Anda di halaman 1dari 23

KIMIA RAMAH LINGKUNGAN

Dosen Pengampu : Prof. A.K.Prodjosantoso, Drs., Grad.Dip.Sc., M.Sc.,Ph.D.

Disusun Oleh:

Nama : Fajarisma Izzatul Nadia


NIM : 18728251003
Kelas : Pendidikan Kimia A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan adalah akibat dari aktivitas manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Salah satu permasalahan lingkungan adalah pencemaran
lingkungan akibat penggunaan plastik yang tidak ramah lingkungan. Pencemaran ini juga
dipicu karena pengunaan plastik yang meningkat seiring bertambahnya populasi.
Pengunaan plastik digemari oleh masyarakat karena keunggulan nya seperti ringan tapi
kuat, transparan, tahan air serta harganya yang relatif murah dan terjangkau oleh semua
kalangan masyarakat. Tetapi penggunaan plastik berakibat pada terciptanya sampah
plastik yang merupakan salah satu jenis sampah yang sulit penanganannya sehingga dapat
menyebabkan masalah lingkungan. Karena plastik terbuat dari bahan sintetik yang tidak
dapat terdegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan.
Pada dasarnya, untuk merawat dan memelihara lingkungan hidup, bumi dan segala
isinya merupakan tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu, ilmuawan kimia berusaha
menghasilkan suatu solusi dalam menghasilkan plastik yang mudah diuraikan sempurna
dalam waktu singkat serta berasal dari bahan lain selain sumber yang dapat mencemari
lingkungan. Plastik biodegradable, sebagai plastik yang berasal dari bahan yang ramah
lingkungan dapat dijadikan salah satu solusinya. Plastik biodegradable memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan plastik sintetis. Selain sifatnya yang mudah terurai, proses
pembuatan plastik biodegradable juga menghasilkan lebih sedikit emisi karbon
dibandingkan proses pembuatan plastik biasadan lebih aman digunakan sebagai kemasan
makanan. Plastik biodegradable dapat dibuat dari berbagai macam bahan alami seperti
limbah kulit buah-buahan dan limbah chitosan. Selain itu, pembuatan plastik
biodegradable relatif mudah sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat. Pada malakah
ini akan dijabarkan lebih mendalam mengenai permasalahan dan solusi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam makalah kimia ramah lingkungan adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan kimia ramah lingkungan?
2. Bagaimana peran kimia dalam mewujudkan kimia ramah lingkungan?
3. Bagaimana plastik biodegradable dalam aspek epistimologi, aksiologi dan ontologi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah kimi ramah lingkungan sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian kimia ramah lingkungan.
2. Mendeskripsikan peran kimia dalam mewujudkan kimia ramah lingkungan
3. Menjelaskan plastik biodegradable dalam aspek epistimologi, aksiologi dan ontologi.
D. Manfaat Penulisan
Malakah ini disusun untuk memberikan manfaat dan kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara praktik. Manfaat penulisan makalah kimia ramah lingkungan secara
teoritis dan praktik sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis makalah ini diharapkan memberikan informasi tentang kesadaran
lingkungan masyarakat terhadap prinsip ramah lingkungan
2. Praktik
Secara praktik makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
menghasilkan produk plastik biodegradable yang dapat digunakan dalam kehidupan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Ilmu Kimia Terhadap Lingkungan


Ilmu Kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang mempunyai manfaat yang sangat
besar bagi kehidupan manusia. Ilmu kimia digunakan di hampir semua bidang antara lain, di
bidang industri, energi, pangan, kedokteran, pertanian, dan masih banyak lagi. Bahkan di
kehidupan sehari-hari kita dapat dengan mudah menemukan produk-produk kimia. Sabun,
Shampo, sirup,dan bensin merupakan beberapa contoh produk-produk dari ilmu kimia.
Dibalik besarnya manfaat ilmu kimia ternyata juga tersimpan bahaya yang amat besar
terhadap lingkungan hidup. Banyak dari bahan-bahan kimia mempunyai sifat-sifat yang
berbahaya. Apabila ini tidak dikelola dengan baik maka dampaknya akan fatal bagi
lingkungan hidup.
Namun, umat manusia cenderung gagal mengantisipasi bahaya ini. Pencemaran
lingkungan akibat bahan–bahan kimia terjadi di mana-mana. Tanah dicemari oleh
penggunaan pupuk yang berlebihan, pestisida, dan limbah anorganik yang tidak didaur ulang.
Air dicemari oleh limbah cair industri, sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan, dan
bocornya kilang minyak di lepas pantai. Udara dicemari oleh gas buang industri dan
kendaraan bermotor.
Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa
usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi
berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap
industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai
paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta
melakukan reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk
membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik.
Pada zaman modern ini, kesadaran masyarakat dunia akan pelestarian lingkungan hidup
meningkat. Ilmu kimia pun dituntut untuk berpartisipasi lebih, dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup. Ilmu kimia memegangang peran penting dalam mempelajari lingkungan
hidup, karena selalu ada bahan kimia dalam lingkungan hidup. Oleh karena itu, muncul suatu
cabang ilmu kimia baru yang disebut ilmu kimia lingkungan. Ilmu kimia lingkungan
mempelajari sifat-sifat, fungsi dan terbentuknya bahan kimia serta proses kimia yang terjadi
di lingkungan hidup. Ilmu ini sangat diperlukan untuk mempelajari lingkungan hidup dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya, karena dalam lingkungan hidup terdapat
komponen-komponen yang berupa lingkungan hidup dan terjadi pula perputaran bahan
kimia.
Studi ilmu kimia lingkungan pada awalnya mempelajari bagaimana cara kerja
lingkungan yang belum terkontaminasi, zat kimia apa dan konsentrasinya yang ada secara
alami, dan apa dampaknya. Tanpa hal itu tidak mungkin bisa mempelajari efek pelepasan zat
kimia oleh manusia ke lingkungan. Peran ilmu kimia lingkungan sangat banyak bagi
pelestarian lingkungan hidup. Yang pertama adalah mempelajari sifat dan fungsi bahan kimia
dalam lingkungan hidup. Bahan kimia ada yang tersedia secara alami di alam dan ada juga
yang merupakan aktifitas berlebihan dari manusia. Setiap bahan memiliki sifat fisika dan sifat
kimia serta fungsi yang berbeda-beda. Sebagai contoh Karbondioksida adalah gas yang tidak
berwarna, tidak berbau, dan digunakan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis.
Peranan lain dari kimia lingkungan adalah mempelajari dan menelaah pengaruh bahan
kimia terhadap lingkungan hidup, terutama jika bahan kimia itu tersebar dan berkontaminasi
dengan lingkungan, sehingga keseimbangan terganggu. Dengan mempelajari kimia
lingkungan, kita bisa mengetahui bagaimana kondisi lingkungan apabila terjadi kontak
dengan bahan kimia, terutama bahan kimia pencemar. Selain itu, kita bisa mengetahui bahwa
bahan kimia yang tidak beracun dan termasuk aman pun bisa menimbulkan masalah
lingkungan. Sebagai contoh pupuk tanaman jika mengalir ke sungai dapat menimbulkan
ledakan pertumbuhan tanaman eceng gondok atau biasa disebut eutrofikasi.
Setelah mempelajari sifat bahan kimia dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup, kita
bisa menentukan jumlah batas penyebaran bahan kimia dalam lingkungan. Hal ini dilakukan
agar tidak mengganggu kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Selama ini digunakan
Nilai Ambang Batas (NAB). NAB adalah jumlah maksimal toleransi lingkungan dan manusia
terhadap suatu bahan kimia. Parameter yang digunakan adalah status kesehatan masyarakat
dan daya lenting lingkungan. Jika jumlah suatu zat kimia di lingkungan masih di dalam
toleransi NAB maka tidak akan berdampak negatif pada lingkungan hidup.
Kemudian berkat ilmu kimia lingkungan kita bisa melaporkan hasil penelitian dan
eksperimen mengenai lingkungan hidup kepada masyarakat dan para pengambil keputusan
mengenai lingkungan hidup. Dengan begitu kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat
dalam pelestarian lingkungan hidup.
Dahulu kala, efek dari perusakan lingkungan hidup sering kali tidak dipedulikan dalam
mendesain sebuah produk baru atau dari proses produksinya. Limbah – limbah yang
berbahaya dibuang tanpa memedulikan kemungkinan kerusakan lingkungan. Penggunaan
energi dalam proses produksi yang tidak efisien menghasilkan biaya operasional produk yang
sangat tinggi. Serta hasil produk yang penuh dengan bahan – bahan kimia dibiarkan bebas
beredar di pasaran. Tentu hal ini sangat membahayakan konsumen dan menyebabkan
lingkungan yang semakin tercemar. Hal ini menginspirasi para pakar teknologi untuk
membersihkan polusi masa lalu dan mengatur aliran limbah.
Proses membersihkan polusi memang hal yang penting dalam menyelamatkan
lingkungan hidup, tetapi akan lebih efektif lagi jika mengubah desain produk. Beberapa
contoh perubahan desain produk antara lain:
 Mengganti bahan baku produk dari sintetis / kimia ke bahan alami
Contohnya adalah menggunakan campuran minyak sereh (Cymbopogon sitratus 250
ml, alkohol 50 ml, dan air 250 ml) untuk bahan baku pengusir nyamuk sekaligus sebagai
pewangi ruangan.
 Mengganti sistem pengencer pada bahan kimia.
Contohnya adalah mengganti pengencer yang tidak mengandung racun. Dalam hal
ini pengencer berbahan dasar air lebih disenangi.
 Mengganti bahan baku plastik pembungkus.
Saat ini telah beredar plastik pembungkus yang ramah lingkungan, yaitu ecoplast.
Ecoplast merupakan kantong plastik yang terbuat dari tepung tapioka. Bila kantong
plastik lainnya baru dapat teruarai di dalam tanah setelah 100 hingga 500 tahun yang
akan datang, ecoplast dapat terurai hanya dalam kurun waktu 6 bulan sampai 5 tahun.
 Menggunakan bahan baku produk yang familier dengan alam.
Contohnya adalah penggunaan selulosa sebagai pengganti khlor dalam pengharum
ruangan.
 Mengganti sumber daya pembuatan produk.
Contohnya adalah pemanfaatan sinar matahari sebagai pengganti sumber daya untuk
menyalakan listrik..
Masih ada lagi pengembangan ilmu kimia yang memperhatikan pelestarian lingkungan
hidup selain kimia lingkungan. Pengembangan ini disebut kimia hijau. Kimia hijau sedikit
berbeda dari kimia lingkungan. Jika kimia lingkungan hanya mempelajari aspek-aspek
lingkungan pada lingkungan hidup, maka Kimia hijau berfokus meminimalkan penggunaan
atau munculnya zat kimia berbahaya dalam penggunaan produk kimia. Kimia hijau juga
disebut sebagai kimia ramah lingkungan.
B. Kimia Ramah Lingkungan
Kimia ramah lingkungan merupakan pendekatan yang sangat efektif dengan solusi
ilmiah inovatif untuk situasi dunia nyata untuk pencegahan polusi atau pencemaran pada
lingkungan. Konsep kimia ramah lingkungan mulai dikenal global pada awal tahun 1990
setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act
yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. 12 Prinsip-
Prinsip dalam Green Chemistry menurut Anastas dan Warner (1998) mengusulkan konsep
“The Twelve Principles of Green Chemistry” yaitu:
 Mencegah timbul limbah
Lebih baik mencegah daripada menanggulangi limbah
 Desain produk bahan kimia aman
Mampu mendesain bahan kimia yang aman dengan target utama mencari nilai
optimum agar produk bahan kimia memiliki kemampuan dan fungsi yang baik akan
tetapi juga aman (toksisitas rendah). Caranya adalah dengan mengganti gugus fungsi atau
dengan cara menurunkan nilai bioavailability.
 Desain proses sintesis aman
Metode sintesis didesain untuk menggunakan dan menghasilkan zat dengan
toksisitas rendah atau tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dengan meminimalkan
paparan atau bahaya penggunaan bahan kimia tersebut.
 Bahan baku terbarukan
Bahan mentah atau bahan baku harus bersifat terbarukan bukan bahan habis pakai
yang akan terus menipis dan mahal secara ekonomis
 Katalis
Katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu mengurangi penggunaan
reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.
 Mengurangi proses derivitasi
Derivatisasi yang tidak diperlu (gugus pelindung, proteksi/deproteksi, dan
modifikasi sementara) pada proses fisika ataupun kimia harus diminimalkan atau sebisa
mungkin dihindari karena pada setiap tahapan derivatisasi memerlukan tambahan reagen
yang nantinya memperbanyak limbah.
 Efisiensi atom
Metode sintesis harus didesain untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan
yang digunakan dalam proses untuk menjadi produk akhir
 Pelarut dan zat tambahan aman
Penggunaan zat zat tambahan (pelarut, agen pemisah dan sebagainya) dibuat sedapat
mungkin tidak berbahaya bila digunakan
 Efisiensi Energi
Energi untuk proses kimia harus aman dan dampak lingkungan dengan ekonomisnya
diminimalkan
 Desain untuk mudah degradasi
Bahan kimia harus didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sehingga
bahan kimia harus mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di lingkungan (sintesis
biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta bahan kimia lainya).
 Analisis langsung untuk mengurangi pencemaran
Metode analisis yang dilakukan secara real-time dapat mengurangi pembentukan
produk samping yang tidak diinginkan.Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan
metode dan teknologi analisis yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dalam prosesnya.
 Meminimalisasi potensi kecelakaan
Bahan kimia yang digunakan dalam reaksi kimia harus dipilih sedemikian rupa
sehingga potensi kecelakaan yang dapat mengakibatkan masuknya bahan kimia ke
lingkungan, ledakan dan api dapat dihindari.
Banyak sekali penerapan kimia ramah lingkungan dalam kehidupan manusia. Di bidang
industri sedang digalakkan pengolahan limbah sebelum dibuang ke alam. Bahan-bahan kimia
yang berbahaya diolah terlebih dahulu agar tidak ikut terbuang. Di bidang elektronik kimia
ramah lingkungan juga diterapkan. Pendingin ruangan dan lemari es sekarang sudah dilarang
menggunakan zat CFC (Chlorofluorocarbon) yang dapat merusak ozon. Bidang otomotif pun
tak luput dari penerapan kimia ramah lingkungan. Sekarang telah muncul teknologi mesin
injeksi pada sepeda motor. Dengan sistem pembakaran yang baik pada motor injeksi, maka
emisi yang dikeluarkan bisa ditekan dan lebih hemat bahan bakar. Kemudian, yang sekarang
sedang menjadi tren adalah penggunaan plastik biodegredable. Plastik ini terbuat dari bahan-
bahan alami yang mampu terurai oleh alam sehingga sampah plastik bisa dikurangi. Dalam
artikel ini akan dibahas perkembangan ilmu kimia produk biodegrdable hasil penelitian yang
ramah lingkungan.
C. Produk Kimia Ramah Lingkungan
Produk kimia ramah lingkungan yang sedang marak di bidang penelitan salah satunya
adalah biodegradable, lebih lanjut akan dibahas biodegradable dari tiga sisi pengetahuan
yakni ontologi, epistimologi dan aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada.
Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik
secara jasmani maupun secara rohani. Secara ringkas ontologi membahas realitas atau
suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas
kebenaran suatu fakta. Dalam ontologi biodegradable berarti membahas mengenai asal
mula perkembangan biodergradable, yang diawali dari penemuan plastik, permasalahan
plastik hingga munculnya plastik biodegradable. Selain itu juga akan dibahas lebih
mendalam mengenai biodegradable.
a. Awal mula ditemukannya biodegradabel
Biodegradable mulai bermunculan semenjak diketahui plastik yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah barang yang tidak ramah
lingkungan. Bahan plastik yang digunakan, tidak seperti bahan organik yang dengan
mudah bisa terurai bila dibuang menjadi sampah. Plastik pertama kali
diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di sebuah ekshibisi
internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes disebut parkesine ini dibuat
dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa temuannya ini
mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia
juga menemukan bahwa parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat
dalam berbagai bentuk. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa dimasyarakatkan
karena mahalnya bahan baku yang digunakan.
Perkembangan plastik terus terjadi dari tahun ketahun hingga dua orang ahli
kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson yang bekerja di Imperial
Chemical Industries Research Laboratory menemukan polyethylene. Temuan
mereka ini mempunyai dampak yang amat besar bagi dunia. Karena bahan ini
ringan serta tipis, pada masa Perang Dunia II bahan ini digunakan sebagai pelapis
untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi untuk radar.Pada tahun 1940 penggunaan
polyethylene sebagai bahan isolasi mampu mengurangi berat radar sebesar 600
pounds atau sekitar 270 kg. Setelah perang berakhir, plastik ini menjadi semakin
populer. Saat ini polyethylene digunakan untuk membuat botol minuman, jerigen,
tas belanja atau tas kresek, dan kontainer untuk menyimpan makanan
Sejak tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia.
Plastik digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan
alat-alat elektronik. Dalam dunia kedokteran, plastik bahkan digunakan untuk
mengganti bagian-bagian tubuh manusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Plastik
memang menjadi benda yang serba guna. Hampir semua benda saat ini
menggunakan bahan ini. Penggunaan plastik ini akan terus meningkat dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kemajuan teknologi. Dengan semakin
meningkatnya penggunaan bahan plastik maka akan semakin besar sampah yang
dihasilkan dan akan menimbulkan masalah untuk lingkungan sekitar tempat
pembuangan sampah.

Gambar 1. Jenis-jenis plastik

Plastik yang umumnya digunakan adalah hasil sintesis polimer hidrokarbon dari
minyak bumi, seperti polietilena (PE), polipropilena (PP), polisterena (PS), polivinil
klorida (PVC) dan sebagainya yang bersifat termoplastik, bila dibakar tidak
terdegradasi, melainkan hanya meleleh, tetapi setelah dingin akan kembali
memadat. Hal ini disebabkan plastik berasal dari senyawa bukan biologis, sehingga
sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan butuh waktu 100 hingga
500 tahun untuk dapat diurai dengan sempurna di dalam tanah (Akbar dkk, 2013).
Plastik tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga sampah plastik tidak
dapat membusuk. Jika dalam jumlah besar atau menumpuk, sampah plastik akan
mengganggu kesuburan tanah dan lingkungan sekitarnya. Plastik yang tertimbun
dalam tanah akan mempengaruhi kualitas air tanah serta dapat memusnahkan
kandungan humus yang menyebabkan tanah menjadi tidak subur. Penimbunan
sampah plastik sangat mengganggu sirkulasi udara dari dan ke dalam tanah karena
bahan plastik umumnya memiliki sifat perintang yang cukup tinggi terhadap
permeabilitas O2 dan CO2 (Ani Sutiani, 2001).
Berbagai problema di atas menuntut suatu solusi dalam menghasilkan plastik
yang mudah diuraikan sempurna dalam waktu singkat serta berasal dari bahan lain
selain sumber yang dapat mencemari lingkungan. Berdasarkan hal tersebut,
kemasan plastik tidak dapat dipertahankan dan perlu dicari bahan baku kemasan
plastik yang bersifat mudah terurai dan ramah lingkungan. Salah satu bahan baku
organik yang bersifat mudah terurai yang dapat digunakan sebagai pengganti
kemasan plastik ialah biodegradable.
b. Apa itu biodegradbel
Biodegradable merupakan plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik
konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi
hasil akhir air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke
lingkungan. Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam, plastik biodegradabel
merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan (IBAW Publication,
2005).
Plastik biodegradable merupakan jenis plastik yang terbuat dari biopolimer.
Biopolimer adalah polimer yang tersusun atas biomassa yang dapat diperbaharui.
Selain penyusunnya, perbedaan antara plastik biodegradable dengan plastik biasa
adalah biodegrability atau tingkat penguraian plastik biodegradable yang dapat
terdegradasi dengan lebih mudah daripada plastik biasa. Hal tersebut menyebabkan
plastik biodegradable merupakan plastik alternatif yang ramah lingkungan.
Sebenarnya, penggunaan biomassa sebagai bahan dasar plastik biodegradable
bukan suatu hal yang baru. Sejarah plastik biodegradable dapat ditelusuri hingga
tahun 1900 pada saat pebisnis Henry Ford mengembangkan metode pembuatan
plastik biodegradable dari kacang kedelai untuk digunakan sebagai plastik pada
mobil.
Fungsi dari biodegradable sebagai penghambat perpindahan uap air,
menghambat pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan
lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif.
Biodegradable yang terbuat dari lipida dan juga film dua lapis (bilayer) ataupun
campuran yang terbuat dari lipida dan protein atau polisakarida pada umumya baik
digunakan sebagai penghambat perpindahan uap air dibandingkan dengan
biodegradable yang terbuat dari protein dan polisakarida dikarenakan lebih bersifat
hidrofobik.
Plastik biodegradabel adalah polimer yang dapat berubah menjadi biomassa,
H2O, CO2 dan atau CH4 melalui tahapan depolimerisasi dan mineralisasi.
Depolimerisasi terjadi karena kerja enzim ekstraseluler (terdiri atas endo dan ekso
enzim). Endo enzim memutus ikatan internal pada rantai utama polimer secara acak,
dan ekso enzim memutus unit monomer pada rantai utama secara berurutan.
Bagian-bagian oligomer yang terbentuk dipindahkan ke dalam sel dan menjadi
mineralisasi. Proses mineralisasi membentuk CO2, CH4, N2, air, garam-garam,
mineral dan biomassa. Definisi polimer biodegradabel dan hasil akhir yang
terbentuk dapat beragam bergantung pada polimer, organisme, dan lingkungan.
The American Society for Testing of Materials (ASTM) dan The International
Standards Organization (ISO) mendefinisikan bahwa plastik degradable sebagai
material yang mengalami perubahan signifikan dalam struktur kimia pada kondisi
lingkungan tertentu. Perubahan ini mengakibatkan hilangnya sifat fisis dan
mekanis, yang diukur dengan metode standar. Plastik biodegradable mengalami
degradasi dari aksi mikroorganisme yang terjadi secara alami, seperti bakteri, jamur,
dan ganggang. Plastik juga dapat didesain sebagai photo degradable, oksidatif
terdegradasi, hydrolytically terdegradasi, dan lain-lain (Kolybaba dkk, 2003).
Bahan biodegradasi terjadi dalam berbagai tahap. Awalnya, makromolekul
dicerna, yang kemudian membentuk rantai, dan mengalami pemotongan langsung
enzimatik. Ini diikuti dengan metabolisme bagian split, mengarah ke disimilasi
enzimatik progresif makromolekul dari ujung rantai. Pembelahan oksidatif dari
makromolekul dapat terjadi sebaliknya, mengarah ke metabolisasi fragmen, dan
akhirnya fragmen rantai menjadi cukup pendek untuk dapat diubah oleh
mikroorganisme (Stevens, 2003).
Tabel 1 Faktor yang berpotensi mempengaruhi degradasi polimer
Biologis Kimiawi Fisika/mekanis
Bakteri, Jamur Hidrolisis Pencucian
Predator Oksidation Sinar matahari
Organisme yang lebih Iklim dan tekanan
tinggi mekanis

c. Penggolongan biodegradable
Penggelompokan plastik biodegradabel terdiri dari dua kelompok dan empat
keluarga berbeda. Kelompok utama adalah: (1) agro-polymer yang terdiri dari
polisakarida, protein dan sebagainya; dan (2) biopoliester (biodegradable
polyesters) seperti poli asam laktat (PLA), polyhydroxyalkanoate (PHA), aromatik
and alifatik kopoliester. Biopolimer yang tergolong agro polimer adalah produk-
produk biomassa yang diperoleh dari bahan-bahan pertanian. seperti polisakarida,
protein dan lemak. Biopoliester dibagi lagi berdasarkan sumbernya. Kelompok
Polyhydroxy-alkanoate (PHA) didapatkan dari aktivitas mikroorganisme yang
didapatkan dengan cara ekstraksi.
Contoh PHA diantaranya Poly (hydroxybutyrate) (PHB) dan Poly
(hydroxybutyrate co-hydroxyvalerate) (PHBV). Kelompok lain adalah biopoliester
yang diperoleh dari aplikasi bioteknologi, yaitu dengan sintesis secara
konvensional monomer-monomer yang diperoleh secara biologi, yang disebut
kelompok polilaktida. Contoh polilaktida adalah poli asam laktat. Kelompok
terakhir diperoleh dari produk-produk petrokimia yang disintesis secara
konvensional dari monomer-monomer sintetis. Kelompok ini terdiri dari
polycaprolactones (PCL), polyesteramides, aliphatic co-polyesters dan aromatic co-
polyesters.
Tabel 2 Jenis-jenis Plastik Berdasarkan Pengklasifikasian Bahan Baku dan
Kemampuan Degradasi.
Jenis bahan baku Biodegradabilitas
Biodegradable Non-biodegradable
Terbarukan Bahan berbasis pati, Polietilen (PE),
bahan berbasis selulosa, poliamida
Poli dan poli hidroksi dan Polivinil klorida
alkanoat (PVC)
Tidak terbarukan Polikaprolakton (PCL) Poli propilena (PP)
dan Polibutilena suksinat
(PBS)
Berdasarkan bahan baku yang dipakai plastik biodegradable dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia dan kelompok
dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosa. Pembentukan film
plastik dari pati, pada prinsipnya merupakan gelatinasi molekul pati. Pembuatan
film berbasis pati pada dasarnya menggunakan prinsip gelatinasi. Dengan adanya
penambahan sejumlah air dan dipanaskan pada suhu yang tinggi maka akan terjadi
gelatinasi. Gelatinasi mengakibatkan ikatan amilosa akan cenderung saling
berdekatan karena adanya ikatan hidrogen.
2. Epistimologi
Istilah epistemologi didalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Theory of
knowledge”. Epistemologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Episteme berarti
pengetahuan dan logos berarti teori. Objek epistemologi ini menurut Jujun
S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan”. Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi
sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan.
Dalam epistimologi biodegrdable berarti membahas mengenai komponen dalam
pembuatan biodegrdable serta proses dalam memperoleh biodegradable dalam artian
proses pembuatan biodegradble tersebut.
a. Komponen Biodegrdable
Biodegradable Film memiliki beberapa komponen utama dalam penyusunannya
yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu hidrokoloid, lipida dan komposit.
Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan biodegradable film berupa protein
atau polisakarida. Bahan dasar protein dapat berasal dari jagung, kedelai, wheat
gluten, kasein, kolagen, gelatin, corn zein, protein susu dan protein ikan.
Polisakarida yang digunakan dalam pembuatan biodegradable film adalah selulosa
dan turunannya, pati dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut (alginat,
karagenan, agar), gum (gum arab dan gum karaya), xanthan, kitosan dan lain-lain.
Beberapa polimer polisakarida yang banyak diteliti akhir-akhir ini adalah pati
gandum (wheat), jagung (corn starch) dan kentang. Lemak yang umum digunakan
dalam pembuatan biodegradable film adalah lilin alami (beeswax, carnauba wax,
parrafin wax), gliserol, asam lemak (asam oleat dan asam laurat) serta emulsifier.
Komposit adalah bahan yang didasarkan pada campuran hidrokoloid dan lipida.
Proses pembuatan biodegradable film menggunakan bahan tambahan
yangdigunakan salah satunya ialah plasticizer. Plasticizer adalah bahan non volatil
bertitik didih tinggi, jika ditambahkan pada material lain dapat mengubah sifat
material menjadi lebih plastis. Plasticizer berfungsi untuk mengurangi kerapuhan
film, meningkatkan permeabilitas terhadap gas, uap air, dan zat terlarut serta
meningkatkan plastis (Gontard and Guilbert, 1992). Beberapa jenis plasticizer yang
dapat digunakan dalam pembuatan biodegadable film antara lain gliserol, lilin
lebah, polivinil alkohol dan sorbitol (Julianti dan Nurminah, 2006). Penggunaan
gliserol sebagai plasticizer sangat dibutuhkan dalam pembuatan biodegradable film.
Selain itu, gliserol yang digunakan dalam pembuatan biodegradable film sebagai
plasticizer terdapat bahan tambahan lain yang digunakan yaitu stabilizer. Stabilizer
adalah zat yang dapat menstabilkan, mengentalkan, dan memekatkan bahan yang
dicampur dengan air. Stabilizer yang digunakan dalam pembuatan biodegradable
film adalah karboksimetil selulosa (CMC).
b. Proses Produksi Biodegradable film
Pembuatan biodegradable film menggunakan metode pembuatan film plastik
biodegradable yaitu melt intercalation yaitu teknik inversi fasa dengan penguapan
pelarut setelah proses pencetakan yang dilakukan pada plat kaca. Metode
pembuatan ini didasarkan pada prinsip termodinamika larutan dimana keadaan awal
larutan stabil kemudian mengalami ketidakstabilan (demixing), dari cair menjadi
padat. Proses pemadatan diawali transisi fase cair ke fase dua cairan (liquid-liquid
demixing) sehingga pada tahap tertentu fase akan membentuk padatan. Adapun
prosedur pembuatan biodegradable.
1) Alat dan Bahan:
a) Alat
 Alat yang digunakan untuk pembuatan pati biji nangka terdiri dari : Mesh
shaker, blender, pisau dan mortar.
 Alat yang digunakan untuk pembuatan larutan terdiri dari : Oven,
magnetic stirrer, timbangan digital, lampu bunsen, kaki 3, kain kasa, gelas
ukur 50 mL, thermometer, labu takar 50 mL, 100 mL, cetakan plat
kaca12x18x5 cm3,Pipet 5 mL, 2 mL, thermometer, spatula, pengaduk dan
gelas kimia 100 mL, 500 mL.
b) Bahan
Pati biji nangka, kitosan, gliserol, asam asetat dan aquades
2) Langkah Kerja
a) Pembuatan pati biji nangka

Menyiapkan biji nangka.

Mengupas hingga hilang kulit ari lalu dicuci bersih

Merendam biji nangka kedalam air kapur selama 1 jam.


Mencuci biji nangka.

Meniriskan sebentar.

Biji nangka dihaluskan menggunakan blender dan ditambahkan aquades


sebanyak 500 mL.

Mengeringkan di bawah terik sinar matahari selama 1-2 hari

Mengayak dengan ayakan biasa.

Menggerus menggunakan mortar

Mengoven selama 30 menit.

.
Mengayak menggunakan 100 mesh.

Menyimpan pati biji nangka yang telah halus dan kering ke dalam wadah.

b) Pembuatan Sediaan Larutan


 Pembuatan larutan kitosan

Menimbang Kitosan sebanyak 5 gr.

Mencampurkan 5 gr kitosan dengan 500 mL asam asetat 1 %,


kemudian diaduk sampai tercampur.

Menyimpan larutan ke dalam gelas kimia 500 mL.

 Pembuatan larutan pati

Menimbang pati 8 gr pati dicampurkan dengan 50 mL


Mengaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit

c) Pencampuran Bahan Dasar

Memanaskan larutan pati samapai pada suhu 600C

Mencampurkan sampel kitosan dan gliserol

dipanaskan kembali sampai pada suhu 80-900C.

d) Pencetakan

Menyiapkan plat kaca

Mengambil gelas kimia yang berisi 50 mL larutan yang telah dicampur

Memasukkan pada plat kaca berukuran 18x12x5 cm

Memasukkan kedalam oven pada suhu 60 C selama 4 jam

Memasukkan pada lemari yang disinari lampu dengan suhu 370C, selama 24 jam

Melepaskan plastik dari kaca

c. Uji biodegradabilitas
Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan dapat
terdegradasi dengan baik dilingkungan. Proses biodegradabilitas dapat terjadi
dengan proses hidrolisis (degradasi kimiawi), bakteri/jamur, enzim (degradasi
enzimatik), oleh angin dan abrasi (degradasi mekanik), cahaya (fotodegradasi).
Proses ini juga dapat dilakukan melalui proses secara anaerobik dan aerobik.
Sampel berupa film bioplastik ditanamkan pada tanah yang ditempatkan dalam
pot dengan asumsi komposisi tanah sama. Biodegradasi adalah penyederhanaan
sebagian atau penghancuran seluruh bagian struktur molekul senyawa oleh reaksi-
reaksi fisiologis yang dikatalisis oleh mikroorganisme. Biodegradabilitas
merupakan kata benda yang menunjukkan kualitas yang digambarkan dengan
kerentanan suatu senyawa (organik atau anorganik) terhadap perubahan bahan
akibat aktivitas-aktivitas mikroorganisme (Ummah, 2013: 34).
Biodegradasi adalah perubahan senyawa kimia menjadi komponen yang lebih
sederhana melalui bantuan mikroorganisme. Saat degradasi, film plastik akan
mengalami proses penghancuran alami. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat biodegradabilitas kemasan setelah kontak dengan mikroorganisme, yakni:
sifat hidrofobik, bahan aditif, proses produksi, struktur polimer, morfologi dan
berat molekul bahan kemasan (Ummah, 2013: 35).
Degradasi polimer dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sinar matahari,
panas, umur dan faktor alam. Oleh sebab itu dalam proses pembuatannya, polimer
ditambah berbagai aditif guna mengatasi proses degradasi oleh berbagai faktor
tersebut. Gambar menunjukkan mekanisme degradasi plastik di alam. Surface
erosion pada polimer nanokomposit lebih besar dibandingkan polimer sintetik
berbentuk komposit sehingga lama waktu dan proses biodegradasi polimer
nanokomposit akan lebih baik, artinya filler berbentuk nanopartikel mempunyai
surface erosion yang lebih besar. Hasil dari mekanisme proses degradasi plastik
akan dihasilkan gas CO2, H2O, CH4 dan produk lainnya.

Gambar 2.4 Mekanisme Proses Degradasi Plastik


Degradasi polimer dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti sinar matahari,
panas,umur dan factor alam. Oleh sebab itu dalam proses pembuatannya polimer
ditambahkan berbagai aditif guna mengatasi proses degradasi oleh berbagai factor
tersebut. Gambar 2.1 menggambarkan mekanisme degradasi plastik di alam.hasil
dari mekanisme proses degradasi plastik akan dihasilkan gas CO2, H2O dan CH4
(Pudjiastuti, 2012).

3. Aksiologi
Kata Aksiologi berasal dari bahasa yunani axios yang memiliki arti nilai, dan logos
yang mempunyai arti ilmu atau teori. Jadi, Aksiologi adalah teori tentang nilai. Nilai
yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Jujun S. suriasumantri mengemukakan bahwa
aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang di peroleh. Dalam epistimologi biodegrdable berarti membahas mengenai
kegunaan produk berupa manfaat biodegradable kepada lingkungan dan kehidupan
manusia.
a. Kelebihan penggunaan plastik biodegradable antara lain :
 Mengurangi Permintaan Bahan Bakar Fosil.
Kebanyakan polimer sintetis yang dibuat dari turunan minyak bumi, sehingga
mereka meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil. Plastik seperti PLA, PHBV dan PHA
yang dibuat dari biomassa, sehingga mereka dapat mengurangi permintaan minyak
mentah dan bahan bakar fosil lainnya. Selain itu, dalam banyak kasus, siklus hidup
emisi gas rumah kaca yang terkait dengan plastik biodegradable mungkin lebih sedikit
daripada yang berhubungan dengan plastik tradisional.
 Mengurangi Volume Sampah Kota
Plastik biodegradable memiliki potensi secara signifikan mengurangi volume
sampah kota yang dihasilkan di seluruh dunia. Karena dapat dikomposkan, plastik
biodegradable dapat dikumpulkan bersama-sama dengan sisa-sisa makanan atau limbah
pekarangan dan dialihkan ketumpukan kompos. Kompos yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai taman atau pupuk pertanian. Plastik konvensional mungkin butuh
berabad-abad dapat terurai dan seringkali sulit untuk mendaur ulang, sedangkan plastik
biodegradable dapat terurai secara cepat ke dalam perubahan kegunaan tanah.
 Mudah terurai oleh Mikroorganisme di tanah
Masalah sampah plastik semakin rumit dengan sukarnya sampah ini untuk terurai
dalam waktu singkat dan akhirnya hanya akan menimbulkan timbunan sampah yang
menumpuk. Dan munculnya Plastik Biodegredable ini yang dapat terurai dalam waktu
lebih singkat dari plastik pada umumnya bisa membantu kita mengatasi permasalahan
sampah plastikyang kian menumpuk.
 Tidak mengandung zat berbahaya pencemar lingkungan.
Plastik konvensional biasanya terbuat dari pengolahan bahan bakar fosil yang
mengandung berbagai zat berbahaya pencemar lingkungan. Semakin menambah daftar
panjang masalah yang disebabkan oleh sampah plastik. Dan Plastik Biodegredablek di
sini terbuat dari bahan – bahan organik yang tidak mengandung zat pencemar
lingkungan, seperti Styrene Tremer, Bisphenol A serta masih banyak lagi peroduk
sampingan dari Polystyrene yang biasanya terkandung dalam Plastik Konvensional.
 Mengurangi permintan bahan bakar fosil.
Seperti yang kita ketahui Plastik yang pada umumnya kita gunakan sehari – hari
terbuat dari pengolahan bahan bakar fosil. Dan pastinya dalam prosesnya pasti juga akan
memerlukan bahan bakar fosil, sehingga bisa disimpulkan Plastik Konvensional
menggunakan bahan bakar fosil dari mulai bahan baku hingga proses pembuatannya.
Bisa dibayangkan seberapa banyak bahan bakar fosil yang digunakan di sini. Berbeda
dengan Plastik Biodegredable yang terbuat dari bahan – bahan organik yang bisa kita
dapat dari hewan maupun tumbuhan yang tentunya bisa diperbaharui dan tentunya lebih
ramah lingkungan serta alam pun dapat menguraikannya.
 Mengurangi volume sampah kota.
Penggunaan Plastik yang seperti kebutahan pokok di masa dewasa ini serta masalah
sulit dan butuh waktu lama untuk terurainya sampah Plastik membuat sampah plastik
menggunung serta semakin memperparah masalah yang ditimbulkannya. Dan Plastik
Biodegredable yang mampu terurai dalam waktu yang lebih singkat daripada Plastik
Konvensional mampu mengurangi problem sampah plastik yang menggunung.
b. Kelemahan plastik biodegradable
Plastik biodegradable memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, mereka tidak
membusuk kecuali mereka dibuang dengan benar, yang berarti bahwa plastik
biodegradable harus diperlakukan sama seperti membentuknya. Penguraian alami
plastik tidak akan terjadi jika hanya melemparkan ke TPA dengan sampah lainnya
sehingga warga yang bersangkuta juga perlu berhati-hati. Beberapa ilmuwan juga
menunjukkan bahwa gas rumah kaca yang terkunci di dalam plastik dan dilepaskan ke
atmosfer ketika terbentuk. Bagaimanapun juga segalasesuatu yang digunakan dalam
produksi plastik biodegradable alami. Dengan demikian, plastik ini tidak mengandung
bahan kimia berbahaya dan bahan seperti plastik konvensional.
Beberapa bahan biodegradable memang mengandung potongan – potongan kecil
logam. Ada kekhawatiran bahwa ketika plastik biodegradable terurai, logam tersebut
akan dilepaskan ke lingkungan. Namun, untuk saat ini tidak ada bukti menyebabkan
adanya masalah yang signifikan.

BAB III
PENUTUP
Artikel ini meninjau peran kimia dalam mewujudkan kimia ramah lingkungan, dengan
cara meminimalisir penggunaan plastik yang non degradable demi mencapai tujuan kimia
ramah lingkungan. Sehingga dalam pelaksanaanya diperlukan teknologi kimia untuk
memproduksi plastik biodegradable agar terjadi penyebaran produk yang lebih luas, tentunya
penyebaran produk ini dilakukan setelah pengujian plastik biodegrdable yag dihasilkan. Dari
segi penggunaan teknologi kimia ini tentunya memberikan sejumlah manfaat yang begitu
besar bagi kehidupan. Adapun beberapa manfaat sekaligus keuntungan dari teknologi ramah
lingkungan ini diantaranya:
 Meminimalkan jumlah limbah agar jumlahnya tidak berlebihan. Dengan begitu bisa
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Teknologi yang ramah lingkungan sendiri
merupakan benar-benar efektif dan efisien untuk penggunaan sumber daya alam. Dengan
begitu, lingkungan pun dapat tetap terjaga baik.
 Meminimalisir resiko terhadap penurunan kondisi pada kesehatan makhluk hidup,
khususnya manusia.
 Bisa menekan anggaran atau biaya produksi menjadi lebih hemat. Menggunakan sumber
daya alam agar menjadi sebuah teknologi tentunya bisa menghemat biaya, contohnya
saja pembangkit listrik tenaga surya memanfaatkan energi suara atau matahari untuk
menghasilkan energi listrik tanpa menggunakan anggaran atau biaya sepeserpun. Jadi,
teknologi ini lebih ditekankan pada pemanfaatan sumber daya yang telah ada yang
sifatnya bisa diperbarui.
Dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan diharapkan bisa meningkatkan sistem
penghematan sumber daya alam atau energi serta meminimalisir pencemaran lingkungan.
Selain itu, teknologi yang ramah lingkungan sendiri biasanya memanfaatkan sumber energi
terbaharukan atau dapat diperbarui, contohnya energi angin, sinar matahari, biomasa dan lain
sebagainya. Kemudian mengubah energi tersebut ke dalam energi lainnya yang bisa tidak
menghasilkan polusi ataupun limbah (meskipun limbah tersebut dalam jumlah yang sedikit).

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fauzi, dkk.2013. Pengaruh waktu simpan film plastik biodegradasi dari pati kulit
singkong terhadap sifat mekanikalnya : Universitas Sumatera Utara.
Anastas, P.T. dan Warner, J.C.. 1998. Green Chemistry: Theory and Practice. New York:
Oxford University Press
Anastas, P.T. 1999. Crit. Rev. Analytical Chemistry: 29, 167.
Anonymous, 2005. Highlights in Bioplastics, Berlin: IBAW Publication.
Gontard, N., S. Guilbert and J. L. Cuq. 1993. Water and Glycerol as Plasticizer.
Jujun S. Suriasumanteri, 1990, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Julianti, E. dan M. Nurminah. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Medan: Departeman
Teknologi Pertanian, Universitas Sumatera Utara.Abu Sudia, Wasilah. , dkk. , 2002.
Kimia Lingkungan, Jakarta: Pusat Penerbitan Uniersitas Terbuka.
Kolybaba, M. dkk. 2003. Biodegradable Polymers: Past, Present, and Future, CSAE/ASAE
Annual Intersectional Meeting, Fargo, North Dakota, USA.
Pudjiastuti, Wiwik, Arie Listyarini dan Sudirman. 2012. Polimer Nanokomposit sebagai
Master Batch Polimer Biodegradable untuk Kemasan Makanan. Jurnal Riset Industri
Vol. VI No. 1, 2012, Hal. 51-60.
Roy Marthin Panjaitan, Irdoni, Bahruddin. 2017. Pengaruh Kadar Dan Ukuran Selulosa
Berbasis Batang Pisang Terhadap Sifat Dan Morfologi Bioplastik Berbahan Pati
Umbi Talas. Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017.
Stevens, M.P. (2001) Kimia Polimer. PT. Pradnya Paramita, cetakan pertama, Jakarta.
Sutiani. Ani. 2001. Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Suatu Produk Baru. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Uno, Mien R dan Siti Gretiani.2011.300 Cara Bijak Ramah Lingkungan dan Menghemat
Uang.Jakarta:PT. Gramedia.
Luthfi, Ahmad. “Kimia Lingkungan dan Peranannya” (Online) http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran_lingkungan/kimia-lingkungan-
dan-peranannya/ (diakses pada 16 Desember 2018)

Anda mungkin juga menyukai