PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
GEMPA BUMI
‘Gempa Bumi’ Merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari,
tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan
menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang ditimpanya
dalam waktu relatif singkat.
Keterangan:
1. Gempa Tektonik.
Ini merupakan tipe gempa yang paling sering terjadi dan yang paling
banyak menimbulkan kerusakan bahkan korban jiwa. Gempa ini terjadi akibat
dari pergerakan lempeng tektonik bumi yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga
menimbulkan getaran hingga dipermukaan bumi. Pada gempa tektonik, tidak
semua bagian pada permukaan bumi ini berpotensi terjadi gempa tersebut,
melainkan lebih sering terjadi pada daerah atau wilayah pertemuan antara
lempeng tektonik bumi baik didarat ataupun dilautan. Lempeng tektonik bumi
memang selalu berberak (30mm - 70mm per tahun) dan apabila lapisan batuan
atau tanah yang terdapat pada kerak bumi sudah tidak dapat menahan
pergerakan tersebut, maka akan terjadi slip dan patahan sehingga energi yang
besar akibat tumbukan dari lempeng tersebut terlepas secara tiba-tiba. Akibat
dari hal tersebut akan terjadi getaran hingga kepermukaan bumi, dan apabila
getaran tersebut terjadi dalam sekala besar, maka dampaknya akan sangat
merusak terutama pada bangunan-bangunan dan juga dapat menimbulkan
korban jiwa. Dan ada efek lain yang dampaknya juga sangat besar dari gempa
type ini, yaitu Tsunami. Apabila gempa ini terjadi dilautan, pergerakan tanah
yang terjadi secara tiba-tiba didasar laut dapat menyebabkan air laut
bergejolak dan menimbulkan gelombang besar dipantai yang dapat memiliki
ketinggian hingga puluhan meter.
2. Gempa Vulkanik.
Sesuai dengan namanya, gempa ini terjadi akibat dari aktivitas gunung
berapi, walaupun hal ini jarang terjadi dan apabila terjadi skala dari gempa ini
tidak sebesar gempa tektonik. Apabila sebuah gunung berapi mengalami
peningkatan aktivitas hingga terjadi letusan, pergerakan magma pada perut
bumi disekitar gunung tersebut akan mengalami peningkatan dan hal inilah
yang menyebabkan getaran-getaran pada tanah yang disebut gempa vulkanik.
Seperti halnya gempa tektonik, gempa ini dapat terjadi hanya dibeberapa
bagian bumi yang disekitarnya terdapat gunung berapi aktif (daerah ring of
fire).
3. Gempa longsoran.
Gempa bumi ini terjadi apabila terjadi longsoran tanah atau tebing
didaerah pegunungan atau perbukitan dan sangat jarang terjadi. Walaupun
skala gempa ini kecil, namun gempa ini dapat terjadi di daerah manapun yang
wilayahnya berbukit dan memiliki struktur tanah yang labil. Tsunami juga
dapat terjadi akibat dari gempa ini, yaitu apabila longsoran dari gunung, bukit
ataupun tebing terjadi dilaut. Hal ini pernah terjadi di Indonesia saat gunung
Krakatau meletus pada tahun 1883. Letusan gunung tersebut sangat besar
sehingga mengakibatkan longsoran yang besar dari gunung tersebut. Karena
gunung tersebut berada ditengah laut, maka material longsoran tersebut jatuh
ke laut dan mengakibatkan air laut bergejolak dan menimbulkan tsunami
setinggi 30-36 meter dipesisir Jawa bagian barat dan Sumatra bagian selatan
dan tercatat lebih dari 30.000 nyawa manusia melayang akibat bencana
tersebut.
4. Gempa Tumbukan.
Batu meteor besar yang jatuh di daratan di permukaan bumi juga dapat
menimbulkan gempa bumi. Hal ini sangat jarang terjadi dan apabila memang
terjadi, efek kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat besar tergantung dari
besar batu meteor yang jatuh tersebut.
BAB III
Tetapi di samping itu sudah didapat cara dan jalan mengurangi dan
mengatasi kekurangan/kelemahan ini memalui perawatan dan pengerjaan kayu
secara khusus. Untuk mengenal dan menentukan suatu jenis kayu, dapat
dilihat dengan memperhatikan sifat-sifat kayu seperti kulit, warna kayu teras,
arah serat dan sebagainya. Dan jenis kayu yang biasa digunakan untuk
konstruksi atap kayu adalah jenis kayu kamfer, jati, bengkirai, keruing.
Pelapis atap sangat berperan penting bagi struktur atap, guna pelapis atap
atau kulit pelindung kuda-kuda atap dan isi rumah di dalam bangunannya.
Pelindung terhadap hujan, sinar matahari, panas dan cuaca lainnya. Jenis
pelapis atap yang bisa digunakan :
1. Atap Rumbia
2. Atap Sirap
3. Atap Genting Flam
4. Atap Genting pres
5. Atap Genting Beton
6. Atap Asbes semen
7. Atap Seng
8. Atap Seng Gelombang
9. Atap Datar Kertas aspal
Biasanya bahan kayu yang sering dipakai untuk konstruksi rangka atap
tahan gempa adalah kayu besi dan kayu jati. Konstruksi Atap Kuda-kuda
Kayu Pemilihan kuda-kuda sebagai konstruksi atap adalah pada segi
pengerjaan yang mudah jika dibandingkan konstruksi atap kasau. Selain itu
segi kekuatan struktur, karena semua bagian kuda-kuda diikat dengan plat dan
baut maka resiko konstruksi kuda-kuda roboh sangat kecil. Selain itu, cocok
apabila menggunakan penutup atap asbes atau sejenisnya karena tidak
memakai kasau/usuk.
Pada atap yang roboh biasanya sering terjadi kerusakan pada sambungan
kuda-kuda yang tidak cukup kuat, stabil, seimbang dan penggunaan material
yang tidak tepat. HaI ini dapat terlihat pada suatu kuda-kuda yang diberi
beban. Beban tersebut disalurkan sebagai gaya tekan maupun tarik dalam
batang masing-masing, tetapi kuda-kuda berikutnya tidak bisa mendukungnya,
dan gaya horizontal tidak bisa diterima pula. Pada kasus ini yang menopang
atap adalah dinding dan kolom.
Apabila dinding dan kolom tidak stabil atau terjadi goncangan maka
konstruksi kuda-kuda atap akan bergerak sehingga akan terjadi kerusakan
pada konstruksinya. Selain itu konstruksi atap akan roboh apabila memiliki
kekuatan terhadap gaya horizontal. Seberti gambar berikut ini: Jika konstruksi
atap tersebut di perkuat dengan suatu konstruksi rangka batang persegi
panjang di tengah atau di bidang atapnya, kuda-kuda ini akan menyebarkan
gaya yang dibebani Iebih seragam dan gaya horizontal dapat diterima pula.
Dalam hal ini dinding mempunyai tumpuan pada konstruksi kudakuda atap.
Apabila dinding bergeser kuda-kuda atap pun ikut bergeser.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan untuk membuat struktur atap yang
tahan gempa adalah membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan
yang utuh, yang tidak lepas atau runtuh akibat gempa. Terutama pada
sambungan konstruksi pondasi, konstruksi dinding dan konstruksi atapnya.
Dalam hal ini pada konstruksi rangka atapnya harus diikat ke balok dan
kolom sehingga mengurangi resiko pergeseran apabila terjadi gempa. Selain
itu pada konstruksi atapnya diberi balok penopang sehingga beban atap dapat
ditopang secara merata. Pada titik simpul sambungan kayu diberi baut dan
tulangan yang dikaitkan. Untuk menjaga kestabilan pada konstruksi atap
bangunan tempat tinggal sebaiknya menggunakan plat pengikat dan
sambungan kayu yang diberi baut sehingga menjaga keseimbangan pada
kuda-kudanya. Diameter baut dan jangkar yang digunakan minimal 12 mm.
Penutup atap yang digunakan hendaknya dari bahan yang ringan namun layak
digunakan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Pemakaian kuda-kuda kayu sebagai struktur rangka atap kayu rumah tahan
gempa masih merupakan solusi yang tepat jika dilihat dari segi ekonomi,
kemudahan dan penyesuaian terhadap gaya yang diakibatkan oleh gempa jika
dibandingkan dengan material struktur atap lain seperti ; baja, beton maupun
bambu.
Harus dipikirkan dari segi kenyamanan,kebutuhan ruang bagi penghuni
dan terutama keandalan bangunan terhadap gempa bumi dengan skala yang lebih
besar struktur atap pada rumah tahan gempa pada dasarnya sangat sederhana,
namun yang perlu diperhatikan adalah hubungan satu kesatuan yang kuat antara
konstruksi atap dengan struktur bangunan