Anda di halaman 1dari 12

PENGAWASAN TERHADAP APARATUR LEMBAGA KEJAKSAAN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014


TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Teguh Subroto
Email: teguhsubroto29@gmail.com
Pegawai Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau

Hartiwiningsih, Supanto
Email: hartiwi@yahoo.com, supanto.8787@gmail.com
Dosen Fakultas Hukum UNS Surakarta

Abstract
This article aims to examine the oversight system of the apparatus of the prosecutor institution before
Law No. 5 of 2014 on State Civil Apparatus as well as the implications of Law No. 5 of 2014 on
State Civil Apparatus on the authority of the prosecutor’s office in the field of supervision. Through
normative legal research or doctrinal law research, the result shows that the system of supervision
of the apparatus of the prosecutor institution before Law No. 5 of 2014 on State Civil Apparatus
is based on the division of internal control as the control within the prosecutor’s and external
organizations as a control outside the prosecutor’s organization. Implemented by the Prosecutor
Commission. With the enactment of Law Number 5 Year 2014 on the State Civil Apparatus (ASN)
which regulates the authority of the State Civil Service Commission (CASN), overlaps with the
supervision of the Attorney General of the Republic of Indonesia regulated in the Attorney General
Regulation No. PER- 022/A/JA/03/2011 on the Implementation of Oversight of the Attorney of the
Republic of Indonesia. The authority of KASN will clash with the Deputy Attorney General for
Supervision in conducting inherent supervision and functional oversight.
Keywords: Attorney; Supervision; State Civil Apparatus.

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji sistem pengawasan terhadap aparatur lembaga kejaksaan
sebelum Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara serta implikasi
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap kewenangan
kejaksaan dalam bidang pengawasan. Melalui penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
doktrinal didapatkan hasil, bahwa sistem pengawasan terhadap aparatur lembaga kejaksaan
sebelum Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara didasarkan oleh
pembagian pengawasan internal sebagai kontrol di dalam organisasi kejaksaan dan eksternal
sebagai kontrol di luar organisasi kejaksaan yang dilaksanakan Komisi Kejaksaan. Dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
mengatur kewenangan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), menimbulkan tumpang tindih
dengan penyelenggaraan pengawasan di lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia yang diatur
dalam Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER-022/A/JA/03/2011 tentang
Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan Republik Indonesia. Kewenangan KASN akan
berbenturan dengan Jaksa Agung Muda Pengawasan dalam melaksanakan pengawasan melekat
dan pengawasan fungsional.
Kata Kunci: Jaksa; Pengawasan; Aparatur Sipil Negara.

131
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Volume V Nomor 2 Juli-Desember 2017

A. Pendahuluan (Polri). Padahal Jaksa pada kenyataannya juga


ditempatkan dalam lembaga lain seperti KPK
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5
saat ini. Berdasarkan hal tersebut, maka KPK
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
terancam kehilangan Jaksa Penuntut Umum
(UU ASN) ternyata memberi masalah baru
(JPU) atas penerapan UU ASN. Hal ini karena
bagi Kejaksaan. Dengan berlakunya UU
undang-undang tersebut tidak mengatur
ASN, memiliki konsekuensi yang tidak
mekanisme penempatan Jaksa di lembaga
menguntungkan bagi Korps Adhyaksa.
lain, yang ada hanya pengaturan untuk TNI
Sebagai profesi penegak hukum, Jaksa akan
dan Polri.
menjadi profesi yang terkekang dengan
berbagai birokrasi. Apabila profesi Jaksa Selain itu Jaksa memiliki kode etik profesi
tetap dimasukkan dalam UU ASN, maka yang punya sangat lengkap seperti: Kode Etik
penempatan Jaksa di Komisi Pemberantasan Organisasi dalam Keputusan Jaksa Agung
Korupsi (KPK) akan terancam berhenti. R.I. (Kepja) Nomor: KEP-30/JA/03/1988
Pasal 20 UU ASN menyatakan bahwa: tentang Penyempurnaan Doktrin Kejaksaan
(1) Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN. Tri Krama Adhyaksa jo Kepja Nomor: KEP-
(2) Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari: 52/JA/08/1979 tentang Doktrin Kejaksaan
a. P r a j u r i t Te n t a r a N a s i o n a l Tri Krama Adhyaksa. Kemudian, Kode Etik
Indonesia; dan Perilaku dalam Peraturan Jaksa Agung R.I.
b. Anggota Kepolisian Negara (Perja) Nomor: PER-067/A/JA/2007 tentang
Republik Indonesia. Kode Etik Perilaku Jaksa, serta Kode Etik
(3) Pengisian Jabatan ASN tertentu Profesi dalam Perja Nomor: PER-066/A/
yang berasal dari prajurit Tentara JA/7/2007 tentang Standar Minimum Profesi
Nasional Indonesia dan anggota Jaksa. Hal inilah yang membedakan profesi
Kepolisian Negara Republik Jaksa dengan profesi lainnya, maka akan
Indonesia sebagaimana dimaksud menjadi rancu ketika diatur kode etik Aparatur
pada ayat (2) dilaksanakan pada Sipil Negara.
Instansi Pusat sebagaimana diatur Lembaga Kejaksaan memiliki Majelis
dalam Undang-Undang tentang Kehormatan Jaksa yang diatur dalam Kepja
Tentara Nasional Indonesia dan Nomor: KEP-017/A/JA/01/2004 tentang
UndangUndang tentang Kepolisian Majelis Kehormatan Jaksa. Apabila Jaksa
Negara Republik Indonesia. masuk dalam ruang lingkup pengaturan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai UU ASN, maka peran dan fungsi Majelis
Jabatan ASN tertentu yang berasal dari Kehormatan Jaksa otomatis akan hilang.
prajurit Tentara Nasional Indonesia Dalam Pasal 30 UU ASN menyatakan bahwa:
dan anggota Kepolisian Negara KASN berfungsi mengawasi pelaksanaan
Republik Indonesia dan tata cara norma dasar, kode etik dan kode perilaku
pengisian jabatan ASN sebagaimana ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi
Peraturan Pemerintah. Pemerintah.
Dalam pasal tersebut di atas, tidak Berdasarkan pasal tersebut, maka Komisi
mengatur mekanisme penempatan Jaksa di Aparatur Sipil Negara (KASN) berfungsi
lembaga lain, yang ada hanya pengaturan untuk sebagai pengawas pelaksanaan kode etik
prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan perilaku. Jika fungsi keduanya sama,
dan Anggota Kepolisian Republik Indonesia maka Majelis Kehormatan Jaksa terancam

132
Teguh Subroto. Pengawasan Terhadap Aparatur Lembaga Kejaksaan Berdasarkan Undang-Undang...

keberadaannya. Hal ini akan menjadi tumpang beberapa Jaksa dan pejabat administrasi
tindih, ketika kedua lembaga tersebut diberikan sanksi sebagai berikut:
mengeluarkan keputusan yang berbeda. Selain Penerima Saksi
itu amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun No. Jenis Sanksi Pegawai
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Tata Jaksa
(UU Kejaksaan) yang membentuk Komisi Usaha
Kejaksaan R.I. (Komjak) turut memperkuat 1. Sanksi Ringan 24 Orang 37 Orang
argumen untuk mengecualikan profesi Jaksa 2. Sanksi Sedang 18 Orang 21 Orang
dari UU ASN. Apabila profesi Jaksa tetap 3. Sanksi Berat 32 Orang 25 Orang
masuk sebagai bagian dalam UU ASN, maka Sumber: Pusat Penerangan Hukum Kejagung 2016
keberadaan Komjak haruslah dibubarkan.
Kinerja Kejagung, khususnya dalam
Berdasarkan uraian tersebut di atas, bidang pembinaan maupun pengawasan
maka dalam artikel ini dibahas bagaimanakah masih harus ditingkatkan mengingat
sistem pengawasan terhadap aparatur lembaga semakin kuatnya sorotan masyarakat
kejaksaan sebelum Undang-Undang Nomor kepada institusi kejaksaan. Jika tidak,
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, maka kepercayaan masyarakat kepada
dan bagaimanakah implikasi Undang-Undang korps Adhyaksa akan semakin luntur
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil sehingga dapat menghambat upaya
Negara terhadap Kewenangan Kejaksaan penegakkan hukum di Indonesia.
dalam bidang Pengawasan?
Pengawasan lembaga Kejaksaan
sebagai subsistem Sistem Peradilan
B. Metode Penelitian Pidana (SPP) sangat penting artinya
Jenis Penelitian ini adalah penelitian sebagai rangkaian pengawasan secara
hukum normatif atau penelitian hukum menyeluruh terhadap sub-sub sistem yang
doktrinal. Penelitian ini menggunakan lain dalam kerangka yang lebih luas dalam
pendekatan konseptual, menggunakan teknik hubungannya untuk mencapai tujuan
analisis bahan hukum deduktif silogisme SPP dan penegakan hukum. Mardjono
dengan menggunakan premis minor dan Reksodiputro lebih lanjut mengatakan:
premis mayor dan penarikan kesimpulan. “Keterkaitan antar sub-sistem satu
Penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan yang lainnya adalah seperti
bahan hukum studi kepustakaan atau library “bejana berhubungan” setiap masalah
research. dalam salah satu subsistem (misal:
Kejaksaan) akan menimbulkan
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan dampak pada sub-sistem awal dan
demikian selanjutnya terus menerus.
1. Sistem Pengawasan Terhadap Aparatur
Pada akhirnya tidak jelas mana yang
Lembaga Kejaksaan Sebelum Undang-
merupakan sebab (awal) dan yang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
mana akibat (reaksi).” (Marjono
Aparatur Sipil Negara
Reksodiputro, 1999 : 89).
Berdasarkan hasil penelitian, dari
kurun waktu Januari 2016 sampai Ini tidak terlepas dengan adanya
Desember 2016, Kejaksaan Agung mekanisme kontrol terhadap sub-sub
(Kejagung) telah menjatuhkan sanksi pada sistem dalam SPP termasuk lembaga
puluhan Jaksa nakal. Setidaknya terdapat kejaksaan. Berkaitan dengan hal

133
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Volume V Nomor 2 Juli-Desember 2017

tersebut pertanggungjawaban kejaksaan a. Sesama aparat menjaga kinerja


dapat dilihat dari dua sisi, pertama kolega mereka; dan
pertanggungjawaban institusi, dan kedua b. Agar atasan meningkatkan kualitas
pertanggungjawaban personal. Sedangkan produk aparat yang dipimpinnya,
pengawasan terkait dengan pedoman dengan memberikan penghargaan
organisasi, kebijakan, prosedur dan pada personel yang berprestasi,
peraturan. Adanya (discretion) kebijakan dan menjatuhkan sanksi dalam
kewenangan dan penggunaan wewenang berbagai tingkatan, bagi mereka
dari aspek positif, justru merupakan saran yang buruk performancenya;
acuan bagi aparatur kejaksaan di dalam 2. Mekanisme kontrol eksternal, yang
menjalankan tugas dan wewenangnya dapat dilakukan oleh lembaga
secara bertanggungjawab. (Marwan penegak hukum antara lain maupun
Effendy, 28 Oktober 2004). oleh publik :
Berkenaan dengan hal tersebut a. Kontrol oleh lembaga lain dalam
Harkristuti Harkrisnowo mengatakan Sistem Peradilan Pidana. Kontrol
bahwa: ini harus secara tegas dirumuskan
“Pengawasan merupakan salah dalam perundang- undangannya
satu pilar dalam manajemen yang sekaligus dengan sanksi yang
baik, lemahnya pengawasan akan diancamkan apabila personel
membawa dampak yang negatif atau lembaga tidak melaksanakan
pada seluruh produktivitas lembaga kewajibannya sesuai dengan due
apapun. Sebagai pemegang process of Law;
kekuasaan untuk melalukan proses b. Kontrol oleh publik.
peradilan, kewenangan yang Untuk menegaskan bahwa
tanpa batas akan membahayakan partisipasi publik merupakan
publik. Oleh karenanya diperlukan faktor pendorong profesionalisme
mekanisme kontrol untuk mencegah Kejaksaan, maka perlu dirancang
atau paling tidak mereduksi adanya mekanisme kontrol yang
adanya penyimpangan hukum dan memberikan akses pada publik
penyalahgunaan kewenangan demi manakala kinerja lembaga
terjaminnya hak asasi manusia. ini mengabaikan ketentuan
Mekanisme kontrol yang diciptakan yang ada. Selain melalui pra
haruslah rasional, proporsional dan peradilan, adanya lembaga yang
obyektif.” (Harkristuti Harkrisnowo, melakukan pemantauan terhadap
22 Agustus 2001). setiap lembaga akan sangat
membantu. Melihat pentingnya
Untuk dapat menjamin kinerja lembaga semacam ini, maka
yang baik, dalam penyelenggaraan perumusannya perlu dimasukkan
proses peradilan pidana oleh Kejaksaan dalam peraturan perundang-
mekanisme kontrol dapat dilakukan u n d a n g a n o rg a n i k , u n t u k
sebagai berikut: menjamin bahwa keberadaannya
1. Mekanisme kontrol internal, yang diperhatikan oleh Kejaksaan.
dapat dirumuskan dalam perundang- (Harkristuti Harkrisnowo, 22
undangan internal lembaga, yang Agustus 2001).
mendorong agar:

134
Teguh Subroto. Pengawasan Terhadap Aparatur Lembaga Kejaksaan Berdasarkan Undang-Undang...

Mekanisme kontrol terhadap aparatur tugas dan wewenang kejaksaan di bidang


lembaga kejaksaan secara internal yaitu pengawasan berdasarkan peraturan
Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas), perundang-undangan dan kebijaksanaan
Majelis Kehormatan Jaksa, Kode Etik dan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung; dan
Eksaminasi perkara, sedangkan secara kedelapan, pemberian saran pertimbangan
eksternal yaitu Komisi Kejaksaan dan kepada Jaksa Agung dan pelaksanaan
Masyarakat. Di sisi yang lain, kontrol tugas-tugas lain sesuai petunjuk Jaksa
terhadap kejaksaan secara horizontal Agung.
dilakukan oleh sub-sub sistem lain dalam Tugas dan fungsi Jamwas tersebut
SPP dan secara vertikal oleh atasan di atas merupakan salah satu bentuk
dengan bentuk pengawasan melekat dan pengawasan secara internal terhadap
pengawasan fungsional. lembaga kejaksaan. Tugas dan fungsi
Tugas dan kewenangan Jamwas adalah: tersebut pada dasarnya sudah cukup
pertama, perumusan kebijaksanaan teknis memadai sebagai syarat pengawasan.
pengawasan di lingkungan kejaksaan; Apa yang menjadi tugas dan fungsi
kedua, perencanaan, pelaksanaan dari Jamwas merupakan usaha atau kegiatan
pengendalian pengamatan, penelitian, mengetahui dan menilai kenyataan yang
pengujian, penilaian, pemberian sebenarnya mengenai tugas dan kegiatan,
bimbingan, penertiban atas pelaksanaan apakah sesuai dengan semestinya atau
tugas rutin dan pembangunan semua tidak. Hal ini tentu saja berkenaan dengan
unsur kejaksaan terutama mengenai tugas dan kegiatan kejaksaan sebagai
administrasi umum, proyek pembangunan, lembaga penuntutan.
intelijen, tindak pidana umum, tindak Dalam mengantisipasi kejadian
pidana khusus, perdata dan tata usaha penyimpangan terutama dugaan suap,
negara di lingkungan kejaksaan serta menambah wewenang Jamwas yang
pengadministrasian; ketiga, pelaksanaan diatur dalam Peraturan Jaksa Agung
pengusutuan, pemeriksaan atas adanya R.I. tentang Organisasi dan Tata Kerja
laporan, pengaduan, penyimpangan, Kejaksaan R.I., Peraturan Jaksa Agung
penyalahgunaan jabatan atau wewenang Nomor: PER-022/A/JA/03/2011 tentang
dan mengusulkan penindakan terhadap Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan
pegawai kejaksaan yang terbukti R.I., dan Juklak Jamwas tentang Teknis
melalukan perbuatan tercela atau Penanganan Laporan Pengaduan dan
terbukti melakukan tindak pidana; Tata Kelola Administrasi Bidang
keempat, pemantauan dalam rangka Pengawasan. Paska lahirnya Peraturan
tindak lanjut pengawasan di lingkungan Jaksa Agung Nomor: PER-022/ A/
kejaksaan; kelima, pembinaan dan JA/03/2011, Peraturan Jaksa Agung
peningkatan kemampuan, keterampilan Nomor: PER-069/A/JA/07/2007 tentang
serta integritas kepribadian aparat Ketentuan-Ketentuan Penyelenggaraan
pengawasan di lingkungan pengawasan Pengawasan Kejaksaan R.I. dicabut
pada umumnya; keenam, pembinaan dan dinyatakan tidak berlaku. Bentuk
kerja sama dan pelaksanaan koordinasi pengawasan berdasarkan Peraturan Jaksa
dengan aparat pengawasan fungsional Agung Nomor: PER-022/A/JA/03/2011
instansi lain mengenai pelaksanaan tentang Penyelenggaraan Pengawasan
pengawasan pada umumnya; ketujuh, Kejaksaan Republik Indonesia terdiri dari
pengamanan teknis atas pelaksanaan

135
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Volume V Nomor 2 Juli-Desember 2017

Pengawasan Melekat dan Pengawasan Surat Keputusan Pengurus Pusat Persatuan


Fungsional. Jaksa Indonesia Nomor: KEP-001/
UU Kejaksaan mengamanatkan Persaja/ 03/1995 tentang Kode Etik Jaksa.
pembentukan Majelis Kehormatan Pengertian penegakkan Kode Etik Jaksa
Jaksa, yang sebenarnya juga sudah adalah merupakan rangkaian kegiatan
diamanatkan oleh Undang Undang Komisi Kode Etik Jaksa dalam mencari
Kejaksaan sebelumnya yaitu dalam Pasal serta mengumpulkan data dan fakta
13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 guna membuat terang adanya dugaan
Tahun 1991. Implementasi dari undang- pelanggaran atas Kode Etik Jaksa.
undang tersebut telah ada Keputusan Selain pengawasan secara internal,
Jaksa Agung Nomor: Kep-017/A/ kejaksaan juga mengenal pengawasan
J.A/01/2004 tentang Majelis Kehormatan secara eksternal. Dalam Pasal 3
Jaksa. Majelis Kehormatan Jaksa adalah Perpres Nomor 18 Tahun 2005 tentang
satuan organisasi yang keanggotaannya Komisi Kejaksaan, disebutkan bahwa
ditetapkan oleh Jaksa Agung. Tugas dan Komisi Kejaksaan merupakan lembaga
fungsi Majelis Kehormatan Jaksa adalah pemerintahan non-struktural yang dalam
memberikan pendapat tertulis kepada melaksanakan tugas dan wewenangnya
Jaksa Agung tentang Pemberhentian atau bersifat mandiri, bebas dari pengaruh
Pemberhentian Sementara Jaksa dari kekuasaan manapun.
Jabatannya. Berdasarkan keseluruhan uraian di
Pengawasan internal khusus dalam atas, maka dapat di gambarkan sistem
bidang kode etik, juga mengatur adanya pengawasan kejaksaan adalah sebagai
Komisi Kode Etik Jaksa. Sesuai dengan berikut:

Pengawasan Kejaksaan

Pengawasan Internal Pengawasan Eksternal

Jaksa Agung Muda Pengawasan Komisi Kejaksaan

Pengawasan Komisi Majelis


Pengawasan Kode Etik Kehormatan
Melekat Fungsional Jaksa Jaksa

a. Pengawasan di Belakang Meja;


b. Inspeksi Pimpinan;
c. Inspeksi Umum;
d. Pemantauan;
e. Inspeksi Khusus;
f. Inspeksi Kasus.

136
Teguh Subroto. Pengawasan Terhadap Aparatur Lembaga Kejaksaan Berdasarkan Undang-Undang...

Berdasarkan keseluruhan uraian di bawah pemerintah seperti pejabat publik


atas, maka dapat disimpulkan bahwa, lainnya dengan hierarki yang sama. Raja
sistem pengawasan terhadap aparatur William memerintah Kerajaan Belanda
lembaga kejaksaan sebelum UU ASN dari tahun 1813 sampai 1840. Sebagai
didasarkan oleh pembagian pengawasan raja yang autokratik, Raja William ingin
internal sebagai kontrol di dalam memastikan pengaruhnya pada pengadilan
organisasi kejaksaan dan eksternal sebagai yang independen dengan menaruh Jaksa
kontrol di luar organisasi kejaksaan di bawah pemerintah (Darmono, 2013 :
yang dilaksanakan Komisi Kejaksaan. 50).
Pengawasan dilaksanakan oleh Jamwas. Hal tersebut juga masih diadopsi
Konteks pengawasan Jamwas terbagi oleh Indonesia, hal ini di tegaskan dalam
menjadi pengawasan umum dan Pasal 2 ayat (1) UU Kejaksaan disebutkan
pengawasan khusus. Pengawasan umum bahwa: Kejaksaan Republik Indonesia
adalah pengawasan yang diatur dalam yang selanjutnya dalam undang-undang
peraturan Penyelenggaraan Pengawasan ini disebut kejaksaan adalah lembaga
Kejaksaan R.I. dengan dua bentuk pemerintah yang melaksanakan kekuasaan
pengawasan yaitu pengawasan melekat negara di bidang penuntutan serta
dan pengawasan fungsional. Sedangkan kewenangan lain berdasarkan undang-
pengawasan internal khusus dilaksanakan undang. Pertanggungjawaban Kejaksaan
oleh beberapa organ/pejabat kejaksaan Republik Indonesia juga dilakukan
khusus dengan materi yang juga khusus langsung kepada Presiden selaku Kepala
antara lain Komisi Kode Etik Jaksa dan Pemerintahan.
Majelis Kehormatan Jaksa.
Negara merupakan organ yang
memiliki tujuan bersama. Dalam suatu
2. Implikasi Undang-Undang Nomor negara menentukan setiap gerak dan
5 Tahun 2014 Tentang Aparatur tingkah laku, seperti lazimnya sebuah
Sipil Negara Terhadap Kewenangan organisasi yang mempunyai tujuan
Kejaksaan Dalam Bidang Pengawasan tertentu. Sebagai suatu organisasi
Sistem hukum di Indonesia yang kekuasaan, ketentuan mengenai tujuan
berasal dari sistem hukum French- negara menjadi penting karena pada
Dutch civil law yang menganggap Jaksa hakekatnya tujuan negara menentukan
bukan sebagai wakil rakyat dan tidak bagaimana cara mengatur dan menyusun
netral seperti hakim. Jaksa cenderung negara yang bersangkutan (Victor
dipengaruhi pemerintah dan tidak lepas Situmorang, 2007 : 18). Dalam rangka
dari kebijakan pemerintah khususnya mencapai tujuan, negara menggunakan
dalam penegakan hukum. Sejarah alat yang mempunyai tugas dan fungsi
mencatat, ketika Belanda merdeka dari untuk mencapai tujuan, yang biasanya
Prancis tahun 1813 timbul pertanyaan, disebut dengan organ negara. Melalui
apakah Jaksa merupakan bagian dari individu yang terdapat dalam organ-organ
kekuasaan eksekutif atau bagian dari inilah negara bertindak (Hans Kelsen,
pengadilan (kekuasaan yudikatif atau 2007 : 240). Organ-organ inilah yang
bagian dari keduanya). Kedudukan disebut sebagai lembaga negara termasuk
Jaksa oleh Raja William selaku penuntut kejaksaan.
umum (public prosecutor) ditaruh di

137
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Volume V Nomor 2 Juli-Desember 2017

Lembaga negara yang diatur dan jaksa dan pegawai di lingkungan


dibentuk oleh Undang-Undang Dasar Kejaksaan, selain pengawasan internal,
merupakan organ konstitusi, sedangkan maka berdasarkan amanat Pasal 38 UU
yang dibentuk berdasarkan undang- Kejaksaan, Presiden Republik Indonesia
undang merupakan organ undang-undang, secara atribusi memberikan kewenangan
sementara yang hanya dibentuk karena untuk membentuk suatu komisi
Keputusan Presiden tentunya lebih rendah independen yang berfungsi dalam rangka
lagi tingkatan dan derajat perlakuan pengawasan eksternal, yang dikenal
hukum terhadap pejabat yang duduk Komisi Kejaksaan. Pembentukan Komisi
didalamnya. Demikian pula jika lembaga Kejaksaan merupakan suatu langkah
yang dimaksud dibentuk dan diberi pengawasan dalam rangka pelaksanaan
kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah, pemerintahan yang bersih dan baik (good
tentu lebih rendah lagi tingkatannya. and clean government) di lingkungan
Kedudukan lembaga yang berbeda- kejaksaan, karena ini dinilai penting
beda tingkatannya inilah yang ikut untuk mengawasi kinerja kejaksaan dan
mempengaruhi kedudukan peraturan yang membuat rekomendasi kepada Presiden
dikeluarkan oleh masing-masing lembaga untuk menentukan kebijakannya di bidang
tersebut. (Hans Kelsen, 2007 : 37). hukum.
Kejaksaan sebagai lembaga negara Sejalan dengan diterbitkannya UU
pemerintahan melaksanakan kekuasaan ASN menggantikan Undang-Undang
negara di bidang penuntutan harus Nomor 8 Tahun 1974 jo Undang-Undang
bebas dari pengaruh kekuasaan pihak Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-
manapun, yakni yang dilaksanakan secara Pokok Kepegawaian, kejaksaan tidak
merdeka terlepas dari pengaruh kekuasaan disebutkan secara eksplisit sebagai
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lembaga yang dikecualikan. Pasal 25 UU
lainnya. Oleh karena itu, sebagai lembaga ASN menyatakan bahwa:
negara individu-individu yang ada di (1) Presiden selaku pemegang kekuasaan
dalamnya tidak lepas dari pengaturan pemerintahan merupakan pemegang
aparatur sipil negara. kekuasaan tertinggi dalam kebijakan,
Dalam menjalankan suatu lembaga pembinaan profesi, dan Manajemen
atau organisasi diperlukan fungsi-fungsi ASN.
manajemen untuk mencapai tujuan (2) Untuk menyelenggarakan kekuasaan
organisasi, salah satu fungsi manajemen sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
yaitu pengawasan. Pengawasan sebagai Presiden mendelegasikan sebagian
upaya kontrol birokrasi ataupun organisasi kekuasaannya kepada:
harus dilaksanakan dengan baik karena 1. Kementerian yang menyeleng-
jika tidak dilaksanakan, cepat atau lambat garakan urusan pemerintahan di
akan mengakibatkan mati/ hancurnya bidang pendayagunaan aparatur
suatu organisasi atau birokrasi itu sendiri. negara, berkaitan dengan
Pada lingkungan Kejaksaan, pengawasan kewenangan perumusan dan
internal dilakukan oleh Jamwas. penetapan kebijakan, koordinasi
dan sinkronisasi kebijakan, serta
Dalam rangka merespon tuntutan dan pengawasan atas pelaksanaan
sikap masyarakat guna meningkatkan dan kebijakan ASN;
menjaga kualitas kinerja dan perilaku

138
Teguh Subroto. Pengawasan Terhadap Aparatur Lembaga Kejaksaan Berdasarkan Undang-Undang...

2. K A S N , b e r k a i t a n d e n g a n menjaga kode etik profesi dan standar


kewenangan monitoring dan pelayanan profesi ASN serta mewujudkan
evaluasi pelaksanaan kebijakan jiwa korps ASN sebagai perekat dan
dan Manajemen ASN untuk pemersatu bangsa.
menjamin perwujudan Sistem Adanya lembaga pengawasan selain
Merit serta pengawasan terhadap pengawasan internal yang dilakukan oleh
penerapan asas serta kode etik Jamwas dan pengawasan eksternal yaitu
dan kode perilaku ASN; Komisi Kejaksaan dan KASN, maka
Dst......................... eksistensi Jamwas dikaitkan dengan
keberadaan lembaga pengawasan oleh
Dalam rangka penetapan kebijakan
Komisi Kejaksaan dan KASN menjadi
Manajemen ASN, dibentuk KASN
tumpang tindih, sehingga keberadaan
yang mandiri dan bebas dari intervensi
pengawasan internal oleh Jamwas
politik. Pembentukan KASN ini untuk
sebagai lembaga pengawasan pada
monitoring dan evaluasi pelaksanaan
lingkungan kejaksaan perlu diserasikan
kebijakan dan Manajemen ASN untuk
dan diharmonisasikan agar tidak terjadi
menjamin perwujudan Sistem Merit serta
tumpang tindih kewenangan.
pengawasan terhadap penerapan asas,
kode etik dan kode perilaku ASN. Keterkaitan antara pengawasan
internal di lingkungan kejaksaan dengan
KASN beranggotakan 7 (tujuh) orang
pengawasan eksternal yang dilakukan
yang terdiri dari seorang ketua merangkap
oleh Komisi Kejaksaan, diatur dalam
anggota, seorang wakil ketua merangkap
Pasal 4 huruf e dan Pasal 5 ayat (2)
anggota, dan 5 (lima) orang anggota.
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun
KASN dalam melaksanakan tugas dan
2011 tentang Komisi Kejaksaan R.I.
wewenangnya dibantu oleh Asisten
serta adanya Nota Kesepahaman Jaksa
dan Pejabat Fungsional keahlian yang
Agung dengan Ketua Komisi Kejaksaan
dibutuhkan. Selain itu KASN dibantu oleh
Nomor: KEP-009/A/JA/05/2011 dan
sekretariat yang dipimpin oleh seorang
Nomor: NK-001/KK/05/2011 tentang
kepala sekretariat. Ketua, wakil ketua, dan
Mekanisme Kerja Antara Kejaksaan
anggota KASN ditetapkan dan diangkat
dengan Komisi Kejaksaan dalam
oleh Presiden selaku kepala pemerintahan
Melaksanakan Pengawasan, Pemantauan
untuk masa jabatan selama 5 (lima)
dan Penilaian Atas Kinerja dan Perilaku
tahun dan hanya dapat diperpanjang
Jaksa dan Pegawai Kejaksaan.
untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk
menyalurkan aspirasi dalam rangka Berlakunya UU ASN yang mengatur
pembinaan dan pengembangan profesi kewenangan KASN menyebabkan
ASN, Pegawai ASN berhimpun dalam struktur pengawasan menjadi berubah,
wadah korps profesi Pegawai ASN yaitu sebagai berikut:
Republik Indonesia yang bertujuan

139
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Volume V Nomor 2 Juli-Desember 2017

Pengawasan Kejaksaan

Pengawasan Internal Pengawasan Eksternal

Jaksa Agung Muda Komisi Kejaksaan


Pengawasan
KASN

Pengawasan Pengawasan
Melekat Fungsional

a. Pengawasan di Komisi Majelis


Belakang Meja; Kode Kehormatan
Etik Jaksa
b. Inspeksi
Jaksa
Pimpinan;
c. Inspeksi Umum;
d. Pemantauan;
e. Inspeksi Khusus;
f. Inspeksi Kasus.

Berlakunya UU ASN yang mengatur dan wewenang di bidang pengawasan


kewenangan KASN, akan menimbulkan dilaksanakan oleh Jamwas.
tumpang tindih dengan penyelenggaraan Dengan berlakunya UU ASN apabila
pengawasan di lingkungan Kejaksaan R.I. dikaji secara obyektif, sesungguhnya belum
yang diatur dalam Peraturan Jaksa Agung mengakomodasi kekhususan karakteristik
R.I. Nomor: PER-022/A/JA/03/2011 kelembagaan maupun profesi di kejaksaan
tentang Penyelenggaraan Pengawasan seperti model birokrasi kelembagaan,
Kejaksaan R.I., yang dilakukan dalam model pembinaan kepegawaian, model
bentuk “Pengawasan Melekat” dan akuntabilitas kinerja kelembagaan dan
“Pengawasan Fungsional”. Hal ini sejalan model pengawasan baik kelembagaan
dengan ruang lingkup pengawasan maupun profesi. Kekhususan karakteristik
berdasarkan Pasal 27 Peraturan Presiden lembaga kejaksaan dapat dilihat dari
Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi landasan historis berdasarkan UUD
dan Tata Kerja Kejaksaan R.I. yang 1945 dan Hukum Positif, kekhususan
menyatakan bahwa pengawasan karakteristik kelembagaan dalam Sistem
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan Ketatanegaraan, kekhususan karakteristik
pengendalian pelaksanaan pengawasan kelembagaan sebagai Penegak Hukum
atas kinerja dan keuangan intern dalam Sistem Peadilan Pidana, sebagai
kejaksaan, serta pelaksanaan pengawasan Jaksa Pengacara Negara, kekhususan
untuk tujuan tertentu atas penugasan karakteristik kewenangan Jaksa dalam
Jaksa Agung sesuai dengan ketentuan kaitannya dengan Hubungan Antar
peraturan perundang-undangan. Tugas

140
Teguh Subroto. Pengawasan Terhadap Aparatur Lembaga Kejaksaan Berdasarkan Undang-Undang...

Lembaga maupun Hubungan Antar kekhususan karakteristik kelembagaan


Negara, kekhususan karakteristik Profesi maupun profesi di kejaksaan, sedangkan
Jaksa, kekhususan karakteristik Jaksa Komisi Kejaksaan mempunyai korelasi
Agung sebagai Penuntut Umum Tertinggi dengan pengawasan internal kejaksaan
dan kekhususan lainnya. sebagaimana diatur dalam Peraturan
Mekanisme pengawasan di kejaksaan P r e s i d e n N o m o r 1 8 Ta h u n 2 0 11
dilakukan melalui pengawasan melekat tentang Komisi Kejaksaan R.I. dalam
dan pengawasan fungsional. Pengawasan melaksanakan pengawasan, pemantauan
melekat dilaksanakan oleh pimpinan dan penilaian atas kinerja dan perilaku
satuan kerja terhadap bawahannya, Jaksa dan pegawai kejaksaan.
sedangkan pengawasan fungsional pada
umumnya dilakukan melalui pemeriksaan D. Simpulan
surat-surat (baik laporan pengawasan 1. Sistem pengawasan terhadap aparatur
dari satuan kerja di kejaksaan maupun lembaga kejaksaan sebelum UU ASN
pengaduan masyarakat), dan inspeksi di dasarkan oleh pembagian pengawasan
langsung ke berbagai unit kejaksaan internal sebagai kontrol di dalam
di tingkat pusat dan daerah. Dengan organisasi kejaksaan dan eksternal sebagai
terbentuknya Komisi Kejaksaan, maka ada kontrol di luar organisasi kejaksaan
keterkaitan/korelasi Komisi Kejaksaan yang dilaksanakan Komisi Kejaksaan.
dengan pengawasan internal kejaksaan Pengawasan dilaksanakan oleh Jamwas.
yaitu Komisi Kejaksaan dapat melakukan Konteks pengawasan Jamwas terbagi
pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran menjadi pengawasan umum dan
peraturan kedinasan Kejaksaan serta sikap pengawasan khusus. Pengawasan umum
perilaku jaksa dan pegawai kejaksaan adalah pengawasan yang diatur dalam
apabila Komisi Kejaksaan mengambil alih peraturan Penyelenggaraan Pengawasan
pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh Kejaksaan R.I. dengan dua bentuk
aparat pengawasan internal yang dianggap pengawasan yaitu pengawasan melekat
berlarut-larut, atau hasil pemeriksaan dan pengawasan fungsional. Sedangkan
dinilai tidak sesuai dengan kesalahan pengawasan internal khusus dilaksanakan
yang dilakukan oleh jaksa atau pegawai oleh beberapa organ/pejabat kejaksaan
kejaksaan atau apabila terjadi kolusi dalam khusus dengan materi yang juga khusus
pemeriksaan oleh aparat pengawasan antara lain Komisi Kode Etik Jaksa dan
internal. Majelis Kehormatan Jaksa.
2. Berlakunya UU ASN yang mengatur
Dengan berlakunya UU ASN yang
kewenangan KASN, menimbulkan
mengatur kewenangan KASN, maka
tumpang tindih dengan penyelenggaraan
akan menimbulkan tumpang tindih
pengawasan di lingkungan kejaksaan
dengan penyelenggaraan pengawasan di
yang diatur dalam Peraturan Jaksa Agung
lingkungan kejaksaan karena pengawasan
Nomor: PER-022/A/ JA/03/2011 tentang
internal kejaksaan telah diatur secara
Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan
rinci dalam Peraturan Jaksa Agung, dan
R.I. Kewenangan KASN akan berbenturan
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun
dengan Jamwas dalam melaksanakan
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
pengawasan melekat dan pengawasan
Kejaksaan R.I. Disamping itu UU ASN
fungsional.
secara umum belum mengakomodir

141
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Volume V Nomor 2 Juli-Desember 2017

E. Saran Hans Kelsen. 2007. Teori Umum Hukum dan


1. Untuk menguatkan eksistensi di Bidang Negara. alih bahasa oleh Somardi.
Pengawasan Internal Kejaksaan, maka Jakarta : Bee Media Indonesia.
diperlukan lembaga pengawasan internal
Harkristuti Harkrisnowo. 2001. “Membangun
kejaksaan dan Komisi Kejaksaan
Strategi kinerja Kejaksaan bagi
yang profesional dalam bertindak dan
peningkatan Produktivitas,
mempunyai integritas moral yang tinggi
Profesionalisme, dan Akuntabilitas
dan konsisten dalam memperjuangkan
Publik: Suatu usulan pemikiran”,
cita-cita penegakan hukum dan faktor
Makalah disampaikan dalam rangka
subyektivitas sedapat mungkin harus
seminar mewujudkan supremasi hukum,
dihilangkan.
Jakarta : Puslitbang Kejagung.
2. Diperlukan koordinasi yang intensif antara
aparat pengawasan internal kejaksaan Mardjono Reksodiputro. 1999. Hak Asasi
dengan Komisi Kejaksaan agar tercipta Manusia dan Sistem Peradilan Pidana.
sinergi dalam melaksanakan tugasnya. Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan
3. D i p e r l u k a n N o t a K e s e p a h a m a n Pengabdian Hukum (d/h Lembaga
antara Jamwas dengan KASN terkait Kriminologi) dan UI Press.
penyelenggaraan pengawasan di
lingkungan Kejaksaan Agung R.I., Marwan Effendy. 2004. “Akuntabilitas
sehubungan dengan diberlakukannya Kejaksaan dan Komisi Pengawas”.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Makalah. Jakarta, 28 Oktober 2004.
tentang Aparatur Sipil Negara. Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian
Hukum. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group,.
F. Daftar Pustaka
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. 2003.
Darmono. 2013. Penyampingan Perkara Penelitian Hukum Normatif. Jakarta :
Pidana Seponering Dalam Penegakan Raja Grafindo Persada.
Hukum (Studi Kasus Ketetapan
Mengenyampingkan Perkara Demi Victor Situmorang. 2007. Intisari Ilmu
Kepentingan Umum Atas Nama Dr. Negara. Jakarta : Bina Aksara.
Bibit Samad Riyanto dan Chandra M.
Hamzah). Jakarta : Solusi Publishing.

142

Anda mungkin juga menyukai