Anda di halaman 1dari 19

Nama : Muhamad Tegar Difa Alhaqi

NPM : 1910631110106

Prodi/Kelas : PAI

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Pertemuan ke : 9 (kelompok 10)

Teori Menurut Piaget

Biografi Jean Piaget

Jean Piaget lahir tanggal 09 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss dan meninggal di tahun 1980.
Piaget mengidolakan ayahnya yang seorang akademisi akan tetapi takut pada ibunya yang
sedikit menderita gangguan emosi. Kondisi ibunya yang demikian menjadi salah satu faktor
pendukung yang memengaruhi Piaget di kemudian hari untuk mempelajari psikologi.Di
tahun 1918, Piaget menerbitkan novel intelektual, Recherché. Teks yang berpengaruh ini
menunjukkan program penelitian Piaget. Dalam tulisan itu, ia menyatakan bahwa sains
bersifat faktual dan agama bersifat sarat nilai.

Teori perkembangan menurut Piaget

1. Teori Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan
berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan
hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau membangun
mental.

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif

a. Tahap Sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan)


Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget
mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi
mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik
(melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh).
b. Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun)
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama
periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi
kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah,
menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran

c. Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 Tahun)

Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun,
dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif
anak, karena menandai awal pemikiran logis. 

Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau
pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik.

d. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)

Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar


usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.

Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir
secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada
manipulasi konkret. 

2. Teori Perkembangan Moral

Teori perkembangan moral adalah sikap dan perilaku individu yang didasari oleh nilai-nilai
hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Perkembangan moral berkaitan dengan
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang
dalam berinteraksi dengan orang lain

a. Heteronomous Morality yang berarti moral itu tidak dapat diubah dan hanya dimiliki
orang-orang yang lebih dewasa dari si anak.
b. Autonomous Morality yang berarti si anak mulai sadar dengan adanya moral maka
anak tersebut dapat dinilai baik dan buruknya.

3. Perkembangan Kognitif dalam Perspektif Islam


Piaget telah menjelaskan dalam teorinya tentang perkembangan kognitif yang terbagi dalam
empat tahap, teori piaget didapat melalui pengamatan yang mendalam terhadap perilaku
manusia. Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemamapuan berpikir atau
intelektual seperti kemampuan fisik. Banyak ulama Islam membagi perkembangan kognitip
berdasarkan empat periode, yaitu: periode perkembangan, periode pencapaian kematangan,
periode tengah baya, periode lanjut usia.

4. Perkembangan Moral dalam Perspektif Islam

Dalam Islam moral lebih dikenal dengan akhlak(Adian Husaini:2016,hlm.70), meskipun


diantara keduanya terdapat perbedaan yang signifikan dalam substanssinya, kata akhlak
berasal dari bahasa Arab "‫"أخالق‬. secara bahasa "akhlak" berarti budi pekerti, tabi'at, watak.
Ahamad Amin mendefinisikan akhlak sebagai sebagai kehendak yang biasa dilakukan. Ibnu
Maskawih mengemukakan bahwa akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).

Jadi pada hakikatnya akhlak (budi pekerti) merupakan suatu kondisi, atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hingga dari sana timbul berbagai macam
perbuatan dengan cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tersebut timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan
syari'at dan akal pikiran, maka itu dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya apabila
lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.

Kelebihan Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Mempermudah peserta didik memahami bahan ajar, Menjadikan peserta didik lebih mandiri
dan kreatif, Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah pada peserta didik, dan
Meningkatkan motivasi. Fokus Piaget pada pengembangan kualitatif memiliki dampak
penting pada pendidikan terutama dalam bidang bimbingan dan konseling. Meskipun pada
awalnya Piaget tidak secara khusus menerapkan teorinya dengan cara ini (untuk pendidikan
seperti sekarang), banyak program pendidikan sekarang yang dibangun di atas keyakinan
bahwa anak-anak harus diajar pada tingkat yang mereka sudah siap sesuai dengan
perkembangannya.

Kelemahan Teori Perkembangan Kognitif Piaget Terkait Penelitian


Sulit diterapkan pada tingkat lanjut, Tidak dapat diterapkan pada semua maya pelajaran, dan
Sulit mengukur tujuan pencapaian karena harus melihat kemampuan seluruh peserta didik.
Banyak kritik yang mengungkapkan kelemahan teori perkembangan kognitif karya Piaget
berkaitan dengan metode penelitiannya. Sumber utama inspirasi teori ini adalah pengamatan
Piaget terhadap ketiga anaknya sendiri. Selain itu, anak-anak lain dalam sampel penelitian
kecil Piaget semuanya berasal dari profesional berpendidikan tinggi dengan status sosial
ekonomi tinggi. Karena sampel yang tidak representatif ini, sulit untuk menggeneralisasi
temuannya ke populasi yang lebih besar.

Daftar Pustaka

Makarim, Rizal Fadhil. 2021. https://www.halodoc.com/artikel/4-tahapan-perkembangan-


kognitif-si-kecil-dalam-teori-piaget, diakses pada tanggal 18 Desember 2021 pukul 07.00

Osadi, uswatul Fitriyah. 2017. https://www-kompasiana-


com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/usfitriyah/perkembangan-moral-
menurut-para-ahli, diakses pada tanggal 18 Desember 2021 pukul 07.00

Husna, Risa Asmaul. 2021. https://www.materikonseling.com/2021/08/kelebihan-dan-


kelemahan-teori.html?m=1, diakses pada tanggal 18 Desember 2021 pukul 07.00
Nama : Muhamad Tegar Difa Alhaqi

NPM : 1910631110106

Prodi/Kelas : PAI

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Pertemuan ke : 9 (kelompok 11)

Teori Perkembangan Ivan Pavlov dan B.F. Skinner

Biografi Ivan Pavlop

Ivan Petrovich Pavlop lahir di Rusia pada tanggal 14 September tahun 1849 dan meninggal di
Leningrad pada tanggal 27 februari 1936. dan beliau meninggal pada tahun 1936 di Rusia.
Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli
psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berfikirnya adalah
sepenuhnya cara berfikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena
dianggapnya kurang ilmiah.

Teori Belajar Menurut Ivan Pavlop

Teori belajar gagasan Ivan Pavlov disebut dengan Teori pembiasaan klasik (classical
conditioning). Kata classical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk
menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu di bidang conditioning (upaya
pembiasaan) dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya (Gleitmen,1986).
Teori ini sering disebut juga contemporary behaviorist atau juga disebut S-R psychologists
yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau
penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi, tingkah laku belajar mendapat jalinan yang
erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya.

Eksperimen-eksperimen yang di lakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, di mana gejala-gejala kejiwaan seseorang di lihat dari perilakunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia
bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai
tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik
tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku
manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan
eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki
manusia berbeda dengan binatang.

Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing.
Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila di perlihatkan sesuatu makanan,
maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Sebelum makanan di perlihatkan, maka yang di
perlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun
akan keluar pula. Peristiwa ini di sebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.

Dari eksperimen yang di lakukan maka pokok pikiran dalam Teori belajar Pavlov di
antaranya adalah:

 Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang di tuntut. Jika dua
macam stimulus di hadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat
 Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang di tuntut. Jika refleks
yang sudah di perkuat melalui Respondent conditioning itu di datangkan kembali
tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

Teori Behaviorisme Menurut Perspektif Islam

Behaviorisme ini memandang bahwa manusia dilahirkan bagaikan sebuah kertas putih yang
tidak ada tulisan apapun. lingkunganlah yang mengisi bentuk dan corak dari kertas tersebut.
Berdasarkan pandangan ini kaum behavioris berpendapat bahwa manusia dalam
kehidupannya akan berkembang sesuai dengan stimulus yang diterima dari lingkungannya.
Harus diakui bahwa lingkungan sedikit-banyak dapat mempengaruhi perilaku manusia, hal
tersebut sebagaimana sabda Rasulallah saw :

‫ ْدعَا َء؟‬P‫ا ِم ْن َج‬PPَ‫ هَلْ تَ َرى فِ ْيه‬،َ‫ َك َمثَ ِل ْالبَ ِه ْي َم ِة تَ ْنتِ ُج ْالبَ ِه ْي َمة‬،‫ص َرانِ ِه أَوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه‬ ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬
ِّ َ‫ فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه أَوْ يُن‬،‫ط َر ِة‬
)‫اري‬PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP‫(رواه البخ‬

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah
kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya?”(H.R Bukhari)

Implikasi Teori Behaviorisme Menurut Ivan Palvop dalam PAI

Konsep Pemerolehan (Acquistion),

Konsep Penghapusan (extinction),

Konsep Generalisasi (Generalization),

Konsep Diskriminasi (Discrimination),

Kelebihan dan Kekurangan Teori Pavlov


Pada teori Pavlov, individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus
yang berasal dari luas dirinya, hal ini sangat membantu dan memudahkan pendidik dalam
dunia pendidikaan untuk melakukan pembelajran terhadap peserta didiknya. Hal ini
merupakan kelebiahan dari teori Pavlov.
Sedangkan kekurangan teori ini adalah, jika kondsisi ini dialkakukan secara terus
menerus, maka ditakutkan murid akan mamilki rasa ketergantungan atas stimulus yang
berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya siswa didik atau anak harus memilki
stimulusdari dalam dirinya sendiri (self motivation) dalam melakukan kegiatan belajar dan
pemahaman yang diberikan oleh guru.
Teori Behaviorisme Operant Conditioning B.F. Skinner

Aspek dasar dalam teori pengembangan B.F. Skinner diantaranya berkaitan dengan
penguatan, hukuman, pembentukan, penghapusan, dan penguatan perilaku. Belajar adalah
hasil dari interaksi antara stimulus (S), stimulasi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang
bertujuan mendapatkan respon belajar yang bertujuan mendapatkan respon belajar dari objek
penelitian dengan respon (R), respon sebagai reaksi yang dimunculkan oleh siswa ketika
belajar itu bisa berupa pikiran, perasaan atau tindakan. Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan menimbulkan
perubahan perilaku. Karena stimulus yang diberikan akan berinteraksi mempengaruhi respons
yang dihasilkan. Respons yang diberikan memiliki konsekuensi yang nantinya akan
mempengaruhi perilaku

Pokok Pikiran B.F. Skinner


B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning.
Dimana Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu
penguatan positif dan penguatan negatif.
Tiga asumsi yang dimiliki Skinner dalam membangun teorinya:
1) Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
2) Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3) Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditioning

yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebutakanmeningkat.
2. Law of operant extinction

yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak
diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

1. Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua


bagian yaitu :
Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
2. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan).

Teori Operant ConditioningMenurut Perspektif Islam

Menurut Al-Qur’an dan Hadis, Teori operant condational (pengkondisian operan) ini
memberikan makna bahwa perilaku-perilaku belajar yang diikuti dengan pemberian
reinforcement (penguatan) yang diinginkan, cenderung akan meningkatkan frekuensi perilaku
belajar peserta didik. Rasullulah SAW juga sangat peduli terhadap umatnya dan
memperhatikan tingkah laku sahabatnya sebagai cerminan dari akhlak mereka.
Menurut Imam Al-Ghazali, Pendidikan karakter dalam Islam merupakan sebuah proses
membentuk akhlak, kepribadian dan watak yang baik, yang bertanggung jawab akan tugas
yang diberikan Allah kepadanya di dunia, serta mampu menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Karena iti dalam Islam, pendidikan karakter sama maknanya dengan
pendidikan agama yang berbasis akhlak.

Implikasi teori pembelajaran pengkondisian operan behaviorisme terhadap pembelajaran


Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah melebihi hasil yang dikemukakan oleh organisme itu
sendiri. Prosedur yang diterapkan dalam pembelajaran PAI, guru memberikan intruksi
singkat yang diikuti contoh baik. Dalam merancang pembelajaran, seorang guru perlu
memperhatikan hasil yang dapat dilihat dan diukur. Selain itu ada pengulangan dan pelatihan
agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Operant Conditioning

Kekurangan
Pembelajaran yang berpusat pada guru bersifat mekanistik dan didasarkan pada hasil yang
diukur dengan cara diamati terlebih dahulu, dalam proses tersebutdapat menimbulka
kecemburuan di dalam kelas, di mana guru kebanyakan berinteraksi dengan siswa yang
sedang diawasi atau dalam proses pengamatan tersebut. Untuk anak yang dapat menjawab
pertanyaanpertanyaan guru, akan mendominasi sedangkan yang tidak bisa akan diam saja, hal
tersebut menjadikan siswa memiliki rasa tidak nyaman dalam belajar.
2. Kelebihan
Teori ini ideal untuk memperoleh keterampilan yang memerlukan latihan dan praktik yang
mengandung unsur spontanitas, daya tahan dan kecepatan. Menerapkannya pada pendidikan
mampu memberi siswa rasa harga diri karena pemberian hadiah sebagai pemacu semangat
belajar 

Daftar Pustaka

Anis, Herman. 2014. https://hermananis.com/teori-belajar-pavlov, diakses pada tanggal 18


Desember pukul 09.00
Nama : Muhamad Tegar Difa Alhaqi

NPM : 1910631110106

Prodi/Kelas : PAI

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Pertemuan ke : 10 (kelompok 12)

Masalah- Masalah Perkembangan Problem Stres Sekolah dan penangannya

Masalah-Masalah Perkembangan

Masalah Perkembangan Kognitif

Kesulitan belajar pada anak dapat dimaknai sebagai ketidakmampuan anak dalam mencapai
taraf hasil belajar yang sudah ditentukan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dalam
program kegiatan belajar, sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa indicator dan
jenis kesulitan belajar yang mungkin dialami anak adalah sebagai berikut.

Contohnya : Permalahan membaca, permasalahan berhitung, dan Permasalahan Menghapal.

Masalah Perkembangan Psikis

Permasalahan psikis anak terkait dengan kemampuan psikologis yang dimilikinya atau
ketidakmampuan mengekspresikan dirinya dalam kondisi yang tidak normal. Beberapa
permasalahan psikis yang seringkali dialami anak adalah sebagai berikut.

Contohnya: Gangguan Konsentrasi, Intelegensi, Berbohong, dan Emosi.

Masalah Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial anak berhubungan dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan
teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan pergaulan yang lebih luas. Dengan demikian,
permasalahan anak dalam bidang sosial juga berkaitan dengan pergaulan atau hubungan
sosial, yang meliputi perilaku-perilaku sebagai berikut.
Contohnya: Tingkah Laku Agresif, Daya Suai Kurang, Pemalu, Anak Manja, Negativisme,
Perilaku Berkuasa, dan Perilaku Merusak.

Masalah Perkembangan Fisik

Perkembangan aspek fisik terkait dengan keutuhan dan kemampuan fungsi panca indera
anak, kemampuan melakukan gerakangerakan sesuai perkembangan usianya serta
kemampuan mengontrol pembuanga. Anak yang mengalami hambatan dalam hal-hal tersebut
dapat dikatakan mengalami masalah secara fisik. Lebih lanjut permasalahan-permasalahan
fisik tersebut adalah sebagai berikut

Contohnya: Gangguan funsi panca Indera, Obesitas, Gagap, Hiperaktif, Cacat Tubuh,
Gangguan Gerak, Gangguan Kesehatan, Neuropati, dan Buang Air Sembarangan.

Faktor-Faktor Permasalahan pada Anak

Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik yang bersifat intrinsik
(berasal dari diri anak sendiri) maupun ekstrinsik
(berasal dari luar diri anak). Secara umum, faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor dalam dirinya, yakni anak dengan semua keadaan pada dirinya;
b. Faktor Keluarga, Mencakup pola asuh orang tua, keadaan social ekonimi keluarga;
c. Faktor Sekolah, meliputi cara mengajar guru, alat bantu dan kurikulum;
d. Faktor lingkungan masyarakat, mencakup pergaulan, norma, dan adat istiadat.

Cara mengidenfikasi permasalahan pada anak

a. Tes

1) Tes bakat
2) Intelegensi
3) Prestasi
4) Diagnostik

b. Non-Tes

1) Observasi
2) Wawancara
3) Angket
4) Portfolio
5) Daftar cek
6) Sosimetri

Langkah-langkah dan Teknik Penanganan Masalah Perkembangan

Langkah-Langkah:

1) Identifikasi kasus, yakni upaya untuk menandai subjek yang diperkirakan mengalami
masalah.
2) Identifikasi masalah, yakni upaya mengetahui inti permasalahan yang dihadapi
seseorang tsb.
3) Diagnosis, merupakan langkah untuk mengidentifikasi karakteristik serta faktor
penyebab masalah yang dialami seseorang.
4) Prognosis, merupakan langkah untuk merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai
dengan karakteristik permasalahan yang dialami.
5) Treatment, merupakan upaya pemberian bantuan itu sendiri.
6) Tindak lanjut, dilakukan sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya pemberian bantuan
yang telah dilakukan serta kemungkinan penggunaan langkah-langkah berikutnya.

Teknik :

1) Latihan
2) Permainan (Jika masih anak-anak)
3) Saran dan nasehat
4) Pengomdisian
5) Model dan peniruan

Sumber Stres Sekolah

1) Physical demands (tuntutan fisik)


Physical demands maksudnya adalah stress siswa yang bersumber dari lingkungan
fisik sekolah. Meliputi : keadaan iklim ruang kelas, temperature yang tinggi,
penerangan, sarana prasarana penunjang pendidikan, kebersihan serta kemanan
sekolah
2) Task demands (tuntutan tugas)
Stres ini ditimbulkan karena tuntutan tugas dari sekolah sehingga membuat siswa
tersebut tertekan. Aspek-aspek task demands ini meliputi: tugas-tugas yang dikerjakan
di sekolah dan di rumah, mengikuti pelajaran, memenuhi tuntutan kurikulum,
menghadapi ulangan atau ujian, mematuhi disiplin sekolah, serta mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Adanya tuntutan tugas sekolah ini di satu sisi merupakan aktivitas
sekolah yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan siswa, namun
disisi lain tidak jarang tuntutan tugas tersebut menimbulkan perasaan tertekan dan
kecemasan.
3) Role demands (tuntutan peran)
Tuntutan peran secara tipikal berkaitan dengan harapan tingkah laku yang
dikomunikasikan oleh pihak sekolah, orang tua dan masyarakat kepada siswa, seperti
harapan memiliki nilai yang bagus, mempertahnkan nama baik dan keunggulan
sekolah, memiliki tingkah laku dan sikap yang baik, memiliki motivasi belajar yang
tinggi. Harapan peran ini dapat menjadi salah satu sumber stress bagi siswa ,terutama
ketika ia merasa tidak mampu memenuhi harapan-harapan peran tersebut.
4) Interpersonal demands (tuntutan interpersonal)

Tuntutan sekolah yang menjadi sumber stress bagi siswa adalah tuntutan
interpersonal. Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat
mencapai prestasi akademis yang tinggi, melainkan sekaligus mampu melakukan
interksi sosial dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Bahkan
keberhasilan siswa disekolah banyak ditentukan oleh kemampuannya mengola
interksi sosial ini. Keadaan lingkungan sosial sekolah mempunyai dampak yang
sangat besar dan mendalam terhadap penyesuain akademis dan sosial siswa. Salah
satu aspek dari lingkungan yang berhubungan dengan penyesuaian diri adalah iklim
sosial yang dialami siswa.

Dampak stress Sekolah

1) Dampak positif
Stres yang berdampak positif umumnya merupakan bagian yang normal dari proses
belajar dalam kehidupan anak setiap hari. Misalnya, ketika anak mengikuti
perlombaan tertentu, ia akan belajar arti kompetisi dalam mencapai keberhasilan.
2) Dampak negative
Stress pada anak yang dibiarkan berlanjut dan berkepanjangan bisa menyebabkan
dampak yang membahayakan. Dalam jangka pendek, dampak negatif stres ialah
mengacaukan dan merusak emosi anak yang ditandai dengan gampang marah, sulit
berkonsentrasi, dan mengalami kegelisahan. Dampak jangka panjangnya ialah bisa
membuat anak mengalami chronic sress dan depresi di masa kecil. Kedua hal ini
sangat berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan mental anak

Upaya Mengatasi Problem Stres yang dialami Peserta didik

1) Menciptakan iklim sekolah yang kondusif


Yaitu terjadinya situasi atau suasana yang baik antara iswa, guru dan seluruh warga
sekolah. iklim sekolah yang sehat dan menyenangkan, memungkinkan siswa dapat
menjalin interaksi sosial secara memadai di lingkungan sekolah
2) Melaksanakan program pelatihan penanggulangan stress
Kondisi stress yang dialami peserta didik disekolah dapat diatasi oleh guru dengan
melaksanakan program pelatihan inokulasi stress.Inokulasi stress merupakan salah
satu strategi atau tekhnik kognitif-perilaku dalam program-program terapi konseling
3) Mengembangkan resiliensi peserta didik
Resiliensi merupakan kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki peserta didik
yang memungkinkanya untuk menghadapi,mencegah,meminimalkan dan bahkan
menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak
menyenangkan atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan
menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.
4) Memberikan tugas sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa dan mengkondisikan
iklim da suasana kelas yang sehat dan nyaman.
Diatas adalah hal yang dapat dilakukan seorang guru atau instansi sekolah untuk
menanggulangi tress yang dialami siswa disekolah. Namun bagaimana cara kita
sebagai seorang individu untuk mengatasi stress yang kita alami.

Daftar Pustaka
Pena, Tali. 2015. http://resumeppdumurnabila.blogspot.com/2015/08/bab-i-
pendahuluan-a.html?m=1, diakses pada tanggal 19 desember 2021 pukul 08.00
Nama : Muhamad Tegar Difa Alhaqi

NPM : 1910631110106

Prodi/Kelas : PAI

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Pertemuan ke : 10 (kelompok 13)

Perkembangan Spritual
A. Konsep spiritual
1. Pengertian spiritual
Spiritual berasal dari Bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara,
spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spiritual adalah suatu yang
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan
nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan
harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.
2. Karakteristik spiritual
Karakteristik spiritual yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan dan
keselarasan dalam diri seseorang, dengan tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai
satu penetapan. Karakteristik kebutuhan sipiritual meliputi :
Kepercayaan, Pemaafan, Cinta dan hubungan, Keyakinan, kreaktivitas, Anugrah dan
harapan
3. Pola Normal spiritual
Pola normal spiritual adalah sesuatu pola yang terintegrasi dan
berhubungan dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Makhija
(2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat
penting dalam kehidupan personal individu. Setiap individu memiliki
pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas karena masing-masing memiliki
cara pandang yang berbeda mengenai hal tersebut.
4. Pemenuhan aspek spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap
lima dimensi manusia yang harus diintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi
tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Dimensidimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinteraksi,
interelasi,
dan interdepensi sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat
mengganggu dimensi lainnya. Tahap perkembangan manusia dimulai dari lahir
sampai manusia meninggal dunia. Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat
dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah,
remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir dan lanjut usia.
Namun berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual
berdasarkan tumbuh kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak
sangatlah penting untuk diperhatikan.
Individu yang berusia antara 0-18 bulan bayi yang sedang proses tumbuh
kembang yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Tahap awal
perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber
(1987) menjelaskan perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral
untuk mengerti arti spiritual tetapi keluarga yang spiritualnya baik
merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik
pada bayi.
Dimensi spiritual mulai menunjukan perkembangan pada kanak-kanak
awal (18 bulan 3 tahun) tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa
anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara
ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan
spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti cara
berdoa sebelum tidur, dan berdoa sebelum makan atau cara anak memberi
salam dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih senang jika menerima
pengalaman baru.
Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Kebutuhan anak pada pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi
yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus
diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit mereka kadang
sulit menerima penjelasan mengenai tuhan yang abstrak bahkan mereka
masih kesulitan membedakan tuhan dan orang tuanya.
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun) anak usia sekolah (6-
12) berfikir secara konkrit tetapi mereka sudah dapat menggunakan
konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spiritual dan
agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan
anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan orang tua
dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual
mereka.
Remaja (12-18 tahun) pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan
tujuan hidup dengan menggunakan pengetahuan misalnya untuk
dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah,
remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir dan lanjut usia.
Namun berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual
berdasarkan tumbuh kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak
sangatlah penting untuk diperhatikan.
Individu yang berusia antara 0-18 bulan bayi yang sedang proses tumbuh
kembang yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Tahap awal
perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber
(1987) menjelaskan perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral
untuk mengerti arti spiritual tetapi keluarga yang spiritualnya baik
merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik
pada bayi.
Dimensi spiritual mulai menunjukan perkembangan pada kanak-kanak
awal (18 bulan 3 tahun) tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa
anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara
ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan
spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti cara
berdoa sebelum tidur, dan berdoa sebelum makan atau cara anak memberi
salam dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih senang jika menerima
pengalaman baru.
Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Kebutuhan anak pada pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi
yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus
diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit mereka kadang
sulit menerima penjelasan mengenai tuhan yang abstrak bahkan mereka
masih kesulitan membedakan tuhan dan orang tuanya.
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun) anak usia sekolah (6-
12) berfikir secara konkrit tetapi mereka sudah dapat menggunakan
konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spiritual dan
agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan
anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan orang tua
dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual
mereka.
Remaja (12-18 tahun) pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan
tujuan hidup dengan menggunakan pengetahuan .

Faktor yang memperngaryhi perkembangan spririttual


Spriritualadalahkomponenpenting dariseorang individuyang dimilikidan sebuah aspek
integral dari filosofi holistik. Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa
hal yang mempengaruhi perkembangan spiritual diantaranya adalah :
Pembawaan, adalah karakteristik dari orang itu sendiri dasar pemikiran dari individu
berdasarkan kepercayaan dan budaya yang dimilikinya
Lingkungan keluarga, sangat menentukan perkembangan spiritual anak karena orang
tualah yang berperan sebagai pendidik atau penentu keyakinan yang mendasari si
anak.
Lingkungan sekolah, Pendidikan keagamaan yang diterapkan disekolah dapat
mempengaruhi perkembangan spiritual anak, karena dengan adanya Pendidikan anak
akan mulai berfikir secara logika dan menentukan apa yang baik dan tidak baik bagi
dirinya dan kelak akan menjadi karakter anak tersebut.
Daftar Pustaka
Materi Kelompok 13

Anda mungkin juga menyukai