Anda di halaman 1dari 63

TUGAS MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“Kesalahan Berbahasa Dalam Lingkungan Masyarakat”


Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas makalah mata kuliah
Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:

Satria Panji Pradana


2112211113

Dosen Pembimbing:
Reza Saeful Rachman., SS. M.Pd

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP


(YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

Satria Panji Pradana


2112211113

Tugas ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat kelulusan mata
kuliah Bahasa Indonesia di jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sangga Buana YPKP.

Disetujui Oleh:
Dosen Pengampu

Reza Saeful Rachman., SS. M.Pd


NIK.

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Teknik Sipil

Chandra Afriade Siregar, ST., MT


NIK. 432 200 167
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat-Nya, Tugas Makalah dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Dr. H. Asep Effendi, S.E., M.Si., PIA., selaku Rektor Universitas Sangga
Buana Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan.
2. Dr. Ir. Bakhtiar Abu Bakar, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik.
3. Chandra Afriade Siregar, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil.
4. Reza Saeful Rachman., SS. M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan judul untuk tugas makalah ini.
5. Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Teknik Sipil Universitas Sangga Buana yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada Penulis.
6. Bapak, Ibu dan seluruh keluarga tercinta atas dukungan do’a, waktu dan kasih
sayang yang tidak pernah putus.
7. Teman-teman yang Penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan bantuan hingga bisa menyelesaikan tugas besar
ini.
Tugas makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi persyaratan mata kuliah
Bahasa Indonesia di Universitas Sangga Buana (USB) – YPKP. Dalam
pembuatan tugas makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami
miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi.

Oleh karena itu Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas besar ini. Akhir kata, semoga
tugas besar ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah cakrawala pemikiran
bagi pembaca. Segala hormat Penulis sampaikan Terimakasih
Desember 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2

KATA PENGANTAR............................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................5

1.1 Latar Belakang...............................................................................5

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................7

1.3 Maksud dan Tujuan........................................................................7

1.4 Pembatasan Masalah......................................................................7

1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................8

BAB II LANDASAN TEORITIS.......................................................................8

2.1 Tinjauan Umum.............................................................................8

1.6 Ruang Lingkup Perencanaan Pondasi..........................................10

1.7 Aspek – Aspek Yang Berkaitan Dengan Pondasi........................10

II.1.1 Syarat Pekerjaan Pondasi........................................................10

II.1.2 Keamanan Pondasi..................................................................12

II.1.3 Kegagalan Fungsi Suatu Pondasi............................................14

BAB III METODOLOGI...................................................................................14

1.8 Tinjauan Umum...........................................................................14

1.9 Analisis dan Pengolahan Data......................................................16

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................18

1.10 Tinjauan Umum...........................................................................18

1.11 Macam – Macam Pondasi............................................................18

IV.1.1 Pondasi Dangkal......................................................................18

IV.1.2 Desain Pondasi Dangkal..........................................................31

4
IV.1.3 Beberapa Kasus lain yang Biasa Terjadi pada Pondasi Dangkal
35

IV.1.4 Pondasi Dalam.........................................................................38

IV.1.5 Daya Dukung Pondasi Dalam.................................................55

1.12 Stabilitas Pondasi.........................................................................57

1.13 Pertimbangan Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah


57

1.14 Perencanaan Pondasi....................................................................58

1.15 Masalah-masalah Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi.......60

BAB V PENUTUP............................................................................................62

1.16 Kesimpulan..................................................................................62

1.17 Saran.............................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan sistem atau rangkaian lambang bunyi yang digunakan
untuk bertutur dengan masyarakat lain, saling memberikan informasi, ide,
atau gagasan sehingga tercipta interaksi antar masyarakat. Kegiatan
berbahasa dengan bahasa itu berbeda, bahasa merupakan alat verbal yang
digunakan untuk berkomunikasi sedangkan berbahasa adalah proses
penyampaian informasi (Dariah, dkk. (2018). Kedua hal tersebut tidak di
pisahkan karena dilakukan dalam satu waktu secara bersamaan.
Berbahasa merupakan kegiatan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa yang
keluar dari artikulasi manusia. Kegiatan berbahasa merupakan kegiatan
penting, karena berbahasa termasuk kategori primer atau kebutuhan yang
tidak dapat dikesampingkan, terutama di lingkungan masyarakat sangat
diperlukan karena berbahasa merupakan kegiatan komunikasi antara
individu satu dengan individu lain atau satu kelompok dengan kelompok
lain. Berbahasa merupakan kegiatan komunikasi baik secara lisan maupun
secara tulis, sehingga kesantunan berbahasa diperlukan agar kegiatan
komunikasi dapat terbina dengan baik (Mustika, 2013). Berbahasa juga
bukan sekedar bertutur dengan dilandaskan kepahaman lawan bicara tetapi
juga harus sesuai dengan norma berbahasa yang berlaku (Dewi, 2018).
Ketika kegiatan berbahasa sudah menyimpang dari kaidah kebahasaan, maka
bahasa yang diujarkan itu sudah tergolong kepada kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa baik disengaja maupun tidak disengaja kerap kali
terjadi pada kegiatan bertutur yang diucapkan manusia (Najiyah, dkk. 2019).
Hal itu serupa dengan teori yang dikemukakan Seyati, Hasanudin (2017)
Kesalahan berbahasa merupakan kegiatan berkomunikasi lisan dan tulis
yang menyimpang dari norma dan kaidah kebahasaan di masyarakat.
Kesalahan berbahasa ini banyak sekali ditemukan di media luar ruang seperti
di papan reklame, spanduk, gerobak dorong, dan gapura. Penggunaan bahasa
yang tidak tepat itu diakibatkan karena masyarakat kurang paham mengenai

6
penggunaan kaidah bahasa Indonesia seperti bentuk kata baku dan tidak
baku, pleonasme, dan struktur kalimat yang tidak beraturan. Selain itu,
kesalahan dalam penulisan juga dapat terjadi karena masyarakat tidak sadar
bahasa yang dituturkan sudah benar atau tidak (Hasanudin, 2017). Bahkan
bahasa iklan yang terdapat di lingkungan masyarakat seperti di jalan raya
dan konter pulsa sudah terkontaminasi oleh penggunaan bahasa daerah.
Adanya proses interpretasi antara bahasa pertama dengan bahasa kedua
inilah yang menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia bercampur dengan
bahasa daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka didapat masalah-
masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Banyak penggunaan bahasa yang mudah sekali ditemui, seperti: spanduk,
gerobak dorong, dan papan reklame
b. Banyak penggunaan bahasa tidak sesuai dengan norma berbahasa
c. Penelitian terkait dengan kesalahan berbahasa di media luar ruang di
kecamatan Cihampelas, Bandung Barat belum pernah dilakukan
1.3 Maksud dan Tujuan
Berbagai permasalahan di atas, peneliti bermaksud melakukan sebuah
penelitian mengenai kesalahan berbahasa di Jalan Kosambi dan Jalan
Ahmad Yani , alasan peneliti mengambil data penelitian di Jalan Kosambi
dan Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung yaitu :
a. Banyak penggunaan bahasa yang mudah sekali ditemui, seperti:
spanduk dan papan reklame
b. Banyak penggunaan bahasa tidak sesuai dengan norma berbahasa
c. Penelitian terkait dengan kesalahan berbahasa di media luar ruang di
Jalan Kosambi dan Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung belum pernah
dilakukan.
1.4 Pembatasan Masalah
Batasan masalah ini hanya pada dua aspek saja, yaitu Analisis kesalahan
berbahasa di kalangan masyarakat, dan kesalahan penulisan tata bahasa dalam

7
kehidupan bermasyarakat. Adapun isi pembahasan dalam tugas terstruktur ini
yaitu :
a. Kajian teori mengenai kesalahan berbahasa dalam kehidupan masyarakat
b. Analisis contoh kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini terdiri dari beberapa bab, yang didalamnya terdapat
beberapa sub bab. Adapun isi dari tiap-tiap bab dapat dijelaskan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi uraian singkat yang menggambarkan keadaan latar
belakang penulisan makalah, maksud, tujuan, manfaat, serta
pembatasan masalah dan juga sistematika penulisan makalah ini.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini berisi uraian teori yang mengacu pada materi, teori yang
dipakai pada bab ini mengenai penjelasan tentang kesalahan
berbahasa.
BAB III : METODOLOGI
Pada bab ini berisi uraian metode yang dipakai dalam tahap
mengumpulan data, hingga penjelasan mengenai kesalahan berbahasa
dalam kehidupan masyarakat.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi mengenai uraian lengkap penjelasan mengenai
kesalahan berbahasa dalam kehidupan masyarakat.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penjelasan mengenai kesalahan
berbahasa dalam kehidupan masyarakat.

8
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau
tulisan (Tarigan, 1988: 141). Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai
dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi atau penggunaan bahasa yang tidak
sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah bahasa yang baik dan benar.
Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa
Indonesia, bukan merupakan cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Nanik (2010: 15) kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara
lisan maupun tulisan yang menyimpang dari faktor-faktor atau kaidah-kaidah tata
bahasa yang baik dan benar sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
Penggunaan bahasa yang benar menurut kaidah EYD merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Pemilihan kata berhubungan erat
dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah
mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan menjadi lebih
berstruktur dan bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang
lain. Namun pada kenyataannya, masih banyak kesalahan pada penggunaan
bahasa yang disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap hakikat penggunaan
bahasa yang benar menurut EYD. Kesalahan – kesalahan tersebut meliputi
kesalahan ejaan dan kesalahan penggunaan kalimat. Kesalahan penggunaan ejaan
maupun kalimat dapat ditemukan di berbagai media cetak, seperti undangan,
spanduk, surat dinas, majalah, dan juga selebaran iklan ataupun pengumuman
yang sering ditempelkan di berbagai tempat. Pada penulisan makalah ini, penulis
memberi perhatian lebih terhadap kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat pada
media ruang yang terdapat di ruang publik.
Penggunaan bahasa pada ruang publik cukup menarik untuk dikaji. Signifikansi
hasil kajian mengenai ruang luar publik terletak pada pengungkapan fenomena-
fenomena ruang terbuka yang bersifat lokal dan partisipatif (Rahaju & Nuryanto,

9
2009) dalam Hendrastuti, 2015: 30. Penggunaan bahasa di ruang publik harus
menggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan fungsi dan situasinya (Sugihastuti,
2012) dalam Hendrastuti, 2015: 32. Ada tiga kompenen yang diperhatikan dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu ejaan, diksi, dan
struktur.
Komponen-komponen diatas diharapkan dapat membantu penulisan kalimat
dalam ruang publik agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan
dari kaidah bahasa yang berlaku. Ruang publik sebagai salah satu elemen penting
perkotaan dapat menjadi petunjuk dan mencerminkan karakter khusus suatu
masyarakat. Secara umum ruang publik/public space dapat didefinisikan dengan
cara membedakan arti katanya secara harafiah terlebih dahulu. Publik merupakan
sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja dan space/ruang merupakan suatu
bentukan tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya
(Ching, 1992) dalam Antonius, 2008.

2.1.2. Penyebab Kesalahan Berbahasa


Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi
atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan
bukanlah berbahasa Indonesia yang baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang
dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia, jelas pula belum dikatakan dapat
berbahasa dengan baik. Pemakaian bahasa yang tidak mau mengikuti norma yang
telah ditentukan, sekalipun dia mengetahui bahwa yang dilakukan itu salah dan
berakibat tidak baik untuk kedepannya (Supriyadi, 1986).
Kekhilafan juga merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai
seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya.
Kekhilafan itu dapat berupa kesalahan dalam pengucapan, salah dalam menyusun
kalimat karena kurang cermat. Pangkal penyebab kesalahan berbahasa ada pada
orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang
digunakannya. Penyebab kesalahan berbahasa ada tiga, antara lain sebagai
berikut.

10
a. Terpengaruh bahasa yang terlebih dahulu dikuasainya. Ini dapat diartikan
bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau
bahasa pertama yang diperoleh ketika anak mulai belajar untuk berbicara atau
mendengar.
b. Kurangnya pemahaman dalam pemakai bahasa dengan bahasa yang
digunakan. Kesalahan seperti ini disebabkan oleh kesalahan generalisasi atau
disebut juga dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error).
Kesalahan ini disebabkan oleh penerapan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
yang kurang sempurna.
c. Pengajaran bahasa Indonesia yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini
berkaitan dengan materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran.
Pengajaran ini meliputi teknik penulisan yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

2.2 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Ejaan


Supriyadi (1986: 2.32) kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi merupakan
salah satu bentuk kesalahan berbahasa secara lisan. Dalam kenyataannya
pemakaian bahasa lisan dapat disalin atau dipindahkan dalam bahasa tulis melalui
lambang-lambang atau dalam bentuk huruf dan tanda baca. Sistem ejaan yang
berlaku dalam pemakaian Bahasa Indonesia yaitu sistem Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Oleh karena itu pemakaian Bahasa Indonesia yang
menyimpang dari sistem tersebut merupakan bentuk kesalahan berbahasa dalam
bidang ejaan. Untuk menganalisis kesalahan seperti itu diperlukan adanya
pemahaman yang mendalam tentang EYD.Sistem EYD terdiri atas tiga komponen
yaitu, penulisan huruf, kata, dan tanda baca. Sesuai dengan penggunaan huruf itu
diwujudkan dalam dua bentuk yaitu, huruf besar atau huruf kalital dan huruf kecil
atau huruf biasa.
Mujianto, dkk. (2010: 138) menyatakan bahwa ejaan merupakan keseluruhan
peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi ujar suatu bahasa dan hubungan
lambang satu dengan lambang yang lain, baik dalam penggabungan ataupun
dalam pemisahannya. Pembahasan mengenai ejaan berkaitan dengan cara

11
penulisan huruf kapital, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penggunaan
tanda baca. Dalam keterampilan menulis, penggunaan ejaan sangat penting untuk
diperhatikan. Ejaan dan tanda baca merupakan ciri langsung dalam bahasa
tulis,selain kosa kata dalam bahasa Indonesia. Aspek-aspek bahasa seperti
intonasi, jeda, dan tarikan nafas dalam bahasa tulis fungsinya dapat digantikan
oleh ejaan dan tanda baca.
Bambang (2010: 4.6) menyatakan bahwa kesalahan ejaan menyangkut kesalahan
penulisan kata dan pemakaian tanda baca. Pada keslahaan penulisan kata terdapat
klasifikasi yang lebih kecil lagi yaitu kesalahan penulisan gabungan kata,
penulisan kata depan, penulisan partikel. Sementara itu, kesalahan pemakaian
tanda baca meliputi kesalahan penggunaan tanda baca titik, koma, titik dua, dan
sebagainya. Berikut ini adalah wujud kesalahan berbahasa dalam penerapan
kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) diantaranya meliputi kesalahan ejaan.

BAB III
METODOLOGI

1.6 Tinjauan Umum


Pada bab ini akan dibahas proses secara keseluruhan mengenai macam –
macam pondasi. Untuk mendapatkan hasil penjabaran yang baik diperlukan
analisis data yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi semakin
kompleks pula analisa yang akan dilakukan. Untuk mendapatkan analisis
yang baik memerlukan data-data informasi yang lengkap dan akurat disertai
teori / konsep yang relevan. Dalam rangka pengumpulan data diperlukan 2
(dua) tahapan penting yang harus dilalui, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai
pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan
penyusunan rencana yang perlu dilakukan untuk memperoleh efisiensi
dan efektifitas waktu pengerjaan. Pada tahap ini juga dilakukan
pengamatan pendahuluan agar didapat gambaran umum dalam

12
mengidentifikasikan dan merumuskan masalah yang dihadapi.
Tahapan persiapan ini meliputi:
a. Studi pustaka terhadap materi tugas untuk menentukan garis besar
proses evaluasi dan penjabaran.
b. Menentukan kebutuhan data-data yang diperlukan.
c. Mendata instansi dan institusi yang dapat dijadikan sumber data.
Persiapan di atas harus dilakukan dengan cermat untuk menghindari
pekerjaan yang berulang sehingga tahapan pengumpulan data menjadi
kurang optimal.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan langkah selanjutnya, setelah
tahap persiapan. Dari tahap pengumpulan ini dapat diperoleh gambaran
permasalahan yang akan dihadapi, dan penentuan alternatif pemecahan
masalah yang akan diambil. Adapun beberapa metode yang dilakukan
pada pengumpulan data ini antara lain:
a. Metode Literatur
Metode literatur yaitu dengan meminjam data dari instansi terkait
sebagai landasan permasalahan yang ada sekaligus membandingkan
dengan kondisi saat ini.

1.7 Analisis dan Pengolahan Data


Analisis dan pengolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang telah
diperoleh, selanjutnya dikelompokkan dengan identifikasi jenis
permasalahan sehingga diperoleh analisa pemecahan masalah yang efektif
dan terarah. Pada tahap ini dilakukan analisis dan pengolahan data yang
diperoleh, meliputi:
1. Analisis mengenai deksripsi pondasi sendiri sebagai acuan judul tugas
besar kali ini.
2. Analisis mengenai fungsi pondasi, analisis ini sangatlah diperlukan karna
sebelum membangun bangunan itu sendiri harus ada yang namanya
pondasi.

13
3. Analisis kegagalan suatu pondasi, analisis ini diperlukan guna
mengetahui sebab kegagalan pondasi, serta bagaimana cara terhindar dari
kegagalan suatu pondasi.
4. Analisis keamanan pondasi, analisis ini sangat diperlukan karna,
keamanan dimanapun harus menjadi yang nomer satu, begitu pula dalam
merencanakan pondasi.
5. Analisis mengenai syarat pekerjaan pondasi, analisis ini sangat
diperlukan karna demi menunjang keamanan syarat harus ditempuh demi
meminimalisir kegagaln pondasi, seperti syarat lebar dan sebagainya.
6. Analisis menganai macam macam pondasi, analisis ini sangatlah penting
selain menjadi bahan utama pembuatan tugas besar ini, tetapi macam –
macam pondasi akan lebih tersirat kepada kondisi penggunaan serta
keadaan suatu bangunan yang akan dibangun.

3.1 Bagan Alir Tugas Besar

14
Mulai

Studi Pustaka

Menentukan Kebutuhan dan


Mengumpulkan Data

Analisis dan
Pengolahan Data Perubahan:
Jenis pondasi
Macam –
macam pondasi
Menyusun Jenis dan Macam –
macam Pondasi

ok Tidak

Disetujui

Selesai

15
BAB IV
PEMBAHASAN

1.8 Tinjauan Umum


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis serta macam – macam pondasi,
mulai dari pondasi dangkal hingga pondasi dalam, serta akan membahas
mengenai stabilitas pondasi, desain pondasi dangkal dan pemilihan bentuk
pondasi pada kondisi tanah tertentu.

1.9 Macam – Macam Pondasi


IV.1 Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung
bebannya secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi
memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dangkal digunakan apabila
kedalaman tanah baik tidak begitu dalam yaitu antara 0,6 sampai 2
meter, serta kapasitas dukung tanah relatif baik (>2.0 kg/cm2).
Secara umum pondasi dangkal memberikan biaya lebih murah
dibandingkan jenis pondasi lainya.
Untuk Perencanaan dimensi secara langsung, dapat ditentukan
dengan rumus:
D/B ≤ 1-4
Dimana:
D = Kedalaman pondasi diukur dari alas pondasi sampai
permukaan tanah
B = Lebar alas pondasi

Sedangkan luas alas pondsai dihitung sedemikian rupa sehingga


tekanan yang terjadi pada tanah dasar tidak melampui kapasitas
dukung ijin tanah α ≤ α ijin, dan luas alas pondasi ditentukan
dengan rumus:
A = P/α
Dengan:

16
A = Luas alas pondasi
P = Beban yang bekerja pada kolom yang didukung pondasi
α = tekanan yang terjadi pada tanah
Perencanaan dimensi pondasi paling hemat apabila dibuat
sedemikian rupa sehingga resultan gaya-gaya yang bekerja melalui
pusat berat alas pondasi. Pemakaian pondasi dangkal biasanya
untuk bangunan rumah tinggal dan gedung bertingkat biasa dengan
beban bangunan tidak besar dan biasa disebut Pondasi Langsung
( Spread Footing ) yaitu dengan memperlebar bagian bawah kolom
atau dinding bangunan, sehingga beban bangunan disebarkan
(spread) menjadi desakan yang lebih kecil daripada daya dukung
tanah yang diijinkan.

Af = Luas pondasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Pondasi langsung :


1. Dasar pondasi harus terletak dibawah lapisan tanah yang
mengandung humus / bahan organik atau tumbuh-tumbuhan.
2. Kedalaman tanah urug, yaitu menyangkut kestabilan tanah.
3. Kedalaman tanah yang dipengaruhi sifat retak-retak atau
kembang susut
4. Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan,
agar tidak saling mengganggu
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas maka
kedalaman dasar pondasi langsung di Indonesia biasanya
diletakkan antara 0,60 m sampai 3,00 m dibawah muka tanah.
1. Pondasi Menerus
Digunakan untuk bangunan rumah tidak bertingkat, seluruh
beban umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah

17
melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan. Untuk
bangunan kecil diatas tanah yang baik, pondasi menerus
dinding dinding setengah bata cukup diletakkan pada
kedalaman 60 – 80 cm dibawah muka tanah, sedang yang satu
bata 80 – 100 cm dari muka tanah. Untuk konstruksinya cukup
dari pasangan batu, lebar dasar pondasi umumnya dibuat tidak
kurang dari dua setengah kali tebal tembok. Diatas pondasi
pasangan batu perlu dipasang balok Sloof beton bertulang yang
berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan
beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban beban
agak berat atau karena daya dukung tanah kecil maka
digunakan pondasi jalur pelat beton bertulang.

Gambar 4-1Pondasi Menerus

18
2. Pondasi Kaki Gabungan
Digunakan pada kolom bangunan, dimana jarak kolom terlalu
dekat sehingga pondasinya digabung menjadi satu. Jika letak
kolom bangunan dekat sampai batas tanah yang dimiliki
seperti pada Rumah Toko didaerah pertokoan / pusat kota,
karena harga tanah mahal maka rumah dibangun bertingkat
dan selebar mungkin sampai batas tanah seluruhnya. Pada
keaaan ini ruangan yang tersedia tidak cukup untuk membuat
pondasi telapak yang sentris utnuk mendukung masing-masing
kolom bangunan sehingga harus dibuat pondasi gabungan.
Bentuk pondasi kaki gabungan:
a. Bentuk Persegi panjang
Digunakan jika kolom bangunan dengan beban yang agak
kecil dan ruangannya terbatas.
b. Bentuk Trapesium
Digunakan bila ruangan disebelah kolom dengan beban
besar terbatas, maka bentuk persegi panjang tidak dapat
digunakan karena batas tanah tersebut sehingga pondasi
dibawah kolom diperlebar menjadi bentuk trapezium.
c. Bentuk Strap Footing

19
Bentuk ini terbentuk pada 2 buah kolom bangunan dengan
pondasi kaki tersendiri yang dihubungkan dengan balok

penghubung (Strap footing) sehingga kedua pondasi bekerja


bersama-sama sebagai pondasi gabungan. Untuk itu balok
penghubungnya harus cukup kuat memikul momen yang
terjadi.
Gambar 4-2 Pondasi Gabungan
3. Pondasi Pelat
Digunakan pada lapisan tanah lunak yang daya dukungnya
kecil, juga pada lapisan tanah yang tidak homogen, atau jika
terdapat lensa - lensa tanah lunak pada lapisan tanah yang agak
padat. Sehingga bila menggunakan kaki pondasi yang terpisah
untuk masing-masing kolom bangunan, jumlah luas dari
pondasi-pondasi itu lebih besar dari setengah luas bangunan
sehingga akan lebih praktis untuk menggunakan pondasi plat
menyeluruh seluas bangunan.

Jika ada pondasi yang berdiri diatas bagian tanah yang lemah
dan dapat menimbulkan penurunan setempat yang lebih besar
dan akan mengakibatkan terjadi penurunan yang tidak merata
pada seluruh bangunan, juga jika beban bangunan pada kolom
bangunan cukup besar sehingga juga akan lebih praktis kalau
menggunakan pondasi plat.

20
Untuk beban - beban kolom bangunan yang tidak besar, maka
plat pondasi dapat dibuat sama tebal pada seluruh bangunan,
tetapi jika beban -beban kolom bangunan cukup besar, maka
pada tempat - tempat dibawah kolom, plat pondasi harus
dipertebal, penebalan dapat keatas maupun kebawah.

Untuk hitungan plat pondasi, prinsip hitungan sama dengan


perhitungan atap bangunan, hanya dibalik dengan menganggap
tumpuan ada diatas,sedang dibawah terdapat beban berat yaitu
desakan tanah pada plat pondasi tersebut.

Gambar 4-3 Pondasi Pelat


4. Pondasi Cakar Ayam
Metode rekayasa teknik dalam pembuatan pondasi bangunan
yang dikenal dengan nama konstruksi cakar ayam ini digagas
pertama kali oleh seorang putra daerah yang bernama Prof. Dr.
Ir. Sedijatmo pada tahun 1961. Kala itu Prof. Dr. Ir. Sedijatmo
sedang memegang suatu jabatan di PLN. Ia ditugaskan untuk
mendirikan sejumlah menara listrik bertegangan tinggi di
kawasan rawa-rawa Ancol, Jakarta.

21
Medan yang berupa rawa-rawa tentu membuat pendirian
menara listrik bertegangan tinggi itu sangat sulit dilakukan.
Dengan medan yang sulit, dua menara listrik akhirnya berhasil
didirikan. Sementara itu lima menara sisanya masih belum bisa
terselesaikan. Padahal menara-menara listrik tersebut akan
digunakan menyalurkan listrik dan sebagai pusat tenaga listrik
untuk acara Asian Games di tahun 1962 yang digelar di
Gelanggang Olahraga Senayan.

Waktu yang semakin sempit untuk mendirikan lima menara


lagi di kawasan rawa-rawa yang sulit membuat Prof. Dr. Ir.
Sedijatmo berpikir keras. Dalam keadaan inilah lahir ide untuk
mendirikan menara dengan pondasi berupa plat-plat beton
yang didukung dengan pipa-pipa beton di bagian bawahnya.
Kombinasi plat beton dan pipa beton ini melekat menjadi satu
dan memiliki daya cengkram yang kuat terhadap tanah rawa
yang lembek.

Ide Prof. Dr. Ir. Sedijatmo inilah yang kemudian dikenal


dengan nama konstruksi cakar ayam. Dengan konstruksi
pondasi ini, lima menara akhirnya bisa diselesaikan pada
waktunya dan masih berdiri dengan kokoh sampai dengan saat
ini.
Sampai sekarang ada begitu banyak bangunan yang telah
didirikan dengan pondasi cakar ayam hasil pemikiran Prof. Dr.
Ir. Sedijatmo. Contohnya saja, runway, taxi way dan apron di
Bandar Udara Sukarno-Hatta, jalan tol Palembang-Indramayu,
jalan akses Pluit-Cengkarang, hanggar pesawat terbang di
Surabaya dan Jakarta, sebuah pabrik pupuk di Surabaya dan
masih banyak lagi bangunan lainnya.

22
Tak hanya digunakan di Indonesia, pondasi cakar ayam ini
juga dipakai di mancanegara. Pondasi cakar ayam Prof. Dr. Ir.
Sedijatmo sudah mendapatkan pengakuan hak paten
internasional di 40 negara, seperti Australia, Inggris, Belanda,
Amerika Serikat, Jerman, Uni Soviet, Malaysia, Singapura dan
Arab Saudi.

Gambar 4-4 Pondasi Cakar Ayam


Pada pembangunan dengan menggunakan pondasi cakar ayam,
dibutuhkan plat-plat beton bertulang. Plat-plat beton bertulang
yang dipakai adalah plat beton bertulang yang relatif tipis. Plat
beton bertulang tersebut kemudian didukung dengan bius-bius
beton bertulang yang dipasang secara vertikal dan disatukan
dengan plat beton.

Jarak antara bius beton bertulang dan plat beton ini sekitar 200
cm sampai 250 cm. Plat betonnya sendiri memiliki ketebalan
sekitar 10 cm sampai 20 cm. Sedangkan pipa bius beton
berdiameter 120 cm dengan ketebalan 8cm dan panjang kurang
lebih 150 cm sampai 250 cm.

Untuk membuat pondasi cakar ayam, pertama-tama perlu


dilakukan penggalian tanah yang akan dipakai sebagai lantai
kerja. Penggalian ini cukup sedalam 30 cm hingga 50 cm.

23
Lantas dibuat lubang berjarak 2,5 m dengan diameter 80 cm
hingga 120 cm. Kedalaman lubang ini sekitar 1,2 meter dan
nantinya dipakai sebagai cakar.

Selanjutnya pada galian tersebut dibuat bekisting. Kemudian


dibuatlah rangkaian besi tulangan untuk perkuatan pondasi.
Barulah pipa baja dimasukkan ke dalam cakar pondasi dan
rangkaikan tulangan pada galian pondasi. Setelah itu tuangkan
campuran beton yang sudah dibuat sesuai dengan ketentuan.
Biarkan selama kurang lebih 28 hari sampai beton mencapai
kekuatan maksimal.

Dalam perkembangannya, pondasi cakar ayam kemudian


disempurnakan oleh sebuah tim yang bernama Tim
Pengembangan Cakar Ayam Modifikasi atau CAM. Tim ini
beranggotakan para ahli yang berasal dari Universitas Gadjah
Mada. Anggota tim tersebut antara lain Hary Christady,
Bambang Suhendro dan Maryadi Darmokumoro.

Pengembangan pondasi cakar ayam yang dilakukan meliputi


beberapa hal. Pengembangan yang pertama yakni bahan cakar
pipa beton digantikan dengan pipa baja yang memiliki
ketebalan 1,4 mm dengan diameter 0,60 m sampai 0,80 m dan
panjang 1 m sampai dengan 1,2 m. Pengembangan kedua
adalah pengembangan terhadap metode perancangan, analisis,
metode pelaksanaan dan juga metode evaluasi perkerasan.
Sementara itu pengembangan ketiga pada tanah dasarnya
berupa tanah ekspansif. Tanah ekspansif ini adalah tanah dasar
yang mudah mengalami pengembangan dan menyusutan
sehingga bisa merusak perkerasan.

24
Pondasi cakar ayam memang sangat cocok digunakan pada
daerah dengan jenis tanah yang lembek dan tanah gambut atau
ekspansif. Konstruksi cakar ayam ini tidak memerlukan sistem
drainase dan juga tidak membutuhkan sambungan kembang
susut. Pondasi cakar ayam bisa dipakai untuk pondasi beragam
bangunan seperti rumah, gedung, jalan hingga landasan.
5. Pondasi Sarang Laba – laba
Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) merupakan
sistem pondasi bangunan bawah yang kokoh dan ekonomis,
dengan memamfaatkan tanah sebagai bagian dari struktur
pondasi. Sistem pondasi ini ditemukan pada tahun 1976 oleh
Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto dengan mendapatkan paten nomor
7191, lisensi dan pengembangan oleh PT. Katama Suryabumi.
Sistem pondasi ini mulai diterapkan di proyek-proyek sejak
tahun 1978. Pondasi ini merupakan pondasi dangkal
konvensional, kombinasi antara sistem pondasi plat beton pipih
menerus dengan sistem perbaikan tanah.

Ada dua prinsip yang dikembangkan pada KSLL ini; pertama,


dengan memamfaatkan tanah sebagai bagian dari struktur
pondasi. Pemamfaatan tanah yang mencapai 90% bahan
konstruksi ini membuat KSLL menjadi lebih ekonomis,
dengan menghemat penggunaan beton dan besi beton. Kedua,
menyatukan elemen-elemen pada sistem pondasi menjadi satu
kesatuan fungsi yang harmonis dan monolit. Dengan demikian
jika terjadi penurunan yang terjadi bukan sebagian, tetapi
seluruhnya.

Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah sistem konstruksi


pondasi bawah (sub struktur) yang merupakan sistem
kombinasi antara sistem pondasi plat beton pipih menerus

25
dengan sistem perbaikan tanah. Kombinasi ini berakibat
adanya kerjasama timbal balik yang saling menguntungkan.
Plat beton pipis menerus itu pada bagian bawahnya dikakukan
oleh rib-rib tegak tipis yang relatif tinggi, sehingga secara
menyeluruh bentuk kotak terbalik. Rib-rib tegak dan kaku
tersebut diatur membentuk petak-petak segitiga, dari tampak
atas, dengan hubungan kaku (rigit). Rib-rib ini terbuat dari
beton bertulang. Rongga yang ada di bawah plat di antara rib-
rib diisi dengan lapisan perbaikan tanah/pasir yang dipadatkan
dengan baik, lapis demi lapis per 20 cm. Konstruksi ini
menyerupai kotak beton raksasa terbalik.

Ada tiga jenis rib, yaitu:


1. Rib Settlement, rib ini memiliki ketinggian 200 cm s.d. 300
cm, dengan ketebalan 10 s.d. 15 cm yang berfungsi untuk
mengatasi settlement. Posisi rib ini selalu mengelilingi
gedung dibatasi setiap 200 m2. Rib ini melindungi saat
terjadi penurunan dengan cara menjaga tanah menyebar
kesamping.
2. Rib Konstruksi, berfungsi untuk menyebarkan gaya
pengkaku plat pondasi dan pelindung tanah yang telah
dipadatkan. Pada satu kolom dibagi 8 rib konstruksi dengan
pola diagonal. Tinggi rib konstruksi berkisar dari 50 cm s.d.
150 cm dengan ketebalam 10 cm s.d. 15 cm.
3. Rib Pembagi, jika jarak kolom lebih dari enam meter,
diperlukan rib pembagi yang lebih pendek dibandingkan
dengan rib konstruksi. Jadi mekanisme penyaluran beban
adalah: kolok - rib - plat - tanah perbaikan terus disalurkan
ke tanah pemikul.

26
Gambar 4-5 Pondasi Sarang Laba - Laba
Dalam penggunaannya sebagai pondasi yang memikul beba-
beban terpusat/kolom, maka sub rib-rib diatur agar titik
pertemuan yang berhimpitan dengan titik kerja beban/kolom.
Pada kondisi yang umum, peil plat lantai/penutup KSLL
diletakkan pada peil nol bangunan (atau sedikit di bawah peil
nol bangunan). Dengan bentuk dan sistem konstruksinya seperti
itu, makan KSLL telah membentuk suatu lapisan batu karang
yang cukup tebal, sehingga memiliki kekakuan dan kemampuan
daya dukung yang cukup tinggi.

Sistem kerja KSLL berbeda dengan sistem pondasi yang lain.


Pada sistem-sistem pondasi langsung yang lain, pada umumnya
perbaikan tanah asli mendahului pekerjaan pondasi. Akibatnya,
untuk daerah dimana permukaan air tanahnya tinggi, membuat
perbaikan tanah menjadi sulit. Selain itu, kepadatan tanah yang
dihasilkan kurang memuaskan. Sehingga dengan daya dukung
tanahnya rendah resiko differensial settlement menjadi besar.
Pada sistem KSLL, rib-rib konstruksinya dikerjakan mendahului
pekerjaan perbaikan tanah. Ukuran rib-rib yang tinggi, membuat
perbaikan tanah menjadi lebih mudah, murah dan sempurna.

27
Mudah, karena perbaikan tanah yang dipadatkan berada di
dalam petak-petak segitiga, sehingga tidak memungkinkan
berpindah-pindah saat pemadatan. Murah, karena alat yang
digunakan cukup tamping rammer yang kecil. Sempurna, karena
pada umumnya hasil pemadatan mencapai batas yang
disyaratkan.

Pada daerah-daerah yang air tanahnya tinggi, biasanya pekerjaan


di bawah muka air tanah hanya mencapai 1/2 bagian dari rib
settlement. Hal ini dapat diatasi dengan mudah karena luas
galian yang relatif sedikit dan membentuk selokan memanjang;
sehingga tidak terlalu sulit untuk membendung bagian-bagian
yang sedang dilaksanakan, untuk kemudian dipompa airnya.
Sedangkan untuk pengecoran rib konstruksi dan setengah bagian
rib settlement bagian atas, pada umumnya tidak mengalami
kesulitan, karena praktis seluruh pekerjaan akan dilaksanakan di
atas muka air tanah. Keuntungan Teknis Pondasi Konstruksi
Sarang Laba-Laba (KSLL) Konstruksi Sarang Laba-laba ini
mempunyai keuntungan, antara lain:
1. Sistem pondasi mempunyai kekakuan ( Rigidity) jauh lebih
tinggi dan bersifat monolit dibanding dengan sistem pondasi
dangkal lainnya.
2. Plat Konstruksi Sarang Laba-Laba didesain berfungsi ganda
untuk plat pondasi, septictank, bak reservoir, lantai, pondasi
tangga, kolom praktis dan dinding.
3. Rib konstruksi KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan
atau gaya-gaya yang bekerja pada kolom.
4. Pekerjaan pondasi memerlukan waktu yang singkat karena
memakai sisten ban berjalan dan padat karya yang sederhana
dan tidak menuntuk keahlian tinggi.

28
5. Pembesian rib dan plat cukup dengan pembesian minimum,
100 kg - 150 kg/m3 volume beton rata-rata 0,20 - 0,45 m3
beton/m2.
6. Pondasi sistem KSLL akan menjadi suatu sistem struktur
bawah sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan
dan gempa.
7. Memamfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai
struktur bawah dengan komposisi lebih kurang 85% tanah
dan 15% beton.
8. Sistem ini berhasil menjawab dilem yang timbul pada
pondasi untuk gedung-gedung yang bertingkat tanggung
antara 2 sampai dengan 8 lantai, yang didirikan diatas tanah
dengan daya dukung rendah. Sedangkan untuk tanah dengan
daya dukung baik bisa digunakan lebih dari 8 lantai.
9. Untuk gedung yang menggunakan basement, biaya
konstruksi basement bisa dihemat, karena pondasi bisa
berfungsi ganda sebagai lantai dan dinding basement.
10. Kemampuan memikul beban cukup tinggi. Untuk kondisi
tanah yang kurang baik, misalnya tanah 0,4 kg/cm2, sistem
ini mampu untuk memikul beban titik/kolom sampai 750 ton.

IV.2 Desain Pondasi Dangkal


Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan
penurunan/settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan
struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya
dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap,
defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan.
Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya
penurunan total (keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama)
dan penurunan diferensial (sebagian pondasi saja yang

29
turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang
didukungnya.

Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan


tanah terhadap pondasi (tergantung pada jenis tanah, massa
jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan
tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan
pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan
yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu
para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh,
biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.

Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan


menjadi:
1. Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya
tekan tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
2. Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
a. Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
b. Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
c. Gaya gempa
d. Gaya angkat air
3. Momen
4. Torsi

30
Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada
suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai penahan

seluruh beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya
– gaya dari luar. Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan
pondasi setempat ataupun penurunan pondasi merata melebihi
dari batas – batas tertentu, yaitu :
Tabel 4-1Penurunan Pondasi Dangkal
Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan :
1. Faktor tanah
a. Struktur tanah
b. Kekuatan tanah
c. Kedalaman
d. Letak permukaan air
2. Faktor beban
a. Jumlah lantai
b. Tinggi bangunan
c. Panjang bentang

Oleh karena itu, sebelum perencanaan pondasi dilakukan terlebih


dahulu perlu mengetahui prilaku tanah baik sifat fisik maupun
mekanis tanah. Dimana sifat fisik dan mekanisnya dapat diketahui
dengan melakukan penyelidikan tanah yang meliputi penyelidikan
dilapangan dan laboratorium, sehingga dari data-data hasil
penyelidikan tanah tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam merekomendasikan sistem pondasi. Untuk maksud ini
diperlukan pengertian yang mendalam mengenai metode pengujian

31
tanah, batasan-batasan atau karakteristik dalam metode pengujian
dan bagaimana menyimpulkan hasil-hasil yang diperoleh.
Pekerjaan lapangan dalam peyelidikan tanah yang dilaksanakan
meliputi pekerjaan Boring (drilling) dan Standart Penetrasi Test
(SPT).

Suatu jenis pondasi mempunyai karakteristik penggunaan tertentu.


oleh karena itu, dalam mendisain pondasi perlu dibuat alternatif
yang kemudian dipilih alternatif yang terbaik berdasarkan kriteria
secara teknis, kemudahan pelaksanaan, ekonomis, dan dampak
lingkungan.

Agar dapat hasil yang baik maka perlu mempunyai pengetahuan


tentang permasalahan pondasi.Pada dasarnya permasalahan pondasi
ada 2 yaitu :
1. Umum
Stabilitas (daya dukung, geser, dan guling), perbaikan tanah,
kelongsoran lereng, dan pengaruh air bersih.
2. Khusus
Getaran, daerah lendutan tambang (minyak, air, dsb), ledakan
gempa bumi, dll.
Pada garis besarnya pondasi dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Pondasi langsung, yaitu apabila pondasi tersebut langsung di
atas tanah keras.
2. Pondasi tidak langsung, yaitu apabila pondasi tersebut terletak
di atas suatu rangkaian yang menghubungkan dengan lapisan
tanah keras.
Pondasi langsung digunakan apabila tanah keras bagian dalam
mencapai kedalaman kurang lebih 1 meter. Ini tidak lain karena daya
dukung pada dasar tanah dasar pada umumnya lebih kecil dari daya
dukung pasangan badan pondasi. Untuk memperkecil beban per-

32
satuan luas pada tanah dasar, lebar pondasi dibuat lebih lebar dari
pada tebal dinding tembok di atasnya dan untuk lebih menghemat,
bentuk pondasi dibuat dalam bentuk trapesium. Di samping itu untuk
memenuhi persyaratan agar tidak terpengaruh cuaca sebaiknya
kedalaman pondasi dari permukaan tanah kurang lebih 80 cm.

IV.3 Beberapa Kasus lain yang Biasa Terjadi pada


Pondasi Dangkal
a) Kasus : Terjadinya penurunan tanah yang tidak bersamaan
sehingga ketinggian pondasi yang berbeda mengakibatkan
struktur bangunan tersebut menjadi tidak stabil
Solusi : Membuat galian pondasi lebih dalam dari galian
pondasi biasanya dan Agar Kegagalan fungsi pondasi dapat
dihindari, maka pondasi Bangunan harus diletakkan pada
lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung
beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang
berlebihan.
b) Kasus : Terjadinya kenaikan muka air tanah yang
mengakibatkan terangkatnya sloof yang membuat bangunan
tersebut tidak stabil
Solusi : Dengan menambah tulangan As’ pada sloof
c) Kasus : Penggunaan pemasangan batu kali yang tidak
bertekstur kasar membuat pasangan pondasi menerus menjadi
tidak kokoh
Solusi: Gunakan pondasi batu pecah yang memiliki tekstur
kasar serta telah dicuci bersih agar tidak adanya lumpur yang
melekat pada permukaan batu pecah tersebut.
d) Kasus : Terjadinya kemungkinan retak pada pondasi yang
diakibatkan perbedaan kondisi tanah.
Solusi: Dalam pembuatan pondasi menerus perlu dihindari
penempatan pondasi diatas tanah lembek karena pondasi

33
menerus merupakan jenis pondasi dangkal yang sangat
berpengaruh terhadap perubahan kondisi tanah.
e) Kasus : Retaknya pondasi yang terjadi karena berada di tepi
tebing atau perubahan elevasi tanah yang curam.
Solusi: Bentuk pondasi yang digunakan seharusnya berbentuk
trapesium agar momen penahan tanah yang diberikan
pondasi akan lebih besar dibandingkan dengan pondasi yang
berbentuk persegi.
f) Kasus : Adanya beban geser pada pondasi yang disebabkan
oleh gaya tekan tanah dan akibat transfer beban angin pada
dinding.
Solusi : Dengan memperbesar dimensi pondasi dan
memperhitungkan beban dinding yang akan ditahan oleh
pondasi.
g) Kasus : Tergulingnya bangunan dimana pondasi bersama
bangunan tercabut dari tanah.
Solusi: Memilih tanah yang mengandung kadar kohesif
sehingga memberikan kelekatan pada pondasi, sehingga
ikatan antara pondasi dengan tanah lebih kuat. Jangan
mendirikan bangunan diatas tanah organik.
h) Kasus : Terguncangnya pondasi akibat adanya getaran yang
besar sehingga struktur pondasi tidak stabil.
Solusi: Memberikan perkuatan yang lebih terhadap pondasi
dengan memberikan ram kawat untuk menyelimuti selimut
pondasi agar ketika terjadi guncangan, struktur pondasi masih
memiliki ikatan dengan pondasi lain.
i) Kasus : Hancurnya pondasi akibat beban bangunan yang
terlalu besar.
Solusi: Mempertimbangkan beban hidup dan beban mati yang
diterima agar pondasi mampu menopang dengan

34
mempertimbangkan faktor beban hidup,mati, daya dukung
tanah dan material yang digunakan.
j) Kasus : Retaknya pondasi akibat pencampuran adukan yang
tidak sesuai.
Solusi: Gunakan pencampuran yang adukan beton yang
homogen dengan mempertimbangkan faktor air semen dan
kebersihan agregat dimana kadar lumpur suatu agregar tidak
boleh dari 0.002 mm.
k) Kasus : Rumah tidak mempunyai pondasi yang cukup dalam.
Kedalaman pondasi sangatlah penting dalam menahan
goyangan gelombang akibat gempa bumi. Jika kedalaman
pondasi itu dangkal, maka pergeseran bangunan rumah
sangat mudah terjadi apabila ada gempabumi. Semakin
dalam pondasi, maka semakin bagus. Tetapi, kita juga harus
memperhatikan kehematan biaya dalam pembangunan pondasi
ini. Haruslah bisa memperkirakan tingkat ke efektifitasan
pembangunan pondasi bangunan.
Solusi :
 Perlu adanya ikatan antara tulangan dengan pondasi, yang
berbentuk angkur ataupun cakar ayam.
 Tidak hanya tulangan yang diberikan ikatan berupa
angkur di pondasinya, tetapi sloof-nya juga diberikan.
 Perlu adanya sloof diatas pondasi untuk mengikat antar
kolom dan juga tulangan.
 Pada tulangan kolom, bila perlu diberikan ikatan
segitiga agar sloof dan tulangan tidak bergeser.
 Angkur seharusnya mempunyai panjang yang cukup
l) Kasus : Karena kondisi Indonesia yang beriklim tropis
dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi maka
bangunan-bangunan di Indonesia rawan bocor dan rembes
pada lantai, dinding, dan plafon.

35
Solusi : Untuk mencegah bocor dan rembes pada lantai
maka pada bagian sub- structure (bagian struktur yang
terletak di bawah permukaan tanah seperti pondasi dan sloof)
perlu di-waterproofing dengan trasraam. Trasraam adalah
adukan semen dengan campuran 1 bagian semen dan 2
bagian pasir yang digunakan sebagai lapisan anti bocor
pada pondasi, sloof, dan juga dinding kamar mandi. Setelah
pondasi selesai di-waterproofing, galian pondasi dapat ditutup
kembali (diurug) dan tanah sekitarnya dapat diratakan untuk
persiapan tahap pembangunan selanjutnya.

IV.4 Pondasi Dalam


Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan
beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak relatif jauh
dari permukaan, pondasi tiang pancan dan pondasi sumuran
merupakan pondasi dalam yang umum digunakan dilapangan,
kecuali proses mobilisasi kendaraan dengan medan yang cukup
sulit, penggunaan bore pile sebagai alternative penggunaan pondasi
dalam. Pondasi dalam digunakan jila lapisan tanah keras atau
lapisan tanah dengan daya dukung yang memadai berada pada
kedalaman tanah yang cukup dalam dari permukaan dan pada
lapisan tanah atas berupa tanah lunak, sehingga mengharuskan
pondasi dipancang mencapai lapisan tanah keras tersebut.

Adapun yang termasuk kedalam pondasi dalam adalah sebagai


berikut :
1. Pondasi Tiang
Pondasi tiang pada umumnya digunakan untuk :
a. Lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam dari
permukaan tanah (daya dukung / qc lebih dari 150
kg/cm2).

36
b. Meneruskan beban terpusat yang besar.
c. Menahan beban horizontal yang besar.
d. Menghindari penggerusan/scouring.
e. Konstruksi yang peka terhadap perbeclaan penurunan
Tipe pondasi tiang:
Tipe pondasi tiang dikelompokkan berdasarkan fungsi tiang,
material dan cara pelaksanaannya.

Fungsi pondasi tiang :


Bila lapisan pendukung pondasi tiang terdiri dari lapisan yang
keras seperti batuan, lapisan pasir atau kerikil yang sangat padat
maka, daya duVung tiang hampiT selurulinya beTasal dari tahanan
ujung tiang yang disebut Point bearing pile Material :
a. Tiang beton
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari
beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton
(bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan
praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari
pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini
haruslah dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk
menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu
pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah
besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat
pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton
untuk setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam
perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada
tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang
dari pada tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan
penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan

37
waktu. Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa
lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar ,
di bawah ini.

Gambar 4-6 Penampang Reinforced Concrete Pile

Gambar 4-7Tiang Pancang Reinforced Concrete

Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:


 Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan
tekan yang besar, hal ini tergantung dari mutu beton yang di
gunakan.
 Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing
pile maupun friction pile.
 Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh
tinggi muka air tanah seperti tiang pancang kayu, maka
disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk
poernya.

38
 Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan
terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive
asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi
tulangannya.

Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:


 Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal,
oleh karena itu Precast reinforced concrete pile ini di buat
di lokasi pekerjaan.
 Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal
ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menunggu
sampai tiang beton ini dapat dipergunakan.
 Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya
akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.
 Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari
tiang pancang ini tergantung dari pada alat pancang ( pile
driving ) yang tersedia maka untuk melakukan
panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat
penyambung khusus.

Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari


beton prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel
kawat sebagai gaya prategangnya.

Gambar 4-8 Tiang Pancang Precast Prestressed Concrete Pile

Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile:

39
 Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi. Tiang
pancang terhadap karat.
 Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.

Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile:


 Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi. Tiang
Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
 Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
 Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk
disambung

Cast in Place Pile, Pondasi jenis tiang pancang ini merupakan


pondasi dalam yang dibuat dari bahan beton bertulang yang
metode pelaksanaannya di cetak di tempat dengan jalan
dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara
mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu
penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan
dua cara:
 Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa
tersebut ditarik keatas.
 Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap
tinggal di dalam tanah.

40
Gambar 4-9 Tiang Pancang Cast in Place
Keuntungan pemakaian Cast in Place:
 Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.
 Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko
rusak dalam transport.
 Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan
dilapangan.

Kerugian pemakaian Cast in Place:


 Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan
sekelilingnya menjadi kotor akibat tanah yang diangkut dari
hasil pengeboran tanah tersebut.
 Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
 Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat
dikontrol.

b. Tiang pancang baja


Tiang pancang dari bahan baja biasanya menggunakan profil
berbentuk H, bahan baja memiliki kekuatan yang sangat besar
sehingga dalam pengangkutan dan pemancangan tidak
menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton

41
precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat
bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang
panjang dengan tahanan ujung yang besar. Tingkat karat pada
tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture tanah,
panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan
kelembaban tanah. Karat /korosi yang terjadi karena udara
(atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang terletak di atas
tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi
baja biasa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
material baja sebagai tiang pancang yaitu:
 Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat
terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin
terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan
menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui
dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya
korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan.
Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan
setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu
di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
 Kepala Tiang Pancang

Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus


dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi
pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan
sumbu palu. Sebelum pemancangan, pelat topi, batang
baja atau pantek harus ditambatkan pad pur, atau tiang
pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan
ke dalam pur (pile cap).
 Perpanjangan Tiang Pancang

42
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan
dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan
sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja
semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang
dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat
menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-
ruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau
kotak akan diisi dengan beton setelah pemancangan,
sambungan yang dilas harus kedap air.
 Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan
pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun
bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras,
maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan
pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau
siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang
pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa
sepatu, tetapi bilamana ujung dasarnya tertutup
diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan

cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah


dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.

43
Gambar 4-10Tiang Pancang Baja
Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:
 Pancang ini mudah dalam dalam hal
penyambungannya.
 Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung
yang tinggi.
 Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak
menimbulkan bahaya patah.

Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:


 Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
 Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh
rintangan besar.

c. Tiang kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan
sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang
kayu biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan
ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing.

Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-


maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek
dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros.
Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah
sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang
pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil. Pada
pemakaian tiang pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan
untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk
setiap tiang.

44
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan material
kayu sebagai tiang pancang yaitu :
 Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan
pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini
dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang
sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus
terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi
yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong
tegak lurus terhadap panjangnya sampai nagian kayu yang
keras dan diberi bahan pengawet sebelum poer (pile cap)
dipasang. Bilama tiang pancang kayu lunak membentuk
pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di
bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus
diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut
telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah
yang terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur
(pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam
dalam pur dengan kedalaman yang cukup sehingga dapat
memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancnag
paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk
mencegah terjadinya keretakan.
 Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok
untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali
bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang
lunak. Sepatu harus benar- benar konsentris (pusat sepatu
sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan
kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan

45
kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang
berlebihan selama pemancangan.
 Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang
pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang
pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu
dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya,
berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk
memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus
diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa
kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan
palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan
bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada
tempatnya.
 Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang
yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung
tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap
panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh
penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang
digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau
pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal
atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak
yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang
diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan
pipa penyambung. Sambungan di dekat titik- titik yang
mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu:
 Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga
mudah dalam pengangkutan.

46
 Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan
untuk pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti
misalnya pada tiang pancang beton precast.
 Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah
tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah.
 Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari
pada untuk end bearing pile sebab tegangan tekanannya
relatif kecil.
 Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah
horizontal dibandingkan dengan tiang-tiang pancang selain
dari kayu, maka apabila tiang ini menerima beban
horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan
melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban
horizontal tersebut hilang.

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:


 Tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air
tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air
tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan
menambah biaya untuk penggalian.
 Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur
yang relatif pendek dibandingkan dengan tiang pancang
yang di buat dari baja atau beton terutama pada daerah yang
muka air tanahnya sering naik dan turun.
 Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel)
ujung tiang pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau
dapat pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu
tersebut kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan
menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah
ditentukan.

47
 Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang
agresif dan jamur yang menyebabkan kebusukan.

d. Tiang komposit
Adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda
yang bekerja bersama - sama sehingga merupakan satu tiang,
berupa kayu dengan beton atau baja dengan beton

e. Tiang kayu dengan beton


Tiang ini terdiri tiang paricang kayu untuk bagian bawah muka
air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Tiang kayu
diletakkan dibawah karena kayu akan awet bila selalu
terendam oleh air atau sama sekali tidak terendam oleh air,
sehingga tiang kayu selalu terletak dibawah muka air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila
tiang pancang ini menenma gaya horizontal yang permanen

f. Tiang baja dengan beton


Disini tiang baja profil H terletak diatas menumpu pada
sumbat beton
 Pipa dengan sumbat beton yang dicor terlebih dahulu pada
Ujung bawah pipa baja dipancang dalam tanah dengan Drop
hammer sampai pada tanah keras
 Setelah pemancangan sampai . pada kedalaman yang telah
direncanakan, pipa dimasuki pipa profil baja H dan terus
ditumbuk dengan Drop hammer sambil pipa. ditarik lagi
kcatas sedikit schingga terjadi bentuk beton seperti bola
 Setelah itu bang baja profif H dimasukkan dalam pipa
sampai bertumpu pada bola beton, dan
 Rongga disekitar tiang baja profil baja H diisi dengan
kerikil atau pasir

48
2. Pondasi Bore Pile
Pondasi bore pile adalah jenis pondasi dalam yang dibuat
dengan cara melubangi tanah dengan sistem pengeboran lalu
dilakukan pemasangan besi bertulang pada lobang tersebut dan
dilanjutkan dengan pengecoran, perlu diketahui untuk cara
pengeboran lubang anda bisa melakukan dengan cara manual
atau hidrolik.

Untuk ukuran besar lingkaran lubang atau kedalaman galian


tanah yang dibutuhkan juga struktur penulangan beton dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan daya dukung tanah
terhadap beban konstruksi yang akan dipikul.

Gambar 4-11 Pondasi Bore Pile


Cara kerja jenis pondasi ini sendiri tidak jauh beda dengan
pondasi tiang pancang dimana berfungsi sebagai media

49
penerus beban struktur pada bangunan yang berada diatas ke
bagian bawah tanah sampai mencapai kedalalam yang
dianggap aman dan kuat, karena itu diperlukan sondir terlebih
dahulu supaya kekuatan tanah dapat diketahui secara tepat.

Jenis pondasi ini sendiri sangat cocok untuk bangunan di


perkotaan yang biasanya jarak antara bangunan satu
kebangunan lain sangat mepet, karena dalam proses pembuatan
pondasi bor pile ini sendiri tidak begitu berisik seperti
pembuatan pondasi tiang pancang yang memasangnya
dilakukan dengan pukulan.

Gambar 4-12Pelaksanaan Pondasi Bore Pile

3. Pondasi Sumuran
Merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak
pada kedalaman yang relatif dalam. diameter pondasi ini antara
60 sampai 80 cm dengan kedalaman yang beragam mulai dari
1 meter hingga ada yang mencapai 5 meter.

Pondasi ini biasanya digunakan untuk kondisi tanah yang labil


seperti tanah bekas timbunan rawa, atau kondisi tanah yang
berlumpur, biasanya pada bagian atas pondasi diberikan

50
pembesian supaya dapat mengikat sloof yang memiliki ukuran
lebih besar daripada sloof pada umumnya.

Pondasi sumuran digunakan pada lapisan tanah keras yang


tidak terlalu dalam. Di Indonesia type pondasi ini banyak
digunakan karena pelaksanaannya sederhana, tidak diperlukan
peralatan khusus dan murah.

Pondasi sumuran dapat dibuat jadi ( precast ) berupa sekmen –


sekmen beton bertulang atau dicor setempat selama pekerjaan
berlangsung sampai kedalaman / ketinggian yang diperlukan.
Pondasi sumuran dapat dibuat sampai kedalaman lebih kurang
15 meter tergantung pada jenis tanah diatas lapisan keras tadi.
Untuk kondisi lapisan tanah lembek / lepas dan muka air tanah
tinggi diperlukan penyanggah atau kaison terbuka agar dinding
galian tanah tidak runtuh.

Pondasi sumuran sepertl halnya pondasi langsung, harus


diletakkan pada kedalaman yang tidak terpengaruh oleh
penggerusan.
1. Cara pembuatan pondasi
Bila silinder / sumuran dibuat dalam bentuk potongan
( seksi - seksi ), setelah pengecoran seksi - seksi, maka
sekurang - kurangnya perlu berselang 7 hari sebelum
membuka acuan / bekisting dan berselang 14 hari sebelum
seksi perlama diturunkan. Setelah pengecoran seksi
berikutnya maka berselang 3 hari acuan dapat dibuka dan
penurunan dapat dilakukan

Silinder - silinder harus diturunkan secara tegak sempuma


dan bagian. Dalam silinder digali pada waktu

51
berlangsungnya penurunan. Bila tepi dasar silinder
diturunkan pada batuan.

Setelah silinder telah terletak pada posisi akhir, maka


dalamnya har-us dibersihkan dan dicor dengan campuran
beton biasa atau beton cyclop yaitu campuran beton dengan.
batu - batu blondos dengan perbandingan 70 % campuran
beton : 30 % batu blondos, beton ini dimaksudkan sebagai
pemberat silinder.

IV.5 Daya Dukung Pondasi Dalam


Perhitungan daya dukung dikaitkan dengan proses perencanaan
harus memperhatikan kondisi tiang pada lapisan tanah, apakah
tiang tersebut tertahan pada ujungnya (point bearing pile) saja atau
tertahan oleh pelekatan antara tiang dan tanah (friction pile) dan
tertahan pada ujungnya (point bearing pile). Tiang jenis ini
dimasukan sampai lapisan tanah keras sehingga beban bangunan
dipikul oleh lapisan ini. Lapisan tanah keras ini boleh terdiri dari
bahan apa saja, meliputi lempung keras sampai batuan tetap.

Penentuan daya dukung dilakukan dengan melihat jenis tanah apa


yang terdapat dalam lapisan tanah keras tersebut. Jika lapisan tanah
keras merupakan batu keras, maka penentuan daya dukung menjadi
mudah, yaitu menghitung kekuatan tiang sendiri atau dari nilai
tegangan yang diperoleh pada bahan tiang. Jika lapisan tanah
kerasnya berupa lempung, keras atau pasir maka daya dukung tiang
amat tergantung pada sifat – sifat lapisan tanah tersebut (terutama
kepadatanya), dalam hal ini cara yang baik dan sederhana untuk
maksud ini adalah dengan alat sondir.

52
Dengan menggunakan data sondir, dapat diketahui pada kedalaman
berapa tiang harus dimasukan dan daya dukung pada kedalaman
tersebut. Daya dukung dapat dihitung langsung dari nilai konus
tertinggi dari hasil sondir melalui persamaan:

Q tiang = A tiang/3
Dimana:
Q tiang = daya dukung keseimbangan (kg)
A tiang = Luas permukaan tiang (cm2)
P = Nilai conus hasil sondir (kg/cm2)
3 = Faktor keamanan

53
Tabel 4-2Penerapan Jenis Pondasi Yang Umum

54
1.10 Stabilitas Pondasi
Stabilitas pondasi ditentukan oleh :
1. Daya dukung pondasi, yang dipengaruhi oleh:
a. Macam pondasi: dimensi dan letak pondasi
b. Sifat tanah (indeks dan teknis): berat volume (γ), kohesi (c), sudut
geser dalam (ɸ)
2. Penurunan
a. Penurunan segera (immediately settlement); akibat elastisitas tanah
b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), akibat keluarnya air
pori tanah yang disebabkan oleh adanya pertambahan tegangan akibat
beban pondasi
Bentuk terjadinya penurunan dibedakan atas:
a. Penurunan seragam (uniform settlement)

b. Penurunan tidak seragam (differential settlement)

1.11 Pertimbangan Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah


Dalam pemilihan bentuk pondasi yang akan digunakan, ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan, antara lain :
1. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup,
mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-
gaya eksternal.

2. Jenis tanah dan daya dukung tanah.

3. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.

4. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.

5. Keadaan tanah pondasi

6. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya.

7. Batasan-batasan dari sekelilingnya

8. Waktu dan biaya pekerjaan.

55
Bila keadaan tersebut ikut dipertimbangkan, maka kita dapat memilih jenis-
jenis pondasinya, yaitu sebagai berikut :
1. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah 1 meter
di bawah permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi
pias.
2. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3
meter di bawah permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah
pondasi telapak.

3. Bila tanah pendukung terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di


bawah permukaan tanah, dalam hal ini digunakan pondasi tiang apung
(floating pile foundation).

Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di


bawah permukaan tanah ,dalam hal ini tergantung dari penurunan yang di
izinkan, dapat di pakai jenis pondasi tiang pancang.
1.12 Perencanaan Pondasi
Seperti kita tahu pondasi adalah salah satu bagian terpenting dalam struktur
bangunan, pondasi terletak paling bawah dari bangunan dan berfungsi
sebagai penopang seluruh beban yang ada pada bangunan diatasnya,
mengingat fungsinya yang sangat penting tersebut maka tidak sembarangan
dalam membangun pondasi yang kuat dan bisa berdiri kokong menopang
beban diatasnya.

Setidaknya kita harus mengetahui lahan yang akan dibangun pondasi, akan
lebih baik jika kita mengeceknya langsung dan berikut dibawah ini akan
saya berikan sedikit tips dalam mempersiapkan pembangunan pondasi.
1. Persiapan Sebelum Membuat Pondasi
a. Pemeriksaan tanah
Pertama yang harus dilakukan tentu pemeriksaan yaitu kita harus
memeriksa lokasi sekaligus tanah yang akan dibangun pondasi, jangan

56
sampai kita hanya asal gambar pondasi tetapi setelah dibuat
dilapangan ternyata tidak cocok sehingga tidak dapat diterapkan.

Manfaat dari pemeriksaan tanah ini diantaranya adalah:


 Untuk menentukan bagaimana sifat fisis dan juga mekanis lapisan
tanah yang ada dilokasi dengan hasil uji laboratorium terhadap
contoh tanah yang terganggu dan contoh tanah yang tidak
terganggu.

 Untuk mengetahui bagaimanan kekuatan tanah yaitu dengan cara


sondir.

 Untuk mengetahui bagaimana kedalaman muka air tanah yaitu


dilakukan dengan cara Boring.

 Untuk mengambil sampel tanah dengan cara Boring

b. Melakukan analisa
Setelah melakukan pemeriksaan tanah barulah langkah selanjutnya
kita lakukan hal yang tidak kalah penting yaitu melakukan analisa
dengan pengujian sample tadi di laboratorium, hai ini untuk
mengetahui berbagai hal diantaranya:
 Menentukan daya dukung pondasi dangkal dan pondasi dalam
berdasarkan pada kuat geser tanah atau insitu test.
 Mengevaluasi besar kecilnya penurunan tanah akibat beban pada
bangunan.

Setelah semua hal diatas dilakukan, tentunya kita sudah mendapat


data-data pemeriksaan tanah, setelah itu barulah data itu diberikan
pada enginering, data tersebut nantinya akan menentukan jenis,
ukuran dan detail pondasi seperti apa yang tepat untuk dibangun
dilapangan.

Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah


pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah

57
pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai
dengan jadwal kerjanya, jadi Sebelum sampai pada tahap pemilihan
pondasi yang akan digunakan pada sebuah bangunan, terlebih dahulu
perencana harus mengetahui terlebih dahulu macam pondasi seperti
yang telah dipaparkan diatas, Pada dasarnya pada proses pelaksanaan
proyek selalu dibatasi oleh tiga variabel berupa biaya, mutu dan
waktu, sehingga pemilihan pondasi juga harus mempertimbangkan
tiga variabel pembatas ini.
c. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pondasi
 Kedalaman tanah pondasi
 Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya
 Keadaan daerah sekitar lokasi
 Waktu dan biaya pekerjaan
 Jenis pondasi yang kokoh, kaku, dan kuat
Dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu pondasi harus dipenuhi
beberapa hal yaitu:
 Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor
akibat pengaruh luar.
 Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
1.13 Masalah-masalah Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi
Penurunan pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk
berbagai konstruksi misalnya jembatan, menara, dan khususnya pada
bangunan. Penurunan biasanya digolongkan sebagai berikut :
a) Penurunan seketika yaitu penurunan yang terjadi pada waktu beban
ditetapkan atau dalam suatu jangka waktu sekitar 7 hari biasanya
terdapat pada tanah berbutir halus termasuk lanau dan lempung.
b) Penurunan konsolidasi yaitu: penurunan yang tergantung waktu dan
berlangsung dalam beberapa bulan bahkan tahunan. Adapun masalah
penurunan pondasi yang sering terjadi, akibat pengaruh dari:

58
 Pengaruh kadar air tanah.
 Keadaan tanah.
 Terjadinya gempa bumi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
 Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain-lain.
 Lantai pecah, retak, bergelombang.
 Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Dalam menanggulangi penurunan ini, terkadang perbaikan tanah lebih
menguntungkan, yakni dengan menambah kerapatan tanah atau mengurangi
rongga/pori tanah. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
memodifikasi tanah, antara lain:
a) Pemampatan,
b) Pra Pembebanan,
c) Pembuatan Drainase,
d) Pemadatan dengan Alat penggetar,
e) Pengadukan Encer,
f) Stabilisasi kimia,
g) Geo-Tekstil.

59
BAB V
PENUTUP

1.14 Kesimpulan
Dari hasil proses perencanaan Tugas Besar Menggambar Rekayasa Dan
Program Autocad maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam perencanaan pondasi untuk suatu struktur dapat digunakan


beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan pondasi berdasarkan fungsi
bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut, besarnya beban dan beratnya bangunan atas, keadaan tanah.
2. Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan
langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi
menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan
dasar bangunan yang kuat yang terdapat dibawah konstruksi. Pondasi
dapat didefinisikan sebagai bagian paling bawah dari suatu konstruksi
yang kuat dan stabil (solid).
3. Secara umum pondasi dibagi menjadi 2 tipe, yaitu pondasi dangkal
(shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation).
a. Pondasi dangkal didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung
bebannya secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi
memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dangkal digunakan apabila
kedalaman tanah baik tidak begitu dalam yaitu antara 0,6 sampai 2
meter, serta kapasitas dukung tanah relatif baik (>2.0 kg/cm2).
Secara umum pondasi dangkal memberikan biaya lebih murah
dibandingkan jenis pondasi lainya.
Contoh pondasi dangkal adalah :
 Pondasi menerus (continuous footing)
 Pondas kaki gabungan (combination footing)
 Pondasi pelat (mat footing)

60
 Pondasi cakar ayam
 Pondasi sarang laba-laba

b. Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan


beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak relatif jauh
dari permukaan, pondasi tiang pancan dan pondasi sumuran
merupakan pondasi dalam yang umum digunakan dilapangan,
kecuali proses mobilisasi kendaraan dengan medan yang cukup
sulit, penggunaan bore pile sebagai alternative penggunaan pondasi
dalam. Pondasi dalam digunakan jila lapisan tanah keras atau
lapisan tanah dengan daya dukung yang memadai berada pada
kedalaman tanah yang cukup dalam dari permukaan dan pada
lapisan tanah atas berupa tanah lunak, sehingga mengharuskan
pondasi dipancang mencapai lapisan tanah keras tersebut.
Contoh pondasi dalam adalah:
 Pondasi tiang
 Pondasi bor pile
 Pondasi sumuran
1.15 Saran
Dalam pembuatan Tugas Besar ini ada beberapa saran yang disampaikan
antara lain :

1. Sebelum merencanakan suatu struktur bangunan gedung hendaknya


didahului dengan pemilihan tipe struktur yang akan digunakan, agar
pada perhitungan struktur nantinya dapat diperoleh hasil perencanaan
yang memuaskan baik dari segi kekuatan, kenyamanan, dan keindahan.

2. Seorang perencana struktur hendaknya selalu mengikuti perkembangan


peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman (standar) dalam
perencanaan struktur sehingga struktur yang dihasilkan nantinya selalu
memenuhi persyaratan terbaru yang ada (up to date) seperti dalam hal

61
peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan
struktur beton, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/pondasi-sistem-konstruksi-
sarang-laba-laba.html
http://strong-indonesia.com/artikel/konstruksi-cakar-ayam-indonesia/
http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/pondasi-definisi-jenisnya-
dalam.html
http://prima-mangiri.blogspot.com/2012/09/pengertian-umum-
pondasi.html
http://digilib.polban.ac.id/download.php?id=3689
http://ilmusipilku1.blogspot.com/2015/03/pondasi.html
http://seputarulasantekniksipil.blogspot.com/2017/02/pengertian-
fondasijenis-jenis- fondasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Fondasi_(arsitektur)
http://eprints.undip.ac.id/34188/8/1671_chapter_V.pdf
http://edwincullens.blogspot.com/2015/06/makalah-pondasi-dangkal.html
http://scholar.unand.ac.id/17870/3/bab%205.pdf

62
63

Anda mungkin juga menyukai