas)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif.


Pada tahap ini logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara
berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Ia mulai suka membuat teori
tentang segala sesuatu yang dihadapi. Pikirannya sudah dapat melampaui
waktu dan tempat, tidak hanya tertarik pada hal–hal yang sudah dialami,
tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena dapat
berpikir secara hipotesis.29

Secara garis besar, tahap-tahap perkembangan itu dapat dituliskan


dengan ciri-cirinya yang khusus dalam sebuah skema berikut ini :
27
John W. Santrock, Perkembangan Anak, hlm. 49.
28
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, hlm. 69 dan 77.
29
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, hlm. 88.

PSIKOLINGUISTIK 14
Tahap Sensorimotor Pra- Operasi
Operasi
operasi konkret
formal
UMUR 0 – 2 tahun 2 – 7 7 – 11 tahun
11 tahun
tahun keatas
DASAR Tindakan dan Simbolis/
Transformasi Deduktif
PEMIKIRA meniru bahasa
reversiel dan hipotesis dan
N dan kekelan, induktif,
intuitif,
masih abstrak
imaginal
konkret
SAAT Sekarang MulaiMasih Meninggalkan
PEMIKIRA yang terbatas yang sekarag
N “tidak-
kekonkretan dan memulai
sekarang” yang
mendatang
CIRI – CIRI Refleks, Egosentris Decentering, Kombinasi,
LAIN kebiasaan, seriasi, proporsi,
pembedaan klasifikasi, referensi
sarana dan konsep ganda, dua
hasil bilangan, reversibel,
waktu, fleksibel
probabilitas,
kausalitas

Piaget menjelaskan bahwa ada berbagai macam hal yang


memengaruhi perkembangan kognitif anak. Kematangan organis, sistem
saraf, dan fisik seseorang mempunyai pengaruh dalam perkembangan.
Pengalaman dan berbagai macam latihan juga menunjang perkembangan
pemikiran seorang anak. Interaksi sosial juga mempunyai peran. Namun
yang terpenting adalah bagaimana seorang anak mengembangkan self-
regulasi untuk mencapai suatu ekuilibirasi dalam proses pemikirannya.30

30
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, hlm. 111.

PSIKOLINGUISTIK 15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontinyu


(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.
Aspek perkembangan salah satunya adalah perkembangan kognitif dan
bahasa. Dalam perkembangan bahasa para ahli tergolong ke dalam tiga
teori besar, yaitu Nativisme, Behaviorisme dan Kognitivisme.

Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir


yang paling tampak, yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari
duduk, merangkak, sampai berjalan. Perkembangan motorik dibagi
menjadi 2 yaitu motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan
otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, ketrampilan motorik kasar
seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Motorik halus adalah
kemampuan motorik halus meliputi, otot-otot kecil yang ada di seluruh
tubuh, ketrampilan motorik halus seperti menulis, menggambar,
memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda
atau alat-alat mainan.

Perkembangan sosial dan komunikasi merupakan perkembangan


dimana anak dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan baik kepada
orang lain yang ada di sekitarnya. Tahap -tahap perkembangan sosial pada
anak dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pasca lahir, tahap satu
bulan sampai tiga bulan, tahap 9 bulan sampai 13 bulan, tahap 18 sampai
21 bulan, dan tahap 5 tahun sampai 6 tahun.

Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat


meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Menurut
Piaget ada empat tahap perkembangan, yaitu; tahap sensomotorik, tahap
praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.

PSIKOLINGUISTIK 16
B. Saran
Kami selaku pembuat makalah ini menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, isi,
maupun referensi karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
harapkan dari pembaca.

PSIKOLINGUISTIK 17
DAFTAR PUSTAKA

Asrori. Perkembangan Peserta Didik: Pengembangan Kompetensi Pedagogis


Guru. 2015. Yogyakarta: Media Akademi.

Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. 2003. Jakarta :  PT Rineka


Putra.

Desmita. Psikologi Perkembangan. 2010. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA.
Kompri. Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. 2017. Yogyakarta;
Media Akademi.
Santrock, John W. Perkembangan Anak. 2016. Jakarta: Erlangga.

Suparno, Paul. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. 2017. Yogyakarta:


Kanisius.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pemdekatan Baru. 1999.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Thalib, Syamsul Bachri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris


Aplikatif. 2010. Jakarta: Kencana.

Wiarto, Giri. Psikologi Perkembangan Manusia. 2015. Yogyakarta: Psikosain.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 2005. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Fatmawati, Rani Suci. “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut Tinjauan


Psikolinguistik”. 2015. Lentera, Vol. 18, No. 1.
Yuliawan, Tri. “Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di
Perumahan Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau”. 2016. Jurnal
GERAM (Gerakan Aktif Menulis). Vol. 4. No. 3.

PSIKOLINGUISTIK 18

Anda mungkin juga menyukai