Anda di halaman 1dari 8

Nama : Yunita suhartono

Kelas : 5D

Nim : 1986208216

Matkul : Strategi Pembelajaran

Dosen pengampu : Nashrullah,M.A

*Ringkasan Hasil Diskusi Kelompok 1- Kelompok 7*

1-Teori Belajar Behaviorisme Dan Kontruksivisme Dalam Pembelajaran

teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai
contoh, siswa belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan
gurunya sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat
mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum
dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang
yang belajar atau siswa.

teori konstruktivisme, pembentukan pengetahuan yang terjadi pada manusia berasal dari
pengalaman-pengalaman yang telah dilewatinya. Teori ini terus berkembang seiring
dengan berjalannya waktu. Dalam perkembangannya, teori ini menerima pengaruh dari
ilmu psikologi, khususnya psikologi kognitif Piaget yang di mana kognitif Piaget sangat
berkorelasi dengan psikologis manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Jadi, bisa
dikatakan bahwa “belajar” adalah suatu proses yang dilakukan oleh murid atau peserta
didik dalam membangun pengetahuan.

Konstruksi berarti membangun. Jadi teori belajar konstruktivisme suatu usaha yang
dilakukan untuk membangun tata hidup yang berbudaya modern. Teori belajar ini
berlandaskan pembelajaran kontekstual. Dengan kata lain, manusia membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit yang hasilnya disebarkan melalui konteks yang terbatas
dan dalam waktu yang direncanakan. Teori ini menekankan seseorang yang belajar
memiliki tujuan untuk menemukan bakatnya, menambah pengetahuan atau teknologi, dan
lain-lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya.

Setiap teori belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jadi, setiap guru atau pendidik
sebaiknya mencari teori belajar yang sesuai dengan karakter dari setiap murid. Dengan
pemilihan teori yang benar maka proses belajar mengajar akan lebih maksimal dan hasil
yang didapatkan dari proses itu berdampak baik bagi murid atau peserta didik. Dalam
proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori belajar dapat membantu guru atau
pendidik untuk mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid atau
peserta didik.

2-Teori-Teori Belajar Kognitif Dan Humanisme Dalam Pembelajaran

Teori belajar bersumber dari aliran-aliran psikologi. Landasan psikologis dalam


pembelajaran, terutama berkaitan dengan psikologi/teori belajar (psychology/teori of
learning) dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar
memberikan konstribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada peserta
didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. Dengan kata lain,
psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum. Sedangkan psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan
kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik tersebut. Psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar

Teori belajar humanistik berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar 
humanistik lebih mengutamakan melihat tingkah laku manusia sebagai campuran antara
motivasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan teori belajar behavioristik hanya
melihat motivasi manusia sebagai sebuah usaha untuk memenuhi fisiologis manusia.
Teori belajar humanistik lebih menekankan pada pembentukan kepribadian, perubahan
sikap, menganalisis fenomena sosial, dan hati nurani yang diterapkan melalui materi-
materi pelajaran. Dalam teori ini guru atau pendidik sangat berperan sebagai fasilitator.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori konstruktivisme dalam
proses belajar mengajar.

Dalam pandangan humanisme , belajar bertujuan untuk menjadikan manusia

selayaknya manusia, keberhasilan belajar ditandai bila peserta didik mengenali dirinya

dan lingkungan sekitarnya dengan baik. Peserta didik dihadapkan pada target untuk

mencapai tingkat aktualisasi diri semaksimal mungkin. Teori humanistic berupaya

mengerti tingkah laku belajar menurut pandangan peserta didik dan bukan dari

pandangan pengamat. Penerapan teori humanistic pada kegiatan belajar hendaknya

pendidik menuntun peserta didik berpikir induktif, mengutamakan praktik serta

menekankan pentingnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Hal tersebut

dapat diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta didik mampu mengungkapkan

pemikiran mereka di hadapan audience.

3-Model-Model Strategi Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Syaiful Bahri Djamarah, mengartikan
strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan.

Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam


mencapai tujuan. Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan
metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa
setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.Dalam prakteknya, kita (guru)
harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru
dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran
dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran
dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.

4-Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan (Approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan.

Guru berusaha pembimbing yang baik dengan peranan yang arif antara dua guru dengan
anak didik. Ketika kegiatan belajar mengajar, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap
dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuesinya. Semua
kendala yang terjadi dan tepat menjadi penghambat jalan proses belajar mengajar, baik
yang berpangkal dan perilaku dalam didik, maupun yang bersumber dari luar diri anak
didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar
mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana
bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak
didik akan mementukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai
pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan
pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Guru yang memandang anak didik
sebagai pribadi yang berbedaa dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang
memandang abak didik sebagai mahluk yang sama dan tidak ada pebedaan dalam segala
hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam pengakaran.

Pendekatan (Approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandangkita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi,menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti panutan pembelajaran yang berusaha


meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam
pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.

5-Strategi Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities
designed to achieves a particular educational goal (J.R. David, 1976). Jadi, dengan
demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua
hal yang perlu kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berati penyusunan
suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada
tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum
menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi (Wina
Sanjaya,2006:126).

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.
Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka
pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua
itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa
yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara penyampaiannya.   Dari pengertian
beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan
menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka
kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan
falsafah atau teori belajar tertentu.

Rowntree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam beberapa kelompok, yaitu,


Strategi pembelajaran penyampaian (exposition), Strategi pembelajaran penemuan
(discovery), 3. Strategi pembelajaran Individual (individual), dan Strategi pembelajaran
kelompok (groups). Dari cara penyajian dan pengolahannya, strategi pembelajaran juga
dapat dibedakan menjadi dua yaitu, Strategi Pembelajaran Deduktif dan Strategi
Pembelajaran Induktif.

Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru harus mengacu pada kriteria sebagai
berikut: Kesesuaian antara strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi,
Kesesuaian strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan yang akan disampaikan,
Kesesuaian strategi pembelajaran dengan sasaran (kemampuan awal, karakteristik yang
berhubungan dengan latar belakang dan status sosial, karakteristik yang berkaitan dengan
perbedaan-perbedaan kepribadian),  Kemampuan strategi pembelajaran (kelompok atau
individu), Karakteristik strategi pembelajaran (kelemahan maupun kelebihannya) , Biaya,
dan  Waktu.

6-Metode dan Teknik Pembelajaran

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode
diartikan cara melakukan sesuatu. Metode pembelajaran bahasa ialah rencana
pembelajaran bahasa, yang mencangkup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara
sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan
bagaimana pengembanganya. Bahan ajar disusun secara sistematis agar mudah diserap
dan dikuasai oleh anak. Semuanya didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal
itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut, dengan
kata lain pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan.
Metode, mencangkup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta
kemungkinan pengadaan remediasi dan pengembangan bahan ajar tersebut.

Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai, ia mulai memilih
bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Bahan ajar tersebut disusun menurut
urusan tingkatan kesukran, yakni yang mudah berlanjut pada yang lebih sukar.
Disamping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remidi serta
mengembangkan bahan ajar tersebut. Teknik pembelajaran merupakan cara guru
menyampaikan bahan ajar yang sudah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan
yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu
mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil
dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangan
situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisiyang lain.
Dengan demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali.
Untuk metode yang sama, dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda,
bergantung pada berbagai factor tersebut.

7-Pembelajaran PAIKEM

PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan,
dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain.

Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif,
yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

PAIKEM merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling


sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi
(siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi,
lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman
belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui
simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang
kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).
Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera
mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).

Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik
dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang sangat cocok dan menarik
peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)

PAIKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik


mengejakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan
pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru
menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan
supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektifSeperti telah disebutkan di
muka, pendekatan STM pada awalnya dikembangkan untuk pembelajaran sains,
khususnya sains alam, tetapi dapat dikaji penggunaannya pada pembelajaran bidang-
bidang lain. Pertanyaan dasar yang dapat digunakan adalah bagaimana proses
pembelajaran dirancang agar sejauh mungkin diselaraskan dengan pengalaman pribadi
peserta didik dan kecenderungan peserta didik dalam memahami lingkungan sekitarnya.
Pendekatan ini bisa diujicobakan pada pembelajaran bidang-bidang lain, tidak hanya
sains atau ilmu sosial. Sebagai contoh, dari sudut pandang peserta didik, bahasa tumbuh
dari lingkungan sosial yang dijalaninya. Dengan demikian pembelajaran bahasa perlu
diawali dari lingkungan sosial peserta didik, dengan mengangkat isu hangat di
lingkungannya sebagai konteks pembelajaran, ataupun dengan memilih budaya atau cara
berbahasa yang tumbuh di lingkungan sosial peserta didik sebagai titik awal proses
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai