Anda di halaman 1dari 6

3.

M3 masalah dalam masa nifas dan pemberian ASI


Salah satu masalah yang bisa terjadi pada masa nifas yaitu pengeluaran ASI (Air
Susu Ibu) yang tidak lancar.
Masalah dalam pemberian ASI
Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah: kurang/salah informasi
putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar.

1. Kurang / salah informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih
baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang.
Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak
ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa :

- Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan
bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan
menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian
karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
- ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan
minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai
persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama
beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan
memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
- Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran
payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran
ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI
sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi
apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar. Informasi yang perlu
diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi :
2. Putting susu datar atau terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama
antenatal umumnya kurang berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman,
menarik-narik puting, ataupun penggunaan brest shield.

- Hofman
Cara ini yaitu dengan meregangkan kulit kalang payudara dan jaringan dibawahnya
menggunakan jari telunjuk sehingga putting yang terbenam bisa muncul ke
permukaan.

Cara hofman ini diulangi dengan letak telunjuk dipindah berputar sekeliling putting.

a. Menarik-narik putting
b. Brest shield
3. Putting susu lecet
Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet.
Umumnya akan menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan
darah. Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat
pula disebabkan oleh trush (candidates) atau dermatitis.
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya
terasa sakit. Hal yang perlu dilakukan adalah :

- Cek bagaimana perlekatan ibu dan bayi


- Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat). Apakah terdapat kulit
yang merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit bersisik
(flaky).
Pada keadaan putting susu lecet yang kadang kala retak-retak atau luka, maka dapat
ditangani dengan cara sebagai berikut :

- Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
- Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan
obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
- Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1×24
jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2×24 jam.
- Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
- Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun.
4. Payudara bengkak
Bedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh rasa berat pada payudara, tersa panas dan keras. Bila diperiksa ASI
keluar dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak, payudara udem, terasa sakit,
puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan bila diperiksa/isap ASI tidak
keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain produksi
ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang
sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Untuk
mencegah terjadinya putting bengkak maka diperlukan :

- Menyusui dini
- Perlekatan yang baik
- Menyusui “on demand”/ Bayi harus lebih sering disusui. Frekuensi menyusui ini
setidaknya adalah 10 kali dalam 24 jam, atau lebih jika memang bayi
menginginkannya. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.
5. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadang
kala diikuti rasa nyeri dan panas/suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa
padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas
1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak
efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena
tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar
terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung. Ada dua jenis Mastitis
yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis dan yang telah
terinfeksi bakteri yaitu iInfective Mastitis.

Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan:

- Kompres hangat/panas dan pemijatan


- Rangsang Oxtocin dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi putting,
pijat leher-punggung dan lain-lain.
- Pemberian antibiotik Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10 hari.
- Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
- Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan
karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
6. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Lanjut
Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang dan
ibu bekerja.

A. Sindrom ASI kurang


Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin
saja” ASI benar kurang antara lain:

-Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu, menyusu dengan waktu
yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka
produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
- Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu.
- Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau.
- Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak
“datang”, pasca lahir.
B. Ibu yang bekerja
Seringkali alasan pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya
ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :

- Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.


- ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerja.
- Pangosongan payudara di tempat kerja setiap 3-4 jam.
- ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu
bekerja dengan cangkir.
- Pada saat ibu dirumah, sesering mungkin bayi disusui, dan ganti jadwal menyusuinya
sehingga banyak menyusui di malam hari.
- Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah
mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja.
- Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama
menyusui b
Masalah Pemberian ASI “Masalah Pada Bayi”
1. Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama, puaskan
menyusu. Sebab bayi menangis :

- Bayi merasa tidak aman

- Bayi merasa sakit

- Bayi Basah

- Bayi kurang gizi


Tindakan ibu : ibu tidak perlu cemas karena akan mengganggu proses laktasi, perbaiki
posisi menyusui, periksa pakaian bayi apakah basah, jangan biarkan bayi menangis
terlalu lama.

2. Bayi bingung putting


Nipple Confusion  adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula
dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme
menyusu pada puting berbeda dengan botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja
otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sebaliknya pada menyusu botol bayi
secara pasif dapat memperoleh susu secara bantuan. Yang menentukan pada menyusu
botol adalah factor dari si pemberi antara lain kemiringan botol atau tekanan gravitasi
susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.

Tanda-tanda bayi bingung putting:

1. mengisap puting seperti menghisap dot


2. Menghisap terbutus-putus dan sebentar
3. Bayi menolak menyusu.

3.Bayi premature
Bayi kecil. Premature atau dengan berat badan lhir rendah (BBLR) mempunyai
masalah menyusui karena reflex menghisapnya masih relative lemah. Oleh karenanya
bayi kecil justru harus lebih cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering
mungkin walaupun waktu menyusunya pendek. Untuk merangsang menghisap
sentuhlah langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih. Bila bayi dirawat di RS,
harus sering dijenguk, dilihat, disentuh dengan kasih sayang, dan bila memungkinkan
disusui langsung. Bila belum menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan, atau pompa,
yang kemudian diberikan dengan sendok atau cangkir.

4. Bayi kuning
Kuning dini terjadi pada bayi usia antara 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering terjadi
dan lebih berat kasus nya pada bayi-bayi yang tidak mendapat ASI cukup. Warna
kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi dalam darah (hiperbilirubinemia) yang
dapat terlihat pada kulit dan sclera (putih mata). Pada orang dewasa terlihat kuning
bila kadar bilirubin serum mencapai kira-kira 2 mg/100ml, tetapi pada bayi baru lahir
jarang terjadi sebelum mencapai kadar 5mg/100ml.

Untuk mencegah warna kuning tidak lebih berat bayi jelas membutuhkan lebih
banyak menyusu. Yang harus dilakukan adalah mulai menyusui segera setelah lahir
dan susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. Menyusui dini sangat penting karena
bayi akan mendapat kolostrum atau jolong (susu awal). Kolostrum bersifat purgative
ringan sehingga membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium (feses bayi pertama
yang berwarna kehitaman). Kolostrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi
kuning.

5. Bayi kembar
Ibu optimis ASI nya cukup dan susui dengan football position. Jika ibu menyusui
secara bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudara secara bergantian jangan
hanya menetap pada satu payudara saja. Alasannya ialah, kecuali member variasi
kepada bayi (dia juga tidak hanya menatap satu sisi terus, agar tidak juling), juga
kemampuan menyusu masing-masing bayi mungkin berbeda sehingga memberikan
kesempatan pada perangsang putting untuk terjadi seoptimal mungkin.

6. Bayi sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi tertentu seperti
diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi. Yakinkan ibu bahwa
alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Oleh
karena itu semua ibu sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.

7. Bayi sumbing
Bayi sumbing tidak akan mengalami kesulitan dalam menyusui, cukup dengan
memberikan posisi yang sesuai untuk bayi yang sumbing pallatum molle ( langit-
langit lunak) maupun yang termasuk pallatum durum (langit-langit keras) banyak
manfaat menyusui bagi bayi sumbing diantaranya yaitu melatih kekuatan otot rahang
dan lidah, memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya otitis
media.

Untuk bayi dengan palatoskisis (celah pada langit-langit) dianjurkan menyusui


dengan posisi duduk, puting dan areola dipegang saat menyusui, ibu jari ibu
digunakan sebagai penyumbat lubang, kalau mengalami labiopalatoskisis, berikan
ASI dengan sendok, pipet attau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat
masuk dengan sempurna. Dengan cara ini maka bayi akan belajar menghisap dan
menelan ASI dan menyesuaikan dengan irama pernapasannya.

8. Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Frenulum )


Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung lidah
dan dasar mulut yang tebal dan kaku sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak
dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting.

Cara menyusui bayi dengan lidah pendek yaitu dengan cara ibu dapat membantu
dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap puting dan
areola dengan benar. Pertahankan kedudukan kedua bibir bayi agar posisi tidak
berubah-ubah.

9. Bayi yang memerlukan perawatan


Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu,
baiknya bila ada fasilitas ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan.
Seandainya tidak memungkinkan ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan
disimpan didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar kerumah sakit. Perlu
diberikan tanda pada botol waktu ASI tersebut ditampung, sehingga dapat diberikan
sesuai jamnya.

4. M3 tentang ASI Eksklusif


Pengertian ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja (
tanpa makanan/minuman pendampg termasuk air putih maupun susu formula )
selama enam bulan, untuk kemudian diteruskan hingga 2 tahun atau lebih , dan
setelah enam bulan baru didampingi dengan makanan / minuman pendamping
ASI (MPASI) sesuai perkembangan pencernaan anak. ASI adalah makanan
alamiah untuk bayi yang mengandung nutrisinutrisi dasar dan elemen dengan
jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan bayi (Suririnah, 2009). ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal
dan tidak diberi makanan lain sampai umur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai
dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai umur 2 tahun
(Purwanti, 2009 ). ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi tim. Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu selama 6
bulan pertama, setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan
dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2
tahun atau lebih (Roesli, 2008).

7. M3 dukungan keluarga terhadap ibu pada masa nifas dan laktasi


Adaptasi perempuan menjadi seorang ibu, memerlukan dukungan suami dan
orang di sekitarnya. Orang yang memotivasi, membesarkan hati dan orang yang selalu
bersamanya serta membantu dalam menghadapi perubahan akibat adanya persalinan,
untuk semua ini yang penting berpengaruh bagi ibu nifas adalah kehadiran seorang
suami (Kitzinger, 2005). Dukungan suami merupakan cara mudah untuk mengurangi
depresi postpartum pada istri mereka (Ahmadi, 2005) yang diperlukan untuk
meningkatan kesejahteraan. Dukungan yang terpenting adalah peran suami, suami
merupakan kepala keluarga sekaligus patner istri dalam mengarungi bahtera rumah
tangga mereka. Seorang laki-laki yang menjadi ayah baru dituntut dapat membantu
istrinya yang baru saja melewati pengalaman persalinan. Karena salah satu peran
suami dalam keluarga adalah menjaga kesehatan istri setelah melahirkan yaitu dengan
cara memberikan cinta kasih kepada istrinya agar sang istri merasa diperhatikan,
mengantarkan untuk kontrol, menganjurkan untuk makan makanan bergizi, istirahat
yang cukup, menjaga personal hygine (BKKBN, 2004) dan memberikan dukungan
penghargaan, berupa pujian atau penilaian kepada ibu nifas, dukungan instrumental
berupa membantu merawat bayi. Tidak adanya dukungan suami pada ibu masa nifas
akan menyebabkan ibu merasa tidak diperhatikan dan tertekan. Tekanan yang
dirasakan ibu nifas tersebut jika dibiarkan berlarutlarut dapat menyebabkan ibu
mengalami stres, sehingga bisa memunculkan sikap negatif dan menimbulkan
perilaku yang kurang baik seperti tidak mau makan, tidak mau memeriksakan ke
tenaga kesehatan, dan akan berdampak buruk terhadap kesehatan dirinya (Saleha,
2009).

Dapus
Ambarwati Eny Retna, Wulandari Diah.2009.Asuhan Kebidanan Nifas.
Jogjakarta:Mitra Cendikia

Proverawati Atikah, Rahmawati Eni.2010. Kapita Selekta ASI Dan Menyusui.


Yogyakarta: Nuha Medika

Farrer Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Suradi Rulina. Tobing Hesti Kristina P. 2007. Manajemen Laktasi. Jakarta :


Berkumpulan Perinatologi Indonesia

Club nutrisia. 2007. Masalah pada ibu menyusui dan solusinya. Diakses tanggal 16
September 2011

Anda mungkin juga menyukai