Anda di halaman 1dari 187

KONSTRUKSI MAKNA APLIKASI TINDER DI USIA DEWASA

MUDA

(Studi Fenomenologi Pada Wanita Dewasa Muda Pengguna Tinder

Di Tangerang)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Merai h Gelar Sarjana Ilmu


Komunikasi

Oleh:
Valerie Audrey 14170099

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora


Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Alam Sutera
Tangerang
2021
UNIVERSITAS BUNDA MULIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

Pernyataan Kesiapan Ujian Pendadaran Skripsi

Saya Valerie Audrey, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

“KONSTRUKSI MAKNA APLIKASI TINDER DI USIA DEWASA

MUDA”

(Studi Fenomenologi Pada Wanita Dewasa Muda Pengguna Tinder di

Tangerang)”

Merupakan hasil karya saya dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah,
sebagian atau seluruhnya, atas nama saya atau pihak lain.

Valerie Audrey 14170099

Kami setuju Skripsi tersebut diajukan untuk Ujian Pendadaran Disetujui oleh
Pembimbing,

Ignasius Liliek Senaharjanta, S.Sn., M.I. Kom (8 Juni 2021)

Disetujui oleh Ketua Program Studi,

Dr. Lasmery Rosentauly Maissalinya Girsang, S.IP., M.S.i (8 Juni 2021)


UNIVERSITAS BUNDA MULIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

Persetujuan Skripsi

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Skripsi dengan


judul:

“KONSTRUKSI MAKNA APLIKASI TINDER DI USIA DEWASA

MUDA”

(Studi Fenomenologi Pada Wanita Dewasa Muda Pengguna Tinder di

Tangerang)

Disusun oleh:

Valerie Audrey 14170099

Telah disetujui dan diterima sebagai salah satu karya ilmiah mahasiswa
yang bersangkutan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora – Program
Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia

Tempat, tanggal, bulan, tahun

Mengetahui
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Dr. Lasmery Rosentauly Ignasius Maissalinya Girsang, S.IP.,M.S.i


Liliek Senaharjanta, S.Sn.,M.I.Kom
Halaman Persetujuan Skripsi
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul” KONSTRUKSI MAKNA


APLIKASI TINDER DI USIA DEWASA MUDA (Studi Fenomenologi
Pada Wanita Dewasa Muda Pengguna Tinder di Tangerang)” benar-benar
karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan
pelanggaran hak cipta dari karya orang lain dan saya tidak memalsukan atau
mengutip dengan cara yang tidak sesuai dengan moral yang logis. Untuk
pernyataan ini, saya menanggung bahaya atau persetujuan yang dipaksakan
pada saya, atau sebaliknya jika ada klaim dari pertemuan yang berbeda
sehubungan dengan pekerjaan saya.

Tangerang, 8 Juni 2021


Yang membuat pernyataan

Valerie Audrey
Halaman Persetujuan Skripsi
KONSTRUKSI MAKNA APLIKASI TINDER DI USIA DEWASA

MUDA

(Studi Fenomenologi pada Wanita Dewasa Muda


Pengguna Tinder di Tangerang)
(KOMUNIKASI INTERPERSONAL)

ABSTRAK

Hadirnya media sosial membuat potensi untuk bertemu orang-orang baru


menjadi lebih besar, salah satu nya melalui aplikasi Tinder. Di dalam aplikasi ini
penentuan perkembangan hubungan ditentukan oleh komunikasi antar pengguna,
intensitas komunikasi dan motif para pengguna. Tujuan atas penelitian ini
merupakan guna melihat realitas sosial yang terjadi di masyarakat terutama yang
sering dialami oleh wanita ketika menggunakan aplikasi Tinder di dalam
kehidupan sosial mereka.
Penelitian ini menggunakan metode observasi terbuka, dengan penggunaan
teori konstruksi sosial serta tradisi fenomenologi dalam mengkaji budaya dan cara
berkomunikasi setiap individu yang menggunakan aplikasi Tinder di dalam
kehidupan sosialnya. Proses penelitian berangkat atas penyusunan asumsi dasar
serta aturan berpikir untuk dimanfaatkan dalam penelitian, sehingga didapatkan
pemahaman mengenai fenomena-fenomena sosial penggunaan aplikasi Tinder
dari sudut padang perempuan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kebanyakan perempuan memaknai
penggunaan aplikasi Tinder sebagai hiburan, kendati demikian mereka juga tidak
memungkiri bahwa ada maksud untuk mencari pasangan yang ideal dari aplikasi
dating tersebut. mereka bisa melatih cara berkomunikasi dengan orang yang
berbeda. Serta penulis juga menemukan bahwa persepsi penggunaan Tinder dari
sudut pandang wanita usia dewasa muda memiliki makna positif maupun negatif.
Pada keduanya, kontrol kendali dari masing-masing pengguna memiliki peran
dalam menentukan sebab-akibat yang didapat dari penggunaan aplikasi Tinder.
Kata Kunci: Tinder, Online Dating, Persepsi.

i
CONTRUCTION OF TINDER APP’S MEANING IN ADULTHOOD

(Phenomenology of Tinder’s Female Users in

Tangerang)

ABSTRACT

The presence of social media makes the potential to meet new people even
greater, one of which is through the Tinder application. In this application, the
determination of relationship development is determined between individuals, the
intensity of communication, and the motives of the users. The research purpose is
to see the social reality that occurs, especially what is mostly experienced by
women when using the Tinder application in their social life.
This study used an open observation method, in examining the culture and
ways of communication of each individual who uses the Tinder application in
their social life. The research process departs from the preparation of basic
assumptions and rules of thought to be used in research so that an understanding
of the social phenomena of using the Tinder application is obtained from the
perspective of women.
The results of the study conclude that most women interpret the use of the
Tinder application as entertainment, although they also do not deny that there is
an intention to find the ideal partner from the dating application., they can
practice how to communicate with different people . In this study, the authors
found that the perception of using Tinder from the point of view of young adult
women has both positive and negative meanings. In both, the control of each user
has a role in determining the cause and effect obtained from using the Tinder
application.
Keywords: Tinder, Online Dating, Perception.

ii
PRAKATA

Puji serta syukur saya panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat, rahmat serta karunia-Nya yang diberikan kepada saya,

Untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik penelitian

ini saya buat berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian saya

selama satu semester, penelitian ini saya jalankan dengan sepenuh hati

dan juga melibatkan banyak narasumber yang ingin membagikan ilmu

dan juga pengetahuan agar dapat berguna bagi orang lain.

Penelitian ini disusun dikarenakan penulis banyak sekali melihat

fenomena yang serupa dengan yang pernah penulis sendiri alami,

dengan demikian penelitian dengan judul “konstruksi makna aplikasi

Tinder di usia wanita dewasa muda di Tangerang” membuat banyak

sekali pendapat dan juga pengalaman yang bisa dibagikan kepada

wanita dewasa muda lainnya. Hasil yang diperoleh peneliti sendiri

adalah banyaknya konstruksi makna yang positif dan juga

berpengaruh bagi lingkung sosial dan meningkatkan tingkat

kepercayaan diri saat berinteraksi dengan orang baru.

Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Hal itu disadari dengan adanya keterbatasan waktu dan

juga sulit nya bertemu langsung dengan narasumber, serta

kemampuan dan juga pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Dalam

penelitian ini penulis sangat mendapatkan pengetahuan dan pelajaran

baru, semoga penelitian ini bisa berguna bagi banyak wanita dewasa

muda di Tangerang yang ingin dan sudah menggunakan aplikasi

iii
Tinder.

Disini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

orang – orang yang sudah memberikan dukungan, bimbingan,

kerjasama dan motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak yaitu:

1. Bapak Doddy Surja Bajuadji., MBA selaku Rektor Universitas Bunda

Mulia

2. Bapak Howard S, Guam, Se, AK., MBA., Ph.D. Selaku Pelaksana

Harian Rektor Universitas Bunda Mulia.

3. Ibu Kandi Sofia S. Dahlan MBA., Ph.D. selaku Wakil Rektor Bidang

Akademik Universitas Bunda Mulia.

4. Ibu Guan Nan, BA., M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Humaniora Universitas Bunda Mulia.

5. Pak Ignasius Liliek sebagai Dosen Pembimbing yang sangat

membantu dan meluangkan waktu serta memberikan motivasi dan

juga arahan dalam menjalankan dan membuat Tugas Akhir skripsi ini

agar berjalan dengan baik.

6. Kepada para relawan yang telah ikut berpartisipasi dalam memberikan

informasi dan juga pengalaman dalam menggunakan aplikasi Tinder.

Yang nanti nya akan menjadi pelajaran untuk orang lain yang

membaca penelitian ini.

7. Kepada keluarga, sahabat yang selalu memberikan dukungan kepada

penulis agar bisa tetap semangat.

8. Kepada Tuhan yang maha Esa telah memberikan saya kesehatan dan

kekuatan dalam mengerjakan penelitian tugas akhir saya

iv
denganberjalan lancar. Serta kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan potensi diri saya.

9. Kepada kedua Orang Tua saya yang selalu mendukung baik secara

materi maupun moral. Agar saya tetap semangat untuk membuat

penelitian ini dengan baik.

10. Kepada kekasih saya yang selalu mendukung dan memberikan

makanan agar penulis tetap semangat dalam mengerjakan penelitian

ini hingga selesai.

11. Kepada seluruh pihak dimana belum bisa saya cantumkan, dengan

membantu support moril maupun material agar selalu semangat

mengerjakan skripsi.

12. Kepada diri saya sendiri yang sudah berjuang sebaik mungkin dan

tidak menyerah hingga penelitian ini selesai.

Dari penulis berharap agar tujuan atas di buatnya skripsi ini bisa

tercapai sesuai dengan apa yang peneliti harapkan.

Tangerang, 5 Mei 2021

Penulis

Valerie Audrey

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................................i
PRAKATA...................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian...................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah.........................................................................18
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................19
1.4 Tujuan penelitian..............................................................................19
1.5 Manfaat penelitian............................................................................20
1.5.1 Manfaat Tradisi/akademis.......................................................20
1.5.2 Manfaat Praktis.......................................................................20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................22
2.1 Penelitian Terdahulu.........................................................................22
2.2 Landasan Teori..................................................................................30
2.2.1 Tradisi Fenomenologi.............................................................30
2.2.2 Gagasan Utama dari Tradisi Fenomenologi............................36
2.3 Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger & Thomas Luchmann...........39
2.4 Definisi konsep...............................................................................45
2.4.1 Dating apps..............................................................................47
2.4.2 Aplikasi Tinder........................................................................48
2.4.3 Media Sosial............................................................................55
2.4.4 Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Intrapersonal......58
2.4.5 Cyberlove................................................................................62
2.4.6 Konsep Motif...........................................................................64

vi
2.4.7 Konsep Sosial..........................................................................69
2.5 Kerangka Berfikir.............................................................................72
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................73
3.1 Metode penelitian..............................................................................73
3.1.1 Paradigma Konstruktivisme....................................................74
3.2 Periode dan Lokasi Penelitian...........................................................79
3.3 Unit Analisis (Subjek dan Objek Penelitian)....................................80
3.4 Teknik Keabsahan Data....................................................................80
3.5 Teknik pengumpulan data.................................................................84
3.5.1 Kriteria Informan.....................................................................87
3.5.2 Wawancara..............................................................................87
3.5.3 Dokumentasi............................................................................90
3.6 Teknik Analisis Data........................................................................90
3.7 Triangulasi........................................................................................94
3.7.1 Triangulasi Sumber........................................................................96
3.7.2 Tringulasi Metode..........................................................................97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN ..................................99
4.1 Gambaran Umum Objek...................................................................99
4.2 Profil Objek & Subjek Penelitian...................................................100
4.2.1 Tinder....................................................................................100
4.2.2 Subjek..........................................................................................101
4.3 Hasil Penelitian...............................................................................103
4.4 Pembahasan....................................................................................108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................128
5.1 Kesimpulan.....................................................................................128
5.2 Saran...............................................................................................129
5.2.1 Saran Akademik....................................................................130
5.2.2 Saran Praktis..........................................................................131
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................132
Buku:.....................................................................................................132
Jurnal:....................................................................................................134
Skripsi:..................................................................................................137

vii
Website:................................................................................................138
RIWAYAT HIDUP..................................................................................140
Riwayat Pendidikan.................................................................................140

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.....................................................................25

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Situs populix.co Aplikasi kencan online..............................................4

Gambar 1.2 Situs Aplikasi Online Dating Tinder..................................................11

Gambar 2.1 Situs Aplikasi Online Dating Tinder..................................................54

Gambar 2.2 Situs Aplikasi Online Dating Tinder..................................................57

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir..............................................................................75

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data Kualitatif Menurut Miles Dan Hubberman.....96

Gambar 4.1 Logo Tinder......................................................................................104

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.1 Transkrip Wawancara.......................................................................143

Lampiran.2 Izin Penelitian…...............................................................................163

Lampiran.3 Foto Narasumber..............................................................................164

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyebaran virus corona covid-19 sudah menimbulkan

terjalin nya bermacam pergantian sosial di warga yang salah satu

nya didukung dengan teknologi komunikasi. Warga dituntut dapat

serta terbiasa dengan metode berbicara yang baru. Bagi Stephen

W. Littlejohn dalam novel nya Theories of Human

Communication (Sendjaja, 2014), ada 3 pendekatan dalam

berbicara antar manusia.

Yang pertama merupakan Pendekatan scientific (ilmiah-

empiris). Biasanya Metode pandang yang menekankan faktor

objektivitas serta pembelahan antara known (objek yang mau

dikenal serta diteliti) dan knower ( subjek pelakon ataupun

pengamat).Kemudian, terdapat Pendekatan Humanistic

(Humaniora Interpretatif). Ini ialah pendekatan dengan metode

pandang yang mengasosiasikan dengan prinsip subyektivitas.

Manusia mengamati perilaku serta sikap orang- orang di

sekitarnya, membaur serta mengaitkan diri secara aktif dalam

kehidupan orang-orang di area nya

Yang ketiga merupakan Pendekatan Social Sciences (Ilmu

Sosial). Ini ialah gabungan dari pendekatan scientific serta

1
2

humanistic di mana objek riset nya merupakan kehidupan manusia,

tercantum di dalamnya menguasai tingkah laku manusia. Nampak

jelas kalau manusia memerlukan peluang secara langsung buat

berpartisipasi aktif dalam kehidupan di sekitarnya. Di mari lah

nampak kalau keadaan pandemi corona Covid-19 menimbulkan

ikatan manusia secara humanis jauh dari kata sempurna.

Masyarakat terpaksa mengganti kerutinan sosial, sebab regulasi

social distancing serta lockdown sudah membuat digital jadi ruang

publik yang mengaitkan orang serta warga jadi perihal yang

berarti, semacam yang diungkapkan Widjajanti Meter. Santoso,

Analis dari Pusat Riset Warga serta Budaya, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), tidak ikut serta dalam Webinar

berjudul "Pandemi, Wacana, serta Digital" pada Senin 18 Mei

2020.

Banyak alternatif yang dapat dicoba kala tidak dapat

berjumpa dengan seorang tatap muka. Kita senantiasa dapat

bersosialisasi lewat bermacam media di masa globalisasi ini yang

menuntut pada kecanggihan komunikasi digital buat senantiasa

melakukan interaksi sosial. Tidak hanya itu selaku media interaksi,

media-media tersebut pula dapat jadi media pemasaran ataupun

media pendidikan. Sebagian aplikasi tidak cuma memfasilitasi

pertukaran komunikasi regular, tetapi pula memfasilitasi kencan

virtual selaku media interaksi interpersonal. Semacam yang kita

amati kalau pembatasan sosial secara raga sudah menimbulkan


3

kegiatan buat berjumpa serta berhubungan secara langsung

terhambat. Perihal ini menimbulkan banyak warga bergeser buat

melaksanakan kencan virtual di kala social distancing serta

karantina.

Sepanjang setahun diterpa pandemi, pengguna Dating

apps bertambah. Dikutip dari Businessinsider. com, Match Group,

industri induk buat 45 merk Dating apps tercantum Tinder, Hinge,

OkCupid serta Match, memberi tahu kalau pada kuartal ketiga

bulan November 2020 terjalin perkembangan pemasukan serta

kenaikan pelanggan. Semacam Tinder yang jadi aplikasi dengan

pemasukan kotor paling tinggi dalam jenis Style Hidup di 100

negeri, Tinder pula sudah tingkatkan pemasukan langsung dari nol

pada tahun 2014 jadi nyaris$1, 4 miliar di tahun 2021.

Dikala pandemi Covid- 19 sendiri, Tinder, salah satu

aplikasi bersosial juga mengatakan kalau tahun 2020 merupakan

tahun tersibuk nya. Dengan kenaikan 11% swipe serta 42%

kenaikan match. Tahun 2020 merupakan tahun di mana

permasalahan Covid- 19 dini mula naik. Laris nya atensi warga

memakai aplikasi dating ini menimbulkan fenomena cyberlove,

ialah terbentuk nya suatu jalinan cinta antara kedua belah pihak

yang diperantarai oleh sosial media. Selebihnya dilansir dari

Doring pada tahun 2002 dalam novel‘ Studying online- love and

cyber- romance in online social science’, dia menerangkan kalau


4

cyberlove merupakan sesuatu ikatan yang terjalin antar 2 orang

dengan smartphone selaku fitur utama serta proses perkenalan

terjalin di media sosial. Singkatnya, cyber love ialah fenomena

ikatan romantis ataupun berpacaran di dunia maya dengan media

sosial selaku perantara utama nya.

Gambar 1.1

Gambar 1.1 Situs populix.co Aplikasi kencan online

Aplikasi tinder adalah aplikasi kencan online terbaik yang telah

banyak digunakan di seluruh dunia. Penelusuran Populix

menemukan, sebanyak 35,29% dari 3,000 responden pernah

menggunakan Tinder dan masih menjadi pengguna aktif hingga


5

saat ini. Mayoritas memilih aplikasi ini karena nama “tinder”

sendiri sudah cukup booming di luar negeri.

Riset" Online Intimacy and Well- being in Digital Age"

yang dicoba oleh Lomanwska serta Matthieu pada 2016 pula

menguatkan perihal ini. Bagi mereka, pada masa digital,

kehidupan psikososial orang berusia meningkat lingkungan serta

beban pekerjaan terus menjadi besar. Sehingga, cuma mempunyai

sedikit waktu luang. Sedikitnya waktu luang ini membuat

komunikasi antar pendamping terbatas. Tetapi dengan muncul nya

bermacam- macam aplikasi media sosial membuat komunikasi jadi

lebih gampang. Berbicara lewat Smartphone, semacam chat serta

video call. Hal ini dikira lebih instan serta mengirit waktu.

Aplikasi online ini sebagai wadah untuk bertemu nya berbagai

kalangan pihak yang ingin membina pertemanan atau bisa juga

dimanfaatkan untuk mendapat jodoh. Pemakai online dating ini

sangat membebaskan bagaimana mereka berekspresi sesuai

keinginan nya masing-masing. Tertarik nya dari aplikasi tersebut

sebab pihak lain tidak tahu bagaimana sisi negatif dari orang

tersebut bila dimanfaatkan untuk menemukan jodoh. Sehingga

aplikasi online dating ini sekarang begitu banyak manfaat yang

bisa diambil misal mencari pertemanan, relasi pekerjaan, mencari

pasangan atau hanya sekedar untuk hiburan semata.

Sebelum memilih jodoh masyarakat di Indonesia harus


6

melalui tahap-tahap secara konvensional. Namun, beradanya

Tinder menjadi sarana baru yang dimanfaatkan untuk mendapatkan

pasangan. Namun adanya penekanan yang harus dilakukan yakni

terkait hal materialistis, superficial, serta tidak mempunyai

konsistensi.Bahasan mengenai Tinder sebagai suatu hal yang

menarik yang dipadankan dengan teori Castell dalam

Kusumaningtyas (2019: 105) giddyang berhubungan dengan

kelangsungan hidup masyarakat kontemporer yang secara relevan

sekarang ini. Castell mengemukakan bahwa sekarang kita

menjalani kehidupan yang selalu tidak lepas dari maju nya

teknologi informatika dengan tidak adanya batasan. Bukan

paradigma mengenai teknologi tersebut yang mengalami

pembentukan masyarakat, namun masyarakat lah yang menjadikan

teknologi tersebut bisa terbentuk berdasar dari kepentingan,

kebutuhan, serta nilai yang membuat teknologi bisa ada.

Sedangkan informasi teknologi tersebut memberikan efek sosial

yang besar untuk masyarakat. Menurut Castell dalam

Kusumaningtyas (2019: 105) ia yakin akan terdapat nya

transformasi pasif yang dirasakan masyarakat namun tidak tahu

kapan itu bisa terjadi. Castell menerangkan dalam pola kerja yang

awalnya kapital yang berdasar pada etnik berganti jadi relasional

pada dunia maya. Dan juga diantara jenis pekerjaan sekarang

banyak yang beralih pada pekerjaan yang mengandalkan sektor

jasa. Secara tak langsung tumbuh kembang teknologi informasi dan


7

kekuatan informasi tersebut lama-lama norma akan mengalami

pergeseran dan akan menciptakan gaya hidup baru serta simbol-

simbol baru juga akan terbentuk.

Tak bisa dipungkiri jika kemajuan teknologi justru

menggiring masyarakat global kea rah akhir sosial. Alan Touraine

melihat bahwa proses akhir sosial ini sebagai akibat modernisasi

yang telah mencapai titk ekstrimnya dewasa ini, yang disebut

sebagai hipermodernisasi kontemporer. Proses sosial ini kini

dipercepat dan mencapai keadaan maksimal di tangan media

internet yang menciptakan berbagai informasi relasi sosial. Realitas

yang ada ini membuat individu-individu penikmatnya seolah

saling berlomba dalam sebuah arena duel, kontes tantangan,

rayuan, dan godaan masyarakat konsumer. (Piliang, 2004:233)

Dari berubah nya sifat-sifat menuju sistem secara online

sebab munculnya internet itu, kita terbentuk dimensi dan kehidupan

baru yang kemudian dinamakan oleh Castell sebagai kondisi

network society. Kondisi merupakan suatu tahapan transisi dari

yang konvensional beralih kepada arah sistem informasi yang

saling menghubungkan antara masyarakat jejaring. Menurut Castell

and Cardaso, dalam Kusumaningtyas (2019:105). Network Society

ialah istilah secara sederhana, misal struktur sosial yang berdasar

pada jejaring yang pengoperasian nya lewat teknologi informasi

dan komunikasi, melalui basis-basis mikro elektronik dan jejaring

digital yang memudahkan untuk diproses serta didistribusikan juga


8

informasi itu ke dalam angka dan kode. Secara tidak sadar

manusia mengkonsumsi adanya digital komunikasi yang telah maju

itu. Mereka terhubung dalam keseharian nya lewat jaringan internet

di dalam smartphone mereka, maka akan mengubah nyaris seluruh

bagian lini kelangsungan hidup misal bentuk konsumsi pada

simbol-simbol baru, relasi komunikasi, serta gaya hidup baru.

Mereka akan berhubungan dari adanya data yang tersambung dari

teknologi informasi tersebut dengan nama internet, hal itu

mempengaruhi sejumlah lini kompetisi, produktivitas, inovasi,

teknologi, ekonomi, serta pengetahuan. Inilah alasan nya Castell

menyebutkan Network Society juga sebagai bentuk transformasi

sosial, yang berlandaskan perubahan dari komunikasi menjadi

bentuk media. Ketika mempergunakan media sosial kencan online,

tidak sedikit juga konflik yang terjadi pada pengguna nya, hal itu

disebabkan media sosial kencan online Tinder sendiri ialah suatu

aplikasi yang mana tiap pengguna nya bisa mengekspresikan

dirinya secara bebas. Maksudnya pesan atau status yang ditulis

oleh siapa dan kapan saja waktu yang digunakan. Sesudah pesan

atau status yang dikirimkan oleh pemakai sudah diterima oleh

lawan nya, sehingga dari situlah dapat timbul pandangan terkait

kepribadian di pengguna sosial media itu. Disamping itu bentuk

lainnya yang diekspresikan lewat media sosial yaitu individu bisa

bertutur kata sebebas mungkin lewat kata-kata yang dituliskan,

maka sesungguhnya bisa saja yang terjadi di media sosial dengan


9

dunia nyata mempunyai perilaku yang tidak sama.

Individu yang terbilang pendiam belum tentu ia pasif pada

waktu di media sosial. Sebagai contoh lainnya pengekspresian diri

di media sosial yaitu bila ada seseorang yang menggunakan

identitas palsu, sehingga hal itu ialah pertanda bahwa dirinya

menghendaki tidak ingin sebagai dirinya yang asli jika di media

sosial. Ekspresi diri di sosial media pula berhubungan dengan

aspek emosional, dengan bentuk juga sangat bervariasi, yaitu

seperti kalimat, kata-kata, serta pula labelisasi dengan orang lain di

dunia maya.Pemakai aplikasi dating membuat kejadian sosial

dimana marak di kalangan orang-orang pemakai aktif secara

online. Maju nya teknologi di zaman sekarang mendukung adanya

kegiatan online dating ini karena kegiatan tersebut harus

memanfaatkan smartphone dan harus adanya sambungan internet.

Kegiatan online dating ini sangat beda ketika berkencan secara

langsung sebab tercipta nya hubungan di dalam sebuah aplikasi

harus bergantung dari bagaimana kita menggunakannya dan fitur

apa yang di dalam aplikasi tersebut supaya lebih membangun

situasi nya. Kegiatan online dating ini menjadi terkenal sejak

munculnya cara kerja aplikasi tersebut yang menjadikan banyak

orang yang bertemu dengan berbagai kalangan pihak yang

kemudian pertemanan itu bisa terjalin.Aplikasi online ini sebagai

wadah untuk bertemu nya berbagai kalangan pihak yang ingin

membina pertemanan atau bisa juga dimanfaatkan untuk mendapat


10

jodoh. Pemakai online dating ini sangat membebaskan bagaimana

mereka berekspresi sesuai keinginan nya masing-masing. Tertarik

nya dari aplikasi tersebut sebab pihak lain tidak tahu bagaimana

sisi negatif dari orang tersebut bila dimanfaatkan untuk

menemukan jodoh. Sehingga aplikasi online dating ini sekarang

begitu banyak manfaat yang bisa diambil. Motivasi para pemakai

aplikasi online dating sangat bervariasi fitur nya. Bukan hanya

untuk mendapatkan jodoh, akan tetapi ada sisi negatif nya juga

misal adanya kriminalitas, harassment, serta penipuan lainnya

mengenai pemakaian online dating. Dockterman dalam Cahyani

(2015), mengemukakan ada begitu banyak pemakai online dating

yang menggunakan identitas palsu yang menjadikan individu lain

takut untuk memakai online dating. Kejadian itu bisa timbul sejak

pemakaian foto Profil yang telah di edit, pemalsuan data nya,

sampai catfishing yakni memasang Profil palsu dengan maksud

penipuan. Banyaknya ragam kesan negatif pada pemakaian

application online dating menjadikan individu berpersepsi jika

secara online dating kurang baik bila untuk mendapatkan jodoh.

Sejumlah orang berpandangan jika pengguna online dating hanya

lah mereka belum mampu mencari hal menyenangkan di dunia

nyata. Akan tetapi nyata nya, akhir tahun belakang ini pemakaian

online dating melonjak terkhusus di kalangan anak-anak muda..


11

Gambar 1.2

Gambar 1.2 Situs aplikasi online dating Tinder


Sumber: https://Tinder.com

Jakarta,CNN Indonesia menyampaikan bahwa sejumlah

aplikasi kencan online menunjukkan peningkatan pengguna yang

cukup signifikan selama masa kebijakan pembatasan sosial (social

distancing) untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19 akibat

infeksi virus corona SARS-Cov-2. Aplikasi kencan online mulai

dari Tinder, OkCupid, sampai Bumble menunjukkan peningkatan

jumlah pengguna dan percakapan. Berdasarkan data Tinder,

percakapan pengguna di Indonesia meningkat dengan rata-rata

sebesar 23 persen. Selain itu, rata-rata durasi percakapan

meningkat 19 persen lebih lama. Data ini diambil mulai tanggal 20

Febuari hingga 26 Maret 2020.

Di Tangerang sendiri belum terdapat konstruksi makna

alasan penggunaan aplikasi tinder. maka pembaruan dari penelitian


12

ini adalah untuk melihat bagaimana Konstruksi makna tinder pada

wanita dewasa muda di tangerang . Maka dari itu peneliti ingin

melihat bagaimana sebenarnya makna yang didaptkan oleh para

wanita dewasa muda selama pengunaan Tinder dimasa pandemic

ini.Tinder yaitu application online dating yang dibentuk untuk

membantu pemakai mencari jodoh nya secara kemampuan pada

tempat yang terspesifik (Hess, 2014). Peluncuran Tinder dimana

terjadi 2012 yang terjadi agak sedang bila dibandingkan atas

media online dating biasanya. Perbedaan tersebut terdapat pada

sejumlah foto serta info seseorang yang singkat. Selain itu, profil

pada Tinder juga bisa terhubung dengan Profil media Facebook

yang bisa menunjukkan mutual friends serta similar interests.

Witt (2014) mengutarakan jika Tinder yaitu application

online dating tidak berbayar, tercepat pertumbuhan nya. Akan

tetapi, Tinder tidaklah aplikasi tunggal online dating yang

dipergunakan seseorang untuk menemukan jodoh. Online dating

ialah gejala sosial yang menyertai tumbuh kembang teknologi

terkhusus semenjak hadir nya komputer serta komersialisasi

internet pada tahun 90-an. Melalui hadir nya internet menjadi

wadah kencan, seseorang bisa berpandangan secara terbuka

dalam membangun hubungan dengan lain dengan tidak adanya

batasan waktu dan ruang.Meskipun tidak sedikit juga yang

memandang perkembangan teknologi menjadi hal yang negatif bisa

timbul, akan tetapi ada sebagian orang juga yang berpikiran


13

positif. Tanggapan positif tersebut tentu nya terjadi pada orang

yang aktif mengakses internet, begitu pula kebalikannya.

Munculnya berbagai media sosial lewat perangkat internet dengan

akses nya bisa melalui secara online merupakan sebagai sarana

untuk perkembangan IPTEK pada bidang komunikasi.

Melalui hadir nya media sosial, memudahkan individu

untuk menjalin interaksi dan komunikasi dengan sesama nya bisa

terbina secara lebih luas, dengan tanpa menyita waktu dan jarak

untuk waktu yang lama. Media sosial yang dimaksudkan peneliti

ini yaitu aplikasi Tinder, dimana aplikasi ini tidak ada perbedaan

atas aplikasi yang lain, yang mana pengguna nya dapat menjalin

komunikasi secara baik. Tinder yaitu suatu cara inovasi secara

gampang yang memudakan untuk menemukan pertemanan ataupun

pasangan dengan perancangan nya dari Sean Rad, Justen Mateen,

dan Jonathan Badeen pada 2012. Maksudnya, Tinder dibuat secara

terkhusus atas sosial media untuk menemukan pasangan yang

dinamakan kencan online yang diperkuat dari adanya jejaring

internet serta system satelit navigasi dapat mengatur lokasi serta

jarak tertentu guna bertemu nya orang baru atau pasangan untuk

pengguna nya. Aplikasi Tinder itu bisa didownload secara tidak

berbayar lewat Android iOS di Play Store ataupun Apple Store.

Dengan aplikasi Tinder, aktivitas jalinan yang dijalankan

pengguna nya yakni agar menjalin hubungan nya yang dinamakan

“Tinder Match”, secara umum untuk membina hubungan yang


14

penuh dengan keromantisan misal hingga berpacaran ataupun

bahkan bisa ke tahap menikah, atau juga hanya sekadar

pertemanan. Hal tersebut harus menggunakan teknologi internet.

Aktivitas menemukan serta berkenalan dengan maksud

menemukan jodoh diutarakan untuk perkencanan secara

online.Anita Taylor mengatakan bahwa “Communication antar

pribadi efektif mencakup banyaknya indikator, namun jalinan antar

pribadi hal memungkinkan yang sangat krusial” Maka, kejadian

online dating misal Tinder ini mempunyai hubungan pada

komunikasi antar pribadi untuk bisa mengaitkan seorang pemakai

dengan pemakai yang lain yang baru kenal untuk bisa mempunyai

hubungan antar pribadi misal hubungan asmara maupun

pertemuan. Pada riset ini berasumsi sementara bahwa ada

pengombinasian antara komunikasi massa dan komunikasi antar

pribadi.

Sebab untuk bisa menjangkau lebih pribadi pengguna nya

dengan menyeluruh, sehingga dapat diutarakan communication

online lewat aplikasi Tinder, dan ketika yang sama sebab pesat

tersedia dikonsumsi, dibuat, serta diarahkan secara personal,

sehingga diutarakan komunikasi interpersonal, yang mana asumsi

ini dikemukakan oleh Utari (2011: 52-53), yakni communication

lewat aplikasi online ialah pengombinasian dari communication

massa dan communication antar pribadi, sebab bisa menjangkau

banyak orang secara global, sehingga dapat dinamakan komunikasi


15

massa.Akan tetapi, tak keseluruhan pemakai Tinder mempunyai

pandangan yang serupa ketika memahami hubungan romansa

keromantisan lewat kencan online berupa Tinder, kebalikannya ada

sejumlah pemakai media sosial Tinder yang membina hubungan

yang penuh dengan keromantisan akan tetapi bisa juga memperoleh

pengalaman yang negatif misal kekerasan, pelecehan seksual dan

penipuan. Sebagai contohnya kasus pengalaman dari pemakai

Tinder, yang mana pada waktu pertama kali memakai Tinder

keseluruhan nya berlangsung secara wajar hingga bertemu nya

dengan pemakai Tinder yang lain. Proses yang terjalin antara

keduanya berjalan dengan semestinya layaknya pasangan yang

ingin kenalan lalu meneruskannya ke jenjang yang serius. Akan

tetapi nyata nya, hubungan antara pemakai Tinder itu hanya

bermaksud untuk menuntaskan hasrat seksual nya saja.

Selain berisiko mendapat pelecehan dan ancaman di atas,

pengalaman negatif lainnya juga dirasakan oleh para pengguna.

Seperti yang disebutkan Psikolog Mary Hoang, pendiri praktik

psikologi The Indigo Project, ia menyebutkan bahwa aplikasi

kencan dapat berpengalaman negatif pada harga diri seseorang,

citra tubuh, dan tingkat stres. Dalam salah satu studi pertama yang

meneliti efek Tinder, para peneliti di University of North Texas

menemukan bahwa pengguna pria dan wanita melaporkan tingkat

kepuasan yang lebih rendah dengan wajah dan tubuh mereka, dan

tingkat harga diri yang lebih rendah daripada orang yang tidak
16

menggunakan aplikasi kencan.Mengutip Psychology Today, salah

satu studi juga menemukan tingkat kecocokan rendah, terutama di

kalangan pria. Juga menurut data studi tersebut, sekitar 50 persen

dari pengguna yang telah cocok tidak membalas pesan. Hal ini

menyebabkan pengguna layanan kencan (wanita) berpotensi

merasa tidak disukai dan diabaikan.

Subjek yang diteliti adalah para wanita dengan usia yang

diambil adalah usia dewasa muda. Menurut peneliti usia tersebut

adalah usia yang masih aktif dan juga suka mencoba hal baru

seperti hal nya aplikasi dating. Sebutan adult berasal dari kata kerja

Latin, diantaranya istilah adolescence-adolescere dimana berarti

berkembang menjadi dewasa. Namun, istilah adult bersumber atas

bentuk lampau kata kerja adultus dimana artinya sudah

berkembang berubah ukuran serta kekuatan sudah tumbuh dewasa.

Sehingga, orang dewasa yaitu seseorang dimana sudah

menuntaskan pertumbuhan nya serta telah bisa menerima posisi di

kemasyarakatan dengan orang dewasa yang lain.Ketika dewasa

awal berawal dari umur 18 tahun hingga 40 tahun, ketika

mengalami berubah nya psikologi dan fisik akan disertai juga

berkurang nya potensi reproduktif Hurlock dan menurut Santrock

dalam putri (2019: 35 – 38), masa dewasa awal yaitu masa untuk

melakukan pekerjaan dan membina hubungan lawan sejenis nya,

yang kadang menyisihkan sedikit waktu untuk hal yang lain.

Namun tak sedikit seseorang, berubah orang dewasa


17

menghubungkan masa transisi cukup lama.

Pada saat ini, masa transisi atas transformasi remaja

beralih dewasa dinamakan masa menginjak dewasa dimana timbul

mulai umur 18 hingga 25 tahun. Ditunjukkan pada eksplorasi serta

eksperimen. Yang, mana kebanyakan seseorang masih menyusuri

jalur karier yang hendak dipilih, sesuai keinginan pribadi nya ingin

gaya hidup seperti apa, hidup bersama, hidup melajang ataupun

menikah Arnett dalam Santrock Diungkapkan oleh Erikson dalam

Monks, Knoers & Haditono dalam Anggrianti & Cahyono (2019:

22 – 23)

Menurut Medcom.id Match Company menyebut bahwa

Tinder mengalami peningkatan jumlah gestur usap setiap harinya,

dan mengklaim mencapai statistik tertinggi dalam riwayat

operasionalisasi nya. Perusahaan ini juga mencatat peningkatan

gestur usap oleh pengguna perempuan di bawah usia 30 tahun

sebesar 37 persen pada bulan April lalu, jika dibandingkan dengan

pekan terakhir pada bulan Februari.

Dalam bagian ini manusia mulai menerima dan

menanggung beban nya sendiri. Dalam bagian ini juga hubungan

keintiman juga baru dimulai dan dikembangkan. Seseorang yang

masuk kategori dewasa muda (young adulthood) yaitu berumur 20

hingga 40 tahun, mempunyai tanggung jawab serta peran yang


18

pasti nya makin bertambah. Seseorang tidak harus tergantung

secara psikologis, ekonomis, ataupun sosiologis terhadap orangtua

nya. Berdasar dari pendapat para ahli tersebut bisa diambil

kesimpulan bahwa dewasa awal ialah masa yang mana seseorang

siap mempunyai tanggung jawab dan peran serta menerima

kedudukan di kehidupan kemasyarakatan, masa melakukan

pekerjaan, dan membina hubungan keintiman dengan lawan sejenis

nya. Maka dapat disimpulkan bahwa usia dewasa muda adalah

kisaran dari usia 18 hingga 25 tahun. Dimana masih mempunyai

rasa keingintahuan yang tinggi dan bisa melakukan berbagai

kegiatan baru yang ia sukai. Masih mencari jati diri dan juga

jenjang karir, mayoritas dari kalangan usia dewasa muda masih

berstatus single atau melajang. Maka demikian usia tersebut cocok

untuk peneliti dapat melihat realitas sosial di aplikasi

Tinder.Lokasi subjek penelitian adalah di daerah Tangerang. Hal

ini ditujukan untuk memperpendek rentang jarak antara pengguna

wanita yang mana memiliki peluang terhadap kesamaan latar

sosial, budaya, dan lifestyle. Di samping itu kesamaan latar ini

memudahkan peneliti untuk melihat kesamaan realitas dan

pengalaman yang pernah dialami oleh penulis sendiri.

Tinder yang notabennya menjadi alat penghubung antar

individu untuk berinteraksi menjadi tereduksi sebab adanya

pengalaman traumatis pengguna terhadap aplikasi karena perlakuan

yang ia dapat dari lawan pasangan. Hal inilah yang disadari bahwa
19

pengalaman kolektif masyarakat khususnya kaum perempuan telah

menyebabkan terjadi nya pergeseran makna aplikasi dating ke arah

yang kurang positif. Sehingga dengan isu tersebut penulis berniat

untuk meneliti lebih lanjut bagaimana konstruksi makna aplikasi

dating ini pada wanita usia dewasa muda khususnya di kota

Tangerang. Urgensi penelitian adalah untuk melihat makna dan

realitas sosial yang terjadi oleh para wanita dewasa muda dalam

penggunaan aplikasi Tinder di masa pandemic ini. Terletak pada

isu pandemi yang menyebabkan perubahan gaya bersosialisasi dan

interaksi antar individu, yang semula konvensional (bertemu

langsung) berubah ke arah digital yaitu sosial media. Hal ini

menyebabkan penggunaan aplikasi virtual dating meningkat dari

tahun-tahun sebelumnya.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasar dari latar belakang dan identifikasi permasalahan

yang sudah diuraikan bahwa sejumlah faktor yang dapat

berpengalaman negative bagi kehidupan dan juga mental dari

para dewasa muda yang menggunakan aplikasi Tinder. Peneliti

juga ingin mengenali bagaimana dan apa saja yang dilakukan

para dewasa muda dalam menggunakan Tinder dan apakah

berpengaruh di kehidupan sehari- harinya. Dengan adanya

realitas yang berpengalaman terhadap kehidupan sehari-hari,

apakah mempengaruhi lingkungan sosial dan juga cara

berkomunikasi.
20

Serta peneliti akan menjelaskan bagaimana aktifitas para

wanita dewasa muda dalam menggunakan Dating apps Tinder.

Mulai dari apa saja yang dibicarakan dan bagaimana proses

hingga akhirnya dapat bertemu secara tatap muka.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasar dari dengan pemaparan latar belakang di atas,

maka rumusan masalah didapatkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apakah motif awal pengguna membentuk

konstruksi makna positif dan negatif terhadap

aplikasi Tinder?

2. Bagaimana Konstruksi makna aplikasi tinder

pada wanita dewasa muda di Tangerang

1.4 Tujuan penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang didapatkan, tujuan

dilakukan penelitian adalah :

1. Mengetahui apakah motif awal pengguna

membentuk konstruksi makna negatif/positif

terhadap masing-masing pengguna wanita usia

dewasa muda.

2. Guna melihat realitas sosial yang terjadi oleh


21

wanita usia muda pengguna aplikasi Tinder di

dalam kehidupan sosial mereka.

3. Untuk mengetahui konstruksi makna aplikasi

Tinder pada wanita dewasa muda di Tangerang.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat Tradisi/akademis

a. Bisa memberi deskripsi mengenai pengaruh

lingkungan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa.

b. Sebagai bahan informasi dalam pengambilan

keputusan yang dibutuhkan untuk lebih mengefisiensi

proses pembelajaran supaya memperoleh hasil prestasi

belajar sesuai yang diharapkan.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana

kependidikan di Fakultas Teknik Universitas Bunda

Mulia Alam Sutera. Disamping itu riset ini sangat

bermanfaat untuk peneliti sebagai buah karya ilmiah.

b. Bagi Para Dewasa Muda Tangerang

Memberi kontribusi pemikiran dan penilaian

hubungan antara lingkungan kehidupan sosial serta


22

juga apa saja resiko serta nilai positif yang bisa

diambil dalam penggunaan Dating apps Tinder, agar

bisa lebih waspada dan bisa mengambil nilai-nilai

positif di dalamnya. Mengetahui lebih dalam lagi

tentang realitas sosial di dalam Tinder

c. Bagi Universitas Bunda Mulia Alam Sutera

Hasil penelitian ini bisa sebagai bahan pustaka untuk

mahasiswa Universitas Bunda Mulia terkhusus

Fakultas Ilmu sosial dalam tugas akhir yaitu skripsi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada riset disini mempergunakan patokan atas riset

terdahulu biar sanggup memperluas teori yang dipergunakan

kala kajian permasalahan yang dibahas. Hingga di dalam kajian

ini, penulis mencantumkan sebagian hasil penelitian- riset

terdahulu sebagaimana semacam di dasar:

Pertama, riset yang dicoba oleh Merry Fridha serta Meria

Octavianti dengan judul Fridha Riang serta Meria Octavianti

dengan judul“ Pertumbuhan Arti Kencan di Web Pencarian

Jodoh Tinder, Riset Fenomenologis Laki- laki Pengguna Tinder

di Jakarta”. Dalam riset ini, pencipta memakai hipotesis

Computer Mediated Communication( CMC) serta Teori

Penetrasi Sosial buat mengklarifikasi keajaiban sosial yang

terjalin terpaut dengan pemakaian Tinder. Hasil riset nya

menampilkan kalau laki- laki di Jakarta memakai Tinder buat

mencari sahabat kencan cuma sebatas memilah secara raga

dengan memandang gambar yang terlihat pada profil.

Kedua, riset dari Bryant serta Sheldon di tahun 2017

bertajuk“ Cyber Dating in the Age of Mobile Apps:

Understanding Motives, Attitudes, and Characteristics of Users”

mengkaji ikatan antar pengguna kala berbicara memakai

23
24

aplikasi dating. Periset berkomentar kalau dengan terdapatnya

aplikasi online dating, pengguna sanggup membangun ikatan

emosional yang lebih mengasyikkan. Di dalam riset ini, penulis

memakai kuesioner dalam mengumpulkan informasi nya. Riset

ini merumuskan terdapat 3 factor yang pengaruhi sesuatu ikatan

komunikasi antara lain merupakan factor pendamping itu

sendiri, gimana metode membentuk ikatan diantara

pendamping,serta kondisi ikatan yang lagi dijalani apakah

mengasyikkan ataupun tidak.

Ketiga, riset dari Adi serta Nastiti Laksmita pada tahun

2019. Studi ini mengenakan tata cara deskriptif di dalam

menerangkan ikatan yang terjalin antara pengguna dengan hasil

pertemanan lewat aplikasi Tinder. Hasil dari studi ini

merumuskan kalau ikatan yang terjalin melalui aplikasi Tinder

di awal mulanya biasa saja, tetapi bersamaan komunikasi yang

terus menjadi intens sehingga hendak terjalin ikatan yang terus

menjadi baik.

Keempat, riset dengan judul“ Polilitical homophiliy in

social relationship: Evidence from online dating behavior” yang

dicoba oleh Huber serta Malhotra pada tahun 2017. Riset ini

memakai dasar teori Ducoffes Website Advertising dengan teori

Flow Experience dikala menganalisis factor yang pengaruhi ciri

orang maupun kelompok dalam memakai aplikasi kencan

online. Di dalam pengumpulan informasi, periset memakai


25

kuesioner serta analisis deskriptif dalam menanggapi

permasalahan bahasan.

Kelima, riset dari Abramova, Baumann, Krasnova, serta

Buxmann pada tahun 2016 bertajuk“ Gender difference in

online dating: what do we know so far? A systematic literature

review”. Periset memakai analisis case study dalam

menarangkan menghubungkan rasa romantis yang diperoleh dari

pendamping lewat aplikasi kencan online. Hasil dari riset ini

merumuskan kalau kecocokan serta rasa aman pendamping dari

aplikasi kencan diperoleh dari motivasi, presentasi diri,

tingkatan interaksi serta preferensi pengguna itu sendiri. Tidak

hanya itu riset ini pula merumuskan kalau pengguna aplikasi

kencan paling banyak merupakan laki- laki.

Perbandingan riset terdahulu serta periset terletak pada

platform aplikasi yang digunakan. Tidak hanya itu terdapatnya

perbandingan latar balik subjek riset serta pula posisi informan.

Pendekatan yang digunakan pula memakai Teori Fenomenologi

serta setelah itu dijabarkan lebih lanjut dengan tahapan Teori

Konstruksi Sosial Peter L. Berger.


26

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Teori dan Metodelogi Hasil


Penulis Penelitian Konsep Penelitian
1 Bryant dan “Cyber Cyber Kualitatif Hasil riset ini
Sheldon, Dating in the Romantic dengan merumuskan
Age of Mobile Relationshi metode kalau terdapat
Apps: p kuesioner motivasi lain
Understandin dalam pemakaian
g Motives, aplikasi mobile
Attitudes, and dating.Peneliti
Characteristic merumuskan
s of Users” kalau perilaku
serta ciri
pengguna
memiliki
pengalaman besar
dalam
keberlangsungan
ikatan lewat
aplikasi mobile
dating.
2 Adi, “Political Teori Flow Metode Hasil
Nastiti homophilyin Experience Kualitatif penelitian ini
Laksmita social menyimpulkan
(2019) relationship: bahwa tingkat
Evidence from komunikasi
online dating ketika
behaviour berhubungan
mempunyai
pengaruh
3 Abramova, “Gender Literature Metode Hasil dari
Bauman,K difference in review kualitatif penelitian
asnova online dating: dengan menunjukkan
27

dan what do we melakukan bahwa yang


Buxman know so far? eksperime menggunakan
(2016) A systematic ntal social di kencan online
literature masyarakat ini lebih
review” cenderung ke
pria
dibandingkan
wanita.
4 Annisa Hanif Pencarian Jodoh Teori Tindakan Kualitatif Hasil Penelitian ini
Herdianti Melalui Aplikasi Sosial adalah aplikasi
(2018) Tinder di Era tinder digunakan
Digital untuk mecari
pasangan karena
tidak adanya waktu
luang karena
kesibukan dalam
bekerja

Berdasarkan lima penelitian terdahulu pada uraian diatas, Semua


28

penelitian terdahulu menggunakan Metode Kualitatif

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terbaru


No Nama Judul Teori dan Metodologi Hasil
Penulis Penelitian Konsep Penelitian
1 Valerie Konstruksi Konstruksi Metode Penelitian ini diharapkan
Audrey Makna Sosial Kualitatif akan memberikan kontribusi
(2021) Aplikasi Dengan bagi pemakai aktif online
Tinder di Usia Pendekata n terkhusus pengguna online
Dewasa Muda Fenomeno dating dengan memberi
(Studi logi tambahan pengetahuan
Fenomenologi tentang pemanfaatan media
Pada Remaja komunikasi.
Perempuan
Pengguna
Tinder di

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian terbaru disajikan


pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3
Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Terbaru
No Nama Judul Teori dan Metodelogi Hasil
Penulis Penelitian Konsep Penelitian
1 Bryant dan “Cyber Cyber Kualitatif Hasil riset ini
Sheldon, Dating in the Romantic dengan merumuskan kalau
Age of Mobile Relationship metode terdapat motivasi lain
Apps: kuesioner dalam pemakaian
Understandin aplikasi mobile
g Motives, dating.Peneliti
Attitudes, and merumuskan kalau
Characteristic perilaku serta ciri
s of Users” pengguna memiliki
pengalaman besar
dalam
29

keberlangsungan
ikatan lewat aplikasi
mobile dating.
2 Adi, “Political Teori Flow Metode Hasil penelitian ini
Nastiti homophilyin Experience Kualitatif menyimpulkan
Laksmita social bahwa tingkat
(2019) relationship: komunikasi ketika
Evidence from berhubungan
online dating mempunyai pengaruh
behaviour
3 Abramova, “Gender Literature Metode Hasil dari
Bauman,K difference review kualitatif penelitian
asnova in online dengan menunjukkan
dan dating: what melakukan bahwa yang
Buxman do we eksperime menggunakan
(2016) know so far? ntal social kencan online ini
A di lebih cenderung ke
masyarakat pria dibandingkan
systematic
wanita.
literature
review”
30

4 Valerie Konstruksi Konstruksi Metode Penelitian ini


Audrey Makna Sosial Kualitatif diharapkan akan
(2021) Aplikasi Dengan memberikan
Tinder di Usia Pendekata n kontribusi bagi
Dewasa Muda Fenomeno pemakai aktif
(Studi logi online terkhusus
Fenomenologi pengguna online
Pada Remaja dating dengan
Perempuan memberi tambahan
Pengguna pengetahuan
Tinder di tentang
pemanfaatan
media komunikasi.

5 Annisa Hanif Pencarian Teori Kualitatif Hasil Penelitian ini


Herdianti Jodoh Melalui Tindakan adalah aplikasi tinder
(2018) Aplikasi Tinder Sosial digunakan untuk
di Era Digital mecari pasangan
karena tidak adanya
waktu luang karena
kesibukan dalam
bekerja
31

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tradisi Fenomenologi

Pada awalnya fenomenologi merupakan kajian filsafat

dan sosiologi, namun Edmund Husserl sebagai penggagas

utama studi fenomenologi menginginkan kelahiran ilmu yang

lebih bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kemudian studi

fenomenologi dikembangkan sebagai metode riset dan

diterapkan sebagai teori ilmu sosial serta komunikasi

didalamnya sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif dalam

paradigma interpretif. Sederhananya dapat diartikan bahwa

manusia pada waktu tertentu mempraktikkan fenomenologi

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamati fenomena,

manusia membuka diri, lalu memahami dalam perspektif

fenomena itu sendiri.

Tradisi fenomenologi ini lebih ditekankan terhadap

interpretasi dan persepsi dari pengalaman seorang manusia.

Secara harfiah, fenomenologi berasal dari kata pahainomenon

dari bahasa Yunani yang berarti gejala atau segala sesuatu yang

menampakkan diri. Istilah fenomena dapat dilihat dari dua sudut

pandang, yaitu fenomena itu selalu menunjuk keluar dan

fenomena dari sudut pandang kesadaran kita. Oleh karena itu,

dalam memandang suatu fenomena kita harus terlebih dulu

melihat penyaringan atau ratio, sehingga menemukan kesadaran

yang sejati.
32

Teori pada kebiasaan fenomenologis mengasumsikan bila

individu dengan aktif nya mengungkapkan pengalaman nya

serta terus mencoba lebih dalam mendalami dunia mengenai

pribadinya. Istilah feomenologi diperkenalkan oleh Johann

Heinrickh Lambert, tahun 1764. Meskipun demikian Edmund

Husserl (1859-1938) lebih dipandang sebagai bapak

fenomenologi, karena intensitas kajiannya dalam ranah filsafat.

Fenomenologi yang kita kenal malalui Husserl adalah ilmu

tentang fenomena. Walaupun demikian Alfred Schutz yang

lebih dikenal dalam membangun perspektif ini. Melalui Schutz-

lah pemikiran- pemikiran Husserl yang dirasakan abstrak dapat

dipahami, dan lebih “membumi”. Schutz juga adalah orang

pertama yang menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu

sosial.

Stanley Deetz mengemukakan 3 prinsip dasar

fenomenologi buku Fenomenologi (Little John dan Foss). Satu,

Pengetahuan dijumpai dengan langsung berdasar dari

pengalaman sadar, individu mengenali dunia pada saat individu

berkaitan dengan nya. Dua, arti benda terbagi dari kekuatan

benda dalam kelangsungan hidup individu. Maksudnya, seperti

apa kalian berkaitan terhadap suatu barang menetapkan artinya

untuk anda. Perkiraan ke-tiga yaitu bahwa istilah ialah

transportasi makna. Kita melewati dunia lewat bahasa yang


33

dipakai guna mengekspresikan dan mendefinisikan dunia ini.

Berdasar pada prinsip fenomenologi, dikembangkan dari

Stanley Deetz ini bisa diamati bila pengetahuan dipunyai

individu didapat atas pengalaman yang sudah terjadi serta

bahasa termasuk media communication guna mengartikan suatu

hal. Pemaknaan itu dinamakan interpretasi.

Interpretasi ialah hal utama atau sentral serta krusial pada

teori fenomenologi. Interpretasi yaitu proses aktif dalam

memberikan makna dari sebuah pengalaman. Menurut tradisi

fenomenologi, interpretasi ialah realita untuk seorang individu.

Maka proses interpretasi akan terus berubah-ubah dan

berkembang selama manusia itu hidup maka akan terus

memberikan pengalaman baru. Orang yang krusial pada teori

fenomenologi persepsi yaitu Maurice Merleau-Ponty dimana

pandangan nya dibuat sebagai perwakilan buah pikiran tentang

fenomenologi persepsi (phenomenology of perception) dimana

dievaluasi untuk penolakan pada persepsi objektif akan tetapi

sempit dari Husserl.

Pendapat dari Maurice Merleau–Ponty dari buku

Fenomenologi Diri dan Konstruksi Sosial Mengenai

Kebudayaan (Rachman 2013) manusia yaitu makhluk yang

mempunyai kesatuan mental dan fisik yang melahirkan makna

pada dunia nya. Kita mengenali suatu hal hanya lewat

hubungan pribadi kita dengan suatu hal tersebut. Sebagai


34

manusia kita bisa mendapat pengaruh dari lingkungan kita atau

dunia luar, akan tetapi kebalikannya kita pula mempengaruhi

dunia di sekitar kita lewat bagaimana kita menjalani dunia.

Persepsi yaitu proses pemberian makna terhadap sensasi maka

manusia mendapat pengalaman baru. Persepsi merubah sensasi

jadi informasi.

Persepsi yaitu pengalaman mengenai hubungan,

hubungan, objek, atau peristiwa yang dapat melalui mengambil

kesimpulan dan penafsiran pesan. Persepsi yaitu pemberian

makna terhadap stimuli indera (sensory stimuli). Persepsi kita

dapat beda-beda sebab mendapat pengaruh dari banyaknya

faktor, struktural, fungsional, situasional, dan personal.

Pengertian fenomenologi Schutz (Kuswarno Engkus 2009: 39)

di dalam buku dengan judul “Metodologi Penelitian Kualitatif,

Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya”,

memberikan kita cara pandang baru pada makna yang terbentuk

dari realita kelangsungan hidup keseharian yang ada pada

penelitian dengan terkhusus serta pada susunan luas

mengembangkan ilmu sosial. Fenomenologi yaitu teknik

dipergunakan manusia berguna lebih dalam mendalami alam

semesta lewat pengalaman secara langsung. Fenomenologi

membuat pengalaman sesungguhnya untuk data sentral guna

mengerti realitas. Apakah yang bisa orang ketahui yaitu apa

yang dialami nya. Orang mengenali peristiwa atau pengalaman


35

melalui cara menguji nya secara sadar lewat persepsi dan

perasaan yang dipunyai individu yang berkaitan. Asumsi pokok

fenomenologi yaitu manusia yang aktif menginterpretasikan

pengalaman nya melalui memberi makna atas suatu hal yang

dialami nya.

Oleh sebabnya, interpretasi ialah proses aktif dimana

memberi arti atas suatu hal yang kreatif yaitu pemberian

tindakan pemaknaan. Fenomenologi ditemukan di awal abad ke-

20 yang memberi penekanan pada dunia dengan menunjukkan

dirinya sendiri pada kita sebagai manusia, tujuan nya yaitu

supaya balik ke bendanya sendiri seperti hal nya mereka

tunjukkan pada kita dan menghilangkan apa yang sudah

diketahui kita mengenai mereka. Maksudnya, fenomenologi

tertarik terhadap dunia misal tahapan-tahapan penelitian

fenomenologi.

Pertama, Husserl dari buku Fenomenologi Diri dan

Konstruksi Sosial Mengenai Kebudayaan (Rachman,2013:493–

154) mempergunakan istilah epoche berguna term bebas atas

dugaan. Dari epoche kita menyingkirkan evaluasi,

pertimbangan, serta bias yang terjadi oleh manusia secara

khusus, di waktu khusus lebih atas pernyataan abstrak mengenai

kealamiahan dunia dengan general. Permulaan yang kita punya

pada sebuah objek. Maksudnya, epoche yaitu putusnya

hubungan antara pengetahuan dengan pengalaman yang kita


36

punyai sebelumnya. Karenanya epoche memberi persepsi yang

sangat baru pada objek, sehingga melalui epoche kita bisa

menciptakan perasaan, ide, kesadaran, serta pemahaman baru.

Kedua, reduksi membuat kita mengulang bagaimana kita

merasakan suatu hal. Menghadirkan asumsi awal serta

mengembalikan sifat alamiah nya. Reduksi fenomenologi bukan

sekadar untuk mengenali, akan tetapi guna mendengarkan

sebuah gejala atas kehati-hatian serta penuh kesadaran.

Maksudnya, reduksi yaitu cara guna melihat serta mendengar

kejadian berupa makna dan tekstur aslinya. Sehingga job atas

reduksi fenomenologi yaitu menerangkan pada struktur bahasa

bagaimana objek tersebut nampak.

Selanjutnya ketiga, varian imajinasi, tugas atas variasi

imajinasi yaitu menemukan pencarian arti dimana

memungkinkan bisa menggunakan susunan rujukan, imajinasi,

pemisahan serta pembalikan, dan pendekatan pada gejala dari

fungsi, peranan, posisi, serta perspektif yang beda. Tujuan nya

yaitu untuk mewujudkan gambaran struktural atas suatu

pengalaman. Sasaran mulai tahap ini yaitu pemaknaan serta

tergantung atas intuisi untuk pintu masuk berguna

mengintegrasikan struktur pada esensi fenomena.

Selanjutnya keempat, sintetis arti serta esensi ialah

tahapan paling akhir pada penelitian fenomenologi. Tahap ini


37

yaitu integrasi intuitif dasar gambaran struktural dan tekstural

pada satu pernyataan dimana mendeskripsikan hakikat

fenomena dengan menyeluruh. Husserl mengartikan esensi

untuk suatu hal general yang diberlakukan secara universal,

mutu atau keadaan sebagai suatu hal itu. Esensi pengungkapan

nya tidak pernah secara kesempurnaan. Sintesis struktural yang

fundamental akan sebagai perwakilan dalam esensi ini dengan

tempat dan waktu tertentu, serta studi reflektif dan persepsi

individu pada fenomena. (Jurnal penelitian uinsby), Zikri

Fachrul Nurhadi, Teori communication, Teori Komunikasi pada

sudut pandang Penelitian Kualitatif (Ghalia Indonesia, 2015).

2.2.2 Gagasan Utama dari Tradisi Fenomenologi

Morrisan dalam buku Teori Komuikasi menyimpulkan

terdapat 3 pemikiran tradisi fenomenologis yang terkaji dari

ilmuwan serta peneliti communication secara umum; Pertama,

fenomenologi yang senantiasa dihubungkan atas tokoh Edmund

Husserl yang termasuk pembuat fenomenologi modern. Husserl

menuliskan sepanjang ditengah-tengah abad ke-20, berupaya

melakukan pengembangan metode membuktikan keabsahan

lewat sadaran yang sangat fokus. Baginya, ia yakin kebenaran

bisa lewat dari pengalaman secara langsung melalui catatan

kedisiplinan dalam mendalami seluruh hal. Pendapat ini

memperlihatkan dengan perhatian sadar dan pengalaman yang

terjadi pada manusia pengetahuan dan kebenaran bisa didapat


38

individu. Morissan M ( 2013 : 38 )

Namun syaratnya untuk bisa melaksanakan perhatian

sadar individu harus mengesampingkan bias yang terdapat di

diri sendiri. Kita harus menghapuskan berbagai golongan

kebiasaan dan berpikir kita memandang suatu hal supaya bisa

merasakan pengalaman seperti hal nya fakta nya. Dengan teknik

ini, banyaknya objek di dunia muncul pada sadar nya kita.

Persepsi Husserl dievaluasi untuk objektif sebab “the world can

be capable without the knower presenting their own classes as a

powerful influence for the interaction“.

Persepsi tersebut mengemukakan jika dunia bisa dialami

dengan tidak wajib membopong dan macam-macam kategori

dimana dipunyai individu yang hendak mengenali pengalaman

tersebut, sebab dari demikian bisa mempengaruhi proses dalam

merasa pengalaman tersebut. Dari ahli fenomenologi sekarang

yang mengikuti ide jika pengamalan tersebut subjektif tidak

objektif serta mempercayai jika subjektivitas ialah bentuk

krusial suatu pengetahuan, orang yang beda opini nya dengan

Husserl ini yaitu Maurice Merleau Ponty berhubungan atas

kebiasaan fenomenologi persepsi.

Selanjutnya, fenomenologi persepsi yaitu suatu respons

dimana menyimpang objektivitas sempit punya Husserl. Bagi

nya, manusia ialah sesosok penggabungan dari mental dengan

fisik dimana melahirkan arti pada dunia. Dewasa sekarang


39

dukungan atas kebiasaan fenomenologis kontradiksi dengan

persepsi Hussells. Mereka bahkan menerima gagasan itu jika

pengalaman yaitu subjektif, bukan objektif seperti hal nya

persepsi Husserls. Para pendukung tradisi fenomenologis ini

mempercayai bahwa subyektivitas justru sebagai pengetahuan

yang krusial.

Tokoh penting dalam tradisi ini yaitu Maurice Merleau-

Pontry yang pandangannya dianggap sebagai perwakilan

gagasan tentang fenomenologi persepsi (Phenomenology of

perception) yang dievaluasi sebagai penolakan pada persepsi

objektif akan tetapi sempit dar Husserl. Menurut Ponty, dalam

buku pengantar fenomenologi (2010: 93) manusia yaitu

makhluk yang mempunyai kesatuan mental dan fisik yang

melahirkan makna pada dunia nya. Berdasarkan persepsi ini

bahwa manusia itu saling mempengaruhi dan mengisi dengan

lingkungan nya. Maksudnya, sebuah peristiwa atau objek yang

timbul itu terdapat pada sebuah proses timbal balik.

Ketiga, Fenomenologi hermeneutik, kebiasaan berkeinginan

menyerupai atas fenomenologi persepsi, namun kebiasaan nya

lebih luas pada implementasi secara menyeluruh mengenai

komunikasi nya.

Fenomenologi hermeneutik dikaitkan atas Martin

Heidegger, utama nya terkenal sebab karya nya dalam

philoshophical hermeneutics. Filosofi nya juga dikenalkan atas


40

Hermenuetics of Dasein berarti interpretasi keberadaan. Hal

utama untuk Heidegger yaitu pengalaman alamiah dimana sulit

untuk direlakan muncul dengan hanya tinggal di dunia. Bagi

nya, kenyataan suatu hal itu tidaklah terketahui hanya

menganalisis secara jeli, kebalikannya dari pengalaman alamiah

yang tercipta kan dari pemakaian bahasa di dalam kelangsungan

hidup keseharian. Komunikasi termasuk contoh yang dipakai

guna memperlihatkan arti atas pengalaman terasakan dan

diterima.

Pemikiran yaitu proses dari pembicaraan sebab arti secara

pribadi diperoleh dari kata. Pada saat kita melakukan

komunikasi sehingga kita akan berusaha melakukan percobaan

cara-cara baru untuk memandang dunia. Kita berinteraksi

dengan orang lain timbul bentuk memberikan pengaruh dengan

hanya mendengarkan apa yang telah terucapkan oleh orang itu

dari tiap harinya secara berkelanjutan pada tiap kondisi,

peristiwa, dan situasi yang kita alami. Maka demikian persepsi

ini melihat dan berusaha mengaitkan pengalaman dengan

bahasa seta proses interaksi hingga relevan melalui dari disiplin

ilmu komunikasi. (Stephen W.2009: edisi 9)

2.3 Teori Konstruksi realitas sosial Peter L. Berger & Thomas Luckmann

Peter L Berger dan Thomas Luckmann pertama kali

memperkenalkan konstruksi realitas sosial pada tahun 1966.

Mereka mendefinisikan teori konstruksi realitas sosial sebagai


41

teori yang menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan

interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus

menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara

subjektif (dalam Burhan Bungin,2008:14).Second istilah pada

ilmu sosiologi Berger yaitu pengetahuan dan fakta. Berger dan

Luckmann dalam buku fenomenologi (2009:111) mulai

menerangkan nyata nya sosial guna melakukan pemisahan

pemahaman antara pengetahuan dengan realitas. Kenyataan atau

realitas didefinisikan sebuah mutu yang ada di dalam beberapa

realitas yang diakui sebagai yang mempunyai keberadaan yang

tidak bergantung dari keinginan kita sendiri. Sebaliknya

pengetahuan diartikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas

itu nyata serta mempunyai sifat secara spesifik.

Dunia kehidupan sehari-hari merupakan suatu yang

berasal dari pikiran dan tindakan manusia, dan dipelihara

sebagai yang nyata dalam pikiran dan tindakan. Atas dasar

itulah dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari

adalah objektivasi (pengobjektivan) dari proses-proses (dan

makna-makna) subjektif dimana dunia akal-sehat intersubjektif

dibentuk (Berger dan Luckmann dalam Manuaba, 2008). Dasar

kesadaran (esensi) memang tidak pernah dapat disadari, karena

manusia hanya memiliki kesadaran tentang sesuatu (fenomena);

baik menyangkut kenyataan fisik lahiriah maupun kenyataan

subjektif batiniah. Seperti halnya manusia, yang juga memiliki


42

kesadaran tentang dunia kehidupan sehari-harinya sebagaimana

yang dipersepsinya. Sehingga menurut Berger & Luckmann,

realitas sosial dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Objective Reality

Berikutnya adalah pemahaman tentang makna dunia nyata

(menghitung filsafat dan keyakinan) keajaiban sosial,

misalnya, kegiatan dan perilaku yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari yang teratur dan dihayati oleh orang-orang sebagai

kenyataan.

2. Symbolic Reality

Selanjutnya adalah artikulasi dari struktur perwakilan

yang disamarkan dari realitas sasaran, yang sebagian besar

dikenal oleh masyarakat pada umumnya sebagai karya agung,

fiksi dan berita di media.

3. Subjective Reality

Kebenaran sosial pribadi, yang berasal dari realitas sosial

dan kebenaran representatif, adalah makna perkembangan

yang dimiliki oleh individu dan dibangun melalui jalur

penyamaran. Kebenaran abstrak setiap individu hanyalah


43

alasan untuk dimasukkan ke dalam siklus eksternalisasi atau

jalannya asosiasi sosial dengan orang lain dalam konstruksi

sosial. Yang kemudian dalam proses eksternalisasi tersebut

individu secara kolektif melakukan objektivitasi dan objective

reality yang baru muncul.

Berger & Luckmann menerima bahwa kebenaran

dikembangkan secara sosial, di dalam orang-orang di mata

publik yang telah berkumpul masyarakat, sehingga

pengalaman individu tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.

Masyarakat yang menjalani hidupnya pada konteks social

tertentu, melaksanakan aktivitas hubungan dengan bersamaan

atas lingkungan nya. Melalui aktivitas interaksi, orang-orang

mempunyai aspek realitas social ganda dimana dapat

berhubungan membentuk, hanya saja kebalikannya dapat

sailing memberikan keruntuhan. Masyarakat hidup ke dalam

realitas dan dimensi-dimensi objektif yang di konstruksi lewat

momen objektivasi dan eksternaliasi, serta dimensi subjektif

dibentuk lewat waktu internalisasi. Dengan ini Berger

menemukan konsep untuk menghubungkan subyektivitas dan

objektivitas melalui konsep dialektika sebagai berikut,

1. Eksternalisasi
44

Merupakan usaha ekspresi diri manusia ke dalam dunia,

baik dalam kegiatan fisik ataupun mental. Proses ini adalah

bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu

dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai

produk manusia (Society is a human product). Pada

eksternalisasi terjadi pembiasaan diri kepada dunia sosio

kultural dimana disebut waktu adaptasi diri. Hal tersebut bisa

disebut bahwa setelah individu sudah dapat mengidentifikasi

dirinya dalam sebuah organisasi maka individu bisa

menyesuaikan dirinya untuk mengikuti alur dalam organisasi

tersebut.

2. Objektivasi

Hasil yang telah dicapai (baik mental maupun fisik dari

latihan eksternalisasi manusia), adalah sebagai realitas

sasaran yang mungkin dipandang oleh pembuatnya sendiri

sebagai realitas yang berada di luar dan tidak sama dengan

manusia yang menciptakannya (hadir dalam struktur yang

jelas). Pada tahap ini masyarakat dipandang sebagai suatu

realitas tujuan (Society is a goal reality) atau suatu rangkaian

pergaulan sosial dalam dunia intersubjektif yang

tersistematisasi atau melalui suatu rangkaian organisasi.

Objektivitas menyerupai bahwa setiap individu memiliki

kesadaran yang ditujukan pada sebuah artikel. Yang bisa


45

terjadi adalah implikasi baru dan implikasi tambahan, seperti

yang sekarang juga terjadi secara aktual, khususnya realitas

individu dan realitas sosial.

3. . Internalisasi

Alasan untuk mempertahankan dunia target ke dalam

kesadaran adalah sedemikian rupa sehingga abstrak

individu dipengaruhi oleh desain dunia sosial. Berbagai

jenis dunia yang ditipifikasi akan ditangkap sebagai efek

samping dari realitas di luar kesadarannya, hanya sebagai

manifestasi di dalam kesadaran. Selama penyamaran waktu

yang dihabiskan, bukti yang dapat dikenali dari orang

tersebut dengan setiap yayasan sosial atau asosiasi di mana

individu tersebut menjadi bagiannya. Ada dua hal penting

dalam diri seseorang, yaitu sosialisasi dan sosialisasi

esensial yang spesifik, dimana yang esensial adalah

keluarga dan yang opsional adalah pergaulan. Dari dampak

sosialisasi, masyarakat dapat mensurvei dan mengenali apa

yang ada dalam keadaan mereka saat ini. Melalui

penyamaran, manusia menjadi akibat dari masyarakat (Man

is a social product). Hasil-hasil yang telah dicapai (baik

mental maupun fisik dari latihan eksternalisasi manusia),

adalah sebagai realitas sasaran yang mungkin dipandang

oleh pembuatnya sendiri sebagai suatu realitas. yang berada


46

di luar dan tidak sama dengan manusia yang

menyampaikannya (hadir dalam struktur yang jelas). Pada

tahap ini, masyarakat dipandang sebagai suatu realitas

tujuan (Society is a goal reality) atau suatu rangkaian

kerjasama sosial dalam dunia intersubjektif yang

terorganisasi atau melalui suatu rangkaian standarisasi.

Objektivitas menyerupai bahwa setiap individu memiliki

kesadaran yang ditujukan pada suatu item. Yang bisa terjadi

adalah implikasi baru dan implikasi tambahan, yang saat ini

juga terjadi secara aktual, menjadi realitas individu dan

realitas sosial yang spesifik.

Keberhasilan sosialisasi, menurut Berger (1994: 19–20)

dalam (Manuaba, 2008), sangat tergantung pada adanya

simetri antara dunia objektif kolektif/masyarakat dengan

dunia subjektif individu. Apabila kita mengandaikan

seorang individu yang tersosialisasi total, berarti setiap

makna yang secara objektif terdapat dalam dunia sosial akan

mempunyai makna analognya secara subjektif dalam

kesadaran individu itu sendiri. Hanya saja, sosialisasi total

semacam itu tidak akan ada, dan secara teoretis pun tidak

mungkin ada. Kendati demikian, terdapat tingkat

keberhasilan dalam sosialisasi. Sosialisasi yang berhasil,


47

akan memberikan suatu simetri objektif dan subjektif

tingkat tinggi pada masing-masing individu.

2.4 Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian yaitu unsur yang

menerangkan mengenai karakteristik sebuah penelitian.

Berdasarkan landasan teori serta kerangka konsep yang telah

dijabarkan oleh peneliti, definisi konsep yang dapat diuraikan

ialah sebagai berikut:

A. Pengaruh dan makna yang mempengaruhi wanita

muda di Tangerang adalah merupakan pandangan

dan lingkungan sosial individu terhadap orang lain.

Pandangan dan lingkungan sosial tersebut

dipengaruhi oleh lingkungan individu, karena

individu melakukan simulasi sebelum berinteraksi

dengan individu lain. Kemudian, makna yang bisa

diambil dari penggunaan aplikasi Tinder ini adalah

menjadi sebuah cara seseorang untuk melakukan

komunikasi.

B. Walaupun sering didefinisikan sebagai aplikasi yang

banyak membawa pengalaman negatif tetapi

sebenarnya banyak konstruksi makna positif yang

bisa diambil dalam penggunaan aplikasi Tinder.

Karena Tinder sendiri telah terbukti dan banyak


48

digunakan oleh para wanita dewasa muda di

Tangerang. Komunikasi Interpersonal juga dapat

membantu para wanita muda yang menggunakan

aplikasi Tinder menjadi sosok yang lebih percaya

diri dan berani. Karena dengan melakukan

komunikasi Interpersonal dengan orang yang lain

terutama yang belum dikenal akan mengasah cara

berbicara kita. Sehingga membantu kita untuk lebih

mudah bersosialisasi dan juga berbaur dengan

lingkungan baru.

2.4.1 Dating apps

Dating apps ataupun yang diketahui selaku aplikasi

kencan online merupakan salah satu perlengkapan

komunikasi yang berbasis internet. Berdasar pada beberapa

wujud aplikasi media sosial yang saat ini ada, media sosial

selaku sesuatu fasilitas pencarian pendamping ataupun kontak

jodoh secara online. Bersumber pada KBBI, biro jodoh

individu memiliki arti selaku tubuh usaha pelayanan buat

mempertemukan seseorang pria wanita, artinya biro jodoh

ialah sesuatu pelayanan yang membantu orang buat

menciptakan pendamping hidupnya.


49

Aplikasi kencan online terbuat buat menolong pencarian

jodoh secara online. Kencan online yakni sesuatu wujud

komunikasi bermeditasi aplikasi sosial media dimana para

pengguna nya tanpa wajib silih tatapan muka buat

berhubungan. Karena terbatas nya seperti itu para pemakai

kencan online memiliki kesempatan buat mempresentasikan

dirinya lewat memperlihatkan nilai plus dalam dirinya.

Akhir tahun belum lama ini, kencan online mulai warga

seleksi buat jadi alternatif dalam menciptakan pendamping

nya, baik ikatan yang sungguh- sungguh sampai jenjang

perkawinan maupun Cuma pertemanan saja. Kencan online

dimaksud selaku pengembangan ikatan keintiman melalui

internet. Dorongan para pengguna kencan online ini juga

bermacam- macam, bermula dari tujuan mencari jodoh buat

ikatan ke jenjang sungguh- sungguh misal perkawinan

maupun Cuma semata- mata membina pertemanan ataupun

Cuma flirting, apa Cuma semata- mata rasa penasaran serta

hendak bersenang– bahagia dengan tidak terdapatnya iktikad

buat berjumpa secara langsung dengan pendamping nya.

Dating apps sendiri sangat menolong serta membagikan

banyak reaksi positif dari para pengguna nya, sebab dirasa

membagikan kemudahan buat bersosialisasi tanpa wajib

mengosongkan banyak waktu buat hanya mencari pertemanan

serta area sosial baru di luar dengan menjajaki bermacam


50

kegiatan ataupun sesuatu komunitas.

2.4.2 Aplikasi Tinder

Aplikasi Tinder di tahun 2014, aplikasi kencan daring

dengan basis mobile geolocations yang menyasar terhadap

kemunculan generasi milenial yang sekejap menjadi sensasi.

Aplikasi kencan daring ini disusun oleh Sean Raad dan Justin

Mateens ini diberikan nama Tinder. Beda dengan aplikasi

lainnya, Tinder ialah aplikasi kencan daring pertama yang

mempunyai fitur swipe dalam menetapkan; pilihan nya

dengan pengguna lainnya (Stampler, 2014). Sampai tahun

2018, jumlah pengguna Tinder sudah pencapaian di atas 57

juta pengguna gratis, 4,1 juta pengguna prabayar yang

dinamakan Tinder Gold, serta jumlah pengguna yang sudah

match hingga pencapaian 20 miliar match semenjak tahun

diluncurkan nya.

Tinder sendiri sebagai aplikasi kencan daring bisa

dipergunakan oleh khalayak umum yang sudah berusia 18

tahun. Aplikasi ini mungkin para individu yang

mempergunakan nya untuk bisa menemukan jodoh nya. Hal

demikian dilaksanakan lewat rangkaian interaksi yang mana

para pengguna nya bisa memulai proses mencari teman

"kencan" mereka melalui membuat Profil diri, yang terbagi

atas nama, usia, foto, biodata diri (paling banyak 500 huruf),
51

kota, sekolah/universitas, intuisi pekerjaan, pekerjaan, lagu

favorit (yang terakses dengan aplikasi streaming lagu

Spotify), serta hal yang mungkin pengguna nya guna

penghubungan Profil Tinder miliknya dengan akun

Instagram yang mereka punyai. Pengguna Tinder sendiri

biasanya didominasi oleh mereka yang masih melajang.

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Situs aplikasi online dating Tinder


Sumber: https://Tinder.com

A) fitur –fitur dalam dating apps


52

Tidak bisa dipungkiri, adanya media baru kian

mempermudah seseorang untuk melakukan komunikasi.

Media baru, berdasar hal internet kemudian memiliki fungsi

menjadi media sosial. Lewat medsos, pola komunikasi warga

bukan lagi dibatasi waktu serta ruang. Seperti yang

dinyatakan oleh Mcluhan dalam Soetrisno (2010:25)Dengan

teori nya Understanding Media: an extension of man: media

menjadi perpanjangan tubuah manusia, perluasan manusia,

serta jika media yang tidak sama terwakili pesan yang tidak

sama. Media memberi pengaruh pada cakupan dan bentuk

dari keterikatan serta aktivitas manusia. Pemaparan di atas

menyebutkan jika lewat media sosial, pemakai bisa menjalin

persahabatan serta sejumlah informasi dengan pemakai yang

lain dan tidak terdapat kendala seperti jarak waktu. Media

sosial menjadi media interaksi baru yang membuat ruang

untuk masyarakat guna saling bercerita, berbagi, serta

mendistribusikan ide nya.

Akibatnya, masyarakat melaksanakan migrasi virtual

guna melakukan interaksi dengan pemakai yang lain. Bila

sebelum itu, communication serta hubungan kita terbatas

bertatap muka, jadi itu kian terpanjang kan dengan hadir nya

media sosial. Salah satu nya lewat Dating apps individu

bisa bertemu serta bisa berkomunikasi dengan individu

meskipun berjauhan.
53

a. Memilih negara

Pemakai bisa mengubah negara, bukan hanya

Indonesia saja yang mempergunakan namun masih

pula negara lainnya yang memakai aplikasi ini

memiliki tujuan mencari “friends” dengan random.

b. Mengganti status laki-laki/perempuan

Dari sini pemakai pula bisa merubah status asalnya

perempuan hingga menjadi laki-laki, sebab pada

ome tv sering banyak individu yang tertipu oleh

status nya seperti laki-laki nyatanya perempuan.

Namun pula si pengguna alasan nya hanya sekedar

iseng saja maupun menghibur, sehingga harus hati-

hati ketika memakainya.

c. Dapat mengukur jarak berapa jauh dan dekat

lingkup pemilihan yang akan disesuaikan dengan

lokasi kita saat ini. misa di satu kilometer dan juga

mil nya. Dapat pula disesuaikan karakteristik umur.

umur yang ditampilkan akan disesuaikan jika kitar

mengatur setting umur yang kita cari. mulai dari 17

hingga 40 tahun, dan kita dapat memilih range dari

umur tersebut
54

Gambar 1.1.2

Gambar 2.2 Situs aplikasi online dating Tinder


Sumber: https://Tinder.com

B) Unsur Penting dalam Komunikasi

a. Sumber

Pengirim pesan merupakan seseorang yang

mengirim pesan. Informasi/pesan yang hendak

dikirim memiliki asal dari otak si pengirim pesan.

Oleh karenanya sebelum mengirim pesan, pengirim

harus menciptakan dulu pesan yang hendak

dikirimkan nya. Menciptakan pesan yaitu

menetapkan arti apakah yang hendak dikirimkan

selanjutnya menyampaikan arti itu ke sebuah pesan.

Setelah dari itu, baru saja terkirim lewat saluran

b. Pesan

Pesan merupakan info dimana hendak dikirim ke

penerima. Pesan ini bisa seperti nonverbal ataupun

verbal. Pesan dengan verbal bisa dengan tulis

misalnya buku, surat, memo, majalah, sementara


55

pesan dimana cara lisan bisa seperti, percakapan

langsung, percakapan tidak langsung. Pesan yang

nonverbal bisa seperti gerakan badan, isyarat, nada

suara, ekspresi muka.

c. Media

Media yaitu jalan dilewati pesan bersumber si

pengirim atas si penerima. Media biasa pada

communication yaitu gelombang suara serta

cahaya yang bisa kita dengar maupun lihat. Namun

perlengkapan atas apa cahaya/suara tersebut pindah

bisa jadi tidak sama. Masyarakat bisa memakai

sejumlah alat guna memberikan pesan misalnya

radio, buku, televisi, film, surat kabar namun

saluran utamanya yaitu gelombang cahaya serta

suara. Kecuali itu kita bisa pula menerima pesan

lewat indera pengecap, penciuman, peraba.

d. Penerima Pesan

Penerima pesan yaitu mengaalisa serta

menginterpretasi isi pesan yang diterima nya.

e. Efek

Efek merupakan respon pada pesan yang

diterimanya kemudian dikirim pada oleh pengirim

pesan. Atas diberikan nya hasil pada pengirim,

hendak bisa melihat apa pesan dikirmkan itu


56

tersalurkan sesuai dengan suatu hal termaksud kan

oleh pengirim. Jika definisi pesan yang

dimaksudkan dari pengirim salurkan sesuai atas

penerima pesan berarti communication itu efektif.

(Abidin, 2016:24-25) Biasanya tanggapan

tersampaikan tidaklah sesuai suatu hal, diharapkan

oleh pengirim sebab penerima pesan kurang

tepatnya untuk menginterpretasi pesan. Dari sini

dikarenakan dari terdapatnya faktor pada diri

penerima dimana memberi pengaruh berdasar

pemberi maksud pesan.

2.4.3 Media Sosial

Sesuai pemaparan Andreas Kaplan serta Michael

Haenlein dalam Haryanto (2015: 85 ) menyebutkan media

sosial merupakan suatu kelompok aplikasi memiliki basis

internet yang dibangun di atas dasar teknologi serta ideologi

Web 2.0, serta memiliki kemungkinan pertukaran serta

penciptaan user-generated content. Web 2.0 merupakan

platform utama media sosial. Media social terdapat di

sejumlah bentukkan yang tidak sama. Sesuai pemaparan

Kaplan serta Haenlein terdapat 6 jenis medsos: proyek

kolaborasi, blog, microblogs, komunitas, situs jaringan sosial,


57

virtual game, serta virtual social. Jejaring sosial adalah situs

yang mana masing-masing individu dapat melaksanakan

pembuatan web page sendiri, selanjutnya dihubungkan teman

guna membagikan info serta myspace, plurk, twitter,

Instagram. Bila media tradisional memakai media broadcast

serta cetak.

Media sosial menghimbau siapa pun yang berminat

guna memberi partisipasi secara berkontribusi serta feedback

dengan terbuka, memberikan kritik dan membagikan

informasi pada waktu yang tidak terbatas serta cepat. Media

sosial yaitu suatu media online, para pengguna nya dapat

secara mudah memberi partisipasi, berbagi serta membuat isi

mencakup jejaring sosial, blog, forum, dunia virtual, wiki.

Jejaring sosial, wiki, blog adalah bentuk medsos yang paling

umum dipakai masyarakat di seluruh dunia. Ketika teknologi

internet serta mobile phone kian meningkat medsos ikut pula

meningkat dengan cepat..

Sekarang guna mengakses Instagram seperti, dapat

dilaksanakan dimanapun serta kapanpun hanya dengan

memakai suatu mobile phone. Begitu cepat nya seseorang

dapat mengakses media sosial memberi akibat terjadi nya

fenomena besar terhadap arus informasi bukan hanya pada

negara maju, namun pula Indonesia. Sebab kecepatan nya

medsos mulai terlihat menggantikan peran mesia massa


58

konvensional untuk menyebarkan berita. communication.

Jejaring social besar bisa kita sebut Facebook.

Menurut Nisrina dalam buku nya Bisnis Online,

Fungsinya Media Social Untuk Meraup Uang (2015:137)

Sosial Media mempunyai sejumlah fungsi yaitu:

a. Sosial media yaitu media dirancang guna

menambah hubungan social individu memakai

teknologi website serta internet.

b. Sosial media sukses mentransformasikan praktek

searah media siarah dari 1 lembaga media pada

audience menjadikan praktik communication

dialogis dari banyaknya audience.

c. Sosial media mensupport demokratisasi

pengetahuan serta informasi. Mentransformasikan

manusia atau individu atas pemanfaatan isi atas

pesan membuat pesan itu sendiri.

d. Kemudian McQuail menyatakan jika manfaat

sentral media untuk masyarakat yaitu:

1) Informasi - Inovasi, transformasi dan

kemajuan.

2) Korelasi - Anda menilai, mengomentari

pentingnya peristiwa dan data.

3) Mendukung posisi dan menetapkan standar. -

Mengkoordinasikan beberapa latihan. -


59

Bentuk pengaturan.

4) Keberlanjutan - Mengekspresikan budaya

dominan dan mengakui keberadaan cara

hidup. (subkultur) sama seperti kemajuan

budaya lain. - peningkatan dan kualitas.

5) Hiburan - Ada pengalihan, pertimbangan, dan

kantor yang santai. - Kemudahan

bersosialisasi.

6) Mobilisasi - Mengkampanyekan tujuan-

tujuan budaya dalam bidang-bidang

pemerintahan, perang, pergantian peristiwa

keuangan, pekerjaan, dan kadang-kadang

juga di bidang agama.

2.4.4 Komunikasi Interpersonal & Intrapersonal

Komunikasi dengan cara etimologis berdasar asal kata

memiliki asal dari bahasa Latin yakni artinya communication,

yang artinya sama makna terkait sebuah hal. Maka

berlangsung nya tahap komunikasi terjadi jika ada kesamaan

terkait hal yang dikomunikasikan mapun suatu kepentingan.

Komunikasi bisa terjadi berlangsung jika terdapat pesan yang

hendak disampaikan serta bisa juga umpan balik dari

penerima pesan yang bisa diterima langsung oleh penyampai

pesan. Kecuali itu komunikasi adalah proses penyampaian


60

pesan oleh individu pada individu lain guna memberi tahu,

merubah pendapat, sikap, ataupun perilaku baik tidak

langsung ataupun langsung. Pada komunikasi ini

membutuhkan terdapatnya hubungan timbal balik antara

penyampaian pesan dengan penerima nya yakni komunikan

serta komunikator.Sesuai pemaparan Carl I. Hovland, ilmu

komunikasi merupakan langkah yang sistematis guna

merumuskan dengan tegas asas penyampaian informasi dan

pembentuk sikap serta pendapat. Garis besarnya bisa ditarik

kesimpulan jika komunikasi merupakan penyampaian

informasi serta pengertian individu pada individu lainnya.

R Wayne Pace dalam Nihayah (2016) “menyebutkan

jika communication interpersonal yaitu rangkaian

communication yang berjalan dari dua ataupun melebihi

dengan cara langsung yang mana pengirim bisa memberikan

pesan dengan langsung serta penerima pesan yang bisa

menerima serta menanggapi dengan langsung. Komunikasi

interpersonal dapat dinyatakan pula menjadi komunikasi

antar orang secara langsung, yang memiliki kemungkinan

masing-masing peserta nya menangkap reaksi individu lain

dengan individu lain dengan langsung, nonverbal ataupun

verbal.

Komunikasi interpersonal termasuk proses penerimaan

serta pengiriman pesan diantara antar dua individu / antar


61

kelompok kecil dengan sejumlah efek serta sejumlah umpan

balik seketika. Sesudah melewati proses interpersonal itu,

untuk itu pesan disampaikan pada individu lain, proses

pertukaran informasi diantara individu yang lain atau biasa

nya antar dua individu yang bisa langsung dilihat. Dengan

bertambah nya orang yang ikut serta pada komunikasi

menjadi kian kompleks komunikasi itu. Komunikasi

interpersonal yaitu aktivitas aktif tidak pasif. Communication

interpersonal tidaklah Communication dari dari pengirim

kepada penerima pesan, dari sini lah sebaliknya, tetapi

Communication timbal balik antar penerima serta pengirim

pesan. Communication interpersonal tidak hanya rangkaian

atas rangsangan, stimulus tanggapan, namun rangkaian atas

aktivitas berkaitan menerima, penyerahan serta mengirim

respons yang sudah terolah setiap pihak. Communication

Interpersonal pula memiliki peran guna saling

mengembangkan serta mengubah. Serta perubahan itu lewat

interaksi pada komunikasi, pihak yang ikut memberi

semangat, inspirasi, serta dorongan supaya bisa mengubah

perasaan, pemikiran, serta sikap selaras pada topik yang dikaji

bersama.

Kecenderungan untuk mengubah kepercayaan, sikap,

perilaku, serta opini dalam mengubah sikap, kepercayaan,

perilaku serta opini maka bentuk komunikasi interpersonal


62

seringkali dipakai guna memberikan komunikasi persuasif

yaitu sebuah teknik komunikasi dengan cara psikologis

manusiawi yang memiliki sifat luwes, halus komunikasi akan

melaksanakan 4 tindakan yakni menyampaikan, membentuk,

mengolah, menerima pesan, keempat tindakan itu biasanya

berlangsung dengan berurutan serta membentuk pesan yaitu

memunculkan gagasan memiliki suatu tujuan. Di samping

komunikasi antar individu, di dalam keseharian seseorang

secara sadar atau tidak sadar pasti melakukan komunikasi

intrapersonal, baik dalam bentuk bertanya pada diri sendiri

(berkata dalam hati) maupun dalam bentuk instrospeksi diri.

Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan

bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator

sendiri. Menurut pakar ilmu komunikasi, komunikasi

intrapersonal adalah proses pengolahan informasi. Proses ini

melewati empat tahap; sensasi, persepsi, memori, dan

berpikir. Proses pertama dari komunikasi intrapersonal terjadi

pada saat sensasi terjadi. Sensasi, yang berasal dari kata

sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk

menyerap segala hal yang diinformasikan oleh pancaindera.

Informasi yang diserap oleh pancaindera disebut stimuli yang

kemudian melahirkan proses sensasi. Dengan demikian

sensasi adalah proses menangkap stimuli. Komunikasi

intrapersonal adalah bentuk komunikasi manusia yang paling


63

murni dan paling dasar. Dalam setiap momen kehidupan,

orang menerima pesan melalui mata, telinga, kulit, hidung,

atau organ indera lainnya. Sebelum merespon pesan, orang

melakukan komunikasi intrapersonal dalam dirinya sendiri

berdasarkan persepsi dan pengalaman sebelumnya.

Hafied Cangara mendefinisikan Komunikasi

Intrapersonal sebagai proses komunikasi yang terjadi pada

individu atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan

diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena

adanya seseorang yang memberi arti terhadap suatu objek

yang diamati. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk

benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang

mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar

maupun di dalam diri seseorang. Sedangkan Charles V.

Roberts (1983) mendefiniskan komunikasi intrapersonal

sebagai penguraian, pemrosesan, penyimpanan, dan

pengkodean pesan fisiologis dan psikologis yang muncul di

dalam individu pada tingkat sadar maupun tidak sadar

kapanpun mereka berkomunikasi dengan dirinya sendiri atau

orang lain dengan tujuan mendefinisikan, mempertahankan,

dan/atau mengembangkan masalah sosial, psikologis,

dan/atau diri fisik.

2.4.5 Cyberlove

Cyberlove dalam buku “Social Media 101Tacticand


64

tips to Develop your Business online “Brogan (2010: 51)

yaitu jalinan romantis berdiri atas Communication komputer

yang mana dimediasi. Terlepas atas realitas jika pasangan

fisik berjarak jauh maka masih lah anonim atau belum nya

diketahui identitas nya, pada 1 aspek terpenting jalinan disini

sesuai atas jalinan romantis offline-emosional cinta yang

teralami dengan penuh serta berlangsung intens nya sesuai

atas jalinan offline. Communication online cepat serta lebih

dalam daripada bertemu atau bertatap muka. Anonimitas bisa

berkurang tingkatan kerentanan vulgar pada jalinan online.

Orang terbiasa membuat anonim sebagian serta sepenuhnya.

Orang dapat bertaruh atas identitas sejati atau aspek urgent

atas nya. Anonimitas pada jalinan online terfasilitasi

ungkapan diri seseorang sebab berkurang nya pengalaman

terlibat pada ungkapan diri secara intim. Orang bisa nya

berekspresi diri secara bebas sebab mereka lah anonim.

Cyberlove memiliki

kesamaan atas sahabat pena pada hubungan, hubungan

disini dapat membuat romantisme, platonis, atau bahkan

sesuai atas kepentingan berbisnis. Cyberlove biasanya

dipertahankan guna durasi tertentu sebelum masuk pada

hubungan yang lebih serius. Bedanya utama disini yaitu jika

cyberlove ditopang berdasarkan pelayanan online, serta

individu pada jalinan mungkin nya tidak pernah bertatap


65

muka satu dengan lainnya secara pribadi. Bila tidak, istilah

tersebut cukup lah luas serta bisa tercakup jalinan sesuai teks,

video, audio, atau karakter virtual.

Jalinan disini dapat kejadian antara orang dari macam

daerah, macam negara, dari sisi yang beda atas dunia, atau

bahkan orang yang bertempat pada tempat yang sesuai hanya

saja tidak communication dengan langsung. Media online

yang fasilitasnya kejadian nya cyberlove salah satu nya yakni

situs serta aplikasi kencan dengan online yang memberikan

jasa jodoh untuk orang guna dipertemukan nya cinta atau

apapun yang diinginkan nya mereka. Tercipta nya internet

serta inovasi progresif sudah dibuka nya pintu untuk orang

guna bertatap muka dengan orang lain yang mereka mungkin

sangat baik.

2.4.6 Konsep Motif

Berdasar definisi komunikasi terdapat sejumlah

komponen yang ada di syarat berkomunikasi, yakni:

1. Sumber

Semua komunikasi selalu ada sumber yang

didapatkan guna mengirim/membuat informasi.

Komunikasi antar orang, mencakup satu individu,

tetapi dapat pula pada bentuk kelompok, seperti

lembaga ataupun organisasi. Sumber seringkali

disebut komunikator.
66

2. Pesan

Pesan yang pada rangkaian communication yakni hal

yang tersampaikan pengirim untuk penerima. Pesan

bisa disampiakan dengan cara langsung ataupun tidak

langsung. Pesan maksudnya memuat hiburan, ilmu

pengetahuan, nasehat, informasi ataupun propaganda.

3. Media

Media merupakan alat dimana dipakai guna

melakukan komunikasi guna memberi pesan melalui

sumber pada penerima. Terdapat sejumlah opini

terkait media dilihat dalam segi bentuk, seperti pada

komunikasi antar orang panca indera dapat dinilai

menjadi sarana komunikasi.

4. Penerima

Penerima yaitu sasaran informasi yang dikirim dari

sumber. Penerima mencakup 1 ataupun lebih, bisa

berbentuk kelompok. Penerima pula dinamakan

sasaran, komunikan, khalayak. Dapat diamati jika

rangkaian communication terjadi jika ada penerima

dengan terdapatnya sumbernya serta tidaklah terdapat

penerima bila tidak terdapat sumber.

5. Pengaruh

Pengaruh yaitu ketidaksamaan pola pikir yang


67

dirasakan serta dilaksanakan penerima sebelum

maupun setelah menerima pesan.

6. Tanggapan Balik
Umpan balik yaitu salah satu bentuk dibandingkan

pengaruh yang bersumber dari penerima. Umpan

balik dapat pula bersumber dari unsur lainnya

misalnya media serta pesan, walaupun belum sampai

kepada penerima.

7. Keterbukaan

Membuka diri / membagikan informasi terkait dirinya

yang umumnya dinilai pribadi, serta siap pula

mendengarkan pesan dari lawan bicara dengan tidak

tertutup serta merespon secara jujur.

8. Empati

Potensi seseorang guna memahami lawan bicara

berdasar cara pandang lawan bicara itu. Potensi ini

memudahkan individu guna memahami suatu hal

yang dilewati lawan bicara secara emosi. Ataukah

turut merasakah suatu hal yang dirasakan lawan.

9. Sikap positif

Seseorang ketika mempergunakan pesan yang baik

harus mengandalkan potensi. Hal baik yang dipunyai

lawan bicara, menunjukkan kepuasan untuk

berkomunikasi dengan tersenyum, kedekatan posisi

tubuh ketika berbicara.


68

10. Sikap mendukung

Dukungan yang tidak terucap ataupun terucap,

misalnya anggukan kepala serta senyuman.

Menunjukkan sikap mendukung untuk bersikap.

11. Kesetaraan
Pada sebuah komunikasi kesetaraan sangatlah penting

terkhusus terhadap komunikasi interpersonal akan

lebih efektif jika suasana nya sama. Harus terdapat

pengakuan diam-diam jika kedua orang sama-sama

berharga serta bernilai. Pada interpersonal konflik

serta perselisihan bisa diamati dengan usaha

memahami ketidaksamaan yang pasti ada menjadi

peluang guna menjatuhkans ejumlah pihak.

Melakukan komunikasi memiliki tujuan mengubah

sikap individu pasti terdapat kendala pada proses

nya, kendala yaitu faktor yang bisa menganggu

penerima sebuah pesan. Sebab gangguan itu,

komunikasi dapat pula salah paham untuk memberi

makna baik pada pesan yang diterima.

Beberapa faktor yang memiliki potensi menghambat

komunikasi yang efektif yaitu:

1) Perbedaan status sosial antar komunikator dengan

komunikan

2) Problem semantik, berkaitan dengan bahasa

komunikator untuk menyampaikan pesan.


69

Kekeliruan penyebutan akan memberi akibat pada

suatu kesalahpahaman serta perbedaan penafsiran.

3) Distorsi persepsi, ketidaksamaan sudut pandang yang

tidak luas terdapat di diri sendiri serta ketidaksamaan

cara pikir terhadap individu lain. Faktor ini akan

memunculkan kendala ketidaksamaan wawasan serta

persepsi antar orangnya.

4) Perbedaan budaya, pada sebuah kelompok ada

sejumlah ras, suku, agama, bahasa yang tidak sama

kemudian terdapat sejumlahpemakaian kata yang

mempunyai arti tidak sama di masing-masing suku.

5) Gangguan, yaitu suatu hal yang menganggu

komunikasi, salah satunya emosi serta sikap

komunikan dan komunikator. Gangguan bisa muncul

pada 3 bentuk yakni internal, semantik, eksternal.

Gangguan eksternal adalah gangguan yang datang

melalui lingkungan. Ganggungan lingkungan fisik

misalnya riuh, gaduh hambatan yang timbul melalui

lingkungan serta kondisi sekeliling. Gangguan

internal, gangguan ini muncul dari pikiran pemberi

maupun penerima pesan. Komunikan serta

komunikator tidak fokus pada pesan serta

komunikasi yang tengah terjadi, untuk itu akan

terjadi pesan yang tidak disampaikan. Gangguan


70

semantik, gangguan ini ada sebab emosional

partisipan terhadap kata-kata yang dipakai. Partisipan

memberi reaksi buruk.

2.4.7 Konsep Sosial

Konsep sosial yaitu konsep sehari-hari yang dipakai

guna menunjuk suatu hal kemudian dipelajari dengan umum

di masayarakat. Sementara konsep sosiologis adalah konsep

yang dipergunakan sosiologi guna menunjuk suatu hal pada

konteks akademik. Sosisologi adalah sebuah ilmu terkait

“das sein” serta tidak “das sollen”. Sosiologi meneliti

masyarakat dan perubahan nya berdasarkan kondisi nyata.

Berkaitan dengan perkataan sosisologi, perkataan sosisal

harus dilihat menjadi seluruh aktivitas yang memiliki

hubungan dengan publik, selaras pada perkataan asal

“sozius” yang artinya “teman”. Perkataan sosial sudah

memperoleh banyak interpretasi juga, meskipun begitu,

individu memiliki pendapat jika perkataan ini sampai pada

reciprocal behavior / tingkah laku yang saling memberi

pengaruh serta tergantung nya antar orang.

Sebuah definisi yang lebih jelas lagi yaitu pernyataan

interdependensi. Maka “manusia sosial” artinya orang yang

tidak bisa hidup tanpa orang lain. Interdependensi ini yang

termasuk satu-satunya jalan penyelesaian guna menghadapi


71

kenyataan jika manusia tidak mempunyai suatu hal yang

oleh Freedman serta lainnya dinmakan “ready-made

adaptations to environment”.

Betapa masyarakat serta orang satu sama lain bisa ditinjau

melalui kenyataannya, jika:

a. Manusia diberikan pengaruh dari masyarakat untuk

membentuk pribadi nya.

b. Seseorang memberi pengaruh pada masyarakat serta

juga dapat menjadikan berdasar pengaruh nya

perubahan besar pada masyarakat nya. Malah

berdasar unsur yang kedua, yakni seseorang bisa

mengubah warga sekeliling nya.

Terbukti jika manusia merupakan selain dari hasil

pendidikan nya menjadi manusia yang berpikir, bisa

menentukan kesimpulan serta pelajaran melalui pengalaman

nya, mencetuskan nya menjadi ide baru. Adanya perubahan

ini, dia akan mengubah masyarakat sedikit demi sedikit

kemudian terjadi lah suatu hal yang disebut proses sosial

yakni proses membentuk masyarakat. Maka, bisa dinyatakan

jika masyarakat senantiasa pada proses sosial, senantiasa pada

pembentukan. Masyarakat senantiasa pada perubahan,

pembentukan serta penyesuaian diri, selaras pada ide nya.

Sebab masyarakat mencakup orang yang saling melakukan

interaksi, secara sendiri terjadi lah perubahan pada


72

masyarakat juga.

Sebab itu, proses sosial memiliki arti juga perubahan

pada susunan masyarakat menjadi hasil komunikasi serta

usaha pengaruh memberi pengaruh pada orang ataupun

kelompok. Kecuali itu, sebab orang dengan tidak sadar

beradaptasi diri mengubah pula dengan tidak langsung serta

masyarakat nya, bisa dinyatakan jika masing-masing orang

ataupun kelompok memiliki peran di masyarakat nya (Syani,

2012:12)

2.5 Kerangka Berfikir

Konstruksi Makna Aplikasi Tinder Di Usia


Dewasa Muda
73

Fenomena Konstruksi Makna Pengguna


Aplikasi Tinder Pada Wanita Usia Muda di
Tangerang

Studi Fenomenologi Alfred Shuzt

Teori Konstruksi Realitas Sosial Peter L. Berger


 Eksternalisasi
 Objektivasi
 Internalisasi

Persepsi Interpersepsi

Konstruksi Makna Aplikasi Tinder Di Usia Dewasa Muda


(Studi Fenomenologi Pada Wanita Dewasa Muda
Pengguna Tinder Di Tangerang)

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Sumber: Penulis (2021)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang

berfokus kepada pengamatan yang mendalam dan berpusat

pada uraian perspektif subyek yang di amati, proses, dan

rincian konseptual subyek. Metode kualitatif mengacu pada

prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif: kata-kata tertulis atau lisan langsung dari subjek

atau tingkah laku subyek yang diamati (Robert Bogdan dan

Steven J.Taylor, 1975).

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak

mempergunakan model matematik, komputer/statistik. Proses

penelitian diawali dengan membuat asumsi dasar serta

peraturan berpikir yang hendak dipakai pada penelitian.

Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berdasar kegiatan

nya peneliti tidak memakai angkat untuk mengumpulkan data

serta untuk memberi penafsiran pada hasil.

Berdasar penguraian Sugiyono (2013:2) Penelitian

kualitatif melakukan pengkajian pada perspektif partisipan

dengan strategi yang memiliki sifat fleksibel serta interaktif.

Penelitian kualitatif memiliki tujuan guna mempelajari

fenomena sosial melalui sudut pandang partisipan. Sehingga

74
75

pengertian penelitian kualitatif itu adalah penelitian yang

dipakai guna meneliti terhadap keadaan objek. Alamiah yang

mana peneliti adalah alat ukur utama.

3.1.1 Paradigma Konstruktivisme

Paradigma merupakan sudut pandang guna mengerti

kelengkapan ketat dunia riil. Paradigma terlekat dan menguat

di pemberitahuan para penganut serta praktisi nya. Paradigma

membuktikan kepada mereka suatu hal yang penting, masuk

akal, serta absah. Paradigma memiliki sifat pula normatif,

membuktikan pada praktisi nya suatu hal yang harus

dilaksanakan dan tidak harus melaksanakan pertimbangan

eksistensial / epitemologis yang panjang.

Paradigma yang dipakai pada penelitian ini yaitu

paradigma konstruktivis, ialah paradigma yang hampir

termasuk antotesis dari paham yang menaruh pengamatan

serta objektivitas untuk menemukan sebuah realitas/ilmu

pengerahuan. Paradigma ini memiliki pandangan ilmu sosial

menjadi analisis sistematis pada sosial lewat observasi

langsung serta lengkap pada pelaku sosial yang terkait

memelihara serta menciptakan dunia sosial mereka. Sesuai

pemaparan Patton dalam buku. Qualitative research &

evaluation methods: Integrating theory and practice (2014),

peneliti konstruktivis memahami sejumlah realitas yang


76

terkonstruksi oleh seseorang serta implikasi melalui

konstruksi itu untuk kehidupan mereka dengan yang lainnya.

Berdasar konstruksivis, masing-masing orang mempunyai

penglaman yang menarik. Maka, penelitian dengan cara

semacam ini menyebutkan jika masing-masing cara yang

dipilih seseorang untuk memandang dunia yaitu sah, serta

harus ada rasa menghargai terhadap pendapat itu. Paradigma

konstruktivis mempunyai sejumlah kriteria yang

membedakan nya dengan paradigma yang lain yakni

epistemologi, metodologi, serta ontologi. Tingkat ontologi,

paradigma konstruktivis mengamati kenyataan menjadi hal

yang ada namun realita memiliki sifat manjemuk, serta

maknanya tidak sama untuk masing-masing individu. Pada

epistemologi, peneliti

Memeprgunakan pendekatan subjektif sebab

menggunakan cara tersebut dapat menjelaskan

pengkonstruksian makna oleh seseorang. Berdasar

metodologi, paradigma ini memakai sejumlah macam

pengonstruksian serta menggabungkan nya pada suatu

konsesnsus. Proses ini menyangkut dua aspek yaitu Dialetik

serta Hermeunetik. Hermeunetik yaiti kegiatan untuk

mengkaitkan tulisan, gambar, teks-percakapan.

Sementara Dialetik merupakan pemakaian dialog menjadi


77

pendekatan supaya subjek yang diteliti bisa ditelaah

pemikiran nya serta membandingkan nya secara berpikir

peneliti. Maka, harmonitas komunikasi serta hubungan bisa

diraih secara optimal Paradigma Konstruktivisme pada ilmu

sosial adalah kritik pada paradigma positivis. Berdasar

paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang dilihat

individu tidak bisa digeneralisasi kepada seluruh individu

yang umumnya dilaksanakan kalangan positivis. Paradigma

konstruktivisme yang dicari melalui pemikiran Weber di

buku Sosiologi Suatu pengantar (2015: 351), menganggap

tingkah laku individu dengan cara fundamental tidak sama

dengan perilaku alam sebab manusia berlaku menjadi agen

yang mengonstruksi pada realita sosial mereka, baik dari

pemberian makna ataupun pemahaman tindakan di kalangan

mereka sendiri.

Kajian paradigma konstruktivisme ini memposisiskan

kedudukan peneliti setara serta sebisa mungkin masuk dengan

subjek, serta berupaya memahami serta mengonstruksikan

suatu hal yang menjadi pemahaman subjek yang hendak

diteliti. Teori konstruktivisme menyebutkan seseoranng

menginterpretasi serta beraksi berdasar kategori konseptual

melalui pikiran. Realita tidak mendeskripsikan diri seseorang

tetapi harus disaring lewat cara pandang seseorang pada

realita itu. Teori konstruktivisme diciptakan berdasar teori


78

yang terdapat sebelumnya, yakni konstruksi pribadi / personal

oleh George Kelly. Dia menyebutkan jika seseorang paham

pada pengalaman nya secara mengklasifikasikan sejumlah

kejadian berdasar kesamaan nya serta membedakan

sejumlah hal lewat Perbedaannya. Lebihjauh, paradigma

konstruktivisme yaitu paradigma yang mana kebenaran

sebuah realitas sosial diamati menjadi hasil konstruksi sosial,

serta kebenaran sebuah realitas sosial memiliki sifat relatif.

Paradigma konstruktivisme ada di perspektif interpretivisme

dibedakan menjadi 3 jenis, yakni interaksi fenomenologis,

simbolik, hermeneutik. Paradigma konstruktivisme pada ilmu

sosial adalah kritik pada paradigma positivis. Sesuai

paradigma konstruktivisme realitas sosial yang dilihat

individu tidak bisa digeneraslisasi kepada seluruh individu,

misalnya yang biasa dilaksanakan kalangan positivis.

Konsep terkait konstruksionis dipopulerkan sosiolog

interpretative, Peter L.Berger bersama Thomas Luckmann.

Pada konsep kajian komunikasi, teori konstruksi social dapat

dinamakan ada di antara teori fakta sosial dengan definisi

sosial. Paradigma yang saya gunakan adalah Teori

Konstruktivisme yaitu pembelajaran yang memiliki sifat

generatif, yakni langkah menciptakan suatu makna dari suatu

hal yang dipahami. Konstruktivisme sesungguhnya tidak

termasuk gagasan baru, suatu hal yang dilewati pada


79

kehidupan kita selama ini adalah pembinaan serta himpunan

pengalaman demi pengalaman. Karena tema yang saya teliti

adalah tentang sosial dan juga kesimpulan yang didapatkan

berdasarkan dari sebuah pengalaman. Paradigma sesuai

pemaparan Thomas Kuhn dipakai pada 2 arti yang tidak

sama yaitu paradigma artinya semua konstelasi kepercayaan,

teknik, nilai, serta yang lain yang dipunyai bersama anggota

suatu masyarakat. Pada sisi lainnya paradigma membuktikan

pula sejenis unsur konstelasi tersebut, penyelesaian teka teki

yang konkret, yang bila dipakai menjadi model ataupun

contoh bisa mengganti peraturan yang eksplisit menjadi

dasar untuk memecahkan teka teki sains yang normal yang

masih tertinggal.

Thomas Kuhn pula menyebutkan jika perubahan

paradigma bisa menyebabkan perbedaan untuk melihat realita

alam semesta. Realitas di konstruksi oleh mode of thought /

mode of inquiry, selanjutnya memunculkan mode of knowing

yang spesifik. Sesuai pemaparan Denzin serta Lincoln

paradigm dinilai menjadi seperangkat keyakinan dasar yang

berkaitan dengan pokok. Paradigma merupakan representasi

yang mendeskripsikan terkait alam semesta. Sifat alam

semesta yaitu tempat seseorang yang ada di dalamnya, serta

terdapat jarak hubungan yang mungkin di alam semesta

dengan bagian nya. Denzin serta Lincoln membedakan


80

paradigma menjadi 3 elemen yakni: ontology, epistemology,

tiga methodology. Ontology berhubungan dengan pertanyaan

dasar terkait hakikat realitas. Epistemology mempertanyakan

terkait bagaimana cara kita memahami suatu hal, serta apakah

hubungan peneliti dengan pengetahuan. Methodology

berfokus kepada bagaimanakah cara kita mendapatkan

wawasan. Perbedaan dalam asumsi paradigma tidak bisa

diabaikan sebagaimana dinyatakan hanya berbeda secara

“philosophical”. Secara eksplisit ataupun implisit kedudukan

paradigma mempunyai konsekuensi penting untuk

melaksanakan penelitian, interpretasi temuan serta memilih

kebijakan. (Liliweri,2018: hal 572)

3.2 Periode dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diadakan di Tangerang, Banten

melalui daring jejaring sosial dengan bantuan aplikasi

whatsapp. Sedangkan periode penelitian dilakukan dari 17

Februari 2021 hingga 29 Agustus 2021. Pemilihan lokasi

penelitian di Kota Tangerang dipilih agar bisa

mengerucutkan rentan jarak yang mana para pengguna nya

merupakan wanita dewasa muda yang lebih besar untuk

bertemu dengan lawan pasangan yang memiliki latar

belakang kebudayaan-sosial dan lifestyle yang cenderung

mirip, karena berada pada satu daerah yang sama. Di sisi

lain, pemilihan satu lokasi ini mempermudah penulis untuk


81

melihat realitas dan kesamaan pengalaman yang dimiliki

oleh penulis sendiri.

3.3 Unit Analisis (Subjek dan Objek Penelitian)

Subjek yang diteliti yaitu lokasi adanya variabel di mana

data guna variabel penelitian didapatkan (Arikunto, 2010).

Adapun subjek penelitian didapat oleh beberapa wanita

dewasa muda di Tangerang yang menggunakan aplikasi

Tinder di kehidupan sosial nya.

Objek penelitian yaitu masalah yang diteliti. Sesuai

pemaparan Sugiyono (2012) objek penelitian merupakan

adalah “suatu kelengkapan dari orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

nya.

3.4 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data pada penelitian kualitatif adalah salah

satu bagian yang sangatlah penting guna melihat tingkat

kepercayaan dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan

memakai teknik triangulasi pada pengumpulan data, untuk itu

data yang didapatkan akan lebih konsisten kemudian menjadi

sebuah data yang valid serta dapat di pertanggung jawabkan.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksa keabsahan data yang


82

mendayagunakan suatu hal lainnya. Triangulasi pada

dasarnya adalah pendekatan multi-teknik yang digunakan

analis ketika mengumpulkan dan memecah informasi.

Pemikiran mendasarnya adalah bahwa keajaiban yang

diselidiki dapat diketahui dengan pasti sehingga tingkat

kebenaran yang signifikan dapat diperoleh jika didekatkan

menurut perspektif yang berbeda. Menangkap keajaiban

tersendiri menurut berbagai perspektif akan memungkinkan

diperolehnya tingkat kebenaran yang lebih serius. Dengan

demikian, triangulasi adalah suatu upaya untuk memeriksa

kebenaran informasi atau data yang diperoleh para ilmuwan

menurut berbagai perspektif yang berbeda dengan

mengurangi sebanyak mungkin kecenderungan yang terjadi

selama pengumpulan dan penyelidikan informasi.

Sebagaimana diketahui dalam pemeriksaan subjektif,

analis sendiri adalah instrumen utama. Dengan cara ini, sifat

eksplorasi subjektif sangat bergantung pada sifat spesialis itu

sendiri, mengingat pengalamannya dalam memimpin

pemeriksaan yang benar-benar penting. Semakin banyak

pengalaman yang dimiliki seseorang dalam mengarahkan

eksplorasi, semakin sensitif dia untuk memahami efek

samping atau keajaiban yang diteliti. Meskipun demikian,

sebagai individu, sulit bagi seorang ilmuwan untuk

menjauhkan diri dari kecenderungan atau subjektivitas. Oleh


83

karena itu, tugas ilmuwan adalah untuk mengurangi sebanyak

mungkin kecenderungan yang terjadi untuk memperoleh

kebenaran total. Sekarang positivis mempertanyakan tingkat

logis dari eksplorasi subjektif. Memang, ada orang yang

percaya bahwa pemeriksaan subjektif bersifat informal.

Pada umumnya, triangulasi adalah strategi yang

digunakan untuk meninjau daratan dan lautan untuk

menentukan titik tertentu dengan menggunakan beberapa

strategi unik. Kebetulan, prosedur semacam ini terbukti

memiliki kemampuan untuk mengurangi kecenderungan dan

kekurangan yang ditimbulkan dengan memperkirakan dengan

satu teknik atau strategi tertentu. Pada tahun 1950-an dan

1960-an, strategi triangulasi mulai digunakan dalam

eksplorasi subjektif sebagai pendekatan untuk bekerja pada

estimasi legitimasi dan memperkuat kepercayaan penemuan

pemeriksaan dengan membandingkannya dan berbagai

metodologi. Karena menggunakan ungkapan dan strategi

seperti model pandangan dunia positivistik (kuantitatif),

seperti estimasi dan legitimasi, triangulasi menyambut diskusi

panjang yang signifikan di antara spesialis pemeriksaan

subjektif itu sendiri. Pasalnya, selain seperti teknik dan

strategi pengujian kuantitatif, berbagai teknik tentunya dapat

digunakan untuk mengukur berbagai sudut pandang, namun

juga akan menyampaikan berbagai informasi. Terlepas dari


84

diskusi liar, dalam jangka panjang, strategi triangulasi

semakin sering digunakan dalam pemeriksaan subjektif

karena terbukti memiliki kemampuan untuk mengurangi

kecenderungan dan meningkatkan kepercayaan penelitian.

Dalam bidang informasi yang berbeda, Norman K.

Denkin mencirikan triangulasi sebagai perpaduan atau

campuran teknik yang berbeda yang digunakan untuk

memeriksa keajaiban yang saling terkait menurut berbagai

perspektif dan sudut pandang. Sampai saat ini, ide Denkin

digunakan oleh para analis subjektif di berbagai bidang.

Menurut dia, triangulasi mencakup empat hal, secara spesifik:

(1) triangulasi strategi, (2) triangulasi antar spesialis (jika

eksplorasi dipimpin dalam pertemuan), (3) triangulasi sumber

informasi, dan (4) triangulasi hipotetis. . Sutopo (2006) juga

menjelaskan bahwa triangulasi adalah strategi yang paling

umum digunakan untuk membangun legitimasi informasi

dalam eksplorasi subjektif. Untuk situasi ini dinyatakan

bahwa ada empat macam triangulasi prosedur, yaitu (1)

triangulasi informasi/sumber (information triangulation), (2)

triangulasi analis (agent triangulation), (3) triangulasi

metodologi (methodological triangulation) ,dan (4) triangulasi

hipotetis (triangulasi hipotesis).

3.5 Teknik pengumpulan data

Metode penelitian yaitu cara ilmiah guna memperoleh


85

data memiliki suatu kegunaan serta tujuan. Berdasar hal itu

ada 4 kata kunci yang harus diperhatikan yakni cara ilmiah,

tujuan, kegunaan, data. Sesuai pemaparan Sugiyono (2013:

14), tujuan metode penelitian kualitatif yakni guna melihat

pola hubungan yang memiliki sifat interaktif, menemukan

teori, mendeskripsikan realitas yang kompleks, mendapatkan

pemahaman makna yang berfokus kepada karakteristik.

Pada metode penelitian kualitatif penulis menggunakan 2

sumber yaitu primer dan sekunder. Sumber primer diambil

melalui wawancara yang dilakukan kepada wanita usia

dewasa muda pengguna aplikasi Tinder di Kota Tangerang

dengan teknik wawancara tidak terstruktur. Kemudian sumber

sekunder didapatkan melalui literatur, referensi, dan

penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan

Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara

yang mengalir karena peneliti tidak menyiapkan daftar

pertanyaan secara pasti melainkan hanya membuat daftar

singkat sehingga wawancara akan lebih terarah. Selain itu,

dalam wawancara jenis ini peneliti cenderung berperan

sebagai pendengar karena lebih banyak mendengarkan cerita

dari responden (Sugiyono, 2013 : 141).

Selanjutnya, Weick dalam Rakhmat (2017 : 144)

mengartikan bahwa observasi adalah rangkaian proses dari

pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean perilaku


86

serta suasana secara alamiah untuk mendapatkan bukti

empiris. Tujuan dari observasi sendiri adalah untuk dapat

menjelaskan keseluruhan fenomena yang terjadi. Kemudian

untuk observasi nya peneliti memilih untuk menggunakan

observasi langsung dengan metode observasi terbuka karena

peneliti sebelumnya telah meminta persetujuan dan

memberikan pernyataan bahwa peneliti sedang melakukan

penelitian (Moleong, 2017 : 176). Pada observasi terbuka

pengamat memulai dengan suatu kepala kosong tanpa teori,

sehingga pengamat berimprovisasi dalam merekam

‘’tonggak-tonggak penting’’ dalam pagelaran proses sosial

yang terjadi. Tujuan pengamatan terbuka ini agar pengamat

mampu menggambarkan secara utuh atau mampu

merekonstruksi proses yang terjadi (Basrowi Suwandi, 2008 :

99). Termasuk varian atau jenis pengamatan ini adalah

dengan penggunaan kategori-kategori besar sasaran amatan

yang secara komprehensif mencangkup berbagai tindakan

sosial yang terjadi Basrowi Suwandi, 2008, hlm. 99. Selain

melakukan wawancara dan observasi, peneliti juga

menggunakan studi dokumen. Menurut Syahrum, et al.

(2014 : 146) dokumen merupakan seluruh catatan tertulis

mengenai suatu kegiatan atau kejadian yang telah terjadi pada

masa lampau. Dalam studi dokumen, peneliti mengambil

data-data statistik melalui internet sebagai bukti aktual untuk


87

menjelaskan fenomena yang sedang terjadi. Kemudian

sebagai acuan peneliti juga menggunakan literatur buku dan

jurnal terdahulu yang memiliki scope yang sama dengan

penelitian.

Observasi menurut Adler & Adler (1987: 389) dalam

Hasyanah (2017) menyebutkan bahwa observasi merupakan

salah satu dasar fundamental dari semua metode

pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang

berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial dan perilaku manusia.

Pada proses observasi terbuka ini peneliti turut berpartisipasi

sehingga terjadi interaksi secara langsung dengan

responden/yang diteliti.Tujuan observasi terbuka ini agar

pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu

merekonstruksi proses yang terjadi setelah mengamati

responden secara menyeluruh ataupun yang sedang diteliti.

Sejumlah informasi yang didapatkan melalui hasil observasi

yaitu pelaku, ruang, objek, aktivitas, kejadian, perbuatan,

perasaan, waktu. Alasan lain peneliti melaksanakan

obeservasi yaitu guna menyuguhkan deskripsi realistik

perilaku/kejadian sosial yang berkaitan dengan penilitian

penulis mengenai konstruksi makna aplikasi Tinder pada

wanita usia dewasa muda.


88

3.5.1 Kriteria Informan

1. Kriteria informan yang diambil oleh peneliti adalah

wanita dewasa muda yang berusia 18 -22 tahun dan aktif

dalam penggunaan aplikasi Tinder.

2. Para wanita dewasa muda pengguna Tinder adalah

pengguna yang intens menggunakan aplikasi Tinder

selama kurang lebih 6 bulan. dengan penggunaan aplikasi

Tinder, setidaknya aktif menggunakan Tinder 1 minggu

sekali.

3. Wanita dewasa muda bisa di kalangan Mahasiswi

ataupun Pekerja.

4. Kemudian syarat key informan dalam penelitian ini ialah

orang yang memiliki kesempatan lebih banyak untuk bisa

langsung bertemu dengan orang ataupun lawan jenis

melalui aplikasi Tinder. Maka dari itu key informan yang

dipilih adalah Monica dengan pengalam bertemu dengan

orang baru melalui aplikasi Tinder sebanyak dua kali

3.5.2 Wawancara

Menurut Sugiyono (2015:231) Wawancara adalah

teknik pengumpulan data jika peneliti hendak melaksanakan

studi pendahuluan guna mendapatkan masalah yang harus

diteliti, namun jika peneliti hendak melihat hal dari responden

yang lebih lengkap. Wawancara merupakan proses


89

komunikasi guna mengunpulkan informasi dengan tanya

jawab diantara peneliti dan informan. Pada hakikatnya

wawancara adalah aktivitas guna mendapatkan informasi

dengan lengkap terkait tema/isu yang dipilih pada penelitian,

ataupun proses pembuktian pada informasi yang sudah

didapatkan melalui teknik lainnya.

Wawancara yaitu sebuah alat pembuktian pada

informasi/keterangan yang didapatkan sebeumnya. Teknik

wawancara yang dipakai pada penelitian kualitatif yakni

wawancara mendalam, yaitu proses keterangan guna tujuan

penelitian secara tanya jawab dengan langsung antar informan

dan pewawancara. Pada dasarnya wawancara memang

termasuk tahap membuktikan, untuk itu dapat saja hasil

wawancara selaras ataupun tidak berdasar informasi yang

sudah didapatkan.Supaya wawancara efektif, maka ada

sejumlah tahap yang harus dilaksanakan, yaitu yang pertama,

memperkenalkan diri, kedua menerangkan tujuan

kedatangan, ketiga menerangkan materi wawancara, dan

keempat memberi pertanyaan (Yunus, 2010: 358). Sejumlah

hal yang harus dilakukan peneliti ketika mewawancarai

responden yakni kecepatan, intonasi suara, berbicara,

sensitifitas pernyataan, kontak mata serta kepekaan

nonverbal. Ketika menelusuri informasi, peneliti

melaksanakan 2 jenis wawancara autoanamnese serta


90

aloanamnese. Sejumlah tips ketika melaksanakan wawancara

yakni diawali sebagai berikut :

1) Soal yang mudah,

2) Dimulai dengan data otentik,

3) banyak pertanyaan,

4) Jangan mengajukan pertanyaan individu sebelumnya

mengumpulkan laporan,

5) Mengulangi jawaban untuk penjelasan,

6) Memberikan kesan yang layak,

Ada tiga jenis wawancara yakni wawancara seni

terstruktur, terstruktur, serta tak terstruktur. Di penelitian ini

peneliti memilih jenis wawancara tidak terstruktur, hal itu

dikarenakan sebab peneliti bisa melaksanakan interaksi serta

proses komunikasi yang nyaman tanpa batasan kepada pihak

narasumber. Maka dengan jenis wawancara tidak erstruktur

ini akan lebih bebas daripada wawancara terstruktur, yang

pada dasarnya memiliki tujuan guna mengetahui masalah

dengan lebih terbuka, sehingga peneliti dapat mengetahui

kesimpulan dari pokok permasalahan yang dibahas.

Langkah – langkah yang perlu diperhatikan saat

melakukan wawancara :

1) Peneliti harus menentukan pada siapakah wawancara

dilaksanakan. Seorang perempuan yang berprofesi

sebagai pak ogah ini yang menjadi subjek dalam


91

wawancara mendalam. Mempersiapkan pokok

permasalahan yang hendak dijadikan bahan

pembicaraan.

2) Membuka wawancara.

3) Melaksanakan alur wawancara.

4) Mengonfirmasi ikhtisar hasil wawancara serta


mengakhiri.

5) Menulis hasil wawancara agar tidak ada yang


terlewatkan.

6) Identifikasi tindak lanjut hasil wawancara.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi sesuai pemaparan Sugiyono (2015: 329)

yaitu cara yang dipakai guna mendapatkan informasi serta data

pada bentuk arsip, buku, dokumen, tulisan angka serta gambar

seperti laporan dan keterangan yang dapat menunjang penelitian

ini. Dokumentasi yang dipakai guna mengumpulkan data

kemudian dilakukan penelaahan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisi data kualitatif dilaksanakan jika data empiris didapatkan

yaitu data kualitatif seperti kumpulan kata, serta tidak rangkaian

angka dan tidak bisa disusun pada struktur klasifikasi. Data dapat

saja dikumpulkan pada sejumlah mcam teknik serta umumnya

diproses dahulu sebelum dipergunakan, namun analisis kualitatif tetap

memakai kata-kata yang umumnya disusun berbentuk teks yang


92

diperluas, tidak memakai perhitungan matematis/statistika menjadi alat

bantu analisis.

Alur analisis data yang dipakai peneliti untuk melakukan

penelitian kualitatif yaitu pertama dengan melalui reduksi data,

menyajikan data kemudian penarik kesimpulan, seperti dibawah :

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses memiliki, memusatkan

perhatian terhadap pengabstraksian, penyederhanaan, serta

transformasi data kasar yang timbul melalui catata tertulis

pada lapangan. Proses reduksi data berlangsung dengan

berkelanjutan. Terkhusus pada proyek yang memiliki

orientasi kualitatif berlangsung ataupun pada saat

mengumpulkan data. Pada saat pengumpulan data, ada tahap

reduksi, yakni menyusun ringkasan, mencari tema,

mengkode. Meyusun gugus, menulis memo, menyusun

partisi.

Reduksi data yaitu sebuah analisis yang

mengklasifikasikan, menajamkan, mengarahkan, menyisihkan

tidak terlalu penting, serta mengorganisasikan analisis data

kemudian kesimpulan akhir bisa diambil serta diverifikasi.

Reduksi data berlanjut terus setelah penelitian lapangan,

hingga laporan akhir tersusun rinci. Maka pada penelitian

kualitatif bisa ditransformasi serta disederhanakan pada

sejumlah macam cara lewat seleksi ketat, seperti penjelasan


93

singkat/ringkasan, mengelompokkan pada sebuah pola yang

lebih luas.

2. Penyajian data

Penyajian data yang seringkali dibuat pada analisis data

kualitatif yakni bentuk naratif seperti bentuk catatan /

karangan sendiri pada saat dilapangan. Penyajian data

seperti kumpulan informasi yang disusun dengan cara

sistematis serta mudah dimengerti.

3. Penarikan kesimpulan

Proses analisis ketiga yakni penarikan kesimpulan serta

verifikasi. Pada saat proses pengumpulan data dilaksanakan,

peneliti mulai menelusuri arti benda, menulis keteraturan,

penjelasan, pola, konfigurasi yang mungkin, proposisi, serta

sebab akibat. Kesimpulan yang awalnya belum jelas akan

mengalami peningkatan menjadi lebih jelas. Kesimpulan

akhir akan timbul ditentukan kepada banyaknya kumpulan

catatan lapangan, penyimpanan, pengkodean, serta teknik

mencari kembali yang dipergunakan, tuntutan memberi data,

kecakapan peneliti, namun sering kesimpulan tersebut sudah

sering dirumuskan sejak awal.

Penarikan kesimpulan yaitu tahapan terakhir pada analisis

data yang dilaksanakan mengamati hasil reduksi data tetapi

mengacu kepada perumusan permasalahan secara tujuan yang

akan diraih. Data yang sudah dirancang saling dibandingkan


94

guna menarik kesimpulan menjadi jawaban dari masalah yang

tersedia.

Gambar 3.1 Analisis Data Kualitatif

Menurut Miles dan Hubberman

Model analisis data yang dipaparkan James Spradley

(1980) terdapat 4 yakni taksonomi, domain, tema kultural,

komponensial. Pada penelitian ini menggunakan model

analisis domain. Analisis domain berdasar pemaparan

Sugiyono (2012 :256) dilaksanakan guna mendapatkan

deskripsi umum serta keseluruhan terkaiat kondisi sosial yang

diteliti/objek penelitian. Hasil yang didapatkan melalui data

merupakan deskripsi umum terkait objek yang diteliti, yang

sebelumnya belum pernah dilihat. Pada analisis ini informasi

yang di peroleh tdak sampai kepada hal- hal yang spesifik

atau bersifat detail, melainkan berkaitan dengan pemahaman

masih dipermukaan, tetapi telah mendapatkan domain /

kategori melalui kondisi sosial yang diteliti. Adapun beberapa


95

kesalahan yang seringkali ada di bagian ini yaitu peneliti

mengulang suatu hal yang sudah dipaparkan di bagian

sebelumnya.

3.7 Triangulasi

Triangulasi merupakan istilah yang dipopulerkan N.K. Denzin

dengan meminjam peristilahan melalui dunia militer serta navigasi,

yang berfokus kepada pengkombinasian sejumlah metode pada sebuah

kajian terkait satu fenomen. Kesahihan serta keandalan data dijamin

secara membandingkan data yang didapatkan melalui sumber ataupun

suatu metode dengan data yang diperoleh melalui metode/sumber

lainnya. Kepopuleran pengkombinasian metode ini sudah ada sejak 40

hingga 50 tahun lalu, yakni kira-kira tahun 1950-an serta 1960-an.

Metode triangulasi itu mulai dipergunakan pada penelitian kualitatif

menjadi cara guna menambah pengukuran validitas serta

memperokokoh kredibilitas temuan penelitian dengan membandingkan

nya dengan sejumlah pendekatan yang tidak sama.

Ide terkait triangulasi memiliki sumber melalui ide terkait

multiple operationism yang menyebutkan jika kesahihan temuan

serta tingkat konfidensial nya akan ditinggikan oleh penggunaan

melebih satu pendekatan guna mengumpulkan data. Sama hal nya

dengan penelitian lainnya, pengkombinasian metode penelitian ini

memiliki perdebatan, di sana ada banyak keprihatinan yang diketahui

terkait waktu serta kepentingan kebutuhan guna menggabungkan


96

penelitian kuantitatif dengan kualitatif pada satu penyelidikan

Kecuali itu di kalangan penelitian kualitatif, sebab mempergunakan

cara serta terminologi yang sama dengan model paradigma

positivistic, misalnya validitas serta pengukuran, triangulasi

memunculkan perdebatan cukup panjang antara para pakar penelitian

kualitatif. Alasan nya, kecuali sama dengab metode serta cara

penelitian kuantitatif, metode yang tidak sama memanglah bisa

dipergunakan untuk mengetahui aspek yang tidak sama, namun pula

akan menciptakan data yang tidak sama juga. Meskipun ada

perselisihan sengit, namun seiring perkembangan waktu, metode

triangulasi kian sering dipergunakan pada penelitian kualitatif sebab

terbukti bisa menurunkan bias serta menambah kredibilitas

penelitian. Konsep ini berlandaskan asumsui jika masing-masing bias

yang inheren pada sumber data, peneliti, ataupun sebuah metode,

hendak dinetralkan dengan sumber data, peneliti ataupun metode

yang lain. Istilah triangulasi yang dipaparkan Denzin diketahui

menjadi pengkombinasian diantara metode kuantitatif dengan

kualitatif yang dipakai dengan bersamaan pada sebuah penelitian.

Metode penelitian menggunakan teknik triangulasi dipakai dengan

terdapatnya 2 pendapat. Yakni, pertama, di level pendekatan, teknik

triangulasi dipakai sebab ada keinginan melaksanakan penelitian

dengan memakai 2 metode yaitu metode penelitian kuantitatif dengan

kualitatif.

Hal ini disesuaikan sebab, setiap metode mempunyai


97

keunggulan serta kekurangan sendiri, serta mempunyai anggapan

yang tidak sama ketika memandang ataupun menanggapi sebuah

masalah. Sebuah permasalahan bila diamati memakai sebuah metode

akan tidak sama bila diamati memakai metode lainnya. Oleh

karenanya sangatlah memberi manfaat jika kedua sudut pandang

yang tidak sama itu dipakai dengan bersamaan untuk memberi

tanggapan pada sebuah masalah kemudian mendapatkan hasil yang

lebih sempurna serta rinci. Di level pendekatan penelitian,

pengkombinasian metode kualitatif dengan kuantitatif pada suatu

proses penelitian diarahkan guna mendapatkan suatu hal yang lebih

lengkap dari objek penelitian. Asumsi ke-2 yang menjadi dasar

pemakaian teknik triangulasi yaitu, di level pengumpulan serta

analisa data. Pengumpulan serta analisa data memerlukan suatu tata

cara guna melakukan pengujian pada hasil analisis data.

3.7.1 Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber data yaitu pemakaian sejumlah

sumber data pada penelitian. Seperti, seorang peneliti bisa

melakukan wawancara kepada orang dengan posisi atau status

yang berbeda atau dari sudut pandang yang berbeda.

Triangulasi sumber guna melakukan pengujian terkait

kredibilitas data yang dilaksanakan dengan mencocokkan data

yang sudah kita miliki lewat sejumlah narasumber guna

selanjutnya dikelompokkan, digambarkan, manakah pendapat

yang tidak sama serta yang sama, manakah yang spesifik


98

berdasar 3 sumber data itu. Data yang sudah dianalisa oleh

peeliti kemudian memunculkan sebuah kesimpulan kemudian

meminta persetujuan dengan 3 sumber data itu

(Sugiyono,2016).

3.7.2 Tringulasi Metode

Triangulasi metode yaitu pemakaian beberapa metode

pengumpulan data pada sebuah penelitian. Metode triangulasi

dibutuhkan sebab masing- masing teknik pengumpulan data

mempunyai keunggulan serta kelemahan nya sendiri. Secara

mengkombinasikan minimal tiga metode, seperti wawancara

mnendalam, pengamatan berperanserta, serta menelusuri

dokumen, sehingga antar metodenya akan saling mengisis

kelemahan

Kemudian tangkapan terhadap realitas sosial menjadi

lebih terpercaya. Jenis metode triangulasi ini, dan jenis

triangulasi sumber data, akan kita bahas lebih mendalam pada

sesi berikutnya.

Triangulasi metode digunakan dengan membandingkan

informasi / data menggunakan cara tidak sama. Seperti

diketahui, pada penelitian kualitatif peneliti memakai metode

wawancara, survei, observasi. Guna mendapatkan kebenaran

informasi yang andal serta deskripsi yang lengkap tentang

suatu informasi, peneliti dapat mempergunakan teknik

wawancara terstruktur maupun bebas. Ataupun peneliti


99

mempergunakan observasi serta wawancara guna memeriksa

kebenaran. Kecuali itu, peneliti dapat pula memakai informan

yang tidak sama guna memeriksa kebenaran informasi itu.

Berdasar sejumlah pandangan diharap didapatkan hasil

yang mendekati kebenaran. Sebab itu, triangulasi tahapan ini

dilaksanakan bila informasi ataupun data yang didapatkan

melalui subjek penelitian kebenarannya diragukan. Sehingga,

bila data tersebut telah jeas, seperti naskah/teks film, novel

serta sejenis nya, triangulasi tidak harus dilaksanakan. Maka,

triangulasi aspek yang lain tetap dilaksanakan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek

Banyaknya wanita muda yang menggunakan aplikasi Tinder sebagai

salah satu peluang untuk mencari jodoh. mengambil makna dari para

dewasa muda Tinder merupakan salah satu aplikasi media sosial pencari

jodoh yang fleksibel dan sangat populer di dunia. Aplikasi Tinder

membuat pengguna lebih leluasa untuk mendekati lawan jenis tanpa

dibatasi oleh ruang dan waktu., Tinder memiliki klien mencapai 20 miliar

dan sudah mempertemukan 26 juta lebih pengguna per hari. Aplikasi

Tinder juga sudah menjadi salah satu aplikasi pencarian jodoh yang

menjadi Top of Mind, bisa dikatan demikian karena Tinder adalah salah

satu aplikasi pencarian jodoh terlama yang masih eksis dan juga bertahan

hingga saat ini.

Ada tiga Keunikan media sosial Tinder terletak pada notifikasi

pertemanan yang muncul. Notifikasi pertemanan akan muncul apabila

kedua pengguna saling menekan tombol love atau saling menggeser ke

arah kanan. Apabila hanya satu pengguna yang menekan tombol love,

maka tidak akan muncul notifikasi match dan mereka tidak akan bisa

berinteraksi satu sama lain. Apabila disamakan dengan medsos lain

seperti Facebook, Yahoo Messenger, Friendster dan juga Twitter, media

sosial Tinder memiliki tampilan yang lebih private karena hanya bisa

berinteraksi apabila sudah berteman. Dan juga pengguna bisa memilih

teman chat sesuai dengan kriteria nya. Maka dari itu banyak wanita

dewasa muda yang merasa bahwa aplikasi Tinder dapat sangat

mempengaruhi lingkungan pertemanan. Dan makna atau pengaruh yang

100
101

dapat dari Tinder adalah dapat memperluas sosialisasi bagi para wanita

dewasa muda, lebih nyaman digunakan karena tidak terlalu intens dengan

tatap muka melainkan dapat hanya menggunakan chat dan bisa langsung

berteman, setelah cocok kemudian baru dilanjutkan dengan tatap muka.

4.2 Profil Objek & Subjek Penelitian

4.2.1 Tinder

Gambar 4.1 Logo Tinder

Tinder merupakan situs kencan terpopuler di dunia yang dirilis pada

12 September 2012 oleh Sean Rad, Jonathan Badeen, dan Justin Mateen

yang berpusat di West Hollywood, California.1 Sama seperti jejaring

sosial yang lainnya, Tinder dapat mempertemukan pengguna satu dengan

yang lainnya dimana pengguna nya juga dapat saling berinteraksi satu

sama lain. Namun bedanya, Tinder merupakan jejaring sosial yang

diciptakan khusus untuk pencarian jodoh

Aplikasi ini sangat mudah digunakan karena pengguna cukup log in

via Facebook ataupun log in menggunakan nomor telepon yang dimiliki

oleh pengguna.
102

Pengguna hanya akan mengikuti petunjuk agar bisa terhubung dengan

Facebook ataupun nomor telepon untuk secara langsung memiliki akun

Tinder. Pengguna akan disuguhi dengan Profil lawan jenis, apabila

pengguna tertarik dengan Profil yang muncul, pengguna bisa swipe ke

kanan. Pengguna juga bisa swipe ke kiri apabila tidak tertarik dengan

Profil yang muncul. Jika dua pengguna saling menyukai maka pengguna

akan mendapatkan “match”. Match akan muncul apabila pengguna sudah

swipe ke kanan untuk Profil yang disukai dan jika yang bersangkutan juga

melakukan hal yang sama, maka akan timbul pesan “Match”. Setelah

mendapat “Match”, pengguna bisa langsung berkomunikasi dengan fitur

chat dan photo sharing. Pengguna juga bisa klik unmatch apabila

pengguna merasa tidak nyaman dengan lawan jenis.

4.2.2 Subjek

Peneliti memilih Farreline (18), Monica (21), Dian (22), Angelie

(18), Vira (20) sebagai objek penelitian ini. Karena menurut peneliti umur

tersebut adalah jangkauan wanita dewasa muda mulai dari 18 – 22 tahun.

Farreline dan Monica juga adalah salah satu diantara banyak wanita

dewasa muda di Tangerang yang menggunakan aplikasi Tinder sebagai

salah satu cara untuk berteman dan bersosialisasi. Mereka juga masih

aktif menggunakan aplikasi Tinder hingga saat ini.

Menurut mereka Tinder sangat berpengaruh di dalam kehidupan sosial

dan pertemanan, karena dengan Tinder mereka dapat memperluas

lingkungan mereka dan juga menemukan hal – hal baru. Seperti bertukar

pikiran dan bahkan mereka juga bertemu dengan pria – pria dari aplikasi

Tinder tersebut.
103

Dan saya rasa jawaban dan pengalaman mereka dapat cukup mewakili

tentang apa saja pengaruh dan makna yang didapatkan oleh para

wanita dewasa muda di Tangerang dalam menggunakan aplikasi Tinder.

Adapun ternyata kriteria tersebut juga menurut mereka mempengaruhi

apakah mereka cocok dengan percakapan nanti, Kriteria yang dimaksud

adalah seperti fisik, Ras, Agama dan juga Umur. untuk Farreline (18)

sendiri merasa fisik harus sesuai denga kriteria dan juga memiliki ras dan

agama yang sama agar saat mengobrol bisa lebih nyaman dan juga tidak

ada ketersinggungan diantara satu sama lain. Sedangkan untuk Monica

(21) Umur adalah salah satu faktor terpenting menurut Monica umur pria

yang lebih dewasa akan lebih nyambung “Umur sih paling penting kalau

lebih tua biasanya lebih nyambung “(Kurang lebih seperti itulah yang

disampaikan Monica dalam wawancara) dan berwawasan jika diajak

berbicara. Untuk kriteria yang lain seperti fisik dan ras maupun agama

Monica sendiri tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Dengan syarat

tidak terlalu berlebihan dan mencolok.

Begitupun dengan pendapat Dian ( 22 ) dan Angelie (18) yang

memiliki kriteria yang kurang lebih serupa dengan Farelline maupun

Monica kriteria yang terpenting menurutnya mulai dari fisik,ras, dan juga

agama. Vira (20) juga menyampaikan pendapatnya mengenai kriteria

yang men urutnya tampan adalah “ aku suka yang rambutnya gonfrong

dan berkumis tipis”. Vira sendiri tidak merepotkan masalah agama

maupun jarak yang terutama orang tersebut bisa nyaman diajak berbicara

dan juga bertukar pikiran.


104

4.3 Hasil Penelitian

Di hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan hasil

penelitian berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui observasi,

wawancara dan studi dokumen. Penelitian dilakukan pada lima wanita

dewasa muda pengguna aplikasi Tinder. Informan dipilih berdasarkan

kriteria yaitu pengguna Pengguna aplikasi Tinder dan merupakan wanita

dewasa muda yang berusia 18 – 22 tahun. Selain itu, kelimanya pernah

dan masih aktif dengan intens menggunakan aplikasi Tinder, dengan

langsung berhubngan dengan orang – orang baru di Trinder. Mulai hanya

sekedar bertukar nomor,sosial media hingga bertemu langsung.

Oleh karena itu, kelima informan dianggap sudah berpengalaman

dan memahami penggunaan aplikasi Tinder sehingga informan dapat

memberikan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. Fenomena

penggunaan aplikasi Tinder memang menjadi populer pada awal

dilingkunganusia dewasa muda. Fenomena ini juga dialami oleh para

wanita dewasa muda yang akhirnya memanfaatkan aplikasi ini untuk

mencari hiburan dan juga menambah relasi lingkungan sosial dan

pertemanan mereka.Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan

peneliti dengan menggunakan analisis Fenomenologi dengan Teori

Konstruksi sosial. dan berfokus pada Konstruksi makna aplikasi Tinder

bagi wanita dewasa muda, maka didapatkan hasil penelitian sebagai

berikut. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh narasumber 1 bahwa:

“Iya, kalau gw sih pake Tinder Cuma untuk sekedar hiburan aja.

Tapi kalau dapat lebih yah bonus hahaha. “

Hal tersebut sejalan dengan narasumber 2 yang juga menjelaskan

bahwa penggunaan Tinder sebatas hanya untuk kesenangan di saat


105

bosan.” Kutipan dari hasil wawancara”. Kemudian narasumber 4 dan 5,

Angel dan Vira, keduanya menambahkan bahwa mereka bisa lebih

mengenal banyak orang baru serta menambah relasi dan pertemanan

dengan bermain Tinder. Peneliti menemukan bahwa ke lima narasumber

menggunakan aplikasi Tinder untuk mendapatkan pasangan karena

banyak dari mereka adalah seorang introvert atau tidak memiliki waktu

untuk mencari pasangan di dunia nyata, oleh karena itu mereka

memanfaatkan Tinder sebagai alternatif untuk mencari pasangan dan

teman. Namun, terdapat berbagai macam alasan melatarbelakangi

informan dalam menggunakan aplikasi tinder. Informan pertama adalah

Ferreline merupakan mahasiswa baru semester satu di prasteya mulya.

Alasan Ferreline yang membuatnya aktif memainkan Tinder untuk

mendapatkan banyak teman dari berbagai latar belakang dan juga

berbagai pengalaman baru selama menggunakan tinder. Seperti yang

diungkapkan oleh Ferreline bahwa :

“Hal positif yang gw dapatin dari Tinder sih salah satu nya

mengenal banyak teman sama relasi baru ya dengan berbagai latar

belakang yang berbeda jadi gw juga banyak dapat pengalaman baru”.

Pada saat wawancara, Farelline mengaku sudah mulai menggunakan

aplikasi Tinder semenjak karantina dari awal tahun 2020. Semenjak

menggunakan tinder Farelline merasakan banyak pengalaman positif.

Seperti yang di katakana Farelline :

“Banyak hal positif yang saya dapatkan dari Tinder seperti

memperluas pertemanan dan menambah wawasan saya dengan bertemu

dengan banyak orang baru.” Kata Farelline

Berbeda dengan farelline, monica (22) mengungkapkan

alasannya memainkan aplikasi tinder dikarenakan banyaknya waktu luang


106

akibat pandemi covid-19 yang mengharuskan untuk tetap di rumah saja.

Seperti yang dikatakan oleh Monica :

“Karena pada masa pandemi ini saya tidak bisa ke mana -mana,

kuliah juga tidak berjalan untuk sementara waktu, sehingga untuk

mengisi waktu luang saya memutuskan untuk mencoba bermain Dating

apps yaitu Tinder untuk mengisi waktu luang saya sehingga mempunyai

teman ngobrol baru.”

Awalnya, Monica menggunakan aplikasi tinder ingin mencari

hiburan semata. Namun, seiring berjalannya waktu monica mendapatkan

banyak teman dan juga pengalaman, sehingga dia memutuskan untuk

memutuskan bertemu langsung dengan orang yang dikenal nya melalui

aplikasi tinder. Seperti yang dikatakan Monica :

” Pasti ada rasa waspada akan terjadi hal yang buruk untuk itu saya

selalu memberitahukan informasi tempat yang akan saya kunjungi

dengan orang yang baru saya kenal di Tinder ke kerabat terdekat saya

agar penyegahan berkaitan beberapa hal yang tidak diharapkan. Tetapi

selama ini saya berkenalan dengan lawan jenis di Tinder tidak pernah

bertemu dengan orang yang aneh ataupun memiliki niatan jahat.”

Sedangkan, informan ketiga yaitu dian (22) menggunakan

aplikasi tinder karena sedang ramai dibicarakan oleh teman-teman nya.

Hal ini diungkapkan oleh Dian :

”Karena Tinder sudah sangat terkenal di kalangan pertemanan saya

sehingga saya hanya tau aplikasi Dating apps hanya Tinder”.

Dian menambahkan bahwa tinder tidak sepenuhnya aman karena

kadang juga ada pengguna yang bisa saja berbuat jahat. untuk mencegah
107

hal tersebut dian (22) memberikan beberapa cara untuk mengantisipasi

hal-hal negatify aitu dengan cara :

“Menurut saya sih Pinter - Pinter menyeleksi aja karena foto profile

di Tinder bisa saja palsu jadi sebelum bertemu harus lebih mengenal

dulu sisi kepribadian orangnya tersebut apakah cocok dan nyaman

dengan kepribadian kita.”

Selanjutnya, informan keempat yaitu angelie (18)

menggunakan aplikasi tinder untuk mengisi waktu luang, selain itu

angelie yang adalah seorang extrovert. Baginya yang seorang extrovert

bermain tinder merupakan hal menghibur dan dapat digunakan sebagai

tempat mengekspresikan diri. Hal ini di ungkapkan oleh angelie :

“Satu bikin percaya diri. Yang kedua menjadi hiburan di waktu

bosan. Karena ekstrovert butuh recharge energi dari bersosialisasi

dengan dunia luar. Kemudian kita juga bisa mempelajari sifat-sifat orang

dan bagaimana cara menanggapi nya.”

Kemudian Angelie menambahkan makna luas berdasarkann

pengamatan nya dari orang-orang yang menggunakan tinder yaitu :

“Kalo menurut aku Tinder itu keren sih ya. Tinder menghubungkan antar

orang untuk saling mengenal. Tidak hanya untuk search partner, tetapi

juga Mutual friends dan partner kerja. Itu bisa bermanfaat banget. Dan

buat aku sendiri sekarang aku udah punya banyak banget mutual friends

di Instagram dari aplikasi Tinder sendiri”

Sedangkan, informan kelima yaitu vira menggunakan aplikasi tinder karena

dia merasa dengan berkomunikasi dengan orang baru melalui tinder dapat

meningkatkan rasa percaya dirinya. Hal ini di katakana oleh Vira :

” Kalo aku lebih percaya diri di komunikasi sih kak, terus juga bisa
108

belajar banyak bahasa. Aku kalo di real life bertemu orang baru malu-

malu. Sedangkan kalo di Tinder jadi lebih percaya diri. Apalagi buat aku

sendiri yang memang anak komunikasi ini tuh berguna banget juga buat

kita menggali skill supaya bisa membangun komunikasi yang baik sama

orang – orang baru.”

Dilihat dari berbagai pengalaman positif yang dibagikan oleh

informan tentu nya ada pengalaman negatif yang mereka dapatkan, salah

satu nya adalah Angelie yang berkenalan dengan seorang pria yang

mengajaknya untuk menjalin hubungan yang berkonotasi kea rah yang

negative. Seperti yang diucapkan oleh Angelie :

"Aku pernah dapet banyak ajakan sebagai friend with benefit

yang konotasi nya ke arah negatif. Ini yang aku takutin kalo ketemu

orang asing"

Begitu pula dengan pengalaman negatif yang dialami vira,

seringkali dia mendapati lawan pasangan mengirim foto yang tidak jelas,

hingga membuatnya memutuskan untuk meninggalkan match tersebut.

Hal ini di ungkapkan oleh vira

“Kalo negatif pasti ada sih kak kayak suka ada yang naro foto

aneh gajelas gitu biasanya aku langsung skip dan kalau bisa aku report

juga. Tapi kalo aku selama ini dapet pengalaman ngobrol ataupun match

sama orang lebih ke arah yang positif sih, lebih ke sharing-sharing

berbagi pengalaman dan juga melihat pandangan baru.”

Dari hasil jawaban wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

banyak sekali nilai – nilai yang bisa diambil dan juga dilihat lebih luas

bahwa penggunaan aplikasi Tinder ternyata tidak hanya untuk menemukan

pasangan melainkan juga untuk memperluas relasi dan juga menambah

banyak pengalaman dan pengetahuan yang baru. Karena latar belakang


109

yang berbeda mulai dari usia, lingkungan, ras, agama, dll. yang

mempengaruhi faktor - faktor perbedaan latar belakang.

4.4 Pembahasan

Bersumber pada hasil di atas bisa disimpulkan kalau ada banyak arti

serta pula anggapan baik dalam pemakaian aplikasi Tinder untuk

perempuan berusia muda. Di dalam Teori Konstruksi sosial bagi Peter L.

Berger serta Thomas Luchmann dalam novel fenomenologi( 2009: 111)

pengetahuan dan realitas berarti buat kualitas yang terdapat pada realitas

yang terakui guna mengalami keberadaan( Being) tidaknya tergantung di

dalam kemauan kita sendiri. Sebaliknya pengetahuan dimaksud atas tentu

nya bila realitas itu nyata dan mengalami kepribadian yang terspesifikan.

Dan terdapatnya 3 momen berarti dalam teori konstruksi sosial yang

berhubungan dengan ulasan ini ialah internalisasi dimana para perempuan

berusia muda mengenali gimana metode pemakaian aplikasi Tinder.

Sehabis itu terjalin nya ekternalisasi dimana perempuan berusia muda

pengguna Tinder bisa menyesuaikan diri dengan kenyataan sosial yang

terdapat, sehabis itu lahir lah objektifitas dimana perempuan dewa muda

fokus untuk mencari objek yang ia mau.

Dimana pengetahuan merupakan sesuatu pendekatan untuk

memandang suatu sistem ataupun struktur dalam pemakaian aplikasi

Tinder. Gimana tadinya dikala narasumber baru memakai aplikasi Tinder

mereka wajib belajar serta menguasai aplikasi tersebut, sehabis memahami

aplikasi tersebut hingga narasumber hendak merasakan kenyataan yang

terdapat dalam aplikasi Tinder. Kenyataan yang diartikan merupakan segala

peristiwa baik arti ataupun pengalaman yang didapatkan dari pemakaian

aplikasi Tinder, serta kenyataan tersebut yang hendak pengaruhi kehidupan

sosial ataupun membagikan pengalaman ke dalam kehidupan satu hari–


110

hari.

Bagi Andreas Kaplan serta Michael Haenlein dalam dalam

Haryanto( 2015: 85) media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk

berpartisipasi dengan berikan donasi serta feedback secara terbuka. Salah

satu nya merupakan aplikasi social media pencarian jodoh. Spesialnya para

perempuan berusia muda, sebab lewat aplikasi ini mereka bisa mencari

sahabat baru yang bisa memperluas area social serta apalagi pendamping.

Dan banyaknya pengguna aplikasi Tinder yang berumur 18– 22 tahun bagi

pengalaman periset serta pula hasil dari riset. Sebagian besar perempuan

berusia muda yang memakai aplikasi Tinder mengakui kalau memanglah

mau mencari sahabat baru yang di luar area nya.

Dan bagi reproduktif Hurlock serta bagi Santrock dalam

Gadis( 2019: 35– 38), masa berusia dini merupakan masa untuk bekerja

serta menjalakan ikatan dengan lawan tipe, terkadang menyisakan sedikit

waktu untuk perihal yang lain. Untuk mayoritas orang, jadi orang berusia

mengaitkan periode transisi yang panjang. Baru- baru ini, transisi dari masa

anak muda ke berusia diucap selaku masa beranjak berusia yang terjalin

dari umur 18 hingga 25 tahun, diisyarati oleh eksperimen serta eksplorasi.

Salah satu alibi mereka sendiri kenapa memakai aplikasi Tinder

tidak jauh dari kata bosan serta mau mencari atmosfer baru, sebab dengan

orang baru mereka dapat memperoleh topik– topik baru serta pula obrolan

yang baru. Dan alibi yang lain merupakan sebab rata- rata dari mereka

masih sekolah serta kuliah serta masih online. Sebab Narasumber telah

mulai bosan kesimpulannya memilah untuk mencari banyak aktivitas serta

sahabat baru lewat aplikasi Tinder.

Banyak pula diantara narasumber yang sesungguhnya mempunyai

kedekatan yang sama tetapi baru berjumpa dengan aplikasi Tinder, serta
111

perihal tersebut membuat mereka jadi lebih aman. Tidak hanya mencari

sahabat baru sebagian narasumber berkata kalau bila memperoleh

pendamping yang sesuai lewat aplikasi Tinder itu merupakan salah satu

bonus. Sebab tidak gampang untuk menciptakan pendamping yang sesuai

dimana kita sendiri tidak sempat langsung berjumpa serta memahami satu

sama lain tadinya. Sebagian ketentuan yang pasti saja memanglah terdapat

dalam bermain Tinder, semacam kedua belah pihak wajib membagikan

swipe ke kanan untuk bisa menciptakan match, baru setelah itu keduanya

bias melaksanakan chat di aplikasi Tinder.

Periset sendiri memandang kalau banyaknya perempuan berusia

muda yang memandang gimana Konstruksi arti positif yang diterima dari

memakai aplikasi Tinder, semacam memperoleh sahabat baru, rekan kerja,

pengetahuan serta pula area social yang kian luas. Dimana perihal positif

ini memanglah masih samar untuk perempuan berusia muda di luar situ

yang masih belum memakai aplikasi Tinder. Sebab semacam yang

informan jelaskan serta pula periset natural, banyak komentar negative dari

sebagian perempuan berusia muda di luar situ yang memakai aplikasi

Tinder semacam memperoleh dampak negative penipuan ataupun

pelecehan. Sesungguhnya itu seluruh dapat dihindari bila kita dapat

memakai aplikasi Tinder dengan teliti serta bijak. Dalam penggunaannya,

tiap narasumber pasti mempunyai alibi serta tujuan yang mendesak mereka

untuk memakai aplikasi Tinder. Perihal ini berkaitan dengan apa yang

sesungguhnya dicari serta diperlukan oleh mereka. Penafsiran

fenomenologi Schutz( Kuswarno Engkus 2009: 39) di dalam novel

bertajuk“ Metodologi Riset Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

serta Ilmu Sosial Yang lain”, membagikan kita metode pandang baru-

terhadap- makna- yang terbangun dari kenyataan kehidupan tiap hari yang
112

ada di dalam riset secara spesial serta dalam kerangka luas pengembangan

ilmu sosial.

Arti Tinder untuk perempuan berusia muda di Indonesia yang

tepatnya di Tangerang. Mengambil totalitas dari bermacam opini serta pula

periset sendiri yang pula memakai aplikasi Tinder. Dimana banyak sekali

perempuan berusia muda di golongan umur 18– 22 tahun merasa lebih

aman untuk memakai aplikasi dating app Tinder dibanding dengan aplikasi

lain ataupun lokal yang dipunyai oleh Indonesia ialah Tan–Tan, Bumble,

Ok Cupid, dsb. Yang sangat ditonjolkan oleh periset dari judul yang

diambil merupakan Arti serta pengaruh apa yang diberikan oleh Tinder

untuk sebagian perempuan muda di Tangerang. Arti yang di per tonjolkan

oleh para subjek yang aku wawancarai merupakan gimana mereka dapat

bisa memperluas koneksi pertemanan serta pula menaikkan area sosial.

Tidak hanya itu mereka pula tidak memungkiri kalau dengan bermain

aplikasi Tinder ini, jadi salah satu hiburan untuk mereka. Serta mereka pula

mengakui kalau memanglah terdapat iktikad lain semacam untuk mencari

pendamping bila mereka merasa sesuai serta aman. Hiburan yang diartikan

sendiri merupakan dengan berjumpa serta mengobrol dengan orang baru

yang lawan tipe bisa melenyapkan rasa stress serta bosan di kala pandemic

ini. Ada pula sebagian jawaban tentang pengaruh terhadap area sosial

mereka dengan memakai aplikasi Tinder.

Semacam yang dipaparkan oleh Max Webber dalam novel

fenomenologi( Kuswarno 2009: 109), makna dari konstruksi sosial dimana

manusia ialah agen untuk orang, berarti mengalami zona subyektivitas di

dalam orang dikala orang memutuskan perbuatan pada dunia social dilalui

pemahaman nya. Oleh sebab itu dapat dijabarkan bila manusia ialah agen

atas konstruksi aktif atas realitas social, yang mana penerapan yang
113

dilaksanakan tergantung di dalam mengerti nya ataupun membagikan

makna di dalam penerapan mereka sendiri. Hingga bisa dimaksud kalau

pemakaian aplikasi Tinder untuk perempuan berusia muda bisa bawa

pengalaman positif bila pengguna bisa memakai aplikasi Tinder dengan

teliti serta bijak.

Sebagaimana pengalaman negatif yang memanglah dapat saja

terjalin dalam pemakaian aplikasi Tinder, tetapi bila pengguna dapat

meminimalisir perihal negative tersebut hingga hendak memudahkan untuk

menciptakan tujuan pengguna dalam aplikasi Tinder. Sebagian pengaruh

positif yang didapatkan dalam memakai aplikasi Tinder Terhadap para

Perempuan berusia muda yang aku wawancarai merupakan dimana mereka

dapat menciptakan perihal serta pengalaman baru dan topic- topic yang

memperluas pengetahuan. Sebab berbeda dari area mereka, tidak hanya itu

pula mereka sendiri merasa Tinder merupakan salah satu hiburan di masa

pandemi ini membuat mereka melenyapkan stress serta pula rasa bosan.

Bagi periset yang pula selaku pengguna aplikasi Tinder merasakan kalau

memanglah pengetahuan yang dipunyai meningkat jangkauan koneksi

dengan area lair pula jadi meningkat luas, serta bagi aku itu merupakan

nilai tambah. Tidak hanya untuk kedekatan pertemanan melainkan pula

untuk kedekatan pekerjaan di setelah itu hari.

Bagi R Wayne Pace dalam Nihayah( 2016)“ mengemukakan kalau

komunikasi antar individu ataupun communication interpersonal ialah

proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang. Agar obrolan inter-

personal yang dilaksanakan membagikan hasil jalinan inter- personal yang

sempurna serta kerjasama bisa dinaikkan hingga kita bisa berlagak open,

membagikan keyakinan, perilaku penuh sokongan, serta terbuka yang

mendongkrak mencuat nya perilaku yang sangat menguasai, menghargai,


114

serta silih meningkatkan mutu.

Hingga demikian aplikasi Tinder ini sangat menolong untuk para

perempuan muda yang kurang yakin diri serta introvert. Sebab dengan

bergaul dengan orang baru yang belum diketahui orang hendak dapat lebih

aman serta bebas untuk menanyakan serta membicarakan perihal– perihal

baru, bisa mengasah komunikasi dengan metode berbicara antar individu

supaya lebih seksual. Sebagian Narasumber mengakui kalau bila

melaksanakan komunikasi dengan orang baru hendak terasa lebih aman.

Narasumber pula tidak memungkiri apabila merasa aman dengan orang

yang ditemui nya lewat aplikasi Tinder serta sesuai, hingga peluang untung

menjalakan ikatan yang lebih sungguh- sungguh jadi sesuatu bonus.

Cyberlove merupakan ikatan romantis yang terdiri dari komunikasi pc yang

dimediasi, Cyberlove biasanya dipertahankan untuk waktu tertentu saat

sebelum merambah ikatan yang sungguh- sungguh. Perbandingan utama di

mari merupakan kalau cyberlove ditopang lewat pc ataupun layanan online,

serta orang dalam ikatan bisa jadi tidak sempat berjumpa satu sama lain

secara individu.

Komentar narasumber menimpa Tinder merupakan apabila untuk di

masa serta jaman ini aplikasi pencarian jodoh termaksud Tinder merupakan

suatu perihal yang tidak tabu lagi di golongan perempuan berusia muda.

Sebab bagi jawaban dari para narasumber yang aku wawancarai kalau di

area pertemanan mereka pula banyak yang memakai aplikasi Tinder.

Menjadikan Tinder tidak lagi tabu di mata mereka. Tinder sendiri bagi

mereka merupakan aplikasi Dating apps yang sangat populer serta sangat

gampang untuk digunakan. banyaknya iklan Tinder yang diperankan oleh

generasi milenial yang memanglah seusia dengan para narasumber.

Pemakaian aplikasi Tinder bagi mereka telah jadi salah satu perihal yang
115

lumrah sama saja dengan pemakaian sosial media yang lain.

Sebagian Perihal– perihal yang butuh dicermati terhadap para

perempuan berusia muda di luar situ yang pula mau memakai aplikasi

Tinder. Merupakan supaya senantiasa waspada serta bijak dalam memakai

Tinder, bisa memilah serta memperhitungkan gimana orang tersebut bawa

topic serta pembicaraan. Bila dirasa telah mengusik serta tidak senonoh

hingga wajib lekas di block serta di report supaya pihak Tinder pula

mengenali perihal tersebut. Bila memanglah mau berjumpa secara langsung

diharapkan telah berbicara serta berkenalan lumayan lama serta dirasa telah

memahami orang tersebut,

Dari 3 jawaban yang diberikan oleh tiap narasumber, nampak kalau

ketiganya memanglah memakai aplikasi Tinder dengan tujuan untuk

melenyapkan rasa bosan serta mau menaikkan kedekatan dan memperluas

area sosial mereka. Disini para narasumber memanglah mempunyai konsep

tentang aplikasi Tinder ialah sesuatu perihal yang mengasyikkan serta salah

sesuatu hiburan. Narasumber melaporkan kalau aplikasi Tinder merupakan

salah satu aplikasi yang telah jadi top of mind dimana seluruh orang

memakai aplikasi tersebut serta itu mem untuk mereka merasa lebih

nyaman serta aman dalam memakai aplikasi Tinder. Nyatanya konstruksi

arti yang terdapat di dalam aplikasi Tinder ini banyak bawa pengaruh

positif ke dalam kehidupan sosial mereka.

Dalam pemakaian aplikasi Tinder ini bisa dipaparkan kalau

memanglah manusia tidak dapat terlepas dari sosial dimana manusia

merupakan makhluk sosial yang memerlukan satu sama lain. Termaksud

perempuan berusia muda yang dimana mereka lagi mencari jati diri serta

mencari orang–orang yang bagi nya mempunyai frekuensi serta pula visi

misi yang sama. Sehingga dengan memakai aplikasi Tinder ini para
116

perempuan berusia muda merasa lebih gampang untuk menciptakan orang

baru yang berpotensi sesuai dengan mereka. Tinder sendiri merupakan

salah satu aplikasi yang membagikan peluang kepada para pengguna nya

untuk dapat memilah kriteria serta pula kemauan para pengguna masing-

masing. Lapisan yang lebih jelas merupakan ikatan statment. Berikutnya"

manusia sosial" berarti orang yang tergantung pada kehidupan satu sama

lain. Salah satu metode untuk meminimalisir perihal yang tidak di idamkan

merupakan dengan berjumpa ditempat universal serta ramai, untuk

menjauhi perihal– perihal yang tidak di idamkan. Demikian ulasan yang

periset mau sampaikan serta jelaskan dalam riset ini. Dimana terdapat

banyak arti serta pula pengaruh dari pemakaian aplikasi Tinder untuk

perempuan berusia muda di Tangerang. Serta banyak pula pengaruh positif

dan asumsi menarik dari narasumber tentang pemakaian aplikasi Tinder.

Peneliti merumuskan menjadi tiga makna aplikasi Tinder terhadap

wanita dewasa muda di Tangerang , yaitu:

1. Aplikasi Tinder sebagai hiburan

Peneliti menemukan bahwa dari lima subjek tersebut dan

juga peneliti sendiri yang merasakan dan menggunakan

aplikasi Tinder. Bahwa makna dari Tinder sendiri bagi

kalangan wanita dewasa muda di Tangerang. Hanya sebatas

untuk hiburan dan menambah lingkungan pertemanan, Sedikit

diantara kami merasakan bahwa ada kesenangan jika berteman

denganlawan jenis. karena dirasa lebih mengerti dan tidak

mudah tersinggung. Serta sebagai sebuah sarana untuk

menghabiskan waktu dimasa pandemi dengan mengobrol dan

melihat dunia luar. Tanpa harus bersosialisasi tatap muka, disini

kita bisa berbagi pengalaman dan juga sekedar untuk curhat


117

tentang kehidupan sehari – hari kita.Pada kebiasaan

fenomenologi memiliki pandangan jika manusia dengan aktif

nya mengaktualisasikan pengalaman nya, maka mereka, bisa

berpahaman lingkungan nya dilalui pengalaman individu beserta

langsung atas lingkungan. Maka dari itu peneliti mengambil

judul Konstruksi makna pengaruh penggunaan aplikasi Tinder

terhadap wanita dewasa muda di wilayah Tangerang karena

secara tidak langsung peneliti sebelumnya pernah menggunakan

aplikasi tersebut dan juga mendapatkan berbagai makna baik

positif maupun negative. Sehingga bisa dikatakan bahwa tradisi

fenomenologi lebih memprioritaskan pada penekanan argumen

dan perintah dari pengalaman masing-masing manusia.

Dengan adanya penelitian ini peneliti serta para narasumber

menjelaskan bahwa banyak hal – hal yang berbeda sesuai

dengan pendapat dan pengalaman masing- masing dalam

menggunakan aplikasi Tinder. Salah satu nya adalah persepsi

tentang konstruksi makna penggunaan aplikasi Tinder di dalam

kehidupan sehari – hari mereka.

Peneliti menggunakan tradisi fenomenologi dengan cara

ikut turun langsung dan pernah merasakan menggunakan

aplikasi Tinder. Dari sini saya dapat melihat dan juga

merasakan apa saja yang sebenarnya dirasakan dan dialami

secara langsung oleh para wanita dewasa muda khususnya di

Tangerang. Tradisi fenomenologi ini sangat dekat dan juga lebih

menjiwai karena peneliti harus merasakan langsung apa yang di

alami oleh narasumber.

Pendapat dari Maurice Merleau–Ponty dari buku


118

Fenomenologi Diri dan Konstruksi Sosial Mengenai

Kebudayaan (Rachman 2013) manusia yaitu makhluk yang

mempunyai kesatuan mental dan fisik yang melahirkan makna

pada dunia nya. Kita mengenali suatu hal hanya lewat

hubungan pribadi kita dengan suatu hal tersebut. Sebagai

manusia kita bisa mendapat pengaruh dari lingkungan kita atau

dunia luar, akan tetapi kebalikannya kita pula mempengaruhi

dunia di sekitar kita lewat bagaimana kita menjalani dunia.

Persepsi yaitu proses pemberian makna terhadap sensasi maka

manusia mendapat pengalaman baru. Persepsi merubah sensasi

jadi informasi.

2. Aplikasi Tinder sebagai Edukasi

Tinder yaitu application pelayanan social yang baiknya

tempat dimana terfasilitasi communication dari pemakai yang

penuh ketertarikan, sangat mungkin kecocokan (match) pemakai

guna melakukan obrolan. Manfaat atas media social disini yaitu

guna pencarian serta memperoleh teman baru dari dunia maya

beserta melakukan communication dengan chattingan dari

individu yang baru saja dikenali nya. Tinder bekerja

memanfaatkan telepon genggam.

Hanya saja hal penting yaitu bila kita telah dapat

melaksanakan interaksi serta melaksanakan communication

atas orang itu atas fitur chat pada application itu . Agar dapat

memperoleh teman yang dekat menggunakan media social

melalui communication antar pribadi. Proses komunikasi antar

pribadi dapat berhubungan bila telah melakukan interaksi dan

saling melakukan communication dengan orang yang sedang


119

menjadi teman kita pada media sosial Tinder.

Orang yang memulai obrolan dapat didefinisikan atas

komunikator dan yang merespon nya yaitu komunikan nya. Jadi

dapat disampaikan jika application Tinder mendapati bermacam

dan beragam kejadiannya, tidaklah sebuah rangkaian

communication antar pribadi hanya saja terdapat beberapa

pengalaman atas kejadian tertentu. Sekarang masyarakat

menyukai dan sering memanfaatkan application media sosial

Tinder, diantaranya yang memanfaatkan media social Tinder

yaitu mahasiswa. Sesuai seluruh uraian terkait kejadian beserta

proses terkait communication antar individu yang menjalin

dengan application Tinder, jadi peneliti berkeinginan agar

meneliti serta melakukan pembahasan dengan lebih dalam.

Melalui aplikasi Tinder, communication dilaksanakan dari

pengguna nya adalah guna mencari serta mengenalkan dengan

lawan jenis atau biasa disebut “Tinder Match”, biasanya guna

membuat jalinan romantis selayaknya pacaran hingga bisa pada

perjenjangan nikah, bisa jadi batas jalinan teman atas

pemanfaatan teknologi internet. Di dalam pencarian beserta

pelaksanaan kenalan guna memperoleh pasangan biasa disebut

berkencan online. Anita Taylor menyatakan jika

“Communication antara pribadi efektif termasuk berbagai unsur,

hanya saja jalinan antara individu bisa jadi yang terpenting”

(Rakhmat, 2007: 119). Oleh karena itu, kejadian (online dating)

layaknya Tinder disini mendapati keterkaitan kepada

communication antara individu guna bisa terhubung individu


120

pemakai atas pemakai yang lain yang pada awalnya tidak

memiliki jalinan apapun sebelumnya guna bisa mendapati

jalinan antara individu selayaknya jalinan teman atau jalinan

romantisme.

Pada penelitian disini peneliti berasumsi sementara jika

adanya perpaduan dari communication antara individu atas

communication orang banyak. Sebab bisa terjangkau individu

pemakai nya dengan global, jadi dapat disampaikan

communication online dengan aplikasi Tinder, dan di saat yang

sama sebab pesan ada dibuat, diarahkan, serta dikonsumsi

dengan individu, jadi disampaikan communication interpersonal,

yang mana pengasumsian disini menganalogikan atas pendapat

Utari (2011: 52-53), yakni communication dilalui media online

yaitu perpaduan dari communication antara individu dengan

communication berbasis massa, sebab bisa terjangkau masa

dengan global, jadi dapat disampaikan communication massa,

serta di saat sama sebab pesan yang ada dibuat, diarahkan, dan

dikonsumsi dengan individu, jadi disampaikan

communication interpersonal.

Untuk sebagian orang juga Tinder menjadi salah satu untuk

mengasah cara berkomunikasi, karena banyak sebagian orang

yang introvert merasa sulit untuk berkomunikasi. Maka dari itu

Tinder adalah salah satu aplikasi yang membantu untuk belajar

berkomunikasi antar pribadi. Seperti dilansir dari Dictionary of

Mass Communication dan Media Research menyebutkan jika

komunikasi intrapribadi adalah percakapan yang terjadi dalam

diri seseorang.. Dari proses komunikasi personal ini proses


121

menggunakan pesan bisa menghasilkan makna dalam diri

masing-masing individu. Pengguna tidak hanya berperan sebagai

komunikator, namun juga komunikan.

Pembahasan yang diambil dari penelitian ini adalah

bagaimana makna Tinder bagi wanita dewasa muda di Indonesia

yang tepatnya di Tangerang. Mengambil keseluruhan dari

berbagai opini dan juga peneliti sendiri yang juga menggunakan

aplikasi Tinder.

Dilihat dari pengalaman serta pengaruh Tinder di dalam

kehidupan responden, ternyata setelah kelima orang saya

wawancara yaitu Farreline (18), Monica (21), Dian (22), Angel

(18), Vira (20) setidaknya mereka memiliki jawaban yang

hamper sama, dan saya sebagai peneliti juga setuju dengan

tanggapan mereka mengenai makna dari aplikasi Tinder.

Karena saya juga menggunakan aplikasi tersebut.

Keberhasilan sosialisasi, menurut Berger (1994: 19–20)

dalam(Manuaba, 2008), sangat tergantung pada adanya simetri

antara dunia objektif kolektif/masyarakat dengan dunia subjektif

individu.

3. Tinder sebagai sarana alat tukar sosial

Nilai sosial yang dimaksud adalah bagaimana pemaknaan

aplikasi Tinder yang diambil oleh sebagian wanita dewasa muda

di Tangerang. Bahwa aplikasi Tinder sendiri telah memberikan

perubahan terhadap cara bersosialisasi antar individu. Bagi

beberapa orang bahkan lebih menyukai lingkungan sosial dan

pertemanan yang ada pada aplikasi Tinder sendiri. Karena dapat

menambah wawasan baru dari lingkungan yang berbeda.


122

Kecenderungan para wanita dewasa muda juga mencari

relasi dengan lawan jenis melalui aplikasi Tinder. karena sebagai

alasan “jika cocok dan bisa lebih dari teman mengapa tidak”.

itulah yang kurang lebih Farreline (18) katakana saat

wawancara. Bersosialisasi juga merupakan salah satu faktor

pendukung utama terhadap kehidupan. Jika lingkungan sosial

kita bagus maka akan banyak berpengalaman positif terhadap

kehidupan kita sendiri.

Nilai sosial di Tinder juga dapat diminimalisir negatif nya,

Karena jika kita lebih waspada dan juga pintar untuk menyaring

percakapan yang sudah menjurus ke arah tidak senonoh kita

dapat memblokir akun tersebut. Karena tak sedikit orang yang

bertemu di aplikasi Tinder lalu berteman bahkan berpacaran.

Sehingga kontrol dari diri masing-masing sangat diperlukan di

sini.

Kebenaran sosial pribadi, yang berasal dari realitas sosial

dan kebenaran representatif, adalah makna perkembangan yang

dimiliki oleh individu dan dibangun melalui jalur penyamaran.

Kebenaran abstrak setiap individu hanyalah alasan untuk

dimasukkan ke dalam siklus eksternalisasi atau jalannya asosiasi

sosial dengan orang lain dalam konstruksi sosial. Yang kemudian

dalam proses eksternalisasi tersebut individu secara kolektif

melakukan objektivitasi dan objective reality yang baru muncul.

Keberhasilan sosialisasi, menurut Berger (1994: 19–20) dalam

(Manuaba, 2008), sangat tergantung pada adanya simetri antara

dunia objektif kolektif/masyarakat dengan dunia subjektif

individu.
123

4. Tinder sebagai sarana membangun relasi

Menurut para wanita dewasa muda mengenai pasangan

yang bertemu melalui aplikasi Tinder adalah suatu hal yang

wajar, dan bahkan keren. Karena bisa menyatukan kedua orang

yang masih sama – sama asing hingga memiliki hubungan yang

lebih serius. Dimana adanya komunikasi yang dibangun satu

sama lain sehingga menimbulkan rasa nyaman dan juga senang,

maka demikian keduanya dapat membangun kemistri. Para

wanita dewasa muda juga tidak memungkiri jika ada kecocokan

maka bisa saja hubungannya menjadi lebih serius. seperti mulai

bertukar sosial media maupun kontak chat.

Cyberlove biasanya dipertahankan guna durasi tertentu

sebelum masuk pada hubungan yang lebih serius. Bedanya utama

disini yaitu jika cyberlove ditopang berdasarkan pelayanan

online, serta individu pada jalinan mungkin nya tidak pernah

bertatap muka satu dengan lainnya secara pribadi. Bila tidak,

istilah tersebut cukup lah luas serta bisa tercakup jalinan sesuai

teks, video, audio, atau karakter virtual.

Aplikasi Tinder sendiri membantu untuk membuka dan

menjadi sarana untuk sebuah pendekatan dan pengenalan

sebelum memulai hubungan yang lebih serius. dengan aplikasi

Tinder kita bisa lebih mudah memilih dan juga mencari apa yang

sesuai dengan kriteria kita. Dengan Kriteria yang sudah

ditentukan sebenarnya menjadi alasan para wanita dewasa muda

jika sudah sesuia dengan kritea dan kemudian cocok maka bisa

saja ada peluang untuk menjalin hubungan yang lebih intens.Para


124

wanita dewasa muda juga menjadi lebih percaya diri saat

bertemu dengan orang baru melalui aplikasi Tinder karena bisa

menunjukan profile terbaik dirinya, maka dari persepsi tersebut

juga menjelaskan bahwa Cyberlove adalah salah satu pendekatan

yang digemari oleh para wanita dewasa muda.Namun Cyberlove

disini dimaknai oleh para wanita dewasa muda bukan saja untuk

mencari pasangan, namun juga untuk mencari relasi pertemanan

hingga partner bisnis, karena dirasa dengan kenyamanan yang

dimulai dengan komunikasi melalui online ataupun sosial media.

Bisa membangun wawasan yang lebih luas. Relasi ini terjadi

setelah kedua belah pihak akhirnya merasa nyaman lalu pindah

menggunakan aplikasi chat yang lebih intens. Kemudian

keduanya bisa memutuskan relasi apa yang mereka jalankan.

Apakah lebih cocok menjadi teman, partner bisnis atau bahkan

menjadi pasangan. Motif awal para wanita dewasa muda

menggunakan aplikasi Tinder :

1. Motif informatif : yaitu motif awal para wanita dewasa muda

dimana besarnya rasa keingin tahuan dan juga ingin mencari

wawasan yang lebih luas lagi, dengan cara berukar pikiran

dengan orang baru yang tentu saja memiliki pengetahuan dan

juga pengalaman yang berbeda dan nantinya akan sama – sama

memberikan hal baru .

2. Motif hiburan : yaitu hanya sekedar untuk mencari hiburan,

dan juga melepaskan penat diwaktu pandemi, karena mengobrol

dengan orang lain adalahb salah satu saran hiburan. Hiburan

yang dimaksud dalah dimana kita bisa bercanda dan saling


125

menghibur satu sama lain. Dengan bebrabagi cerita yang

memang keduanya sukai dan nikmati.

3. Motif integrasi personal : dimana para wanita dewasa muda

merasa lebih nyaman bertemu orang baru melalui aplikasi

tinder, karena kedua belaah pihak tidak mengetahui tentang latar

belakang ataupun masa lalu mereka. Di tinder mereka ingin

menunujukan bagaimana sebenarnya kepribadian mereka dan

juga pola pikir mereka terhadap dunia. Serta para wanita dewasa

muda juga lebih percaya diri karena bisa menunjukan bentuk

fisik terbaik mereka melalui foto yang mereka gunakan sebagai

profile Tinder.

4. Motif integrasi sosial : Dimana para wanita dewasa muda ini

juga ingin memperluas lingkungan sosial mereka, dengan

bertemu orang – orang baru. Yang tentu saja memiliki

perebdaan latar belakang dan juga status. Disini mereka ingin

melihat apakah juga ada peluang untung menjadikan partner

bisnis dalam pekerjaan. Para wanita dewasa muda juga ingin

melihat secara lebih luas bagaimana sifat seseorang dan

bagaimana untuk menghadapinya, para wanita dewasa muda

juga ingin belajar cara berkomunikasi dengan orang baru serta

ingin memahami bagaimana cara padang orang lain baik

mengenai dunia maupun sosial mereka.

5. Motif pelarian : dimana ini adalah sebagai salah motif terbesar

para wanita dewasa muda menggunakan aplikasi Tinder, yaitu

dimana mereka merasakan bosan dan jenuh dengan rutinitas


126

keseharian mereka selama masa pandemi ini. Dengan

menggunakan Tinder mereka merasa memiliki rutinitas dan juga

pengalaman baru. Dengan aplikasi Tinder ini bagi beberapa

wanita dewasa muda seperti mengisi waktu dan juga menjadi

sebuah penghilang stress karena tekanan yang ada, Karena harus

melakukan semua aktifitas dirumah saja.Berhubungan dengan

adanya motif tersebut maka konstruksi yang didapat oleh wanita

dewasa muda adalah makna yang positif , karena memang motif

awala mereka menggunakan aplikasi Tinder adalah motif yang

positif. Sehingga mereka menggunakan aplikasi tinder sesuai

dengan motif dan tujuan mereka.

Cara pandang wanita dewasa muda meneganai aplikasi

Tinder adalah melihat dari sisi positif dan juga mengutamakan

tujuaanya untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan.

Para wanita dewasa muda juga ingin membuktikan bahawa

adanya stigma negatif yang di lontarkan oleh beberapa

masayrakata adalah tidak benar adanya, karena para wanita

dewasa mjuda menyatakan bahwa memang hakikatnya aplikasi

Tinder ini dalah aplikasi pencarian jodoh ataupun aplikasi untuk

meperluas pertemanan.Dengan demikian peniliti ingin

menyapampaikan pesan berikut kedalam dua persepsi yang

diperoleh dari wanita dewasa muda yang telah memberikan hasil

jawaban dari wawancara. yaitu :

1) Menggambarkan realitas sosial di dalam aplikasi

Tinder
127

Peneliti menemukan bahwa ternyata tujuan penggunaan

Tinder oleh para wanita dewasa muda adalah untuk sekedar

mencari hiburan dimasa pandemi ini, dan juga mencari dan

pmemperluas lingkungan sosial mereka. Dari penelitian ini

menjelaskan bahwa sebearnya stigma negatif yang disampaikan

oleh para masayarakat diluar menegnai wanita dewasa muda

itu belum tentu benar. Karena memang tujuan para dewasa

muda menggunakan aplikasi Tinder ini adalah untuk hal yang

positif. Berdasar penguraian Sugiyono (2013:2) Penelitian

kualitatif melakukan pengkajian pada perspektif partisipan

dengan strategi yang memiliki sifat fleksibel serta interaktif.

Penelitian kualitatif memiliki tujuan guna mempelajari

fenomena sosial melalui sudut pandang partisipan. Sehingga

pengertian penelitian kualitatif itu adalah penelitian yang

dipakai guna meneliti terhadap keadaan objek. Alamiah yang

mana peneliti adalah alat ukur utama.

Para Wanita dewasa muda menggambarkan realitas sosial

yang ada didalam aplikasi Tinder selama penggunaanya, bahwa

mereka menggunakan aplikasi ini hanya untuk sebatas hiburan

dan juga sarana pertukaran nilai sosial. tanpa melihat atau

memiliki tujuan unutk melecehkan atau memberikan persepsi

yang kurang baik terhadap para pengguna Tinder lainnya. Kami

sebagai para wanita dewasa muda juga ingin menghindari hal

negative yang ada di aplikasi Tinder untuk kebaikan kami, serta

kami ikut mengantisipasi oknum – oknum yang


128

menyalahggunakan Tinder dengan cara melaporkan ke pihak

Tinder untuk kenyamanan bersama.

2) Mengantisipasi stigma buruk terhadap wanita dewasa

muda pengguna aplikasi Tinder

Mungkin saja stigma negatif itu muncul karena adanya

beberapa oknum yang menyalah gunakan aplikasi Tinder untuk

hal yang negatif, seperti unggahan maupun ajakan yang tidak

sepatutnya. Sedangkan realitas sosial yang dialami oleh para

wanita dewasa muda adalah aplikasi Tinder dimaknai sebagai

hal yang positif dan membawa sebuah pengekspresian terhadap

sebuah lingkungan sosial yang ditemui dalam aplikasi Tinder.

Tidak ada niatan sama sekali dari para wanita dewasa muda

menyalah gunakan aplikasi Tinder.yang menyatakan bahwa

aplikasi Tinder tersebut digunakan untuk hal- hal yang positif,

salah satu dari mereka juga mengatakan bahwa oknum yang

menyalah gunakan Tinder adalah salah sasaran dan bukan pada

tempatnya.

Secara terbuka para wanita dewasa muda juga menolak

ajakan- ajakan yang membawanya kejalur yang negatif oleh

oknum yang menyalah gunakan aplikasi Tinder, dengan cara

memblokir ataupun tidak sama sekali menggubris ajakan

tersebut. Istilah kedua pada ilmu sosiologi Berger yaitu

pengetahuan dan fakta. Berger dan Luckmann dalam buku

fenomenologi (2009:111) mulai menerangkan nyata nya sosial

guna melakukan pemisahan pemahaman antara pengetahuan

dengan realitas. Kenyataan atau realitas didefinisikan sebuah


129

mutu yang ada di dalam beberapa realitas yang diakui sebagai

yang mempunyai keberadaan yang tidak bergantung dari

keinginan kita sendiri


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian dan pembahasan yang telah

disajikan peneliti menarik kesimpulan bahwa:

1) Kenyataan yang ditemui oleh peneliti dalam hasil penelitian ini

merupakan dimana para perempuan berusia muda sangat positf dalam

memaknai aplikasi Tinder selaku fasilitas hiburan serta pula bimbingan

dan mempeluas area sosial. Tidak terdapat pengalaman negatif yang bagi

mereka parah sehingga memunculkan trauma, bagi mereka perihal–

perihal negatif tersebut masih dapat diduga dengan metode menjauhi

serta pula membatasinya.

2) Setelah itu motif dari para pengguna perempuan berusia dewasa muda,

meski dalam penggunaannya mereka bermaksud buat mencari hiburan

serta kedekatan baru, bagi hasil yang didapat dari wawancara,

pengalaman negatif senantiasa dapat saja dirasakan oleh para pengguna

sebab perlakuan lawan pendamping merupakan di luar kendali

mereka.Meski begitu, kontrol dari tiap- tiap pengguna sangat berarti

dalam menyikapi tiap pengalaman yang didapat. Oleh karena itu bisa

disimpulkan kalau motif pengguna tidak dapat dijadikan tolok ukur

dalam membentuk arti Tinder. Tetapi lebih tepatnya, konstruksi arti

Tinder tercipta lewat gimana mereka menyikapi pengalaman yang

diterima serta setelah itu menerjemahkan/ merumuskan pengalaman

mereka jadi ke arah yang positif ataupun negatif.

130
131

3) Point arti dalam kesimpulan riset ini adalah Sudut pandang wanita lebih

dicermati sebagaimana pengguna wanita lebih banyak memperoleh

pengalaman traumatis bagi informasi. Yang setelah itu dibuktikan kalau

dari kelima responden sempat memperoleh perlakuan yang kurang

mengasyikkan dari pihak lawan dari aplikasi Tinder tersebut. Walaupun

begitu para perempuan berusia muda senantiasa memaknai kalau Tinder

mempunyai segudang khasiat bila bisa dimanfaatkan secara bijak.

Semacam menaikkan kedekatan pertemanan serta sosial sampai melatih

kita selaku komunikan serta komunikator buat berhubungan dengan

orang- orang baru dan menaikkan rasa percaya diri.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Akademik

Peneliti menyarankan agar penelitian serupa berikutnya dapat lebih

mengembangkan penelitian mengenai bagaimana pengaruh aplikasi

Tinder di saat masa pandemic ini, apakah ada peningkatan penggunaan

aplikasi Tinder dan apa pengaruh bagi pengguna nya. Serta diharapkan

peneliti juga bisa mengambil beberapa point – point yang ada untuk

menjadi gambaran penelitian yang akan dilakukan.


132

5.2.2 Saran Praktis

Peneliti menyarankan kepada para wanita dewasa muda di Tangerang

maupun di seluruh Indonesia agar mengambil nilai positif dari aplikasi

Tinder, karena tidak semua orang yang menggunakan Dating apps hanya

untuk kesenangan seksual. melainkan untuk bersosialisasi dan menambah

ruang lingkup pertemanan. Dan untuk para wanita dewasa muda yang

baru ingin menjadi pengguna aplikasi Tinder diharap untuk bisa lebih

waspada dan bijak serta menyaring orang-orang yang dapat membawa

dampak negatif. Agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.


DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adian, Donny Gahral. “Pengantar Fenomenologi”. Depok: Koekoesan, 2010

Austin, L., Yan Jin. (2017). Social media and crisis communication. New

York: Routledge.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Kuswarno, Engkus (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi

Fenomenologi; Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian,

Bandung: Widya Padjajaran

Levinson, Paul. (2009). New New Media. New York: Pearson.

Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. (2016). Theories of Human

Communication (11th Edition). Illinois: Waveland Press.

Littlejohn, Stephen W Littlejohn dan Karen A Foss. (2009). Teori

Komunikasi, Theories of Human Communication, Edisi 9, Jakarta:

Salemba Humanika

Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ketiga

puluh.

Nasrullah, Ruli. (2017). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya

dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

133
134

Patton, M. Q. (2014). Qualitative research & evaluation methods:

Integrating theory and practice. London: Sage publications.

Poe, Marshall T. (2011).”A History of Communications: Media and Society

from the Evolution of Speech to the Internet”. New York:

Cambridge University Press.

Schutz, A. (2011). Collected- Papers- V.Phenomenology- and- the- social-

sciences(Vol. 205). London: Springer Science & Business Media.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Dr. Hj. Eti Nurhayati, M. (2012). Psikologi Perempuan Dalam Berbagai

Perspektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

M, M. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta:

Prenadamedia Group.
135

Jurnal:

Amelinda Pandu Kusumaningtyas, A. I. (2019).

JODOH_DI_UJUNG_JEMPOL :

TINDER_SEBAGAI_RUANG_JEJARING_BARU. SIMULACRA,

Volume 2, Nomor 2,November 2019, 105 - 106.

Batubara, J. (2017). Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu

Pengetahuan dalam Konseling. Jurnal Fokus Konseling, Volume 3,

No. 2 ( 2017 ), 95-107.

Communivation Journal Voll. 01 No,01, Mei - Oktober 2016, 34 -37.

Eymeren, M. M.-V. (2010). MEDIA KOMUNIKASI DAN pengalamanNYA

TERHADAP KEBUDAYAAN . Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume

II, Nomor 1, Juni 2010, 25-31.

Helaluddin, H.(2018).Mengenal lebih dekat dengan pendekatan. fenomenologi:

sebuah penelitian kualitatif. Jurnal ResearchGate.

Haryanto. (2015).

PEMANFAATAN_MEDIA_SOSIAL_SEBAGAI_MEDIA

KOMUNIKASI_KOMUNITAS_PUSTAKAWAN DALAM

RANGKA PEMANFAATAN BERSAMA KOLEKSI ANTAR

PERGURUAN TINGGI. Tahub 5, Volume 5 No. 1 Mei 2015, 85-

86.

Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan fenomenologi: Pengantar praktik

penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Mediator: Jurnal

Komunikasi, 9(1), 163-180.
136

Irawan, F. (2019). Process of Relationship Initiaton Using Social Media

Study on Tinder Users in Solo City. 366(Icispe 2018), 46–48.

LaRose, R. (2010). The problem of media habits. Communication Theory,

20(2), 194-222. DOI :10.1111/j.1468-2885.2010.0136.

Manuaba, I.B Putera. (2008). MEMAHAMI-TEORI-KONSTRUKSI-

SOSIAL. Vol. 21 - No. 3 / 2008-07 TOC : 3, and page : 221 – 230

Nihayah, U. (2016). PERAN_KOMUNIKASI_INTERPERSONAL

UNTUK_MEWUJUDKAN_KESEHATAN_MENTAL_BAGI

KONSELI. Islamic

Nu Putu. C. M, I. D. (2017). Self Disclosure-Pengguna-Aplikasi-Kencan-

Online ( Studi-Pada-Tinder). Fakultas –lmu-Sosia- dan-Ilmu-

Politik-Universitas Udayana.

Prasanti, D. (2018). PENGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI BAGI

REMAJA PEREMPUAN DALAM PENCARIAN INFORMASI

KESEHATAN. JURNAL LONTAR VOL.6 NO 1 JANUARI-JUNI

2018, 13-21, 15-16.

Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Serang Raya.

Putri, A. F. (2019). Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas

Perkembangannya. SCHOULID: Indonesian Journal of School

Counseling 35-40.

Rizki Aprilia, A. S. (2020). Tingkat_Kecanduan_Media_Sosial pada Remaja.

JNC - Volume 3 Issue-1-February 2020, 41-50.

Rizzki, A. (2018). Makna Tinder sebgai Tempat Mendapatkan Teman

Hidup.

Routledge. Naab, T. K., & Schnauber, A. (2016). Habitual initiation of


137

media use and a response-frequency measure for its examination.

Media Psychology, 19(1), 126-155.

Schnauber, A.,_&_Wolf,_C._(2016). Media-habits-and-their-impact-on-

mediaplatform-selection-for-information-use.-Studies-in-

Communication-and Media. DOI:-10.5771/2192-4007-2016-1-105.

Sebastian, T. (2016). MENGENAL FENOMENOLOGI PERSEPSI

MERLEAU- PONTY TENTANG PENGALAMAN RASA.

32.1.2016, 94 -115.

Surakarta: Penerbit Universitas Sebelas Maret

Sutopo, H.B. 2006. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF.

Suyanto, S. (2019). Fenomenologi Sebagai Metode dalam Penelitian

Pertunjukan Teater Musikal. Lakon Jurnal Pengkajian &

Penciptaan Wayang, 16(1).

Tjahjawulan, C. M. (2020). Pencarian Jodoh Daring Masyarakat Urban

Indonesia. (Jurnal Seni Rupa Warna) Vol 8 No 1, Januari 2020, 19

-37.
138

Skripsi:

Nu Putu. C. M, I. D. (2017).

Self_Disclosure_Pengguna_Aplikasi_Kencan_Online

(Studi_Pada_Tinder)._Fakultas_Ilmu_Sosial_dan_Ilmu_Politik

Universitas_Udayana.

Maryam, I. (2016). Fenomena Bela Diri Muay thai bagi Kalangan Wanita di

Kota Bandung Studi Fenomenologi Bela Diri Muay Thai Bagi Kalangan

Wanita di Kota Bandung (Doctoral dissertation, PERPUSTAKAAN).

Rizzki, A. (2018). Makna Tinder sebgai Tempat Mendapatkan Teman

Hidup. Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Serang

Raya.

Setiawan, H. A. (2018). MOTIF DAN KEPUASAN MAHASISWA DALAM

MENGAKSES AKUN INSTAGRAM DOMPET DHUAFA.

YOGYAKARTA: PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA .

Handini, S. (2016). Konstruksi Realitas Sosial Alur Percintaan Drama "The Heirs"

Terhadap Remaja Dalam Komunitas Korean Drama Lovers Semarang.

Semarang: Fakultas Teknologi Informasi Dan Komunikasi Universitas

Semarang.
139

Website:

Effendi, A. (2020, Oktober 22). Cara Cari Jodoh Lewat Aplikasi Kencan

dan Tips Aman Main Tinder. Retrieved from POPBELA:

https://www.popbela.com/.relationship./single./andhina-

effendi/cara- mencari-jodoh-dan-tips-aman-main-

Tinder/1________________---

KOMPAS. (2020, Februari 14). Apa Itu Tinder, Sejarah dan Fitur-Fitur

Unggulannya. Retrieved from KOMPAS.COM:

https://tekno.kompas.com/read/2020/02/14/10350087/sejarah-

medium- pencarian-jodoh-dari-iklan-cetak-hingga-Tinder?page=all

Pras. (2016, September 6). Cara Mudah Menggunakan Aplikasi Tinder serta

Mendapatkan Banyak Match dalm Mencari Jodoh. Retrieved from

FUTURELOKA: http://futureloka.com/cara-mudah-menggunakan-

aplikasi-Tinder-serta-mendapatkan-banyak-match-dalm-mencari-

jodoh/

Savage, M. (2019, Desember 19). Para_milenial_yang_menghapus_Tinder

dan_merasa_bahagia.Retrieved_from_BBC_NEWS:

--https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-50848849

Anggraeni, L. (2020, Mei 06). Medcom.id. Retrieved from Tinder akan

luncurkan video chat dalam aplikasi akhir 2020:


140

https://m.medcom.id/amp/ybJGQWmktinder-akan-luncurkan-video-

chat-dalam-aplikasi-akhir-2020

Populix. (2020, September 7). Populix. Retrieved from 5 Aplikasi Kencan Online

Terbaik 2021 Untuk Cari Pasangan:

https://www.info.populix.co/post/aplikasi-kencan-online

Indonesia, C. (2020, April 04). Wabah Corona Bikin Aplikasi Kencan Online Laris

Manis. Retrieved from CNN Indonesia:

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200402144747-185-

489624/wabah-corona-bikin-aplikasi-kencan-online-laris-manis

.
141

Halaman ini berisi Daftar Riwayat Hidup. Informasi yang ditulis disini adalah:

RIWAYAT HIDUP

Nama : Valerie Audrey


NIM 1417009
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/ 19 Oktober 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pamoyanan Sari no.18 Kota Bogor selatan
No. Telp 087770591868

Riwayat Pendidikan

Tahun 2005 s/d 2011 : Sdn Gunung Sindur 02


Tahun 2011 s/d 2014 : Sekolah Menegah Pertama Mardi Yuana Bogor
Tahun 2014 s/d 2017 : Sekolah Menengah Atas Mardi Yuana Bogor
142

TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/Tanggal : Minggu, 18 April 2021

Narasumber : Farreline ( wanita dewasa muda berusia 18 tahun pengguna

aplikasi Tinder )

P: Sebelum saya memulai wawancara ini kita sudah menerapkan sesuai dengan

protocol Kesehatan dan disini sudah ada seorang wanita yang kebetulan

bekerja di satu tempat kerja yang sama dengan saya. Jadi tujuan wawancara

ini adalah untuk bahan skripsi saya. pertama-tama tolong perkenalkan diri

anda.

F: Nama saya Farreline dan saya berumur 18 tahun

P: Anda berumur 18 tahun berarti bisa diartikan adalah umur peralihan dari

masa remaja ke masa dewasa

F: Iya, betul.

P: Alasan apa yang membuat anda ingin bermain Tinder.

F: Karna di masa karantina ini dimana kehidupan sosial kita sangat dibatasi

sehingga saya bosan dan berinisiatif untuk mencari teman ngobrol dan

teman baru.

P: Kalau anda menggunakan aplikasi Tinder sesering apa ?

F: kalau saya senidiri sih aktif gunain Tinder mungkin bisa 2 hari sekali sih

buka Tinder.

P: Jelaskan kriteria anda yang membuat anda tertarik dan memilih lawan jenis

di Tinder itu seperti apa?

F: Kriteria saya yang pertama saya lihat adalah fisik nya terlebih dahulu seperti
143

wajah nya tampan, dan harus juga seagama.

P: Farreline apakah anda masih dalam Pendidikan sekolah atau sudah lulus?

F: Aku baru lulus.

P: Dimana tempat anda bersekolah?

F: Saya bersekolah di Pahoa.

P: Jadi anda akan mengambil Kuliah dimana?

F: Di Prasetya Mulia

P: Apakah anda pernah bertemu dengan orang yang anda kenal di Tinder?

F: Ya, Pernah dengan orang yang mempunyai mutual friends dengan orang

yang sudah saya kenal sebelumnya, sehingga saat pertama kali bertemu bisa

bertemu dengan mengajak teman - teman saya juga karena mereka sudah

saling kenal.

P: Jadi anda berani memutuskan untuk bertemu kalau memang sudah ada

relasi/ kenal dengan teman anda ya?

F: Ya, karena di Tinder kita benar -benar orang asing dan untuk self defence

juga sehingga saya yakin kalau orang yang saya temui memang bukan orang

yang akan melakukan hal yang aneh -aneh karena ada teman saya yang

sudah kenal dia juga.

P: Apa hal Positif dan negative yang anda dapatkan dari Tinder?

F: Hal positif yang saya dapatkan dari Tinder adalah mengenal banyak teman

baru dengan berbagai latar belakang sehingga mendapatkan pengalaman


144

baru juga dan untuk hal negative yang saya dapatkan dari Tinder adalah

banyak orang yang mengajak kenalan dengan tujuan untuk FWB (Friend

with Benefits) dan ONS (One Night Stands).

P: Apa yang membuat anda memilih Dating app Tinder disbanding yang lain

seperti Tan -Tan?

F: Karna di circle pertemanan saya mayoritas mengetahui Dating apps adalah

Tinder sehingga saya hanya mencoba bermain Tinder dan kurang

mengetahui mengenai dating app yang lainnya.

P: Apa hal yang pertama kali anda tanyakan setelah anda berkenalan dengan

lawan jenis anda di Tinder?

F: Saya paling memulai nya dengan perkataan “hai dan asal dari mana” aja

karena saya tidak terlalu bisa memulai pembicaraan dan biasanya

pembicaraan nya akan mengalir saja mulai dari situ seperti kuliah dimana

dan yang lainnya.

P: Apakah anda pernah mendapat judge dari teman yang anda kenal karena

bermain Tinder?

F: Ada sih malah datang nya dari yang bukan teman dekat dan ujung -

ujungnya mereka juga bermain Tinder, untuk teman dekat yang sudah kenal

saya mayoritas mereka bermain Tinder juga.

P: Menurut pendapat anda bagaimana jika ada pasangan yang sampai pacaran

atau menikah dan berkenalan dari Tinder?


145

F: Menurut saya itu tidak masalah karena memang salah satu tujuan dari

Dating apps dibuat adalah untuk mencari pasangan. tetapi untuk saya

pribadi saya memiliki trust issue dengan pasangan saya yang berkenalan

lewat dating app karena saya berpikir mungkin saat kami dalam hubungan

pacaran bisa saja dia masih bermain Tinder untuk berkenalan dengan lawan

jenis yang lain.

P: Menurut anda apakah banyak hal Positif atau Negatif yang anda dapatkan

dari aplikasi Tinder?

F: Kalau saya pribadi lebih banyak hal positif yang saya dapatkan dari Tinder

seperti memperluas pertemanan dan menambah wawasan saya dengan

bertemu dengan banyak orang baru.

P: Apakah sampai saat ini masih ada banyak teman anda yang anda kenal dari

Tinder?

F: Ya, Masih banyak.

P: Apa pengaruh Tinder dalam hidup anda?

F: Pengaruh Tinder dalam hidup saya adalah memperbanyak pertemanan dan

koneksi dari berbagai latar belakang dan umur.

P: Apakah untuk seseorang yang berkepribadian introvert atau extrovert

berpengaruh dalam proses berkenalan dalam Tinder pada saat bertemu atau

saat berkomunikasi melalui aplikasi Tinder?


146

F: menurut saya tergantung, kalau saya berkepribadian extrovert. tetapi pada

saat saya chat di Tinder saya lebih jutek dan males untuk membalas nya

karena saya lebih senang untuk bertemu dan berkenalan secara langsung

dengan bertatap muka.

P: Menurut anda lebih nyaman berkomunikasi dengan orang di Tinder yang

belum anda kenal sama sekali atau dengan media chat yang lain dan dengan

orang yang sudah anda kenal sebelumnya?

F: Menurut saya lebih nyaman untuk berkenalan dengan orang baru di Tinder

karena masih banyak topik dan obrolan yang bisa kita bicarakan

dibandingkan dengan orang yang sudah kita kenal karena akan sulit untuk

mencari topik baru untuk memulai suatu pembicaraan.

P: Ok Farreline, saya pikir sudah cukup dan terimakasih atas waktu yang anda

berikan untuk menjawab pertanyaan dari saya.

F: Sama – Sama.
147

Hari/Tanggal : Selasa, 20 April 2021

Narasumber : Monica ( wanita dewasa muda berusia 21 tahun pengguna

aplikasi Tinder )

P: Terimakasih atas ketersediaan nya untuk mengikuti wawancara ini dan

sebelum wawancara ini dimulai kita sudah menjalankan semuanya sesuai

dengan protocol Kesehatan yang berlaku.

P: Silahkan memperkenalkan diri anda?

M: Nama saya Monica, umur 20 tahun kuliah di daerah Gading Serpong dan

sudah semester 6.

P: Apakah Tinder menjadi sesuatu hal yang asing dalam dunia social anda?

M: Menurut saya pribadi di kalangan anak seumuran saya bermain Dating

apps Tinder sama sekali tidak asing

P: Sejak kapan anda mulai menggunakan Tinder?

M: Sejak masa pandemic (Covid -19) mulai berlangsung saya memutuskan

untuk bermain Tinder

P: Berapa kali waktu yang kamu habiskan dalam seminggu untuk menggunakan
aplikasi Tinder ?

M: Kalau saya sendiri sih cukup intens ya menggunakan aplikasi Tinder ini

dimasa pandemi hampir setiap hari saya menggunakannya.

P: Alasan anda bermain Tinder apa?

M: Karena pada masa pandemic ini saya tidak bisa ke mana -mana, kuliah juga

tidak berjalan untuk sementara waktu, sehingga untuk mengisi waktu luang

saya memutuskan untuk mencoba bermain Dating apps yaitu Tinder untuk
148

mengisi waktu luang saya sehingga mempunyai teman ngobrol baru.

P: Kriteria anda untuk memutuskan menerima atau mencari pertemanan lawan

jenis anda di Tinder itu apa?

M: Yang pertama sih yang tidak terlalu narsis atau terlalu pede di foto profile

Tinder nya karena menurut saya agak aneh untuk seorang laki -laki dan

yang umur nya lebih tua dari saya 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun karena

menurut saya cowok yang lebih tua dengan wawasan yang lebih luas akan

lebih enak diajak berbicara atau bertukar pikiran.

P: Apakah pernah memutuskan untuk bertemu dengan lawan jenis yang anda

kenal di Tinder?

M: Pernah, 1(satu) sampai 2(dua) kali

P: Bagaimana perasaan anda saat bertemu lawan jenis di Tinder untuk pertama

kali?

M: Pasti ada rasa waspada akan terjadi hal yang buruk untuk itu saya selalu

memberitahukan informasi tempat yang akan saya kunjungi dengan orang

yang baru saya kenal di Tinder ke kerabat terdekat saya agar penyegahan

berkaitan beberapa hal yang tidak diharapkan. Tetapi selama ini saya

berkenalan dengan lawan jenis di Tinder tidak pernah bertemu dengan orang

yang aneh ataupun memiliki niatan jahat.

P: Apa pengalaman negative dan positif yang anda dapatkan di Tinder?

M: Pengalaman positif yang saya dapat dari Tinder adalah bertemu dengan

banyak teman baru yang bisa banyak bertukar pikiran dan berbagi

pengalaman sehingga menambah wawasan saya juga dan untuk pengalaman


149

negative dari Tinder adalah saya banyak menemukan beberapa orang saat

sedang melakukan percakapan secara online atau chatting hanya bertujuan

ke arah seks saja.

P: Alasan anda memilih Tinder dibandingkan Dating apps yang lainnya?

M: Kalau menurut saya pribadi karena di Tinder orang -orangnya lebih cocok

dengan kriteria yang say a cari dibandingkan Dating apps yang lainnya itu

mengapa saya lebih nyaman menggunakan Tinder dari pada Dating apps

yang lain.

P: Apa pengaruh aplikasi Tinder di lingkungan sosial anda?

M: Pengaruh nya untuk saya adalah jadi bertambah teman dengan latar

belakang yang berbeda sehingga banyak sekali menambah wawasan saya

dan cara pandang saya terhadap pergaulan dari masing - masing daerah

tempat mereka tinggal.

P: Apa hal yang pertama kali anda tanyakan saat anda memulai percakapan di

Tinder?

M: Hal pertama yang saya tanyakan adalah lebih ke lawan jenis untuk

memperkenalkan diri seperti kuliah atau sudah kerja, asal dari mana dan

tinggal dimana.

P: Apakah anda pernah dapat judge dalam hal negatif dari teman karena

bermain Tinder?
150

M: Ada sih banyak yang berpikiran kalau bermain atau mencari pasangan di

aplikasi Dating apps khususnya Tinder lebih ke arah negative yang akan

didapat. Tapi selama ini saya merasa nyaman dengan bermain Tinder dan

banyak mendapat teman baru sehingga saya tidak terlalu memikirkan

ucapan atau pendapat teman saya.

P: Menurut anda pasangan yang bertemu dari Tinder itu bagaimana?

M: Menurut saya pasangan yang bertemu di Tinder tidak ada masalah selama

mereka cocok dan nyaman satu sama lain sah – sah saja.

P: Saran apa yang dapat anda berikan untuk orang yang ingin bermain Tinder?

M: Menurut saya sih Pinter -Pinter menyeleksi aja supaya tidak sampai

memberikan pengalaman yang merugikan untuk kita ke depan nya, lebih

selektif aja sebelum memutuskan untuk bertemu dengan lawan jenis

atau orang yang anda kenal di Tinder untuk mencegah hal-hal yang tidak

dinginkan terjadi.

P: Terimakasih atas waktu dan ketersediaan anda sehingga wawancara ini

berjalan dengan lancar.

M: Sama- sama semoga informasi yang saya berikan bermanfaat.


151

Hari/Tanggal : Rabu, 29 April 2021

Narasumber : Dian ( wanita dewasa muda berusia 22 tahun pengguna

aplikasi Tinder )

P: Terimakasih atas ketersediaan nya untuk mengikuti wawancara ini dan

sebelum wawancara ini dimulai kita sudah menjalankan semuanya sesuai

dengan protocol Kesehatan yang berlaku.

P: Silahkan memperkenalkan diri anda?

D: Nama saya Dian Nur Cahaya, umur 22 tahun kuliah jurusan perhotelan dan

sudah semester 6.

P: Apakah Tinder menjadi sesuatu hal yang asing dalam dunia social anda?

D: Menurut saya ini merupakan hal yang baru sih karena saya baru mulai

mencoba bermain Dating apps ini dalam jangka waktu yang sebentar

P: Sejak kapan anda mulai menggunakan Tinder?

D: Sudah berjalan beberapa bulan ini

P: Seberapa sering kamu menggunakan aplikasi Tinder?

D: Aku sih kalau lagi bosen aja baru buka Tinder.

P: Alasan anda bermain Tinder apa?

D: Karena ingin mencari dan memperluas relasi pertemanan.

P: Kriteria anda untuk memutuskan menerima atau mencari pertemanan lawan

jenis anda di Tinder itu apa?

D: Kalau aku tipe nya memang yang Chinese gitu dan seagama jadi sebisa

mungkin yang sesuai dengan kriteria itu.


152

P: Apakah pernah memutuskan untuk bertemu dengan lawan jenis yang anda

kenal di Tinder?

D: Belum pernah sama sekali

P: Apa pengalaman negative dan positif yang anda dapatkan di Tinder?

D: Karena saya baru sebentar bermain aplikasi Tinder jadi belum ada

pengalaman positif dan negative yang saya dapatkan dari aplikasi ini.

P: Alasan anda memilih Tinder dibandingkan Dating apps yang lainnya?

D: Karena Tinder sudah sangat terkenal di kalangan pertemanan saya sehingga

saya hanya tau aplikasi Dating apps hanya Tinder

P: Apa pengaruh aplikasi Tinder di lingkungan sosial anda?

D: Pengaruh nya untuk saya adalah jadi memperbanyak dan memperluas circle

pertemanan saya.

P: Apa hal yang pertama kali anda tanyakan saat anda memulai percakapan di

Tinder?

D: Hal pertama yang saya tanyakan adalah lebih ke agama apa dan asal dari

mana. Kalau untuk tahu dia Chinese atau nggak dari foto profil nya aja sih.

P: Apakah anda pernah dapat judge dalam hal negatif dari teman karena

bermain Tinder?

D: Belum pernah karena memang saya tidak memberitahukan kepada teman-

teman saya kalau saya bermain Tinder.

P: Menurut anda pasangan yang bertemu dari Tinder itu bagaimana?


153

D: Menurut saya pasangan yang bertemu di Tinder tidak ada masalah kalau

mereka merasa kalau sama-sama nyambung dan cocok.

P: Saran apa yang dapat anda berikan untuk orang yang ingin bermain Tinder?

D: Menurut saya sih Pinter -Pinter menyeleksi aja karena foto profile di Tinder

bisa saja palsu jadi sebelum bertemu harus lebih mengenal dulu sisi

kepribadian orangnya tersebut apakah cocok dan nyaman dengan

kepribadian kita.

P: Terimakasih atas waktu dan ketersediaan anda sehingga wawancara ini

berjalan dengan lancar.

D: Sama- sama semoga informasi yang saya berikan bermanfaat.


154

Hari/Tanggal : Rabu, 29 Agustus 2021

Narasumber : Angelie ( wanita dewasa muda berusia 19 tahun, mahasiswa

baru, pengguna aplikasi Tinder )

P: Sebelumnya mohon perkenalkan diri terlebih dahulu

A: Oke dimulai dari aku ya, hai aku Angelie biasanya dipanggil Angel, aku

mahasiswa baru di universtias Multimedia Nusantara.

P: Oke baik, sebelumnya Angel ini termasuk ekstrovert atau introvert sih

dalam bersosialisasi?

A: Aku lebih ekstrovert sih kak, karena aku sendiri orangnya emang suka

ngobrol.

P : Alasan Angel sendiri gunain Tinder itu karena apa ?

A : Kalau akusih jujur karena waktu itu emang bosen dan jomblo juga jadi

kayak boleh juga nih kali aja nemu cowok yang cocok di Tinder

P: Menurut Angel Tinder jadi sesuatu yang asing enggak di sosial media?

A: Enggak sih, anak muda sekarang 50% pasti udah pernah make.

P: Angel ini salah satu pengguna Tinder bukan sih?

A: Iya pernah, tapi sekarang udah enggak terlalu aktif ngengunain Tinder.

P: Kalau sekarang Angel sendiri gunain Tinder biasa seminggu berapa kali

sih?

A: Kalau dulu sih sering banget ya bisa setiap hari menggunakan nya , tetapi

sekarang paling seminggu hanya sekali sampai dua kali hanya untuk lihat

lihat saja apa ada cowok yang menarik.


155

P: Ada pengalaman negatif yang didapat dari Tinder?

A: Aku pernah dapet banyak ajakan sebagai friend with benefit yang konotasi

nya ke arah negatif. Ini yang aku takutin kalo ketemu orang asing

P: Kalau pengalaman positif?

A: Bisa kenal banyak orang menambah relasi dan pertemanan

P: Kenapa angel lebih memilih Tinder daripada aplikasi yang lain?

A: Sebenernya aku banyak download aplikasi serupa tapi lebih fokus ke

Tinder. Karena lebih banyak cogan (cowok ganteng) yang pakai Tinder

jadi peluangnya lebih besar.

P: Apa yang kamu tanyakan ketika pertama kali memulai chat?

A: Biasanya sih tentang tempat tinggal asal dan tempat kuliah.

P: Pernah ga main Tinder terus dijudge sama temen-temen?

A: Ga sih paling cuma pada ketawa aja “ih main Tinder ya” soalnya biasanya

yang main Tinder kan jomblo gitu ya.

P: Menurut angel dengan main Tinder lebih pede atau ga untuk bertemu

dengan orang?

A: Sebenernya lebih percaya diri ketemu langsung. Karena kalo dari Tinder

banyak yang dipalsukan/fake.

P: Tapi biasanya kan dengan main Tinder kita bisa memperdalam dulu tentang

orangnya dan membangun rasa nyambung sehingga ketika ketemu ga

kaget?

A: Aku sebenernya kan kadang extrovert ya. Jadi kalo emang seru ya

nyambung-nyambung aja. Tapi kalo orangnya kurang rame mending


156

kenalannya dari Tinder dulu aja.

P: Terus kalo buat angel makna Tinder itu apa sih?

A: Kalo menurut aku Tinder itu keren sih ya. Tinder menghubungkan antar

orang untuk saling mengenal. Tidak hanya untuk search partner, tetapi

juga Mutual friends dan partner kerja. Itu bisa bermanfaat banget. Dan

buat aku sendiri sekarang aku udah punya banyak banget mutual friends di

instagram dari aplikasi Tinder sendiri

P: Kalo makna Tinder dalam sudut pandang angel sebagai ekstrovert

bagaimana?

A: Satu bikin percaya diri. Yang kedua menjadi hiburan di waktu bosan.

Karena ekstrovert butuh recharge energi dari bersosialisai dengan dunia

luar. Kemudian kita juga bisa mempelajari sifat-sifat orang dan bagaimana

cara menanggapinya.

P: Bagaimana Angel mengatasi hal-hal negatif yang didapat dari Tinder?

A: Kalau sudah menjerumus hal negatif aku ga aku lanjut sih, ada fitur block

dan report juga tinggal dipakai.

P : Menurut Angel sendiri tentanag pasangan yang bertemu di aplikasi Tinder

bagaimana ?

A : Kalau menurut aku keren sih karena pasti kan lebih banyak cerita nantinya.

P: Ada gak pesan dari Angel untuk perempuan di luar sana yang kebanyakan

takut menggunakan Tinder karena stigma negatif aplikasi tersebut?

A: Selagi tujuannya baik ga usah takut. Tapi kalo udah menjerumus untuk

mengajak ke hal-hal yang bertujuan buruk, sebaiknya langsung tinggalin.

Dan menurut aku main Tinder itu wajar aja, jadi gausah takut cemooh dan
157

kata-kata orang. Karena emang balik lagi ke tujuan awal kita main Tinder

buat apa.

P: Baik kalo gitu, terimakasih banyak Angel sudah bersedia di wawancara.

A:sama-sama.
158

Hari/Tanggal : Rabu, 29 Agustus 2021

Narasumber : Vira ( wanita dewasa muda berusia 20 tahun, Mahasiswa

semester 5, pengguna aplikasi Tinder )

P: Sebelumnya boleh perkenalan dulu namanya siapa? Umurnya berapa?

Tinggal di mana? Terus Kuliah atau kerja di mana?

V: Nama aku Fira Damayanti, kelahiran 2001, sekarang kuliah masuk semester

5 di Gunadarma ambil jurusan ilmu komunikasi dan sekarang juga lagi

kerja di salah satu café di Gading Serpong.

P: Okay. Vira sendiri ini gunain Tinder gak sih sebenernya?

V: Gunain tapi untuk saat ini sedang kurang aktif kak dan paling sesekali aja

sih kak kalau sempet dibuka dikarenakan ada kesibukan lain juga seperti

kuliah sama kerja.

P: Okay. Vira sendiri ini gunain Tinder gak sih sebenernya?

V: Gunain tapi untuk saat ini sedang kurang aktif kak, karenakan ada

kesibukan lain juga seperti kuliah sama kerja.

P: Vira sendiri sudah sejak kapan menggunakan Tinder kapan?

V: Awal pandemi.ini sih kak baru mulai main Tindernya

P: AlasanVira sendiri waktu memutuskan akhirnya main Tinder apa?

V: Gabut kak, mau ada temen chat aja. Karena di rumah aja ga ketemu temen.

Cari temen baru.

P: Sebelum main Tinder apakah ada kriteria khusus?

V: Yang diliat dari typingnya sih kak alay atau gak, trus ngobrolnya.
159

P: Kalau kriteria fisik ada yang khusus atau enggak walaupun jadi temen?

V: Biasanya ganteng, gondrong, dan berkumis tipis hehehe.

P: Fira pernah gak ketemu orang dari Tinder?

V: Kalo ketemu langsung belum kak, karena biasanya dapet yang luar orang

kota jadi susah ngatur waktu juga.

P: Kalo tukeran ig dan line ada?

V: Ada sih kak beberapa kita akhrinya mutusin buat chat di line.Biasanya itu

tuh kalau udh srek aja gitu sama orangnya, udah nyaman makanya pindah

ke aplikasi chat yang bisa lebih leluasa aja

P: Berarti artinya udah cocok dan nyambung ya?

V: Iya kak.

P: Biasanya pertama kali ngomongin apa?

V: Pertama kesibukan sih kak. Kuliah atau kerja gitu. Biasanya tanya itu sih

kak.

P: Ada pengalaman negatif atau positif ga sih selama main Tinder?

V: Kalo negatif pasti ada sih kak kayak suka ada yang naro foto aneh gajelas

gitu biasanya aku langsung skip dan kalau bisa aku report juga. Tapi kalo

aku selama ini dapet pengalaman ngobrol ataupun match sama orang lebih

kearah yang positif sih, lebih ke sharing-sharing berbagi pengalaman dan

juga melihat pandangan baru.

P: Kalo menurut vira orang yang menyalahkangunakan Tinder?


160

V: Wah itu sih salah platform banget sih. Tinder kan ya buat cari relasi dan

temen.

P: Alasan vira sendiri milih Tinder apa?

V: Karena Tinder ynag paling terkenal sih kak. Mungkin Tinder juga secara

tampilan aplikasinya lebih menarik.

P: Ada ga sih pengaruhnya buat vira ketika main Tinder?

V: Banyak sih kak, komunikasi jadi lebih bagus, sama lawan main suka pake

bahasa inggris lah buat komunikasi.

P: Menurut Vira kalo ada pasangan yang sampe nikah dari Tinder?

V: Bagus sih, kalo dua-duanya memang cocok dan ga ada masalah apapun. Pas

ketemu cocok ya ga ada masalah.

P: Ada ga saran yang mau diberikan untuk wanita dewasa muda di luar sana

yang baru mau makai?

V: Pokoknya jangan asal mainnya, jangan cuma lihat fisik aja. Kita harus lebih

bijak dan lebih menyaring.

P: Kalo makna Tinder untuk Vira gimana?

V: Kalo aku lebih percaya diri di komunikasi sih kak, terus juga bisa belajar

banyak bahasa. Aku kalo di real life bertemu orang baru malu-malu.

Sedangkan kalo di Tinder jadi lebih percaya diri. Apalagi buat aku sendiri

yang memang anak komunikasi ini tuh berguna banget juga buat kita

menggali skill supaya bisa membangun komunikasi yang baik sama orang

– orang baru.
161

P: Vira sendiri sampe sekarang main Tinder untuk cari temen aja atau misal

ada peluang lebih deket mau?

V: Aku pure nyari temen doang sih kak. Kadang ada yang suka modus gitu,

aku enggak dulu lah. Aku cuma mau cari temen aja.

P: Oke thank you ya Vira.

V: Oke kak.
162

SURAT IZIN PENELITIAN


163

LAMPIRAN FOTO NARASUMBER

Narasumber : Farreline ( wanita dewasa muda berusia 18 tahun pengguna aplikasi

Tinder )
164
165

Narasumber : Monica ( wanita dewasa muda berusia 21 tahun pengguna

aplikasi Tinder )

.
166
167

Narasumber : Dian ( wanita dewasa muda berusia 22 tahun pengguna aplikasi

Tinder )
168

Narasumber : Angelie ( wanita dewasa muda berusia 18 tahun pengguna aplikasi

Tinder )
169

Narasumber : Angelie ( wanita dewasa muda berusia 18 tahun pengguna aplikasi

Tinder )
170

Narasumber : Vira ( wanita dewasa muda berusia 21 tahun pengguna aplikasi

Tinder )

Anda mungkin juga menyukai