ABSTRAK
Studi ini mengkaji fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat mengenai
stigma/ label yang kerap diberikan masyarakat terhadap istri dengan HIV/AIDS (ODHA)
sebagai golongan yang dianggap memiliki perilaku seksual menyimpang. Penyakit yang
mengancam nyawa umat manusia di dunia ini, sangat minim sosialisasi maupun edukasi
yang diberikan dari lembaga masyarakat maupun tenaga kesehatan terhadap masyarakat,
sehingga seringkali masyarakat mengalami kekeliruan informasi seputar penyakit
HIV/AIDS. Sehingga berakibat pada masih banyaknya pengucilan yang dilakukan
masyarakat terhadap ODHA, hal ini tentu saja seperti mimpi buruk bagi istri yang
berstatuskan ODHA yang mendapatkan penularannya dari suami, karena ia harus menjadi
korban dua kali. Kajian ini ditujukan untuk dapat membongkar berbagai realitas
tersembunyi dibalik fenomena kehidupan ODHA yang berada ditengah masyarakat, tetapi
keberadaannya kerap tidak diketahui atau bahkan mengalami diskriminasi. Teori yang
digunakan dalam kajian ini adalah teori kumpulan pengetahuan, Alfred Schutz digunakan
sebagai pisau analisis dalam mengupas pemaknaan diri ODHA, dan teori relasi kuasa,
Michel Foucalt sebagai pisau analisis fenomena relasi gender antara suami dan istri yang
ditemukan dalam penelian ini.
Kata Kunci : Fenomenologi, HIV/AIDS, ODHA, Stigma
Kesehatan Kota Surabaya pada tahun seksual. Sedangkan data dari klinik
2012 mencatat bahwa kasus Kelompok Studi Khusus (Pokdisus)
HIV/AIDS setiap tahunnya semakin AIDS Fakultas Kedokteran UI tahun
meningkat, hingga pada tahun 2012 2004 mencatat dari 635 kasus yang
jumlah kumulatif kasus dan pasien ditangani, sebanyak 82 orang adalah
AIDS sebanyak 5.863 pasien. Dari data perempuan, yaitu sebesar (12,9%)
ini akhirnya membuat Surabaya dengan rentang usia 15-53 tahun (usia
menempati peringkat pertama kasus rata-rata 26 tahun). Dan sekitar 76,8%
pengidap HIV/AIDS terbanyak se- telah menikah, sementara 35,4%
Provinsi Jawa Timur (Imroatul, 2012). berstatus sebagai perempuan rumah
tangga yang tidak bekerja di luar
Penularan HIV dapat melalui
rumah (Dalimoenthe, 2011).
berbagai macam cara, dalam data
Berdasarkan data dari Komisi
Kementrian Kesehatan Republic
Penanggulangan AIDS salah satu
Indonesia Direktorat Jenderal
pekerjaan yang beresiko menularkan
Pencegahan dan Pengendalian
penyakit HIV kepada pasangannya,
Penyakit, penularan melalui hubungan
adalah sopir. Karena pekerjaan sopir
lelaki sesama lelaki atau LSL sebesar
merupakan termasuk dalam pekerjaan
(28%), hubungan seksual sebesar
mobile men with money and migrant
(24%), penggunaan jarum suntik (2%)
(laki-laki yang memilki waktu diluar
dan lain-lain sebesar (9%). Dan
rumah jauh lebih banyak, jauh dari
presentasi angka tertinggi dilaporkan
keluarga, serta uang yang cukup). Pada
pada kelompok umur 25-49 tahun
tahun 2008, sopir yang mengidap
sebesar (), sedangkan presentasi usia
HIV/AIDS berjumlah 14 orang
20-24 tahun sebesar (17,6%) dan
(2,89%), naik menjadi 26 orang
diikuti oleh kelompok umur >50tahun
(6,73%) tahun 2009, tahun 2010
sebesar (6,7%) (www.kemkes.go.id),
menjadi 47 orang (11,31%) dan
diakses pada 18 september 2018).
bertambah menjadi 67 orang (19,08%)
Laporan Badan AIDS PBB atau
sampai bulan Maret 2011
UNAIDS, yang menyebutkan lebih
(www.aidsIndonesia.or.id, diakses
dari 1,7 juta perempuan di ASIA hidup
pada 18 September 2018 ).
dengan HIV positif, dan 90%nya
tertular dari suami atau pasangan
mengakibatkan bila perempuan ingin kurang dalam bercinta. Kaum istri pun
menggantikan posisi dalam pencari yang dipaksa atau terpaksa
nafkah pun akan menuai kesulitan. menggunakan alat kontrasepsi,
Tidak mudah pula untuk membangun umumnya menganggap yang
relasi sosial di dalam keluarga inti dialaminya merupakan konsekuensi
maupun terhadap lingkungan menjadi seorang perempuan. Sehingga
masyarakat sekitar. Masyarakat ia enggan untuk memeriksakan diri
cenderung menilai seksualitas laki-laki atau membicarakan masalah yang
lebih positif, sementara seksualitas dialaminya karena rasa malu, takut,
perempuan cenderung negative. Salah dan merasa bahwa seorang perempuan
satu komponen pada masalah memang seharusnya diperlakukan
kesehatan reproduksi yang selalu demikian adanya di mata masyarakat.
menjadikan perempuan sebagai tokoh Padahal untuk kasus pasangan rumah
utama adalah penyakit yang menular tangga yang sama-sama mengidap
melalui saluran reproduksi. Persoalan HIV/AIDS mencegah keturunan
ini bukan hanya masalah medis tetapi sangatlah penting untuk mengurangi
juga berkaitan pada rendahnya status resiko berkembangnya angka ADHA
perempuan di dalam konstruksi (Anak Dengan HIV/AIDS). Karena
masyarakat. Sebagai contoh dalam seorang anak harusnya tidak menjadi
persoalan upaya mengurangi jumlah korban dari perbuatan orangtuanya. Di
penduduk. Perempuan adalah target Indonesia sendiri hidup sebagai ADHA
utama dalam pemasaran penggunaan tidaklah mudah. Dikucilkan dari
alat kontrasepsi. Di Indonesia masyarakat karena ketidaktahuan
mayoritas pemakai alat kontrasepsi mengenai media penularan virus HIV,
adalah kaum perempuan, padahal maupun harus menanggung resiko
sterilisasi bagi kaum pria secara teknis untuk menjalani terapi ARV seumur
jauh lebih mudah untuk dilakukan. hidup. Terlebih apabila salah seorang
Namun kenyataannya justru lebih dari orangtua ADHA tidak berumur
banyak perempuan yang panjang akibat penyakit yang
menggunakannya. Hal yang kerap kali dideritanya, otomatis ia harus
dijadikan alasan adalah alat memegang peran ganda dalam
kontrasepsi bila dipakai kepada pria menghidupi roda perekonomian rumah
akan menimbulkan sensasi yang tangga, di sisi lain kondisi tubuhnya
konteks siapa menguasai siapa atau kondisi yang menimpa dirinya akan
siapa yang powerful sementara yang adanya kecenderungan menyalahkan
lain powerless. Kekuasaan itu tersebar, perbuatan pasangannya, dan sulit
berada di mana-mana (omnipresent), menerima status barunya sebagai ODHA,
imanen terdapat dalam setiap relasi mengetahui keberadaan perempuan lain
sosial. Hal ini bukan karena kekuasaan dalam rumah tangganya, sebagian besar
itu memiliki kemampuan ODHA memilih untuk bertahan dalam
mengkonsolidasikan segala sesuatu di membina rumah tangga dengan
bawah kondisi ketidaknampakannya, pasangannya, hal ini dipengaruhi oleh
melainkan karena kekuasaan selalu faktor ekonomi, faktor memiliki anak
diproduksi dalam setiap momen dan juga menjadi pertimbangan mengapa
setiap relasi. Kekuasaan itu ada di ODHA tetap bertahan dalam rumah
mana-mana bukan karena ia tangganya walau mengetahui adanya
merengkuh segala sesuatu melainkan pihak ketiga dalam rumah tangganya,
karena ia datang dari manapun selain itu pula adanya ketakutan adanya
penolakan dari pihak keluarga apabila
Kesimpulan
melakukan perceraian, karena dalam
Hingga didapatkan beberapa
konstruksi masyarakat saat ini menjadi
kesimpulan dari keseluruhan kajian ini,
janda selalu erat kaitannya sebagai
yaitu; ODHA satu dengan yang lainnya
bentuk kesalahan dari pihak istri yang
meski sama-sama mendapatkan virus
tidak becus mengurus rumah tangga.
tersebut dari pasangan, akan memberikan
Ancaman juga hadir dari pasangan,
pemaknaan diri yang berbeda-beda. Hal
dimana pasangan menakut-nakuti bahwa
ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu,
tidak akan ada pihak yang akan
durasi lamanya menjadi ODHA akan
menerima kondisi istri ODHA pasca
memberikan pengaruh terhadap ODHA
bercerai. Hal tersebut menjadi
dalam memaknai kondisi diri. Darimana
pemaknaan diri yang berbeda bagi istri
pasangannya mendapatkan virus tersebut
yang mendapatkan virus dari pasangan
juga menjadi faktor yang mempengaruhi
yang merupakan mantan pemakai
ODHA dalam memaknai kondisi diri,
narkoba jarum suntik, ODHA menerima
ODHA yang mendapatkan virus akibat
status barunya dengan lebih lapang dada.
perbuatan seksual menyimpang
Bahkan ia akan merangkul pasangan
pasangannya, sulit menerima dengan
untuk dapat menjaga kesehatan bersama.
ODHA yang mempunyai anak akan hanya berasal dari warga sekitar tetapi
memiliki harapan hidup lebih besar. Hal juga dari keluarga terdekat ODHA. Hal
ini dikarenakan adanya dukungan serta tersebut dikarekanakan adanya
kekhawatiran dampak yang akan kesalahpahaman di tengah masyarakat
menimpa anak pasca kepergian ODHA. perihal media penularan virus
Masih banyaknya ODHA di tengah HIV/AIDS. Hal tersebut dilatarbelakangi
masyarakat yang tidak ingin membuka oleh kurangnya penyuluhan dari tenaga
statusnya sebagai ODHA, hal ini medis maupun lembaga masyarakat
dikarenakan kekhawatiran adanya stigma setempat mengenai penyakit HIV/AIDS.
dan pengucilan yang akan mereka Sehingga hal ini berakibat masih
dapatkan dan berdampak pada orang banyaknya masyarakat yang
terdekat. Masih banyaknya ODHA mendiskriminasi ODHA. Dari hasil
ditengah masyarkat kita yang memilih kajian ini melihat umumnya diskriminasi
tidak ingin membuka status kepada dan pengucilan terhadap ODHA yang
limgkungannya, dikarenakan ODHA dilakukan oleh masyarakat, lebih
mengetahui adanya diskriminasi dan berdampak kepada para istri. Istri kerap
pengucilan yang telah dialami pada menjadi sorotan dan sosoknya dianggap
ODHA sebelumnya. Sehingga dari sangat dekat dengan masyarakat, berbeda
pengalaman tersebut membuat ODHA dengan suami yang di dalam konstruksi
memilih untuk tidak membuka status masyarakat dilihat sebagai sosok yang
kepada masyarakat. Tingkat CD4 (sistem harus bekerja diluar rumah, sehingga
kekebalan tubuh) ODHA sangat keberadaanya tidak menjadi sorotan di
dipengaruhi oleh adalah tekanan tengah masyarakat. sehingga hal tersebut
psikologi yang dirasakan ODHA, berakibat pada anggapan bahwa HIV
sehingga hal ini membuat anak dari yang menimpa ibu rumah tangga terjadi
ODHA memiliki beban dan tanggung karena perilaku seksualnya yang
jawab besar untuk membuat suasana menyimpang dan minim kemungkinan
dalam rumah lebih hidup, hal ini hal tersebut berasal dari pasangannya.
dilakukan sebagai bentuk dukungan Masyarakat tidak ingin mencari tau lebih
kepada orangtuanya. Masyarakat pun lanjut darimana ODHA mendapatkan
masih melakukan diskriminasi dan virusnya. Hal ini membuat istri yang
pengucilan kepada ODHA hingga saat mendapatkan virus melalui pasangannya
ini. Bahkan perlakuan tersebut tidak seperti menjadi korban dua kali, dalam
DAFTAR PUSTAKA
Carmanita, Adinda. 2016. Makna HIV/AIDS di Kalangan Isteri ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS). Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga, Surabaya
Meitasari, Yeni. 2015. Studi Konstruksi Sosial Hidup Berkeluarga Bagi Perempuan
Penderita HIV/AIDS Di Kota Surabaya). Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya
Rahardjo, Toto. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset
Ridjal, Fauzie, Lusi Margiani dan Agus Fahri Husein 1993. Dinamika Gerakan
Perempuan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Posmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zayd, Nasr Hamid Abu. 2003. Dekonstruksi Gender : Kritik Wacana dalam Islam.
Yogyakarta: Samha