Resume Psikologi
Resume Psikologi
NPM : 1910631110106
Prodi/Kelas : PAI
Jean Piaget lahir tanggal 09 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss dan meninggal di tahun 1980.
Piaget mengidolakan ayahnya yang seorang akademisi akan tetapi takut pada ibunya yang
sedikit menderita gangguan emosi. Kondisi ibunya yang demikian menjadi salah satu faktor
pendukung yang memengaruhi Piaget di kemudian hari untuk mempelajari psikologi.Di
tahun 1918, Piaget menerbitkan novel intelektual, Recherché. Teks yang berpengaruh ini
menunjukkan program penelitian Piaget. Dalam tulisan itu, ia menyatakan bahwa sains
bersifat faktual dan agama bersifat sarat nilai.
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan
berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan
hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau membangun
mental.
Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun,
dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif
anak, karena menandai awal pemikiran logis.
Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau
pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik.
Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir
secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada
manipulasi konkret.
Teori perkembangan moral adalah sikap dan perilaku individu yang didasari oleh nilai-nilai
hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Perkembangan moral berkaitan dengan
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang
dalam berinteraksi dengan orang lain
a. Heteronomous Morality yang berarti moral itu tidak dapat diubah dan hanya dimiliki
orang-orang yang lebih dewasa dari si anak.
b. Autonomous Morality yang berarti si anak mulai sadar dengan adanya moral maka
anak tersebut dapat dinilai baik dan buruknya.
Jadi pada hakikatnya akhlak (budi pekerti) merupakan suatu kondisi, atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hingga dari sana timbul berbagai macam
perbuatan dengan cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tersebut timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan
syari'at dan akal pikiran, maka itu dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya apabila
lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Mempermudah peserta didik memahami bahan ajar, Menjadikan peserta didik lebih mandiri
dan kreatif, Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah pada peserta didik, dan
Meningkatkan motivasi. Fokus Piaget pada pengembangan kualitatif memiliki dampak
penting pada pendidikan terutama dalam bidang bimbingan dan konseling. Meskipun pada
awalnya Piaget tidak secara khusus menerapkan teorinya dengan cara ini (untuk pendidikan
seperti sekarang), banyak program pendidikan sekarang yang dibangun di atas keyakinan
bahwa anak-anak harus diajar pada tingkat yang mereka sudah siap sesuai dengan
perkembangannya.
Daftar Pustaka
NPM : 1910631110106
Prodi/Kelas : PAI
Ivan Petrovich Pavlop lahir di Rusia pada tanggal 14 September tahun 1849 dan meninggal di
Leningrad pada tanggal 27 februari 1936. dan beliau meninggal pada tahun 1936 di Rusia.
Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli
psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berfikirnya adalah
sepenuhnya cara berfikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena
dianggapnya kurang ilmiah.
Teori belajar gagasan Ivan Pavlov disebut dengan Teori pembiasaan klasik (classical
conditioning). Kata classical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk
menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu di bidang conditioning (upaya
pembiasaan) dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya (Gleitmen,1986).
Teori ini sering disebut juga contemporary behaviorist atau juga disebut S-R psychologists
yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau
penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi, tingkah laku belajar mendapat jalinan yang
erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Eksperimen-eksperimen yang di lakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, di mana gejala-gejala kejiwaan seseorang di lihat dari perilakunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia
bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai
tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik
tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku
manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan
eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki
manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing.
Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila di perlihatkan sesuatu makanan,
maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Sebelum makanan di perlihatkan, maka yang di
perlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun
akan keluar pula. Peristiwa ini di sebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Dari eksperimen yang di lakukan maka pokok pikiran dalam Teori belajar Pavlov di
antaranya adalah:
Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang di tuntut. Jika dua
macam stimulus di hadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat
Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang di tuntut. Jika refleks
yang sudah di perkuat melalui Respondent conditioning itu di datangkan kembali
tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
Behaviorisme ini memandang bahwa manusia dilahirkan bagaikan sebuah kertas putih yang
tidak ada tulisan apapun. lingkunganlah yang mengisi bentuk dan corak dari kertas tersebut.
Berdasarkan pandangan ini kaum behavioris berpendapat bahwa manusia dalam
kehidupannya akan berkembang sesuai dengan stimulus yang diterima dari lingkungannya.
Harus diakui bahwa lingkungan sedikit-banyak dapat mempengaruhi perilaku manusia, hal
tersebut sebagaimana sabda Rasulallah saw :
ْدعَا َء؟Pا ِم ْن َجPPَ هَلْ تَ َرى فِ ْيه،َ َك َمثَ ِل ْالبَ ِه ْي َم ِة تَ ْنتِ ُج ْالبَ ِه ْي َمة،ص َرانِ ِه أَوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه ْ ُِكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف
ِّ َ فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه أَوْ يُن،ط َر ِة
)اريPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP(رواه البخ
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah
kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya?”(H.R Bukhari)
Aspek dasar dalam teori pengembangan B.F. Skinner diantaranya berkaitan dengan
penguatan, hukuman, pembentukan, penghapusan, dan penguatan perilaku. Belajar adalah
hasil dari interaksi antara stimulus (S), stimulasi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang
bertujuan mendapatkan respon belajar yang bertujuan mendapatkan respon belajar dari objek
penelitian dengan respon (R), respon sebagai reaksi yang dimunculkan oleh siswa ketika
belajar itu bisa berupa pikiran, perasaan atau tindakan. Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan menimbulkan
perubahan perilaku. Karena stimulus yang diberikan akan berinteraksi mempengaruhi respons
yang dihasilkan. Respons yang diberikan memiliki konsekuensi yang nantinya akan
mempengaruhi perilaku
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditioning
yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebutakanmeningkat.
2. Law of operant extinction
yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak
diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Menurut Al-Qur’an dan Hadis, Teori operant condational (pengkondisian operan) ini
memberikan makna bahwa perilaku-perilaku belajar yang diikuti dengan pemberian
reinforcement (penguatan) yang diinginkan, cenderung akan meningkatkan frekuensi perilaku
belajar peserta didik. Rasullulah SAW juga sangat peduli terhadap umatnya dan
memperhatikan tingkah laku sahabatnya sebagai cerminan dari akhlak mereka.
Menurut Imam Al-Ghazali, Pendidikan karakter dalam Islam merupakan sebuah proses
membentuk akhlak, kepribadian dan watak yang baik, yang bertanggung jawab akan tugas
yang diberikan Allah kepadanya di dunia, serta mampu menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Karena iti dalam Islam, pendidikan karakter sama maknanya dengan
pendidikan agama yang berbasis akhlak.
Kekurangan
Pembelajaran yang berpusat pada guru bersifat mekanistik dan didasarkan pada hasil yang
diukur dengan cara diamati terlebih dahulu, dalam proses tersebutdapat menimbulka
kecemburuan di dalam kelas, di mana guru kebanyakan berinteraksi dengan siswa yang
sedang diawasi atau dalam proses pengamatan tersebut. Untuk anak yang dapat menjawab
pertanyaanpertanyaan guru, akan mendominasi sedangkan yang tidak bisa akan diam saja, hal
tersebut menjadikan siswa memiliki rasa tidak nyaman dalam belajar.
2. Kelebihan
Teori ini ideal untuk memperoleh keterampilan yang memerlukan latihan dan praktik yang
mengandung unsur spontanitas, daya tahan dan kecepatan. Menerapkannya pada pendidikan
mampu memberi siswa rasa harga diri karena pemberian hadiah sebagai pemacu semangat
belajar
Daftar Pustaka
NPM : 1910631110106
Prodi/Kelas : PAI
Masalah-Masalah Perkembangan
Kesulitan belajar pada anak dapat dimaknai sebagai ketidakmampuan anak dalam mencapai
taraf hasil belajar yang sudah ditentukan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dalam
program kegiatan belajar, sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa indicator dan
jenis kesulitan belajar yang mungkin dialami anak adalah sebagai berikut.
Permasalahan psikis anak terkait dengan kemampuan psikologis yang dimilikinya atau
ketidakmampuan mengekspresikan dirinya dalam kondisi yang tidak normal. Beberapa
permasalahan psikis yang seringkali dialami anak adalah sebagai berikut.
Perkembangan sosial anak berhubungan dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan
teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan pergaulan yang lebih luas. Dengan demikian,
permasalahan anak dalam bidang sosial juga berkaitan dengan pergaulan atau hubungan
sosial, yang meliputi perilaku-perilaku sebagai berikut.
Contohnya: Tingkah Laku Agresif, Daya Suai Kurang, Pemalu, Anak Manja, Negativisme,
Perilaku Berkuasa, dan Perilaku Merusak.
Perkembangan aspek fisik terkait dengan keutuhan dan kemampuan fungsi panca indera
anak, kemampuan melakukan gerakangerakan sesuai perkembangan usianya serta
kemampuan mengontrol pembuanga. Anak yang mengalami hambatan dalam hal-hal tersebut
dapat dikatakan mengalami masalah secara fisik. Lebih lanjut permasalahan-permasalahan
fisik tersebut adalah sebagai berikut
Contohnya: Gangguan funsi panca Indera, Obesitas, Gagap, Hiperaktif, Cacat Tubuh,
Gangguan Gerak, Gangguan Kesehatan, Neuropati, dan Buang Air Sembarangan.
Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik yang bersifat intrinsik
(berasal dari diri anak sendiri) maupun ekstrinsik
(berasal dari luar diri anak). Secara umum, faktor-faktor tersebut adalah:
a. Faktor dalam dirinya, yakni anak dengan semua keadaan pada dirinya;
b. Faktor Keluarga, Mencakup pola asuh orang tua, keadaan social ekonimi keluarga;
c. Faktor Sekolah, meliputi cara mengajar guru, alat bantu dan kurikulum;
d. Faktor lingkungan masyarakat, mencakup pergaulan, norma, dan adat istiadat.
a. Tes
1) Tes bakat
2) Intelegensi
3) Prestasi
4) Diagnostik
b. Non-Tes
1) Observasi
2) Wawancara
3) Angket
4) Portfolio
5) Daftar cek
6) Sosimetri
Langkah-Langkah:
1) Identifikasi kasus, yakni upaya untuk menandai subjek yang diperkirakan mengalami
masalah.
2) Identifikasi masalah, yakni upaya mengetahui inti permasalahan yang dihadapi
seseorang tsb.
3) Diagnosis, merupakan langkah untuk mengidentifikasi karakteristik serta faktor
penyebab masalah yang dialami seseorang.
4) Prognosis, merupakan langkah untuk merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai
dengan karakteristik permasalahan yang dialami.
5) Treatment, merupakan upaya pemberian bantuan itu sendiri.
6) Tindak lanjut, dilakukan sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya pemberian bantuan
yang telah dilakukan serta kemungkinan penggunaan langkah-langkah berikutnya.
Teknik :
1) Latihan
2) Permainan (Jika masih anak-anak)
3) Saran dan nasehat
4) Pengomdisian
5) Model dan peniruan
Tuntutan sekolah yang menjadi sumber stress bagi siswa adalah tuntutan
interpersonal. Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat
mencapai prestasi akademis yang tinggi, melainkan sekaligus mampu melakukan
interksi sosial dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Bahkan
keberhasilan siswa disekolah banyak ditentukan oleh kemampuannya mengola
interksi sosial ini. Keadaan lingkungan sosial sekolah mempunyai dampak yang
sangat besar dan mendalam terhadap penyesuain akademis dan sosial siswa. Salah
satu aspek dari lingkungan yang berhubungan dengan penyesuaian diri adalah iklim
sosial yang dialami siswa.
1) Dampak positif
Stres yang berdampak positif umumnya merupakan bagian yang normal dari proses
belajar dalam kehidupan anak setiap hari. Misalnya, ketika anak mengikuti
perlombaan tertentu, ia akan belajar arti kompetisi dalam mencapai keberhasilan.
2) Dampak negative
Stress pada anak yang dibiarkan berlanjut dan berkepanjangan bisa menyebabkan
dampak yang membahayakan. Dalam jangka pendek, dampak negatif stres ialah
mengacaukan dan merusak emosi anak yang ditandai dengan gampang marah, sulit
berkonsentrasi, dan mengalami kegelisahan. Dampak jangka panjangnya ialah bisa
membuat anak mengalami chronic sress dan depresi di masa kecil. Kedua hal ini
sangat berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan mental anak
Daftar Pustaka
Pena, Tali. 2015. http://resumeppdumurnabila.blogspot.com/2015/08/bab-i-
pendahuluan-a.html?m=1, diakses pada tanggal 19 desember 2021 pukul 08.00
Nama : Muhamad Tegar Difa Alhaqi
NPM : 1910631110106
Prodi/Kelas : PAI
Perkembangan Spritual
A. Konsep spiritual
1. Pengertian spiritual
Spiritual berasal dari Bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara,
spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spiritual adalah suatu yang
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan
nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan
harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.
2. Karakteristik spiritual
Karakteristik spiritual yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan dan
keselarasan dalam diri seseorang, dengan tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai
satu penetapan. Karakteristik kebutuhan sipiritual meliputi :
Kepercayaan, Pemaafan, Cinta dan hubungan, Keyakinan, kreaktivitas, Anugrah dan
harapan
3. Pola Normal spiritual
Pola normal spiritual adalah sesuatu pola yang terintegrasi dan
berhubungan dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Makhija
(2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat
penting dalam kehidupan personal individu. Setiap individu memiliki
pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas karena masing-masing memiliki
cara pandang yang berbeda mengenai hal tersebut.
4. Pemenuhan aspek spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap
lima dimensi manusia yang harus diintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi
tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Dimensidimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinteraksi,
interelasi,
dan interdepensi sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat
mengganggu dimensi lainnya. Tahap perkembangan manusia dimulai dari lahir
sampai manusia meninggal dunia. Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat
dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah,
remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir dan lanjut usia.
Namun berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual
berdasarkan tumbuh kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak
sangatlah penting untuk diperhatikan.
Individu yang berusia antara 0-18 bulan bayi yang sedang proses tumbuh
kembang yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Tahap awal
perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber
(1987) menjelaskan perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral
untuk mengerti arti spiritual tetapi keluarga yang spiritualnya baik
merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik
pada bayi.
Dimensi spiritual mulai menunjukan perkembangan pada kanak-kanak
awal (18 bulan 3 tahun) tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa
anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara
ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan
spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti cara
berdoa sebelum tidur, dan berdoa sebelum makan atau cara anak memberi
salam dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih senang jika menerima
pengalaman baru.
Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Kebutuhan anak pada pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi
yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus
diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit mereka kadang
sulit menerima penjelasan mengenai tuhan yang abstrak bahkan mereka
masih kesulitan membedakan tuhan dan orang tuanya.
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun) anak usia sekolah (6-
12) berfikir secara konkrit tetapi mereka sudah dapat menggunakan
konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spiritual dan
agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan
anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan orang tua
dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual
mereka.
Remaja (12-18 tahun) pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan
tujuan hidup dengan menggunakan pengetahuan misalnya untuk
dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah,
remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir dan lanjut usia.
Namun berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual
berdasarkan tumbuh kembang manusia. Perkembangan spiritual pada anak
sangatlah penting untuk diperhatikan.
Individu yang berusia antara 0-18 bulan bayi yang sedang proses tumbuh
kembang yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Tahap awal
perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber
(1987) menjelaskan perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral
untuk mengerti arti spiritual tetapi keluarga yang spiritualnya baik
merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik
pada bayi.
Dimensi spiritual mulai menunjukan perkembangan pada kanak-kanak
awal (18 bulan 3 tahun) tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa
anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara
ritual dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan
spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti cara
berdoa sebelum tidur, dan berdoa sebelum makan atau cara anak memberi
salam dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih senang jika menerima
pengalaman baru.
Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Kebutuhan anak pada pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi
yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus
diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit mereka kadang
sulit menerima penjelasan mengenai tuhan yang abstrak bahkan mereka
masih kesulitan membedakan tuhan dan orang tuanya.
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun) anak usia sekolah (6-
12) berfikir secara konkrit tetapi mereka sudah dapat menggunakan
konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spiritual dan
agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan
anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan orang tua
dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual
mereka.
Remaja (12-18 tahun) pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan
tujuan hidup dengan menggunakan pengetahuan .