Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.

2, Juli 2017

PEMANFAATAN DATA MODEL GLOBAL, CITRA SATELIT, DAN


DATA OBSERVASI UDARA ATAS UNTUK IDENTIFIKASI KEJADIAN
PUTING BELIUNG DAN WATERSPOUT DI KUPANG – NTT (STUDI
KASUS TANGGAL 14 JANUARI 2011 DAN 18 JANUARI 2012)

Alexandra Fishwaranta1*, Dewa Ayu Kade Wida2, Muhammad Fachrurrozi1


1
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
2
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
*Email: alexandra.fishwaranta@bmkg.go.id

ABSTRAK

Memasuki bulan hujan sering terjadi cuaca buruk di Kupang – Nusa Tenggara Timur. Salah satunya bulan
Januari dimana posisi Matahari berada di Belahan Bumi Selatan. Cuaca buruk yang sering terjadi adalah angin
kencang dan hujan lebat. Namun di bulan Januari 2011 terjadi fenomena cuaca puting beliung dan di bulan
Januari 2012 terjadi fenomena cuaca waterspout. Perbedaan antara puting beliung dan waterspout yakni pada
tempat terjadinya. Puting beliung yang terjadi di tanggal 14 Januari 2011 menyebabkan kerugian materi
sedangkan pada fenomena waterspout pada tanggal 18 Januari 2012 tidak menyebabkan kerugian materi sebab
terjadi di Perairan sebelah Utara Pantai Pasir Panjang hingga Pantai Lasiana. Pentingnya pemanfaatan data
observasi udara atas, data citra, dan data analisis model guna untuk mendapatkan data akurat dan tepat dalam
memberikan informasi cuaca kepada masyarakat. Adanya indikasi terjadi angin kencang, tercapainya suhu
konvektif, dan ketidakstabilan atmosfer dapat dilihat dari analisa data udara atas radiosonde Stasiun
Meteorologi El Tari Kupang. Dalam citra satelit juga dapat terlihat dari keadaan tutupan awan dan timeseries
suhu puncak awan pada waktu sebelum dan sesudah kejadian. Serta pada data model global didapat hasil output
parameter suhu permukaan, kelembapan, kecepatan angin permukaan, dan vortisitas yang mendukung dalam
prakiraan dan analisis fenomena cuaca buruk yang terjadi. Didapatkan hasil kesimpulan bahwa ketiga data
tersebut mampu menginterpretasikan dengan baik kondisi alam dengan keadaan yang sebenarnya

Kata kunci: puting beliung, waterspout, data model global, citra satelit, data observasi udara atas

ABSTRACT

Entering the month of rains often occurs bad weather in Kupang - East Nusa Tenggara. One of them in January
when the position of the Sun is in the Southern Hemisphere. Bad weather often occurred that is the strong winds
and heavy rain. Tornado weather phenomenon occurred in January 2011 and waterspout weather phenomenon
occurred in January 2012. The differences between a tornado and waterspout are the place of occurrence.
Tornado that occurred on 14 January 2011 causes material loss while the waterspout phenomenon didn’t causes
material loss because it occurred the waters of the North Pasir Panjang beach to Lasiana beach. The importance
utilization of the upper air observation data, satellite image, and global model data for getting the accurate data
and precise in providing weather information to the public. There are indicated of the strong winds, the
convective temperature, and atmospheric instability can be seen from the above air radiosonde data analysis
Meteorological Station El Tari Kupang. The satellite images can also be seen from the condition of cloud cover
and temperature the top of cloud time series before and after the phenomenon. In which the global model data get
the results of output parameter surface temperatures, humidity, wind speed surfaces, and vortices that support the
forecasting and analysis phenomenon of the bad weather. The conclusion of them are able to interpreted data
with a good natural conditions in the real situation.

Keywords: tornado, waterspout, global model data, satellite imagery, upper air observation data

1
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No. 2, Juli 2017

I. PENDAHULUAN udara atas dalam identifikasi kejadian puting


beliung dan waterspout.
Memasuki bulan hujan sering terjadi cuaca
buruk di Kupang – Nusa Tenggara Timur. II. DATA DAN METODE
Salah satunya bulan Januari dimana posisi
2.1 Lokasi dan Data Penelitian
matahari berada di Belahan Bumi Selatan.
Cuaca buruk merupakan keadaan atmosfer Lokasi penelitian yang dipilih adalah wilayah
dengan kondisi meteorologi yang dianggap Kota Kupang. Dimana untuk lokasi puting
berbahaya dan dapat menyebabkan korban beliung berada pada kecamatan Maulafa
jiwa. Kondisi ini umumnya memiliki beberapa dengan koordinat 10.157o - 10.270o LS dan
fenomena yang dianggap ekstrim. Cuaca buruk 123.589o - 123.681o BT. Sedangkan untuk
yang sering terjadi adalah angin kencang dan lokasi waterspout berada pada Perairan sebelah
hujan lebat. Utara Pantai Pasir Panjang sampai Pantai
Lasiana dengan koordinat 10.127o - 10.149o LS
Pada tanggal 14 Januari 2011 terjadi fenomena
dan 123.595O - 123.654O BT.
angin puting beliung di Kupang – NTT.
Kerusakan rumah akibat angin puting beliung Data penelitian yang digunakan yaitu pada saat
tidak menimpa semua kelurahan di Kota kejadian puting beliung dan waterspout dengan
Kupang. Kelurahan dengan tingkat kerusakan tanggal masing-masing adalah 14 Januari 2011
terparah adalah Maulafa, menyusul Oebufu dan dan 18 Januari 2012. Data yang digunakan
Oepura (Tribunnews, 2011). Rumah warga adalah data reanalysis ECMWF yang sudah
porak-poranda akibat diterjang angin puting diunduh sesuai tanggal yang dibutuhkan, data
beliung disertai hujan yang melanda Kota citra satelit dengan kanal InfraRed (IR), serta
Kupang, Jumat (14/1) sekitar pukul 10.00 data observasi udara atas radiosonde Stasiun
WITA (National Tempo, 2011). Meteorologi El Tari Kupang pada jam 00 UTC.
Sedangkan pada tanggal 18 Januari 2012 terjadi
fenomena cuaca waterspout di Perairan sebelah
Utara Pantai Pasir Panjang sampai Pantai
Lasiana (Antaranews, 2012). Perairan tersebut
masih merupakan wilayah Perairan Selatan
Kupang. Waterspout adalah fenomena puting
beliung yang terjadi di atas perairan. Tidak ada
kerusakan yang disebabkan dari fenomena
waterspout ini. Namun fenomena tersebut
sempat membuat ramai warga wilayah Kupang.
Menurut Peraturan Kepala BMKG Nomor:
Kep. 009 Tahun 2010 bahwa angin puting
beliung adalah angin kencang yang berputar
yang keluar dari awan Cumulonimbus dengan Gambar 1. Lokasi penelitian
kecepatan lebih dari 34,8 knots atau 64,4
km/jam dan terjadi dalam waktu singkat. Angin
puting beliung bergerak secara melingkar 2.2 Pengolahan Data Penelitian
membentuk secara spiral memutar berlawanan
arah jarum jam di wilayah selatan ekuator. Data dikumpulkan dan diolah menggunakan
Fenomena cuaca puting beliung berasal dari perangkat lunak yang sesuai. Untuk data
awan Cumulonimbus. Namun tidak semua reanalysis ECMWF, data file diambil dengan
awan Cumulonimbus dapat menyebabkan mengunduh dari web
puting beliung. Waterspout dan puting beliung http://apps.ecmwf.int/datasets/data/interim-full-
adalah sama, yang membedakan hanyalah daily/. Data ECMWF berjenis file *.nc. Data
lokasi terjadinya. diolah menggunakan perangkat lunak GrADS.
Data model global ECMWF ini dapat
Fenomena cuaca puting beliung ini bersifat digunakan secara langsung tanpa dilakukan
lokal maka sulit untuk diprediksi oleh proses running terlebih dahulu dan parameter
prakirawan. Untuk mempermudah prakirawan yang digunakan dipilih langsung pada saat
dalam memberikan informasi cuaca terkait, mengunduh file tersebut. Pada data citra satelit
maka dilakukan kajian dalam pemanfaatan data kanal InfraRed (IR) dilakukan pengolahan
model global, citra satelit, dan data observasi menggunakan aplikasi SATAID GMSLPW.
2
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No. 2, Juli 2017

Selanjutnya dilakukan interpretasi secara visual Sedangkan pada kejadian waterspout pada
dari citra satelit untuk menentukan jenis tanggal 18 Januari 2012, waktu data yang
tutupan awan dan time series dari suhu puncak digunakan adalah jam 06 UTC dikarenakan
awan. Pada data observasi udara atas, data yang fenomena waterspout terjadi pada jam 10 UTC.
digunakan adalah data radiosonde yang di dapat
Pada tanggal 14 Januari 2011, hasil keluaran
dari Stasiun Meteorologi El Tari Kupang. Data
dari data ECMWF parameter suhu permukaan
diolah menggunakan perangkat lunak RAOB.
jam 00 UTC menunjukkan nilai sebesar 298.8
Kemudian data tersebut digunakan untuk
K atau 25.8OC, suhu permukaan tanggal 13
melihat keadaan vertikal atmosfer pada saat
Januari 2011 jam 18 UTC sebesar 300 K atau
kejadian terkait. Parameter yang dipilih adalah
27OC. Suhu udara yang sebelumnya hangat
indeks-indeks labilitas atmosfer dan angin
mengindikasikan terjadinya pemanasan yang
vertikal pada tiap-tiap lapisan.
dapat memicu terbentuknya awan Cb.
Kelembapan udara pada lapisan 850 mb sebesar
82%, lapisan 700 mb sebesar 80%, dan lapisan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
500 mb sebesar 92%.
3.1 Data Model Global ECMWF
Kelembapan yang tinggi ini menunjukkan
Data model global ECMWF dipilih karena bahwa tercapainya pertumbuhan awan
penggunaannya adalah langsung. Jenis file konvektif pada lokasi kejadian.
berekstensi *.nc dan diolah menggunakan
Parameter vortisitas menunjukkan nilai yang
GrADS dengan rentang waktu data 6 jam-an.
positif dan parameter angin permukaan
Untuk kejadian terkait, parameter yang
memiliki kecepatan sebesar 6 m/s atau 21
digunakan adalah parameter suhu permukaan,
km/jam, ini menunjukkan bahwa keadaan
kelembapan udara pada permukaan, dan
permukaan tersebut adalah berawan. Dimana
vortisitas juga pada permukaan, serta kecepatan
apabila keadaan vortisitas positif dengan
angin permukaan. Pada kejadian puting beliung
kecepatan angin diatas 18 km/jam
pada tanggal 14 Januari 2011, waktu data yang
menunjukkan keadaan berawan.
digunakan adalah jam 00 UTC dikarenakan
puting beliung terjadi pada jam 02 UTC.

Gambar 2. Keluaran data ECMWF pada Gambar 3. Keluaran data ECMWF pada
tanggal 14 Januari 2011. tanggal 18 Januari 2012.

3
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No. 2, Juli 2017

Pada tanggal 18 Januari 2012, hasil keluaran


dari data ECMWF parameter suhu permukaan
menunjukkan nilai sebesar 303.3 K atau
30.3OC. Sedangkan kelembaban pada lapisan
850 mb sebesar 75%, pada lapisan 700 mb
sebesar 71%, dan pada lapisan 500 mb sebesar
66%. Dengan nilai suhu permukaan yang
relative tinggi dan nilai kelembaban yang
lumayan besar, ini menandakan bahwa adanya
pertumbuhan awan konvektif di lokasi
kejadian. Serta pada parameter vortisitas
menunjukkan nilai yang positif dan parameter
angin permukaan memiliki kecepatan sebesar
2.5 m/s atau 9 km/jam, ini menunjukkan bahwa
keadaan permukaan tersebut adalah berawan.
Dimana apabila keadaan vortisitas positif
dengan kecepatan angin dibawah 18 km/jam
menunjukkan keadaan berawan.
Gambar 4. (A) Tutupan awan Cumulonimbus
Dengan 4 parameter yang dipilih, pada jam kejadian puting beliung tanggal 14
memperlihatkan hasil bahwa keadaan cuaca Januari 2011; (B) Time series suhu
sebelum kejadian mendukung terjadinya puncak awan tanggal 14 Januari 2011;
pertumbuhan awan konvektif Cumulonimbus. (C)Tutupan awan Cumulonimbus pada jam
Awan Cumulonimbus mempunyai dampak kejadian waterspout tanggal 18 Januari 2012;
terhadap terjadinya berbagai fenomena cuaca, (D) Time series suhu puncak awan tanggal
salah satunya adalah angin puting beliung. 18 Januari 2012.

3.2 Data Model Global ECMWF Sedangkan pada kejadian waterspout tanggal
Pada kejadian puting beliung tanggal 14 Januari 18 Januari 2012, terlihat pada citra satelit IR
2011, terlihat pada citra satelit IR adanya adanya tutupan awan Cumulonimbus pada
tutupan awan Cumulonimbus yang menutupi daerah Perairan sebelah Utara Pantai Pasir
seluruh kota Kupang. Untuk output time series Panjang sampai Pantai Lasiana. Awan
suhu puncak awan, pada titik terjadinya puting Cumulonimbus mulai tumbuh pada jam 08
beliung di Maulafa terdapat grafik suhu yang UTC atau 16.00 LT dengan suhu puncak awan
tidak stabil. Terlihat pada jam 01 UTC atau sebesar -20OC. Pada output time series suhu
09.00 LT suhu puncak awan mencapai nilai - puncak awan, di lokasi terjadinya waterspout
O terdapat grafik suhu yang tidak stabil. Pada jam
78 C. Sedangkan pada jam 02 UTC, suhu
09 UTC suhu puncak awan mencapai -52OC
puncak awan mulai menurun sampai jam 03 sebelum akhirnya menurun dan naik lagi pada
UTC sebelum akhirnya suhu mulai naik lagi. jam 11 UTC. Peluruhan awan Cumulonimbus
Masing-masing suhu menurun tersebut terjadi pada jam 10 UTC dengan suhu sebesar -
° °
memiliki nilai sebesar - 70 C dan -59 C. 48OC. Peluruhan awan tersebut berupa angin
Grafik suhu yang menurun kemudian naik lagi puting beliung diatas perairan atau yang biasa
tersebut terlihat seperti bentuk tapal kuda disebut dengan waterspout.
dimana dari grafik dapat diperoleh informasi Sama hal-nya dengan kejadian puting beliung
kejadian cuaca puting beliung di lokasi terkait. tanggal 14 Januari 2011, kejadian waterspout
Pada grafik yang membentuk seperti tapal kuda tanggal 18 Januari 2012 juga mempunyai grafik
tersebut, sesuai grafik time series yang suhu yang membentuk seperti tapal kuda.
menurun terjadi peluruhan awan Grafik yang awalnya naik kemudian menurun
Cumulonimbus. Peluruhan awan hingga akhirnya naik lagi terjadi pada lokasi
Cumulonimbus yang terjadi adalah berupa kejadian. Namun, bentuk peluruhan awan
angin puting beliung yang menyebabkan Cumulonimbus yang berupa angin puting
kerusakan di beberapa tempat. beliung ini tidak menimbulkan kerusakan
karena terjadi di perairan. Bentuk atau
fenomena peluruhan awan Cumulonimbus ada
4
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No. 2, Juli 2017

banyak jenisnya namun pada tanggal terkait udara hangat. Kemudian di lapisan atasnya
yang terjadi salah satunya berupa angin puting aliran udaranya siklonik (searah jarum jam),
beliung. sehingga adveksi udara dingin. Hal ini
menandakan konvektivitas yang tinggi.

3.3 Data Observasi Udara Atas Radiosonde


Dari data radiosonde (rason) yang telah diolah
menggunakan perangkat lunak RAOB didapat
output berupa nilai indeks-indeks labilitas, pola
angin vertikal, dan diagram hodograf. Pada
tanggal 14 Januari 2011, kelabilan atmosfer
tercapai pada tingkat kuat. Beberapa nilai
indeks memiliki klasifikasi sangat tidak stabil
diantaranya adalah nilai indeks LI sebesar -6.4
dengan klasifikasi sangat tidak stabil, nilai
indeks CAPE sebesar 3995 J/Kg dengan
klasifikasi kelabilan kuat, dan nilai indeks KI
sebesar 33.0 dengan klasifikasi potensi
konvektif sedang.
Untuk parameter suhu konvektif pada data
rason tanggal 14 Januari 2011 jam 00 UTC
didapat nilai sebesar 30.4OC. Dimana pada
wilayah Kupang, suhu konvektif diatas 30OC
sudah mencapai klasifikasi labil. Pada pola
angin vertikal rason menunjukkan bahwa
terjadi angin kencang di lapisan atas atmosfer. Gambar 5. (A) Diagram skew-T Radiosonde
Angin kencang terjadi pada ketinggian 16.3 km kejadian puting beliung tanggal 14 Januari
atau 53000 feet diatas permukaan tanah dengan 2011; dan (B) Diagram skew-T Radiosonde
kecepatan angin sebesar 70 knot. Adanya wind kejadian waterspout tanggal 18 Januari 2012.
shear di lapisan atas juga menyebabkan angin
berputar ini ditunjukkan pada garis ungu
diagram skew-T. Pada diagram hodograf juga
menunjukkan bahwa pada lapisan permukaan
sampai 614 mb alirannya antisiklonik
(berlawanan arah jarum jam), sehingga adveksi
udara hangat. Kemudian di lapisan atasnya
aliran udaranya siklonik (searah jarum jam),
sehingga adveksi udara dingin. Hal ini
menandakan konvektivitas yang tinggi.
Pada tanggal 18 Januari 2012, data rason
menunjukkan kelabilan atmosfer tercapai
dengan intensitas kuat. Beberapa nilai indeks
memiliki klasifikasi sangat tidak stabil atau
sangat labil diantaranya adalah nilai indeks LI
sebesar -7.2 dengan klasifikasi sangat tidak
stabil, nilai indeks CAPE sebesar 3243 J/Kg
dengan klasifikasi kelabilan kuat, dan nilai
indeks KI sebesar 34.3 dengan klasifikasi
potensi konvektif sedang. Untuk parameter
suhu konvektif didapat nilai sebesar 34.6OC
dimana merupakan termasuk dalam kategori
Gambar 6. (A) Diagram hodograf kejadian
labil pada wilayah Kupang. Pada diagram
puting beliung tanggal 14 Januari 2011; dan (B)
hodograf juga menunjukkan bahwa pada
Diagram hodograf kejadian waterspout tanggal
lapisan bawah alirannya antisiklonik
18 Januari 2012.
(berlawanan arah jarum jam), sehingga adveksi
5
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No. 2, Juli 2017

Pola angin vertikal tanggal 18 Januari 2012 Meilani, 2014. Analisa Data Radiosonde untuk
juga menunjukkan bahwa terjadi angin kencang Mengetahui Potensi Kejadian Badai
di lapisan atas atmosfer. Angin kencang terjadi Guntur di Bandar Udara El Tari Kupang.
pada ketinggian 27 km atau 89000 feet dengan Skripsi. Kupang: Universitas Nusa
kecepatan angin sebesar 56 knot. Dengan 3 Cendana.
kondisi tersebut pada 2 hari kejadian terkait Peyraud, L., 2013. Analysis of the 18 July 2005
menyebabkan adanya angin puting beliung di Tornadic Supercell over the Lake
wilayah Kota Kupang. Geneva Region, Weather and
Forecasting, Vol. 28, hlm 1524-1551,
American Meteorological Society.
IV. KESIMPULAN
Puting Beliung Hancurkan 121 Rumah
Berdasarkan pada data yang telah diolah, maka Warga di Kupang, 2011. Tribunnews,
dapat disimpulkan: 14 Januari.
(http://www.tribunnews.com/regional/
Pada data model global ECMWF, dapat 2011/01/16/puting-beliung-hancurkan-
digunakan parameter suhu permukaan, 121-rumah-warga-di-
kelembaban, kecepatan angin permukaan, serta
kupang, diakses 26 Februari 2016).
vortisitas untuk menentukan keadaan cuaca
nowcasting. Seo, Yohanes, 2011. Puting Beliung Terjang 50
Rumah di Kupang. Nasional Tempo, 14
Data citra satelit MTSAT kanal IR dapat Januari.
menunjukkan informasi tentang tutupan awan (http://nasional.tempo.co/read/news/2011
dan jenis awan yang terjadi, juga adanya /01/14/179306274/puting-beliung-
pemilihan mode time series suhu puncak awan terjang-50-rumah-di-kupang, diakses 26
sehingga mempermudah prakirawan untuk Februari 2016).
memberikan informasi cuaca yang tepat.
Syafputri, Ella, 2012. Angin Tornado Gegerkan
Data udara atas Radiosonde juga dapat Warga Kota Kupang. Antaranews, 18
memaksimalkan prakirawan dalam Januari.
memberikan informasi cuaca terkait. Indeks- (http://www.antaranews.com/berita/2933
indeks labilitas serta pola angin vertikal data 88/angin-tornado-mikro-gegerkan-
rason dapat memberikan informasi yang warga-kota-kupang, diakses 26 Februari
dibutuhkan dalam pembuatan prakiraan cuaca. 2016).
Ketiga data tersebut yaitu data model global Saputra, Adi, dan Fahrizal, 2007. Analisis
ECMWF, data citra satelit MTSAT kanal IR, Cuaca Pada Saat Puting Beliung di
dan data udara atas radiosonde mampu Bandar Lampung. AMG, Jakarta.
menginterpretasikan kondisi alam sebelum Tjasyono, B., 2008. Meteorologi Terapan.
kejadian dengan kondisi sebenarnya. Bandung: ITB.
-----, Peraturan Kepala Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Nomor :
DAFTAR PUSTAKA Kep. 009 Tahun 2010 Tentang Prosedur
Air Weather Service, 1990. The Use of The Standar Operasional Pelaksanaan
Skew T, Log P Diagram in Analysis and peringatan Dini, Pelaporan, dan
Forecasting. Scott Air Base Illinois: Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim.
AWS/TR-79/006.
Endarwin, 2010. Deteksi Potensi Gerak
Vertikal Atmosfer di atas Wilayah
Bandung dan Sekitarnya, Jurnal
Meteorologi dan Geofisika, Vol. 11, no.
1 Juli 2010: 44-53, BMKG Jakarta.
Hastuti, H., 2011. Pemanfaatan Sataid Untuk
Analisa Banjir dan Angin Puting
Beliung: Studi Kasus Jakarta dan
Yogyakarta, Jurnal Meteorologi dan
Geofisika, BMKG, Jakarta.

6
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No. 2, Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai