Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Akad
Musyarakah”.
Makalah ini berisikan tentang informasi-informasi yang berisikan tentang
definisi akad musyarakah, jenis-jenis akad musyarakah, landasan hukum akad
musyarakah, peneta[an nisbah dalam akad, perlakuan akuntansi (PSAK 106) dan
ilistrasi akuntasni akad musyarakah.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi pengetahuan kepada
teman-teman semua dan masyarakat lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 18 november 2019

                                                                                                Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sekarang banyak masalah-masalah yang melibatkan anggota masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari adalah masalah muamalah(akad, transaksi) dalam berbagai bidang .
Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat. Dari sekian
banyak transaksi atau akad yang ada, diantaranya adalah akad al-musyarakah.
Al- Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal
/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah dalam perbankan Islam telah dipahami sebagai suatu
mekanisme yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang dan jasa yang
bermanfaat untuk masyarakat. Musyarakah dapat digunakan dalam setiap kegiatan yang
dijalankan untuk tujuan menghasilkan laba.
                       
B.     Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dan jenis-jenis akad musyarakah?

2) Bagaimana dasar syariah dan penetapan nisbah dalam akad musyarakah?

3) Bagaimana perlakuan akuntansi (PSAK 106) dan ilustrasi akuntansi akad


musyarakah?

C. Tujuan

1). Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis akad musyarakah.

2). Untuk mengetahui dasar syariah dan penetapan nisbah dalam akad musyarakah.

3). Untuk mengetahui perlakuan akuntansi (PSAK 106) dan ilustrasi akuntansi akad
musyarakah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKAD MUSYARAKAH

Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Musalim School
Trust , secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang
atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah
lain dari akad musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.

PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai  akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu , di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan dana bahwa keuntungan dibagi berdasarkan berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-sama
menyediakan dana untuk mendanai  sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha
yang sudah berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan
dana tersebut dan bagi hasil yang disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada
mitra lain. Investasi musyarakah  dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas.

Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, para
mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja
bersama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan
pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.

Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam pekerjaan dan Ia menjadi wakil mitra
lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga seorang mitra tidak dapat lepas tangan
dari aktivitas yang di lakukan mitra lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang normal.
Dengan bergabungnya dua orang atau lebih, hasil yang diperoleh diharapkan jauh lebih baik
dibandingkan jika dilakukan sendiri, karena di dukung oleh kemampuan akumulasi modal
yang lebih besar, relasi bisnis yang lebih luas, keahlian yang lebih beragam, wawasan yang
lebih luas, pengendalian yang lebih tinggi dan sebagainya.

Apabila usaha tersebut  untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para mitra
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase maupun periodenya harus secara
tegas dan jelas ditentukan di dalam perjanjian), sedangkan bila rugi akan didistribusikan
kepada para mitra sesuai dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal tersebut sesuai dengan
prinsip system keuangan syariah yaitu pihak-pihak yang yang terlibat dalam suatu transaksi
harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.

Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan dari mitra
lainnya karena bertentangan dengan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al
ghurmi). Namun demikian, untuk mecegah mitra melakukan kelalaian, melakukan kesalahan
yang disengaja atau melanggar perjanjian yang sudah disepakati, diperbolehkan meminta
jaminan dari mitra lain atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini baru dapat dicairkan apabila
terbukti ia melakukan penyimpangan.

PSAK No. 106 par 7 memberikan contoh yang disengaja yaitu :

a. pelanggaran terhadap akad, antara lain penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya,
dan pendapatan operasional.
b. pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam musyarakah, dapat ditemukan aplikasi ajaran islam tentang ta’awun (gotong
royong), ukhwah (persaudaraan) dan keadilan.
Selain musyarakah, terdapat juga kontrak investasi untuk bidang pertanian yang pada
prinsipnya sama dengan prinsip syirkah. Bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada
tanaman pertanian setahun dinamakan muzara’ah.Bila bibitnya berasal dari pemilik tanah,
maka disebut mukhabarah. Sedangkan bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada
tanaman pertanian tahunan disebut musaqat (Karim, 2003). Untuk menghindari
persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad kerja sama dibuat secara tertulis dan dihadiri
oleh para saksi. Akad perjanjian tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain terkait
dengan besaran modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian kerja di
antara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba dan periode
pembagiannya dan lain sebagainya.

Apabila terjadi hal yang t idak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak dapat
merujuk kepada kontrak yang telah disepakati bersama. Apabila terjadi sengketa dan tidak
terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka penyelesaiannya dilakukan
berdasarkan keputusan institusi yang berwenang, misalnya badan arbitrase syariah.
B. JENIS AKAD MUSYARAKAH

a) Bedasarkan ulama fikih :

1. Syirkah Al Milk
Mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaannya muncul
apabila dua orang atau lebih memperoleh kepimilikan bersama (joint ownership) atas
suatu kekayaan (aset). Misalnya dua orang atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat
sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau tidak
dapat dibagi-bagi.
2. Syirkah Al’uqud (kontrak)

Syirkah Al’uqud yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepekatan dua orang atau lebih
untuk bekerja sama untuk mecapai tujuan tertentu. Setiap mitra dapat berkontribusi
dengan modal/dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian.
Berbeda dengan syirkah al milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak
sebagai wakil dari pihak lainnya. Syirkah Al’quid dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

a) Syirkah Abdan (syirkah fisik), disebut juga syirkah a’mal (syirkah kerja) atau
syirkah shanaa’i (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah penerimaan).
b) Syirkah wujuh adalah kerja sama antara dua pihak di mana masing-masing pihak
sama sekali tidak menyertekan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan
kepercayaan pihak ketiga.
c) Syirkah ‘Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan kompisisi
pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal
maupun pekerjaan.
d) Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan kompisisi
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan,
agama, keuntungan, maupun risiko kerugian.

b). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) :


1) Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par
04).
Contohnya : antara mitra A dan mitra P yang melakukan akad musyarakah
menanamkan modal yang jumlah awal masing-masing Rp 20.000.000 , maka sampai
akhir masa akad syirkah modal mereka masing-masing tetap Rp 20.000.000
2) Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra
lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain
tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut.

(PSAK No. 106 par 04) contohnya : antara mitra A dan mitra P melakukan akad musyarakah,
mitra P menanamkan Rp 10.000.000 dan menanamkan Rp 20.000.000 . seiring berjalannya
kerjasama akad musyarakah tersebut, modal mitra P Rp 10.000.000 tersebut akan beralih
kepada mitra A melalui pelunasan secara bertahap yang dilakukan oleh mitra A .

C. DASAR SYARIAH

1. Sumber Hukum Akad Musyarakah

1) Al-Quran

“Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu.” (Q.S An Nisa:12)

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu


sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh.”  (Q.S Shaad:24)
2). As-Sunah

‫ه‬DD‫اذا خان‬DD‫ ف‬,‫احبه‬DD‫دهما ص‬DD‫الم يخن أح‬DD‫ م‬,‫ركين‬DD‫الث الش‬DD‫ا ث‬DD‫ أ ن‬: ‫ول‬DD‫ ان هللا يق‬: ‫ال‬DD‫ رفعه ق‬,‫عن أبي هريرة‬
)‫خرجت من بينهما (رواه أبوا داود والحاكم عن أبي هريرة‬

Hadis Qudsi: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat,
sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya.
Apabila seorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari
keduanya.”  (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
Berdasarkan keterangan Al-Quran dan Hadis tersebut, pada prinsipnya seluruh ahli
fiqih sepakat menetapkan bahwa hokum musyarakah adalah mubah, meskipun mereka
masih memperselisihkan keabsahan hukum dari beberapa jenis akad musyarakah.
2. Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah :
1. Pelaku: Para mitra harus cakap hukum dan baligh
2. Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad
musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja.

a. Modal :
•    Modal yang diberikan harus tunai.
•    Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset
perdagangan, atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dsb.
•    Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan
nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama
•    Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan
pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus.
•    Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan
•    Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga
meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang
atau menghadiahkan uang tsb. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya
•   Seorang mitra tidk diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal
itu untuk kepentingannya sendiri
•   Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal, seorang
mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan
prinsip al-ghunmu bi al ghurmi-hak untuk mendapat keuntungan berhubungan
dengan risiko yang diterima.
•   Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh syariah.

b. Kerja:
•  Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah.
•  Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra mengatakan tidak ikut serta
menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb.
•    Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama.
Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagina keuntungan yang
lebi besar.
•    Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
•    Para mitra harus menjalankan usaha sesuai denga syariah
•    Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut.
•    Jika seorang mitra yang mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan
tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus di tanggungnya sendiri.

c. Ijab Kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

d. Nisbah

•  Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para
mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra dapat
dihilangkan.

•  Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

•  Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan


keuntungan tersebut. Misalnya, bagi hasil atau bagi laba.

• Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

•  Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri.

•  Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan


mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.

c. Berakhirnya Akad Musyarakah

Akad musyarakah akan berhasil, jika:


•    Salah seorang mitra menghentikan akad.

•    Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal.

Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh
salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat).
Apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.

•    Modal musyarakah hilang/habis.

Apabila salah satu mitra keluar dar kemitraan baik dengan


mengundurkan diri, meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut
dikatakan bubar. Karena musyarakah berawal dari kesepakatan utuk bekerja
sama dan dalam kegiatan opersaional setiap mitra mewakili mitra lainnya.
Salah seorang mitra tidak ada lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak
ada.

D. PENETAPAN NISBAH DALAM AKAD MUSYARAKAH

Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:

1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal


Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai
modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah suatu jumlah pekerjaan yang
dilaksankan oleh para mitra sama ataupun tidak sama. Apabila salah satu pihak
menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi labah
yang lebih besar.
Jika para mitra mengatakan “keuntungan akan dibagi diantara kita”, berarti keuntungan
akan di alokasikan menurut porsi modal masing-masing mitra.
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal
Dengan cara ini, dalam penetuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang
disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang
lebih panjang.
Nisbah bisa ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda 70:30
misalnya proporsional dengan modal masing-masing mitra. Begitu para mitra sepakat
atas nisbah tertentu berarti dasar inilah yang digunakan untuk pembagian keuntungan.
E. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)

Perlakuan Akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif.

Dimana mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola
sendiri ataupun merujuk pihak lain untuk mengelola atas namanya, mitra aktif juga
bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan melakukan
pencatatan akuntansi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola usaha maka
pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi; sedangkan mitra pasif adalah
pihak yang tidak ikut mengelola usaha biasanya adalah lembaga keuangan.

1. Akuntansi Untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif :

Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif dianggap sama, karena dalam illustrasi
ini pencatatan akuntansi ini untuk usaha musyarakah dilakukan oleh pihak ketiga yang
ditunjuk agar lebih muda di illustrasikan. Jadi, pada hakikatnya jurnal yang dibuat oleh pihak
ketiga atau Mitra Aktif adalah sama. Perbedaannya jika pencatatan dilakukan oleh Mitra
Aktif, maka ia harus membuat akun buku besar pembantu untuk memisahkan pencatatan dari
transaksi musyarakah dengan transaksi lainnya.

1. Pengakuan investasi musyarakah


Investasi Musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untu usaha
musyarakah.
2. Biaya Pra-akad
Biaya pra-akad yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah.
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya :
Dr.Uang muka akad xxx
Kr.Kas xxx

Apabila mitra lain sepakat, biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah maka
dicatat sebagai nilai investasi musyarakah.
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah         xxx
Kr.Uang muka akad             xxx

Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
maka akan di catat sebagai beban.
Jurnal :
Dr.Beban musyarakah             xxx
Kr.Uang muka akad             xxx

3. Pengukuran investasi musyarakah


Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi musyarakah
a. apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan ; maka
jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-kas xxx
Kr.Kas                     xxx

b. Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka di nilai sebesar nilai wajar dan jika
nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku, maka oleh mitra
aktif selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset musyarakah ( dilaporkan
dalam bagian ekuitas).
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx
Dr.Akumulasi penyusutan xxx
Kr.Selisih penilaian aset musyarakah(sebagai bag.ekuitas)      xxx
Kr.Aset nonkas                             xxx

Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad musyarakah
menjadi keuntungan.
Jurnal :
Dr.Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Kr.Keuntungan                      xxx

Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya
dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas.

Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx

Dr.akum.Penyusutan xxx

Dr.Kerugian penurunan nilai xxx

Kr.Aset nonkas                         xxx

Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan diakhir akad akan diterima kembali
maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar, dengan masa
manfaat berdasarkan masa akad atau masa manfaat ekonomi aset

Jurnal :

Dr.Beban Depresiasi             xxx

Kr.Akumulasi Depresiasi  xxx

Untuk mitra pasif, akun selisih penilaian aset musyarakah digantikan dengan akun
keuntungan tangguhan dan diamortisasikan selama masa akad. Apabila aset nonkas
dikembalikan di akhir akad maka akun investasi musyarakah nonkas akan berkurang
nilainya sebesar beban penyusutan aset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi
keuntungan tangguhan

4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan maka jurnal :


Dr.Kas/piutang                 xxx
Kr.Pendapatan bagi hasil         xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal :
Dr.Kerugian                 xxx
Kr.Penyisihan Kerugian             xxx

5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati ketika aset
tersebut diserahkan. Maka ketika akad musyarakah berkhir, aset nonkas akan di
likuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini
(selisih antara nilai buku dan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai nisbah.

Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan poenjualan aset
nonkas mengahasilkan keuntungan , maka jurnal :
Dr.Kas                     xxx

Kr.Investasi musyarakah         xxx

Kr.Keuntungan                 xxx

Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas
menghasilkan keuntungan, maka jurnal :

Dr.Kas                      xxx

Dr.Penyisihan kerugian xxx

Kr.Investasi musyarakah         xxx

Kr.Keuntungan xxx

Pencatatan diakhir akad :

1. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas. Jika tidak ada kerugian, maka
jurnal:

Dr.Kas                     xxx

Kr.Investasi musyarakah         xxx

Jika ada kerugian, maka jurnal :

Dr.Kas                     xxx

Dr.Penyisihan kerugian             xxx

Kr.Investasi musyarakah xxx

2. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk aset
nonkas yang sama pada akhir akad. Jika tidak ada kerugian , maka jurnal :
Dr.Aset nonkas                      xxx
Kr.Investasi musyarakah             xxx

Jika ada kerugian , mitra yang menyerahkan aset nonkas harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, maka jurnal :
Dr.Penyisihan Kerugian             xxx

Kr.Kas                     xxx

Dr.Aset nonkas  xxx

Kr.Investasi musyarakah         xxx

6. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian dana
mitra secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau nilai wajar
aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah dana syirkah temporer yang
telah dikembalikan pada mitra pasif dikurangi rugi jika ada.Sedangkan bagian mitra pasif
nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal
akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif jika ada.

7. Penyajian

Mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut:

 Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima oleh mitra
pasif disajikan sebagai investasi musyarakah
 Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer
 Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai unsur ekuitas

Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut:

•    Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah.

•    Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari musyarakah.

8. Pengungkapan

Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas,
pada:
 Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
 Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
 Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

Akuntansi untuk Pengelola Dana

Akuntansi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif atau pihak yang
mewakilinya.

1. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar:

a. Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, dan jurnal:

Dr. Kas                    XXX

Kr. Dana Syirkah Temporer        XXX


Selanjutnya untuk dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub ledger)
antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.

b. nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan dicatat sebesar nilai
wajarnya dan jurnal:

Dr. Aset Nonkas                XXX

Kr. Dana Syirkah Temporer        XXX

Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat beban
depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad
atau selama umur ekonomis.Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban depresiasi
adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.

Dr. Beban depresiasi            XXX

Kr. Akumulasi Depresiasi        XXX

2. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan mitra pasif
Saat mencatat pendapatan:

Dr. Kas/Piutang                XXX

Kr. Pendapatan                XXX

Saat mencatat beban:

Dr. Beban                XXX

Kr. Kas/Utang                XXX

Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungaan:

Dr. Pendapatan                        XXX

Kr. Beban                        XXX

Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan            XXX

Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana:

Dr. Beban Bagi Hasil Musyarakah            XXX

Kr. Utang Bagi Hasil Musyarakah            XXX

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:

Dr. Utang bagi hasil Musyarakah            XXX

Kr. Kas                            XXX

Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban bagi hasil
ditutup.Jurnal:

Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan            XXX

Kr. Beban bagi hasil                    XXX

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:

Dr. Pendapatan                        XXX

Dr. Penyisihan Kerugian                    XXX


Kr. Beban                        XXX

Jika kerugin akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah.Jurnal:

Dr. Penyisihan Kerugian-Mitra Aktif            XXX

Kr. Kerugian yang Belum Dialokasikan            XXX

3. Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad.

a. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa kas, maka jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer                XXX

Kr. Kas                            XXX

Kr. Penyisihan Kerugian                    XXX

b. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan, maka jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer                XXX

Kr. Aset Nonkas                        XXX

Jika aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka mitra yang menyerahkan aset
nonkas harus menyerahkan kas untuk menutup kerugian.Jurnal:

Dr. Kas                        XXX

Kr. Penyisihan Kerugian                XXX

c. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad akan
dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus dilikuidasi/dijual terlebih
dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku
dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai kesepakatan. Jika penjualan
tersebut menghasilkan keuntungan maka akan menambah dana mitra. Jurnal:

Dr. Kas                        XXX

Dr. Akumulasi Depresiasi            XXX


Kr. Aset Nonkas                    XXX

Kr. Keuntungan                    XXX

Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer, jurnalnya:

Dr. Keuntungan                    XXX

Kr. Dana Syirkah Temporer            XXX

Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan di tagih kepada mitra, maka jurnal:

Dr. Kas                        XXX

Dr. Akumulasi Depresiasi            XXX

Dr. Penyisihan Kerugian                XXX

Kr. Aset Nonkas                    XXX

Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari penjualan aset nonkas
mengalami keuntungan, jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer            XXX

Kr. Kas                        XXX

Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan aset nonkas mengalami
keuntungan, jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer            XXX

Kr. Penyisihan Kerugian                XXX

Kr. Kas                        XXX

4. Penyajian

Pengelola menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut.

a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra
pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b. Aset musyarakah yang diterimadari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer.
c. Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagi unsur ekuitas.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam
musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha
tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada harus
digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga
tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain
tanpa seizin mitra lainnya. Adapun jenis-jenis akad musyarakah yaitu syirkah al-milk
dan syirkah al’uqud.

2. Saran
Dalam makalah ini penulis memberikan saran bagi para pengusaha yang
usahanya berbentuk akad musyarakah sebaiknya dapat memahami dengan benar
mengenai aturan dan peraturan yang diatur dalam akuntansi dan menghindari
transaksi yang mengandung riba.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id/7308/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai