OLEH
ANDI NURUL FADILA
21.04.002
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis
dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena
bonkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologist kedua lapisan
ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan
pembuluh getah bening.
Pleura seringkali mengalami pathogenesis seperti terjadinya efusi
cairan, misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi,
hemotoraks bila rongga pleura berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks
atau empiema thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara
(Somantri, 2009).
Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam,
terutama karena infeksi tuberculosis atau non tuberculosis, keganasan, trauma
dan lain-lain. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu
system pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit,
melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi
pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan dirongga
pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya
(Muttaqin, 2008).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus efusi
pleura di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga setelah kanker
paru, sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi
pleura suatu disase entity dan merupakan suatu gejala penyakit yang serius
yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan pada efusi pleura
ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat
penekanan paru .Efusi pleura menempati urutan ke empat distribus 10 penyakit
terbanyik setelah kanker paru yaitu dengan jumlah 76 dari 808 orang dengan
prevalensi 9,14% ( Alsagaf, 2010)
Berdasarkan data yang dilaporkan Depatemen Kesehatan tahun 2006
menyebutkan di Indonesia kasus efusi pleura 2,7 % dari penyakit infeksi
saluran napas dengan Case Fatality Rate (CFR) 1, Sedangkan Sulawesi Selatan
dilaporkan kejadian efusi pleura 16 % dari penderita infeksi saluran
napas.Tingginya kasus efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk
memeriksakan kesehatan sejak dini sehingga menghambat aktifitas sehari-hari
dan kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan.4,5. (Irwadi, Sulina,
Hardjoeno , 2009)
Oleh karena ada peningkatan jumlah penderita maka menjadi masalah
kusus untuk kita semua, terutama bagi dunia keperawatan karena efusi pleura
masih menjadi masalah kesehatan yang tinggi, sehingga masalah kesehatan ini
harus segera ditangani dengan serius.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kolaborasi
6) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. D.0130 Termoregulasi ( L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)
Hipertermi berhubungan dengan proses setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
penyakit selama 3x24 jam diharapakan tingkat 1) Monitor suhu tubuh
a. Definisi nyeri menurun dengan, kriteria hasil: 2) Monitor komplikasi akibat
Suhu tubuh meningkat di atas 1) Suhu tubuh membaik hipertermia
rentang normal tubuh 2) Suhu kulit membaik Terapeutik
b. Penyebab 1) Berikan cairan oral
1) Dehidrasi Edukasi
2) Terpapar lingkungan panas 1) Anjurkan tirah baring
3) Proses penyakit (mis. infeksi, Kolaborasi
kanker) 1) Kolaborasi pemberian cairan dan
4) Ketidaksesuaian pakaian elektrolit intravena, jika perlu
dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan incubator
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :-
Objektif : Suhu tubuh diatas nilai
normal
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
e. Kondisi klinis terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
6. D.0056 L. 05047 Toleransi aktivitas Manajemen energy (I.05178)
Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
dengan kelemahan selama 3x24 jam diharapkan toleransi 1) Identifikasi gangguan fungsi
a. Definisi aktivitas pasien meningkat dengan tubuh yang mengakibatkan
Ketidakcukupan energy untuk kriteria hasil: kelelahan
melakukan aktivitas sehari-hari 1) Frekuensi nadi meningkat 2) Monitor kelelahan fisik dan
b. Penyebab 2) Saturasi oksigen meningkat emosional
1) Ketidakseimbangan antara 3) Kemudahan dalam melakukan 3) Monitor pola dan jam tidur
suplai dan kebutuhan oksigen aktivitas sehari-hari meningkat 4) Monitor lokasi dan
2) Tirah baring 4) Kecepatan berjalan meningkat ketidaknyamanan selama
3) Kelemahan 5) Jarak berjalan meningkat melakukan aktivitas
4) Imobilitas 6) Kekuatan tubuh bagian atas dan Terapeautik
5) Gaya hidup menoton bawah meningkat 1) Sediakan lingkungan nyaman
c. Gejala dan tanda mayor 7) Toleransi dalam menaiki tangga dan rendah stimulus (cahaya,
Subjektif : Mengeluh lelah meningkat suara, kunjungan)
Objektif : 8) Keluhan lelah menurun 2) Lakukan rentang gerak pasif
atau aktif
1) Frekuensi jantung meningkat 9) Dyspnea saat dan setelah 3) Berikan aktivitas distraksi yang
>20% dari kondisi istirahat aktivitas dan menurun menyenangkan
2) 10) Perasaan lemah menurun 4) Fasilitas duduk disisi tempat
d. Gejala dan tanda minor 11) Aritmia saat aktivitas dan tidur, jika tidak dapat berpindah
Subjektif : setelah menurun atau berjalan
1) Dyspnea saat/setelah aktivitas 12) Sianosis menurun Edukasi
2) Merasa tidak nyaman setrtelah 13) Warna kulit membaik 1) Anjurkan tirah baring
beraktivitas 14) Tekanan darah membaik 2) Anjurkan melakukan aktivitas
3) Merasa lelah 15) Frekuensi napas membaik secara bertahap
Objektif 3) Anjurkan menghubungi
1) Tekanan dadrah berubah >20% perawat jika tanda dan gejala
dari kondisi istirahat kelelahan tidak berkurang
2) Gambaran EKG menunjukkan 4) Ajarkan strategi koping untuk
aritmia saat/ setelah aktivitas mengurangi kelelahan
3) Gambaran EKG menunjukkan Kolaborasi
iskemia 1) Kolaborasi dengan ahli gizi
4) Sianosis tentang cara meningkatkan
e. Kondisi klinis terkait asupan makanan
1) Anemia
2) Gagal ,jantung kongestif
3) Penyakit jantung coroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
7) Gamgguan metabolic
8) Gangguan muskuloeletal
7. D.0142 Tingkat infeksi (l. 14137) Perawatan Selang Dada (I.01022)
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
a. Definisi selama 3x24 jam diharapkan toleransi 1) Identifikasi indikasi dilakukan
Berisiko mengalami peningkatan aktivitas pasien meningkat dengan pemasangan selang dada
terserang organisme patogenik kriteria hasil: 2) Monitor jumlah cairan pada
b. Faktor resiko 1) Nyeri menurun tabung (seal)
1) Penyakit Kronis 2) Demam menurun 3) Monitor tanda-tanda infeksi
2) Efek prosedur Infasif 3) Kemerahahan menurun Edukasi
3) Malnutrisi 4) Bengkak menurun 4) Ajarkan mengenal tanda-tanda
4) Peningkatan paparan organisme infeksi
patogen lingkungn
5) Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh perifer :
Gangguan peristltik
Kerusakan integritas kulit
Perubahan sekresi PH
Penurunan kerja siliaris
Ketuban pecah lama
Ketuban pecah sebelum
waktunya
Merokok
Statis cairan tubuh
6) Ketidakadekuatan pertahan
tubuh sekunder
Penuruna Hemoglobin
Imunosupresi
Leukopenia
Supresi Respon Inflamasi
Faksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
1) AIDS
2) Luka bakar
3) PPOK
4) Diabetes mellitus
5) Tindakan invasif
6) Kondisi penggunaan terapi steroid
7) Penyalahgunaan obat
8) Ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW)
9) Kanker
10) Gagal ginjal
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
14) Gangguan Fungsi hati
https://id.scribd.com/doc/129560455/MAKALAH-ASKEP-EFUSI-PLEURA-
docx
https://id.scribd.com/doc/311730652/Laporan-Pendahuluan-Efusi-Pleura
https://id.scribd.com/document/470996662/Laporan-pendahuluan-efusi-pleura-
INEAL-VERASKIA
https://id.scribd.com/document/389995201/Laporan-Pendahuluan-Efusi-Pleura
https://id.scribd.com/document/398142024/Laporan-Pendahuluan-Pasien-Dengan-
Kasus-Efusi-Pleura