Disusun Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan adalah akibat dari aktivitas manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Salah satu permasalahan lingkungan adalah pencemaran
lingkungan akibat penggunaan plastik yang tidak ramah lingkungan. Pencemaran ini juga
dipicu karena pengunaan plastik yang meningkat seiring bertambahnya populasi.
Pengunaan plastik digemari oleh masyarakat karena keunggulan nya seperti ringan tapi
kuat, transparan, tahan air serta harganya yang relatif murah dan terjangkau oleh semua
kalangan masyarakat. Tetapi penggunaan plastik berakibat pada terciptanya sampah
plastik yang merupakan salah satu jenis sampah yang sulit penanganannya sehingga dapat
menyebabkan masalah lingkungan. Karena plastik terbuat dari bahan sintetik yang tidak
dapat terdegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan.
Pada dasarnya, untuk merawat dan memelihara lingkungan hidup, bumi dan segala
isinya merupakan tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu, ilmuawan kimia berusaha
menghasilkan suatu solusi dalam menghasilkan plastik yang mudah diuraikan sempurna
dalam waktu singkat serta berasal dari bahan lain selain sumber yang dapat mencemari
lingkungan. Plastik biodegradable, sebagai plastik yang berasal dari bahan yang ramah
lingkungan dapat dijadikan salah satu solusinya. Plastik biodegradable memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan plastik sintetis. Selain sifatnya yang mudah terurai, proses
pembuatan plastik biodegradable juga menghasilkan lebih sedikit emisi karbon
dibandingkan proses pembuatan plastik biasadan lebih aman digunakan sebagai kemasan
makanan. Plastik biodegradable dapat dibuat dari berbagai macam bahan alami seperti
limbah kulit buah-buahan dan limbah chitosan. Selain itu, pembuatan plastik
biodegradable relatif mudah sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat. Pada malakah
ini akan dijabarkan lebih mendalam mengenai permasalahan dan solusi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam makalah kimia ramah lingkungan adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan kimia ramah lingkungan?
2. Bagaimana peran kimia dalam mewujudkan kimia ramah lingkungan?
3. Bagaimana plastik biodegradable dalam aspek epistimologi, aksiologi dan ontologi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah kimi ramah lingkungan sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian kimia ramah lingkungan.
2. Mendeskripsikan peran kimia dalam mewujudkan kimia ramah lingkungan
3. Menjelaskan plastik biodegradable dalam aspek epistimologi, aksiologi dan ontologi.
D. Manfaat Penulisan
Malakah ini disusun untuk memberikan manfaat dan kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara praktik. Manfaat penulisan makalah kimia ramah lingkungan secara
teoritis dan praktik sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis makalah ini diharapkan memberikan informasi tentang kesadaran
lingkungan masyarakat terhadap prinsip ramah lingkungan
2. Praktik
Secara praktik makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
menghasilkan produk plastik biodegradable yang dapat digunakan dalam kehidupan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Plastik yang umumnya digunakan adalah hasil sintesis polimer hidrokarbon dari
minyak bumi, seperti polietilena (PE), polipropilena (PP), polisterena (PS), polivinil
klorida (PVC) dan sebagainya yang bersifat termoplastik, bila dibakar tidak
terdegradasi, melainkan hanya meleleh, tetapi setelah dingin akan kembali
memadat. Hal ini disebabkan plastik berasal dari senyawa bukan biologis, sehingga
sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan butuh waktu 100 hingga
500 tahun untuk dapat diurai dengan sempurna di dalam tanah (Akbar dkk, 2013).
Plastik tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga sampah plastik tidak
dapat membusuk. Jika dalam jumlah besar atau menumpuk, sampah plastik akan
mengganggu kesuburan tanah dan lingkungan sekitarnya. Plastik yang tertimbun
dalam tanah akan mempengaruhi kualitas air tanah serta dapat memusnahkan
kandungan humus yang menyebabkan tanah menjadi tidak subur. Penimbunan
sampah plastik sangat mengganggu sirkulasi udara dari dan ke dalam tanah karena
bahan plastik umumnya memiliki sifat perintang yang cukup tinggi terhadap
permeabilitas O2 dan CO2 (Ani Sutiani, 2001).
Berbagai problema di atas menuntut suatu solusi dalam menghasilkan plastik
yang mudah diuraikan sempurna dalam waktu singkat serta berasal dari bahan lain
selain sumber yang dapat mencemari lingkungan. Berdasarkan hal tersebut,
kemasan plastik tidak dapat dipertahankan dan perlu dicari bahan baku kemasan
plastik yang bersifat mudah terurai dan ramah lingkungan. Salah satu bahan baku
organik yang bersifat mudah terurai yang dapat digunakan sebagai pengganti
kemasan plastik ialah biodegradable.
b. Apa itu biodegradbel
Biodegradable merupakan plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik
konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi
hasil akhir air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke
lingkungan. Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam, plastik biodegradabel
merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan (IBAW Publication,
2005).
Plastik biodegradable merupakan jenis plastik yang terbuat dari biopolimer.
Biopolimer adalah polimer yang tersusun atas biomassa yang dapat diperbaharui.
Selain penyusunnya, perbedaan antara plastik biodegradable dengan plastik biasa
adalah biodegrability atau tingkat penguraian plastik biodegradable yang dapat
terdegradasi dengan lebih mudah daripada plastik biasa. Hal tersebut menyebabkan
plastik biodegradable merupakan plastik alternatif yang ramah lingkungan.
Sebenarnya, penggunaan biomassa sebagai bahan dasar plastik biodegradable
bukan suatu hal yang baru. Sejarah plastik biodegradable dapat ditelusuri hingga
tahun 1900 pada saat pebisnis Henry Ford mengembangkan metode pembuatan
plastik biodegradable dari kacang kedelai untuk digunakan sebagai plastik pada
mobil.
Fungsi dari biodegradable sebagai penghambat perpindahan uap air,
menghambat pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan
lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif.
Biodegradable yang terbuat dari lipida dan juga film dua lapis (bilayer) ataupun
campuran yang terbuat dari lipida dan protein atau polisakarida pada umumya baik
digunakan sebagai penghambat perpindahan uap air dibandingkan dengan
biodegradable yang terbuat dari protein dan polisakarida dikarenakan lebih bersifat
hidrofobik.
Plastik biodegradabel adalah polimer yang dapat berubah menjadi biomassa,
H2O, CO2 dan atau CH4 melalui tahapan depolimerisasi dan mineralisasi.
Depolimerisasi terjadi karena kerja enzim ekstraseluler (terdiri atas endo dan ekso
enzim). Endo enzim memutus ikatan internal pada rantai utama polimer secara acak,
dan ekso enzim memutus unit monomer pada rantai utama secara berurutan.
Bagian-bagian oligomer yang terbentuk dipindahkan ke dalam sel dan menjadi
mineralisasi. Proses mineralisasi membentuk CO2, CH4, N2, air, garam-garam,
mineral dan biomassa. Definisi polimer biodegradabel dan hasil akhir yang
terbentuk dapat beragam bergantung pada polimer, organisme, dan lingkungan.
The American Society for Testing of Materials (ASTM) dan The International
Standards Organization (ISO) mendefinisikan bahwa plastik degradable sebagai
material yang mengalami perubahan signifikan dalam struktur kimia pada kondisi
lingkungan tertentu. Perubahan ini mengakibatkan hilangnya sifat fisis dan
mekanis, yang diukur dengan metode standar. Plastik biodegradable mengalami
degradasi dari aksi mikroorganisme yang terjadi secara alami, seperti bakteri, jamur,
dan ganggang. Plastik juga dapat didesain sebagai photo degradable, oksidatif
terdegradasi, hydrolytically terdegradasi, dan lain-lain (Kolybaba dkk, 2003).
Bahan biodegradasi terjadi dalam berbagai tahap. Awalnya, makromolekul
dicerna, yang kemudian membentuk rantai, dan mengalami pemotongan langsung
enzimatik. Ini diikuti dengan metabolisme bagian split, mengarah ke disimilasi
enzimatik progresif makromolekul dari ujung rantai. Pembelahan oksidatif dari
makromolekul dapat terjadi sebaliknya, mengarah ke metabolisasi fragmen, dan
akhirnya fragmen rantai menjadi cukup pendek untuk dapat diubah oleh
mikroorganisme (Stevens, 2003).
Tabel 1 Faktor yang berpotensi mempengaruhi degradasi polimer
Biologis Kimiawi Fisika/mekanis
Bakteri, Jamur Hidrolisis Pencucian
Predator Oksidation Sinar matahari
Organisme yang lebih Iklim dan tekanan
tinggi mekanis
c. Penggolongan biodegradable
Penggelompokan plastik biodegradabel terdiri dari dua kelompok dan empat
keluarga berbeda. Kelompok utama adalah: (1) agro-polymer yang terdiri dari
polisakarida, protein dan sebagainya; dan (2) biopoliester (biodegradable
polyesters) seperti poli asam laktat (PLA), polyhydroxyalkanoate (PHA), aromatik
and alifatik kopoliester. Biopolimer yang tergolong agro polimer adalah produk-
produk biomassa yang diperoleh dari bahan-bahan pertanian. seperti polisakarida,
protein dan lemak. Biopoliester dibagi lagi berdasarkan sumbernya. Kelompok
Polyhydroxy-alkanoate (PHA) didapatkan dari aktivitas mikroorganisme yang
didapatkan dengan cara ekstraksi.
Contoh PHA diantaranya Poly (hydroxybutyrate) (PHB) dan Poly
(hydroxybutyrate co-hydroxyvalerate) (PHBV). Kelompok lain adalah biopoliester
yang diperoleh dari aplikasi bioteknologi, yaitu dengan sintesis secara
konvensional monomer-monomer yang diperoleh secara biologi, yang disebut
kelompok polilaktida. Contoh polilaktida adalah poli asam laktat. Kelompok
terakhir diperoleh dari produk-produk petrokimia yang disintesis secara
konvensional dari monomer-monomer sintetis. Kelompok ini terdiri dari
polycaprolactones (PCL), polyesteramides, aliphatic co-polyesters dan aromatic co-
polyesters.
Tabel 2 Jenis-jenis Plastik Berdasarkan Pengklasifikasian Bahan Baku dan
Kemampuan Degradasi.
Jenis bahan baku Biodegradabilitas
Biodegradable Non-biodegradable
Terbarukan Bahan berbasis pati, Polietilen (PE),
bahan berbasis selulosa, poliamida
Poli dan poli hidroksi dan Polivinil klorida
alkanoat (PVC)
Tidak terbarukan Polikaprolakton (PCL) Poli propilena (PP)
dan Polibutilena suksinat
(PBS)
Berdasarkan bahan baku yang dipakai plastik biodegradable dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia dan kelompok
dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosa. Pembentukan film
plastik dari pati, pada prinsipnya merupakan gelatinasi molekul pati. Pembuatan
film berbasis pati pada dasarnya menggunakan prinsip gelatinasi. Dengan adanya
penambahan sejumlah air dan dipanaskan pada suhu yang tinggi maka akan terjadi
gelatinasi. Gelatinasi mengakibatkan ikatan amilosa akan cenderung saling
berdekatan karena adanya ikatan hidrogen.
2. Epistimologi
Istilah epistemologi didalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Theory of
knowledge”. Epistemologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Episteme berarti
pengetahuan dan logos berarti teori. Objek epistemologi ini menurut Jujun
S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan”. Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi
sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan.
Dalam epistimologi biodegrdable berarti membahas mengenai komponen dalam
pembuatan biodegrdable serta proses dalam memperoleh biodegradable dalam artian
proses pembuatan biodegradble tersebut.
a. Komponen Biodegrdable
Biodegradable Film memiliki beberapa komponen utama dalam penyusunannya
yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu hidrokoloid, lipida dan komposit.
Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan biodegradable film berupa protein
atau polisakarida. Bahan dasar protein dapat berasal dari jagung, kedelai, wheat
gluten, kasein, kolagen, gelatin, corn zein, protein susu dan protein ikan.
Polisakarida yang digunakan dalam pembuatan biodegradable film adalah selulosa
dan turunannya, pati dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut (alginat,
karagenan, agar), gum (gum arab dan gum karaya), xanthan, kitosan dan lain-lain.
Beberapa polimer polisakarida yang banyak diteliti akhir-akhir ini adalah pati
gandum (wheat), jagung (corn starch) dan kentang. Lemak yang umum digunakan
dalam pembuatan biodegradable film adalah lilin alami (beeswax, carnauba wax,
parrafin wax), gliserol, asam lemak (asam oleat dan asam laurat) serta emulsifier.
Komposit adalah bahan yang didasarkan pada campuran hidrokoloid dan lipida.
Proses pembuatan biodegradable film menggunakan bahan tambahan
yangdigunakan salah satunya ialah plasticizer. Plasticizer adalah bahan non volatil
bertitik didih tinggi, jika ditambahkan pada material lain dapat mengubah sifat
material menjadi lebih plastis. Plasticizer berfungsi untuk mengurangi kerapuhan
film, meningkatkan permeabilitas terhadap gas, uap air, dan zat terlarut serta
meningkatkan plastis (Gontard and Guilbert, 1992). Beberapa jenis plasticizer yang
dapat digunakan dalam pembuatan biodegadable film antara lain gliserol, lilin
lebah, polivinil alkohol dan sorbitol (Julianti dan Nurminah, 2006). Penggunaan
gliserol sebagai plasticizer sangat dibutuhkan dalam pembuatan biodegradable film.
Selain itu, gliserol yang digunakan dalam pembuatan biodegradable film sebagai
plasticizer terdapat bahan tambahan lain yang digunakan yaitu stabilizer. Stabilizer
adalah zat yang dapat menstabilkan, mengentalkan, dan memekatkan bahan yang
dicampur dengan air. Stabilizer yang digunakan dalam pembuatan biodegradable
film adalah karboksimetil selulosa (CMC).
b. Proses Produksi Biodegradable film
Pembuatan biodegradable film menggunakan metode pembuatan film plastik
biodegradable yaitu melt intercalation yaitu teknik inversi fasa dengan penguapan
pelarut setelah proses pencetakan yang dilakukan pada plat kaca. Metode
pembuatan ini didasarkan pada prinsip termodinamika larutan dimana keadaan awal
larutan stabil kemudian mengalami ketidakstabilan (demixing), dari cair menjadi
padat. Proses pemadatan diawali transisi fase cair ke fase dua cairan (liquid-liquid
demixing) sehingga pada tahap tertentu fase akan membentuk padatan. Adapun
prosedur pembuatan biodegradable.
1) Alat dan Bahan:
a) Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan pati biji nangka terdiri dari : Mesh
shaker, blender, pisau dan mortar.
Alat yang digunakan untuk pembuatan larutan terdiri dari : Oven,
magnetic stirrer, timbangan digital, lampu bunsen, kaki 3, kain kasa, gelas
ukur 50 mL, thermometer, labu takar 50 mL, 100 mL, cetakan plat
kaca12x18x5 cm3,Pipet 5 mL, 2 mL, thermometer, spatula, pengaduk dan
gelas kimia 100 mL, 500 mL.
b) Bahan
Pati biji nangka, kitosan, gliserol, asam asetat dan aquades
2) Langkah Kerja
a) Pembuatan pati biji nangka
Meniriskan sebentar.
.
Mengayak menggunakan 100 mesh.
Menyimpan pati biji nangka yang telah halus dan kering ke dalam wadah.
d) Pencetakan
Memasukkan pada lemari yang disinari lampu dengan suhu 370C, selama 24 jam
c. Uji biodegradabilitas
Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan dapat
terdegradasi dengan baik dilingkungan. Proses biodegradabilitas dapat terjadi
dengan proses hidrolisis (degradasi kimiawi), bakteri/jamur, enzim (degradasi
enzimatik), oleh angin dan abrasi (degradasi mekanik), cahaya (fotodegradasi).
Proses ini juga dapat dilakukan melalui proses secara anaerobik dan aerobik.
Sampel berupa film bioplastik ditanamkan pada tanah yang ditempatkan dalam
pot dengan asumsi komposisi tanah sama. Biodegradasi adalah penyederhanaan
sebagian atau penghancuran seluruh bagian struktur molekul senyawa oleh reaksi-
reaksi fisiologis yang dikatalisis oleh mikroorganisme. Biodegradabilitas
merupakan kata benda yang menunjukkan kualitas yang digambarkan dengan
kerentanan suatu senyawa (organik atau anorganik) terhadap perubahan bahan
akibat aktivitas-aktivitas mikroorganisme (Ummah, 2013: 34).
Biodegradasi adalah perubahan senyawa kimia menjadi komponen yang lebih
sederhana melalui bantuan mikroorganisme. Saat degradasi, film plastik akan
mengalami proses penghancuran alami. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat biodegradabilitas kemasan setelah kontak dengan mikroorganisme, yakni:
sifat hidrofobik, bahan aditif, proses produksi, struktur polimer, morfologi dan
berat molekul bahan kemasan (Ummah, 2013: 35).
Degradasi polimer dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sinar matahari,
panas, umur dan faktor alam. Oleh sebab itu dalam proses pembuatannya, polimer
ditambah berbagai aditif guna mengatasi proses degradasi oleh berbagai faktor
tersebut. Gambar menunjukkan mekanisme degradasi plastik di alam. Surface
erosion pada polimer nanokomposit lebih besar dibandingkan polimer sintetik
berbentuk komposit sehingga lama waktu dan proses biodegradasi polimer
nanokomposit akan lebih baik, artinya filler berbentuk nanopartikel mempunyai
surface erosion yang lebih besar. Hasil dari mekanisme proses degradasi plastik
akan dihasilkan gas CO2, H2O, CH4 dan produk lainnya.
3. Aksiologi
Kata Aksiologi berasal dari bahasa yunani axios yang memiliki arti nilai, dan logos
yang mempunyai arti ilmu atau teori. Jadi, Aksiologi adalah teori tentang nilai. Nilai
yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Jujun S. suriasumantri mengemukakan bahwa
aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang di peroleh. Dalam epistimologi biodegrdable berarti membahas mengenai
kegunaan produk berupa manfaat biodegradable kepada lingkungan dan kehidupan
manusia.
a. Kelebihan penggunaan plastik biodegradable antara lain :
Mengurangi Permintaan Bahan Bakar Fosil.
Kebanyakan polimer sintetis yang dibuat dari turunan minyak bumi, sehingga
mereka meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil. Plastik seperti PLA, PHBV dan PHA
yang dibuat dari biomassa, sehingga mereka dapat mengurangi permintaan minyak
mentah dan bahan bakar fosil lainnya. Selain itu, dalam banyak kasus, siklus hidup
emisi gas rumah kaca yang terkait dengan plastik biodegradable mungkin lebih sedikit
daripada yang berhubungan dengan plastik tradisional.
Mengurangi Volume Sampah Kota
Plastik biodegradable memiliki potensi secara signifikan mengurangi volume
sampah kota yang dihasilkan di seluruh dunia. Karena dapat dikomposkan, plastik
biodegradable dapat dikumpulkan bersama-sama dengan sisa-sisa makanan atau limbah
pekarangan dan dialihkan ketumpukan kompos. Kompos yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai taman atau pupuk pertanian. Plastik konvensional mungkin butuh
berabad-abad dapat terurai dan seringkali sulit untuk mendaur ulang, sedangkan plastik
biodegradable dapat terurai secara cepat ke dalam perubahan kegunaan tanah.
Mudah terurai oleh Mikroorganisme di tanah
Masalah sampah plastik semakin rumit dengan sukarnya sampah ini untuk terurai
dalam waktu singkat dan akhirnya hanya akan menimbulkan timbunan sampah yang
menumpuk. Dan munculnya Plastik Biodegredable ini yang dapat terurai dalam waktu
lebih singkat dari plastik pada umumnya bisa membantu kita mengatasi permasalahan
sampah plastikyang kian menumpuk.
Tidak mengandung zat berbahaya pencemar lingkungan.
Plastik konvensional biasanya terbuat dari pengolahan bahan bakar fosil yang
mengandung berbagai zat berbahaya pencemar lingkungan. Semakin menambah daftar
panjang masalah yang disebabkan oleh sampah plastik. Dan Plastik Biodegredablek di
sini terbuat dari bahan – bahan organik yang tidak mengandung zat pencemar
lingkungan, seperti Styrene Tremer, Bisphenol A serta masih banyak lagi peroduk
sampingan dari Polystyrene yang biasanya terkandung dalam Plastik Konvensional.
Mengurangi permintan bahan bakar fosil.
Seperti yang kita ketahui Plastik yang pada umumnya kita gunakan sehari – hari
terbuat dari pengolahan bahan bakar fosil. Dan pastinya dalam prosesnya pasti juga akan
memerlukan bahan bakar fosil, sehingga bisa disimpulkan Plastik Konvensional
menggunakan bahan bakar fosil dari mulai bahan baku hingga proses pembuatannya.
Bisa dibayangkan seberapa banyak bahan bakar fosil yang digunakan di sini. Berbeda
dengan Plastik Biodegredable yang terbuat dari bahan – bahan organik yang bisa kita
dapat dari hewan maupun tumbuhan yang tentunya bisa diperbaharui dan tentunya lebih
ramah lingkungan serta alam pun dapat menguraikannya.
Mengurangi volume sampah kota.
Penggunaan Plastik yang seperti kebutahan pokok di masa dewasa ini serta masalah
sulit dan butuh waktu lama untuk terurainya sampah Plastik membuat sampah plastik
menggunung serta semakin memperparah masalah yang ditimbulkannya. Dan Plastik
Biodegredable yang mampu terurai dalam waktu yang lebih singkat daripada Plastik
Konvensional mampu mengurangi problem sampah plastik yang menggunung.
b. Kelemahan plastik biodegradable
Plastik biodegradable memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, mereka tidak
membusuk kecuali mereka dibuang dengan benar, yang berarti bahwa plastik
biodegradable harus diperlakukan sama seperti membentuknya. Penguraian alami
plastik tidak akan terjadi jika hanya melemparkan ke TPA dengan sampah lainnya
sehingga warga yang bersangkuta juga perlu berhati-hati. Beberapa ilmuwan juga
menunjukkan bahwa gas rumah kaca yang terkunci di dalam plastik dan dilepaskan ke
atmosfer ketika terbentuk. Bagaimanapun juga segalasesuatu yang digunakan dalam
produksi plastik biodegradable alami. Dengan demikian, plastik ini tidak mengandung
bahan kimia berbahaya dan bahan seperti plastik konvensional.
Beberapa bahan biodegradable memang mengandung potongan – potongan kecil
logam. Ada kekhawatiran bahwa ketika plastik biodegradable terurai, logam tersebut
akan dilepaskan ke lingkungan. Namun, untuk saat ini tidak ada bukti menyebabkan
adanya masalah yang signifikan.
BAB III
PENUTUP
Artikel ini meninjau peran kimia dalam mewujudkan kimia ramah lingkungan, dengan
cara meminimalisir penggunaan plastik yang non degradable demi mencapai tujuan kimia
ramah lingkungan. Sehingga dalam pelaksanaanya diperlukan teknologi kimia untuk
memproduksi plastik biodegradable agar terjadi penyebaran produk yang lebih luas, tentunya
penyebaran produk ini dilakukan setelah pengujian plastik biodegrdable yag dihasilkan. Dari
segi penggunaan teknologi kimia ini tentunya memberikan sejumlah manfaat yang begitu
besar bagi kehidupan. Adapun beberapa manfaat sekaligus keuntungan dari teknologi ramah
lingkungan ini diantaranya:
Meminimalkan jumlah limbah agar jumlahnya tidak berlebihan. Dengan begitu bisa
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Teknologi yang ramah lingkungan sendiri
merupakan benar-benar efektif dan efisien untuk penggunaan sumber daya alam. Dengan
begitu, lingkungan pun dapat tetap terjaga baik.
Meminimalisir resiko terhadap penurunan kondisi pada kesehatan makhluk hidup,
khususnya manusia.
Bisa menekan anggaran atau biaya produksi menjadi lebih hemat. Menggunakan sumber
daya alam agar menjadi sebuah teknologi tentunya bisa menghemat biaya, contohnya
saja pembangkit listrik tenaga surya memanfaatkan energi suara atau matahari untuk
menghasilkan energi listrik tanpa menggunakan anggaran atau biaya sepeserpun. Jadi,
teknologi ini lebih ditekankan pada pemanfaatan sumber daya yang telah ada yang
sifatnya bisa diperbarui.
Dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan diharapkan bisa meningkatkan sistem
penghematan sumber daya alam atau energi serta meminimalisir pencemaran lingkungan.
Selain itu, teknologi yang ramah lingkungan sendiri biasanya memanfaatkan sumber energi
terbaharukan atau dapat diperbarui, contohnya energi angin, sinar matahari, biomasa dan lain
sebagainya. Kemudian mengubah energi tersebut ke dalam energi lainnya yang bisa tidak
menghasilkan polusi ataupun limbah (meskipun limbah tersebut dalam jumlah yang sedikit).
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Fauzi, dkk.2013. Pengaruh waktu simpan film plastik biodegradasi dari pati kulit
singkong terhadap sifat mekanikalnya : Universitas Sumatera Utara.
Anastas, P.T. dan Warner, J.C.. 1998. Green Chemistry: Theory and Practice. New York:
Oxford University Press
Anastas, P.T. 1999. Crit. Rev. Analytical Chemistry: 29, 167.
Anonymous, 2005. Highlights in Bioplastics, Berlin: IBAW Publication.
Gontard, N., S. Guilbert and J. L. Cuq. 1993. Water and Glycerol as Plasticizer.
Jujun S. Suriasumanteri, 1990, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Julianti, E. dan M. Nurminah. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Medan: Departeman
Teknologi Pertanian, Universitas Sumatera Utara.Abu Sudia, Wasilah. , dkk. , 2002.
Kimia Lingkungan, Jakarta: Pusat Penerbitan Uniersitas Terbuka.
Kolybaba, M. dkk. 2003. Biodegradable Polymers: Past, Present, and Future, CSAE/ASAE
Annual Intersectional Meeting, Fargo, North Dakota, USA.
Pudjiastuti, Wiwik, Arie Listyarini dan Sudirman. 2012. Polimer Nanokomposit sebagai
Master Batch Polimer Biodegradable untuk Kemasan Makanan. Jurnal Riset Industri
Vol. VI No. 1, 2012, Hal. 51-60.
Roy Marthin Panjaitan, Irdoni, Bahruddin. 2017. Pengaruh Kadar Dan Ukuran Selulosa
Berbasis Batang Pisang Terhadap Sifat Dan Morfologi Bioplastik Berbahan Pati
Umbi Talas. Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017.
Stevens, M.P. (2001) Kimia Polimer. PT. Pradnya Paramita, cetakan pertama, Jakarta.
Sutiani. Ani. 2001. Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Suatu Produk Baru. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Uno, Mien R dan Siti Gretiani.2011.300 Cara Bijak Ramah Lingkungan dan Menghemat
Uang.Jakarta:PT. Gramedia.
Luthfi, Ahmad. “Kimia Lingkungan dan Peranannya” (Online) http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran_lingkungan/kimia-lingkungan-
dan-peranannya/ (diakses pada 16 Desember 2018)