Anda di halaman 1dari 182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS NILAI MORAL DAN NILAI SOSIAL DALAM NOVEL


DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN
KARYA TERE LIYE DAN IMPLEMENTASINYA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh
ALUISIUS TITUS KURNIADI 121224021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

i
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

iii
Skripsi penelitian ini dipersembahkan kepada

Tuhan kami Yesus Kristus atas berkat dan bimbingan-Nya yang telah diberikan.

Kedua orang tua tercinta, Bapak Robertus Subaryanto dan Ibu Maria Ninik
Murdiastuti yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian dan kasih
sayang.

iv
MOTTO

JANGAN BERKATA TIDAK BISA KALAU


BELUM MENCOBA

v
vi
vii
ABSTRAK
Kurniadi, Aluisius Titus. 2018. Analisis Nilai Moral dan Nilai Sosial dalam
Novel: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere
Liye dan Implementasinya. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini meneliti tentang nilai moral dan nilai sosial dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan nilai moral dan mendeskripsikan nilai sosial yang
terkadung dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere
liye, serta mendeskripsikan implementasi nilai moral dan sosial yang terkandung
dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere liye pada
pembelajaran di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dengan menggunakan analisis isi. Penelitian ini adalah penelitian
pustaka. Sumber data penelitian ini berupa dokumen tertulis hasil kesusastraan
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere liye. Langkah-
langkah penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, tahap pemerolehan data.
Tahapan ini meliputi penetapan unit analisis, dan pengumpulan data. Kedua, tahap
penyeleksian data. Ketiga, tahap uji validitas data. Keempat, tahap proses analisis
data. Tahap ini meliputi tahap penyajian dan analisis data.
Hasil penelitian dan pembahasan, bahwa dalam novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye mengandung nilai moral dan sosial
yang dapat diimplementasikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMP. Nilai
moral dan sosial diperoleh dengan menganalisis wujud-wujud nilai yang
terkandung dalam novel yang dikaji. Nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam
berbagai perilaku dan sifat tokoh pada rangkaian cerita novel. Nilai moral yang
terkandung pada novel yang dikaji mencakup empat jenis, yaitu: hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan
manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan lingkungan. Nilai sosial
pada novel ini lebih mengarah pada nilai yang dianggap baik dan dianggap buruk
oleh masyarakat melalui kisah tokoh yang mengarahkan pembaca untuk
mengidentifikasi baik dan buruknya secara sosial.
Kata Kunci: nilai moral, nilai sosial, implementasi, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), silabus

viii
ABSTRACT
Kurniadi, Aluisius Titus. 2018. Analysis of Moral Values and Social Values in
Novels: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin of Tere
Liye's Works and Their Implementation. Thesis. Yogyakarta:
Indonesian Literature Language Education Study Program, Teacher
Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.
This research examines moral values and social values in the novels Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin of Tere Liye’s. The purpose of this
study is to describe the moral values and describe the social values contained in
the novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin by Tere liye, and
describe the implementation of moral and social values contained in the novel
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Tere liye's on learning in Stella Duce 1
Junior High School Yogyakarta. The type of research used is descriptive by using
content analysis. This research is library research. The source of this research data
in the form of written documents resulting from the literature of the Leaf of the
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin by Tere liye. The steps of this study are
as follows. First, the data acquisition stage. This stage includes the determination
of unit analysis, and data collection. Second, the data selection stage. Third, the
data validity test phase. Fourth, the stage of the data analysis process. This stage
includes the data presentation and analysis stages.
The results of the study and discussion, that in the Leaf novel yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin by Tere Liye's works contain moral and social
values that can be implemented as material for learning literature in junior high
school. Moral and social values are obtained by analyzing the forms of values
contained in the novels studied. These values are manifested in a variety of
behaviors and character traits in a series of novel stories The moral values
contained in the novel studied cover four types, namely: human relations with
God, human relations with oneself, human relations with others, and human
relations with the environment . The social value of this novel is more directed
towards values that are considered good and considered bad by the community
through a story of characters who direct the reader to identify good and bad
socially.
Keywords: moral values, social values, implementation, learning implementation
plan (RPP), syllabus

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

ANALISIS NILAI MORAL DAN NILAI SOSIAL DALAM NOVEL: DAUN

YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN

IMPLEMENTASINYA DI SMP STELLA DUICE 1 YOYGYAKARTA. Skripsi

ini disusun dalam rangka memenuhi pesyaratan memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak yang telah banyak membantu serta memberikan

motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini,

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma dan

dosen pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dorongan,

semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing eneliti dalam

menyelesaikan skripsi.

x
3. Seluruh dosen PBSI Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan bekal akademik selama

perkuliahan.

4. Ibu Rusmiati, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan

sabar memberikan pelayanan administratif..

5. Orang tua tercinta, Bapak Robertus Subaryanto dan Ibu Maria Ninik

Murdiastuti yang selalu memberikan semangat, doa, materi, dukungan,

perhatian dan kasih sayang yang tak terbatas.

6. Kedua kakak tercinta, Fransiskus Xaverius Berti Kurniawan dan

Cecilia Rinda yang selalu memberikan dukungan.

7. Gisela Rosa Octavia yang selalu memberikan semangat, dukungan,

doa, dan kasih sayang.

8. Sahabat-sahabatku PBSI yang selalu memberikan dukungan.

9. Teman-teman Flash All Star yang selalu memberikan semangat.

10. Kelurga besar Kedai TeaTen yang selalu mendukung dan memberi

inspirasi.

11. Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

12. Semua pihak yang tidak bsia peneliti sebutkan satu-persatu yang telah

emberikan doa, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini

terselesaikan dengan baik.

xi
xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv

HALAMAN MOTO...............................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...............................................................vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS...........................................................................vii

ABSTRAK...........................................................................................................viii

ABSTRACT............................................................................................................ix

KATA PENGANTAR............................................................................................x

DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7

xiii
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................8

1.5 Batasan Istilah................................................................................................8

1.6 Sistematika Penyajian.....................................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................11

2.1 Penelitian yang Relevan..............................................................................11

2.2 Landasan Teori............................................................................................13

2.2.1 Nilai Moral..........................................................................................13

2.2.2 Nilai Moral dalam Karya Sastra..........................................................15

2.2.3 Nilai Sosial..........................................................................................18

2.2.4 Tokoh dan Penokohan dalam Karya Sastra.........................................20

2.3 Pembelajaran Sastra di Sekolah..................................................................22

2.3.1 Silabus.................................................................................................26

2.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).........................................27

2.3.2.1 Tujuan Pembelajaran.................................................................27

2.3.2.2 Materi/Isi...................................................................................28

2.3.2.3 Strategi dan Metode Pembelajaran............................................28

2.3.2.4 Media dan Sumber Belajar........................................................28

2.3.2.5 Evaluasi.....................................................................................28

2.4 Kerangka Berpikir.......................................................................................29

2.5 Kerangka Rencana Pelaksanaa Pembelajaran.............................................31


xiv
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................32

3.1 Sumber Data................................................................................................32

3.2 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................32

3.3 Instrumen Penelitian....................................................................................34

3.4 Teknik Analisis Data...................................................................................35

3.5 Keabsahan Data...........................................................................................36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................38

4.1 Hasil Penelitian...........................................................................................38

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................................41

4.2.1 Wujud Nilai Moral dalam Novel.........................................................41

4.2.2 Wujud Nilai Sosial dalam Novel.........................................................63

4.3 Implementasi Hasl Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran

Sastra di SMP...............................................................................................70

4.3.1 Silabus.................................................................................................71

4.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).........................................75

BAB IV PENUTUP............................................................................................100

5.1 Kesimpulan................................................................................................100

5.2 Implikasi....................................................................................................102

5.3 Saran..........................................................................................................103

DAFTAR PUTAKA...........................................................................................104

DAFTAR LAMAN.............................................................................................106

xv
LAMPIRAN........................................................................................................107

BIOGRAFI PENULIS.......................................................................................163

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Wujud Nilai Moral dalam Novel DAUN YANG JATUH TAK PERNAH

MEMBENCI ANGIN Karya Tere Liye.................................................................39

Tabel 2. Wujud Nilai Sosial dalam Novel DAUN YANG JATUH TAK PERNAH

MEMBENCI ANGIN Karya Tere Liye.................................................................40

Tabel 3. Aspek Pertimbangan Memilih Bahan Ajar..............................................70

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Bagan Alur Kerangka Berpikir.............................................................30

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Validasi Silabus...............................................................................108

Lampiran 2. Validasi RPP....................................................................................110

Lampiran 3. Data Nilai Moral dalam Novel DAUN YANG JATUH TAK

PERNAH MEMBENCI ANGIN Karya Tere Liye..............................................134

Lampiran 4. Wujud Nilai Sosial dalam Novel DAUN YANG JATUH TAK

PERNAH MEMBENCI ANGIN Karya Tere Liye..............................................157

Lampiran 5. Cover Novel DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI

ANGIN Karya Tere Liye.....................................................................................162

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam

menghasilkan sebuah karya yang memilki nilai rasa estetis serta mencerminkan

realitas sosial kemasyarakatan. Menurut Soemarjo (1986 : 25), sastra merupakan

ungkapan pengalaman manusia dalam bentuk bahasa yang ekspresif dan

mengesan. Untuk dapat menikmati keindahan karya sastra, seorang penikmat

sastra harus dapat menganalisis dan mengapresiasi isi dari karya sastra itu sendiri.

Penikmat sastra biasanya membaca karya sastra sebagai pengisi waktu luang atau

hiburan saja, akan tetapi ada beberapa penikmat sastra yang ingin memperoleh

suatu pengalaman baru dari apa yang dibacanya dan ingin menambah wawasan

atau pengetahuan untuk memperkaya batinnya.

Sastra menyajikan kehidupan manusia dan kehidupan itu sebagian besar

berhubungan dengan kenyataan sosial dan nilai moral dalam masyarakat. Sastra

merupakan gambaran dari usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya

untuk mengubah masyarakat itu. Menurut Semi (1990 : 1), karya sastra tidak

hanya dinilai sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi

telah dianggap suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi

intelektual di samping konsumsi emosi.

Ajaran moral dalam karya sastra sering kali tidak secara langsung

disampaikan, tetapi melalui hal-hal yang sifatnya amoral. Hal ini sesuai apa yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dikenal dengan tahap katarsis pada pembaca karya sastra. Meskipun

sebelum mengalami katarsis, pembaca atau penonton dipersilakan untuk

menikmati dan menyaksikan peistiwa-peristiwa yang sebenarnya tidak dibenarkan

secara moral.

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

hiburan manusia terus bertambah. Hal ini menjadi pemicu munculnya berbagai

macam kemudahan untuk memperoleh informasi dan hiburan. Salah satu sarana

yang dapat membantu manusia untuk mendapatkan informasi dan hiburan yaitu

media massa, baik cetak maupun onlineseperti koran, majalah, televisi, internet,

dan lain-lain. Namun sangat disayangkan, hanya sedikit informasi dan hiburan di

media massa yang mengandung nilai sosial dan moral yang baik.

Kemudahan dan banyaknya informasi serta hiburan yang diberikan oleh

media sekarang terkadang membuat sulit untuk memilah mana informasi yang

bermanfaat dan mana informasi yang tidak bermanfaat. Unsur sara dan bully

masih banyak ditemui di setiap informasi-informasi dan hiburan di media

sekarang. Salah satu contohnya dikutip dari

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/31/08382171/tawuran-pelajar-smk-

di-bekasi-1-orang-tewas-hingga-aksi-balas-dendam memberitakan tetang tawuran

pelajar yang berujung dengan korban jiwa. Hal ini tentu akan mempengaruh pola

pikir manusia jaman sekarang khususnya anak sekolah dan akan merusak moral.

Padahal masih banyak alternatif lain yang dapat diambil untuk menambah

wawasan atau informasi selain melalui kemudahan yang ditawarkan oleh media

sekarang.
Salah satu cara yang dianggap paling efektif untuk menambah informasi

sekaligus hiburan adalah melalui membaca. Namun, pada saat ini budaya

membaca untuk mendapatkan informasi sudah mulai ditinggalkan. Padahal

dengan banyak membaca kita jadi lebih terbuka, lebih haus akan informasi, dan

punya pikiran yang lebih tajam.

Informasi dan hiburan yang ditawarkan oleh bacaan khususnya novel lebih

menantang kita untuk dapat berpikir efektif, mendapatkan ide baru, atau bahkan

dapat berimajinasi sesuai dengan kemampuan daya khayal kita. Sementara itu,

informasi dan hiburan yang ditawarkan oleh media televisi terkesan membatasi

kemampuan kita berpikir. Banyak tanyang di televisi yang kurang bermanfaat dan

mendidik generasi muda sekarang sehingga menyebabkan keterbatasan pola

berpikirnya.

Salah satu bacaan yang menawarkan hiburan pada pembacanya adalah

novel. Di samping menghibur, novel juga mengajak pembacanya untuk mengasah

kemampuan berimajinasi dan berpikir dalam memahami dan menikmatin jalannya

cerita yang terdapat dalam novel. Novel sendiri adalah karya sastra yang dibangun

berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalam karya itu. Unsur-unsur itu terdiri

dari unsur instrinsik dan unsur eksrtinsik. Unsur instrinsik merupakan unsur-unsur

yang tampak dalam sebuah novel, seperti: tema, perwatakan tokoh, alur, dan lain-

lain. Unsur ekstrinsik merupakan unsur-unsur yang tidak tampak dalam sebuah

novel, seperti: nilai sosial, moral, ekonomi, budaya, dan pendidikan.


Membaca novel selain bermanfaat untuk melatih daya imajinasi dan

berpikir memahami jalan cerita juga dapat memberi efek hiburan dan

menghilangkan kepenatan. Tak jarang imajinasi kita dapat membayangkan

keindahan, kemuraman, atau romantisme yang ditawarkan oleh novel termasuk

mempelajari nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Selain menghibur, novel juga

dapat menawarkan nilai-nilai kehidupan yang akan bermanfaat bagi pembaca. Tak

jarang dalam sebuah novel memberikan lebih dari satu nilai kehidupan yang dapat

dipelajari sekaligus dijadikan contoh oleh pembaca dalam memaknai kehidupan.

Tak kalah dengan hiburan dalam media elektronik, novel pun memiliki

berbagai jenis hiburan yang ditawarkan dalam pilihan bacaannya, seperti novel

misteri, novel pop, novel roman, dan lain sebagainya. Setiap genre tersebut

menawarkan hiburan sekaligus manfaat yang berbeda tergantung genre mana yang

dipilih pembacanya.

Di dalam novel ataupun karya sastra lainnya, sarana yang digunakan untuk

mengungkapkan cerita adalah unsur intrinsik. Unsur intrinsik sastra adalah unsur

dalam yang membangun keutuhan karya sastra. Yang termasuk unsur intrinsik

karya sastra adalah tema, penokohan, amanat, latar, dan sudut pandang. Tema

adalah pokok persoalan setiap karya sastra misal politik, persahabatan, cinta,

keluarga, dan penghianatan. Penokohan adalah penggambaran karakter tokoh

cerita. Amanat adalah nasihat, petuah, dan pesan moral. Latar adalah gambar

tempat, waktu dan suasana terjadinya cerita. Latar terdiri atas dua macam yaitu

latar waktu dan tempat. Sudut pandang adalah titik pengkisahan.


Salah satu novel yang menarik untuk dibaca adalah novel karya Tere Liye.

Hal tersebut karena, novel-novel karya Tere Liye sangat cocok untuk bacaan

kalangan remaja. Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia

lahir pada tanggal 21 mei 1979. Laki-laki yang sekarang telah berumur 39 tahun

ini telah menerbitkan puluhan judul novel. Beberapa karyanya yang pernah

diangkat ke layar kaca yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang

Allah. Sejumlah karyanya bahkan dicetak ulang karena tinggi permintaan dari

para pembaca setia novel Tere Liye. Dikutip dari

http://www.tonfeb.com/2016/11/12-novel-tere-liye-paling-bagus-dan-best-

seller.html, selain kedua novel tersebut, masih ada beberapa novel karya Tere

Liye yang tak kalah menaraik. Novel-novel tersebut diantaranya novel berjudul

Bidadari-Bidadari Surga tahun 2008, novel berjudul Burlian tahun 2009, novel

berjudul Ayahku (BUKAN) Pembohong tahun 2011, novel yang berjdul Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin tahun 2010, dan masih ada lagi beberapa

novel yang fenomenal. Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

merupakan salah satu karya yang menarik untuk di kaji dari segi nilai moral dan

sosial di dalamnya. Dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

karya Tere Liye merupakan novel terbitan tahun 2010 yang bergenre fiksi roman

kontemporer. Novel tersebut memiliki cerita utama tentang percintaan beda usia

yang dialami oleh tokoh utama. Selain itu, masalah ekonomi menjadi salah satu

faktor utama dalam novel ini.

Novel karya Tere Liye ini menceritakan tentang kehidupan sebuah

keluarga kecil yang telah ditinggal pergi untuk selama oleh sang kepala keluarga
dan setelah itu ditolong oleh sosok laki-laki dewasa yang sangat baik hati. Tokoh

dalam novel terserbut antara lain Tania (tokoh utama), Dede (adik Tania), Ibu,

Danar (laki-laki yang dianggap sebagai malaikat di keluarga Tania), dan Ratna

(istri Danar). Konflik yang terjadi dalam novel tersebut adalah percintaan antara

Tania dan Danar yang ditentang oleh ibu Tania karena Danar sudah dianggap

sebagai malaikat di keluarganya serta jarak umur mereka yang teramat jauh yaitu

14 tahun. Selain itu, kehadiran Ratna semakin membuat hancur perasaan yang

dimiliki oleh Tania.

Fenomena moral dan sosial dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin berkaitan erat dengan dengan masalah hubungan antara manusia

dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, dan hubungan antara manusia dengan

manusia lain dalam lingkup sosial. Jenis dan wujud pesan moral dan nilai sosial

yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan

ketertarikan pengarang yang bersangkutan. Jenis dan ajaran moral serta nilai

sosial itu sendiri dapat mencakup masalah yang bisa dikatakan bersifat tidak

terbatas. Cakupannya meliputi seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh

persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia.

Berdasarkan pemikiran tersebutlah penelitian terhadap novel ini dilakukan,

khususnya berkenaan dengan nilai-nilai moral dan sosial yang terkandung di

dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Novel ini

menyajikan cerita-cerita yang penuh dengan nilai-nilai moral dan nilai sosial

sehingga penulis tertarik untuk mengulas novel ini lebih lanjut berdasarkan

uraian-uraian di atas. Penelitian ini akan mengulas nilai moral dan sosial dalam
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dan implementasinya sesuai

dengan kurikulum 2013 KD 3.11Mengidentifikasi informasi pada teks ulasan

tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, dan karya seni daerah) yang

dibaca atau diperdengarkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut.

1. Apa saja nilai moral yang terkandung dalam novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin?

2. Apa saja nilai sosial yang terkandung dalam novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin?

3. Bagaimana implementasi nilai moral dan sosial yang terkandung dalam

novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin pada pembelajaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumasan masalah, dapat diuraikan tujuan penelitian

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan nilai moral yang terkadung dalam novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

2. Mendeskripsikan nilai sosial yang terkadung dalam novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.


3. Mendeskripsikan implementasi nilai moral dan sosial yang terkandung

dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin pada

pembelajaran.

1.4 Manfaat Penelitan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut.

1. Bagi praktisi pendidikan, penelitian ini diharapkan dengan penelitian ini

dapat menemukan berbagai nilai untuk diimplementasikan dalam proses

pendidikan nilai-nilai moral dan sosial peserta didik di sekolah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan

khususnya bagi guru bahasa Indonesia, agar novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin karya Tere Liye dapat digunakan sebagai

alternatif pengajaran sastra di sekolah.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi mahasiswa

PBSI mengenai nilai moral dan sosial yang terkandung dalam novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

1.5 Batasan Istilah

1. Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan: tradisional yang dapat mendorong pembangunan perlu kita


lambangkan. Sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan

hakikatnya, (KBBI, 2008 : 963).

2. Moral berarti ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban; akhlak budi pekerti susila, (KBBI, 2008 :

929).

3. Sosial adalah perilaku yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa

yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.

4. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan (Depdiknas, 2008 :

529). Implementasi dari penelitian ini adalah silabus dan RPP.

5. Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar (Depdiknas, 2008 : 23). Dalam penelitian ini

ditujukan sebagai pembelajaran sastra di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.

6. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

atau tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,

dan bahan ajar (Masnur, 2007 : 23).

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan

pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam

pembelajaran di kelas (Masnur, 2007 : 45).

1.6 Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Kelima bab tersebut terdiri

dari bab I pendahuluan, bab II landasan teori, bab III metode penelitian, bab IV
hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V Kesimpulan. Kelima bab tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan. Bab ini memaparkan latar belakang masalah

yang akan diteliti, rumusan masalah , tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori. Bab ini

memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian

teori yang digunakan sebagai dasar penelitian. Bab III berisi metodologi

penelitian. Bab ini memaparkan sumber data, teknik pengumpulan data,

instrument penelitian, teknik analisis data, dan keabsahan data. Bab IV berisi hasil

penelitian dan pembahasan. Bab ini memaparkan hasil analisis nilai moral dan

nilai sosial dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” karya

Tere Liye dan implementasi dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sebagai pembelajaran sastra di SMP. Bab IV berisi

kesimpulan, implikasi, dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Terdapat dua penelitian yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan penulis, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Yuli Astuti

– Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2014 dalam skripsinya

yang berjudul Nilai-Nilai Moral dalam novel Negeri 5 Menara karya A.

Fuadi: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya pada Pembelajaran

Sastra di SMA Kelas XI Semester II dan Sri Dewi Nopianti - Universitas

Galuh Jawa Barat tahun 2017 dalam artikelnya yang berjudul Nilai Moral

dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

Dalam penelitian Astuti (2014: 102), novel tersebut dikaji dengan

pendekatan analisis teks. Data yang dikumpulkan dari unit-unit teks pada

novel mencerminkan nilai moral tokoh. Hasil dari penelitian tersebut

menghasillkan delapan nilai moral kedelapan nilai tersebut diperoleh dari

empat kategori nilai moral berikut: Pertama, nilai moral dalam lingkup

hubungan manusia dengan Tuhan: religious dan toleransi. Kedua, nilai

moral dalam lingkup hubungan manusia dengan diri sendiri: kerja keras,

disiplin, dan cinta damai. Ketiga, nilai moral dalam lingkup hubungan

manusia dengan sesama: tolong menolong dan bersahabat. Keempat, nilai

moral dalam lingkup hubungan manusia dengan lingkungan: peduli

lingkungan.

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nopianti (2017: 1), novel

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin disaji menggunakan

metode deskriptif. Tujuan penelitian tersebut adalah mendeskripsikan nilai

moral dalam novel tersebut. Selain itu penelitian tersebut dilatarbelakangi

dengan permasalahan berdasarkan fenomena bahwa dalam pembelajaran

menganalisis novel menuntut siswa untuk mampu menganalisis nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya.

Berdasarkan dua penelitian terdahulu, penulis mendapatkan

gambaran bahwa penelitian tersebut memiliki perbedaan. Penelitian

pertama penulis ingin mengidentifikasi nilai moral yang terdapat dalam

novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi yang ditinjau dengan sosiologi

sastra dan bagaimana implementasinya di sekolah, sedangkan penelitian

yang kedua peneliti hanya mengidentifikasi nilai moral dalam Novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin tanpa mengimplementasikan ke

dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, kedua penelitian tersebut berfokus

terhadap nilai moral saja. Maka dari itu, peneliti tidak hanya akan

mengindentifikasi nilai moral melainkan ditambah dengan nilai sosial.

Jadi, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai moral dan nilai

sosial dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dan

implementasinya dalam pembelajaran.


2.2 Landasan Teori

Penelitian ini meneliti tentang nilai moral dan nilai sosial dalam

novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye,

untuk itu perlu dijabar pengertian-pengertian mengenai nilai moral dan

nilai sosial dalam karya sastra. Selain itu, akan dijabarkan pula teori

tentang tokoh dan penokohan dalam karya sastra. Hal tersebut karena,

dalam penelitian ini nilai moral dan nilai sosial dalam novel tersebut akan

dianalisis menggunakan pendekatan tokoh dan penokohan dalam karya

sastra. Pengertian teori-teori tersebut akan dijabarkan di bawah ini.

2.2.1 Nilai Moral

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu

itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia (Wiyatmi, 2006: 112).

Menurut Bertens (2007: 139-141), nilai merupakan sesuatu yang

menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, dan

sesuatu yang disukai dan diinginkan, secara singkatnya nilai merupakan

sesuatu yang baik. Jika kita berbicara tentang nilai, kita maksudkan

sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat atau mengimbau kita. Nilai

berperan dalam suasana apresiasi atau penilaian dan akibatnya sering akan

dinilai secara berbeda oleh berbagai orang.

Nilai sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu pertama, nilai

berkaitan dengan subjek. Kalau tidak ada subjek yang menilai, maka tidak
ada nilai juga. Entah manusia hadir atau tidak, gunung tetap meletus. Tapi

untuk dapat nilai sebagai indah atau merugikan, letusan gunung itu

memerlukan subjek yang menilai. Kedua, nilai tampil dalam suatu konteks

praktis, dimana subjek ingin membuat sesuatu. Dalam pendekatan yang

semata-mata teoretis, tidak akan adanilai (hanya menjadi pertanyaan

apakah suatu pendekatan yang secara murni teoretis bisa diwujudkan).

Ketiga, nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang ‘ditambah’ oleh subjek pada

sifat-sifat yang dimiliki oleh objek. Nilai tidak dimiliki oleh objek pada

dirinya. Rupanya hal itu harus dikatakan karena objek yang sama bagi

berbagai subjek dapat menimbulkan nilai yang berbeda-beda (Bertens,

2007: 142).

Menurut Daroeso (1986: 23), moral adalah sebagai keseluruhan

norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat. Wila Huky

(dalam Daroeso, 1986: 22) mengatakan bahwa untuk memahami moral

dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut.

1. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan diri pada

kesadaran bahwa ia terikat oleh suatu keharusan untuk mencapai yang

baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan.

2. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup dengan

warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di

dalam lingkungan tertentu.

3. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan

pandangan hidup atau agama tertentu.


2.2.2 Nilai Moral dalam Karya Sastra

Karya sastra yang baik seharusnya mengandung beberapa nilai di

dalamnya. Hal tersebut karena, agar pembaca tidak hanya sekedar

membaca, akan tetapi dari proses membaca tersebut pembaca dapat

memperoleh nilai-nilai yang dapat direnungkan dan diimplementasikan

dalam kehidupan. Shipley (Tarigan, 1985: 194) pada dasarnya karya sastra

memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu:

1) Nilai hedonik, yaitu nilai-nilai yang dapat memberikan kesenangan

langsung kepada pembaca.

2) Nilai artistik, yaitu nilai yang dapat memanifestasikan atau

mewujudkan keterampilan seseorang.

3) Nilai kultural, yaitu nilai yang mengandung hubungan yang

mendalam dengan masyarakat atau kebudayaan.

4) Nilai moral, agama atau nilai yang memberikan ajaran yang terkait

dengan etika moral dan agama.

5) Nilai praktis, yaitu nilai-nilai yang bersifat praktis di dalam karya

sastra yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh

pembaca.

Kehadiran moral dalam cerita fiksi dapat dipandang sebagai

semacam saran terhadap perilaku moral tertentu yang bersifat praktis tetapi

bukan resep atau petunjuk bertingkah laku. Ia dikatakan praktis lebih


disebabkan karena ajaran moral itu disampaikan lewat sikap dan perilaku

konkret sebagaimana ditampilkan oleh para tokoh cerita. Tokoh-tokoh

cerita tersebut dapat dipandang sebagai model untuk menunjukkan dan

mendialogkan kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh penulis cerita

(Nurgiantoro, 2005: 265).

Nurgiantoro (2005:266), membuat kategori nilai-nilai moral

sebagai berikut:

(1) Nilai moral dalam lingkup hubungan manusia dengan Tuhan

Pesan moral yang berwujud moral religius, termasuk di

dalamnya yang bersifatkeagamaan, dan kritik sosial banyak

ditemukan dalam karya fiksi atau dalam genre sastra yang lain.

Kedua hal tersebut merupakan “lahan” yang banyak memberikan

inspirasi bagi para penulis, khususnya penulis sastra Indonesia

modern. Hal itu mungkin disebabkan banyaknya masalah

kehidupan yang tidak sesuai dengan harapannya, kemudian mereka

mencoba menawarkan sesuatu yang diidealkan. (Nugiyantoro:

2000).

(2) Nilai moral dalam lingkup hubungan manusia dengan diri sendiri

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat bermacam-

macam jenis dan intensitasnya. Hal ini tentu saja tidak lepas dari

kaitannya dengan persoalan hubungan antar sesama. Ia dapat

berhubungan dengan masalah-masalah seperti eksistensi diri, harga


diri, rasa percaya diri, takut, rindu, dendam, dan lain-lain yang

lebih bersifat melihat ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu

(Nugiyantoro: 2000).

(3) Nilai moral dalam lingkup hubungan manusia dengan sesama.

Magnis-Suseno, (2001:34) berbuat hormat kepada orang

lain merupakan suatu dasar dalam hidup sosial, baik antar

kelompok maupun intra kelompok. Sikap hormat kepada orang lain

merupakan suatu kaidah untuk dapat hidup bersama dalam

masyarakat. Selain sebagai mahkluk pribadi, manusia juga

merupakan mahkluk sosial yang selalu berinteraksi dengan

lingkungannya. Manusia dilahirkan ke dunia dalam kondisi lemah

tak berdaya. Manusia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan

orang lain.

(4) Nilai moral dalam lingkup hubungan manusia dengan lingkungan.

Nilai moral hubungan manusia dengan lingkungannya

dapat disamakan dengan nilai moral hubungan manusia dengan

sesama. Magnis-Suseno, (2001:34) berbuat hormat kepada orang

lain merupakan suatu dasar dalam hidup sosial, baik antar

kelompok maupun intra kelompok. Sikap hormat kepada orang lain

merupakan suatu kaidah untuk dapat hidup bersama dalam

masyarakat.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dalam penelitian ini peneliti

akan mengacu pada teori yang sampaikan oleh Nugiyantoro. Hal itu karena,

dalam teori Nugiyantoro nilai moral dibagi ke dalam empat jenis wujud.

Keempat wujud nilai moral tersebut adalah nilai moral hubungan manusia

dengan Tuhan, moral hubungan manusia dengan diri sendiri, moral

hubungan manusia dengan sesama, dan moral hubungan manusia dengan

lingkungan. Selain itu, teori nilai moral menurut Nugiayantoro sangat erat

hubungannya dengan aspek-aspek kehidupan.

2.2.3 Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh

masyarakat. Sebagai contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai

baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.Menurut Woods nilai sosial adalah

petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah

laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan asumsi di atas, maka nilai sosial merupakan acuan

dalam kehidupan masyarakat untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik

atau buruk, pantas atau tidak pantas untuk dilakukan masyarakat. Sehingga

dapat dikatakan bahwa nilai sosial diluar dari nilai agama dapat dijadikan

sebagai acuan untuk melakukan kontrol sosial atas segala aktivitas yang

dilakukan manusia dalam suatu komunitas masyarakat. Setiap komunitas


masyarakat tentu memiliki nila sosial yang berbeda dalam memandang

suatu pokok permasalahan, hal ini dipengaruhi oleh culture atau budaya

yang dianut masyarakat. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan

lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul

pembaharuan-pembaharuan, sementara pada masyarakat tradisional atau

pedesaan lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam

persaingan akan mengganggu harmonisasi kehidupan dan tradisi yang

sudah terkonstruk secara turun-temurun.

Uraian di atas menegaskan bahwa kehadiran karya sastra dalam

hal ini novel tentunya lahir dari kondisi sosial yang tidak fakum,

membawa pesan sosial atau nilai sosial yang mewakili komunitas

masyarakat untuk disampaikan secara universal kepada masyarakat umum

sebagai media informasi dan educatip.

Untuk melihat nilai sosial yang ada dalam sastra kita bisa

melacaknya melalui kristal-kristal nilai yang berupa: tradisi, konvensi dan

norma masyarakat yang ada dalam sastra. Seperti dikatakan oleh Wellek

dan Warren (1989:109) bahwa sastra sebagai institusi sosial yang memakai

medium bahasa, dalam menyampaikan pesan disalurkan dalam bentuk

simbolisme yang berupa konvensi dan norma sosial. Biasanya simbolisme

itu berkaitan dengan situasi sosial tertentu, politik, ekonomi dan

sebagainya.
2.2.4 Tokoh dan Penokohan dalam Karya Sastra

2.2.4.1 Tokoh

Menurut Nurgiyantoro (2000), pengertian tokoh dapat dimaknai

sebagai seseorang atau sekelompok orang yang ditampilkan dalam suatu

karya naratif dimana para pembaca dapat melihat sebuah kecenderungan

yang diekspresikan baik melalui ucapan maupun tindakan.

Nurigiyantoro (1995: 176-177) mengklasifikasikan tokoh sebagi

berikut:

1. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia

merupakan tokoh yang paling banyak diceritkan, baik

sebagai pelaku kejadian atau yang dikenai kejadian.

2. Tokoh Tambahan

Tokoh tamabahn adalah tokoh yang disebut kedua.

Permunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita

lebih sedikit, tak dipentingkan, dan kehadirannya hanya

jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara

langsung atau tidak langsung.

2.2.4.2 Penokohan

Menurut Sudjiman, penokohan adalah penyajian watak tokoh dan

penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1991). Penokohan menunjuk pada


penggambaran sosok seorang tokoh dalam cerita. Penokohan jauh lebih

mendalam lagi dalam hal analisisnya, karena kita harus menemuka

bagaimana seorang tokoh dengan karakter dlam sebuah cerita.

Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh

cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah,

pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan

sebagainya. Penokohan menggali lebih dalam lagi pada tokoh yang ada

dalam sebuah cerita sehingga alur cerita menjadi lebih jelas dan pesan

yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat tersampaikan. Untuk

mengenal watak tokoh dan penciptaan citra tokoh terdapat beberapa cara,

yaitu:

a. Melaui apa yang diperbuat oleh tokoh dan tindakan-tindakannya,

terutama sekali bagaimana ia bersikap dan situasi kritis.

b. Melalui ucapan-ucapan yang dilontarkan tokoh.

c. Melalui penggambaran fisik tokoh. Penggambaran bentuk tubuh,

wajah dan cara berpakaian, dari sini dapat ditarik sebuah

pendiskripsian penulis tentang tokoh cerita.

d. Melalui jalan pikirannya, terutama ntuk mengetahui alasan-alasan

tindakannya.

e. Melalui penerangan langsung dari penulis tentang watak tokoh

ceritanya. Hal itu tentu berbeda dengan cara tidak langsung yang

mengungkap watak tokoh lewat perbuatan, ucapan, ataun menurut

jalan pikirannya (Sumardjo, 1986).


2.3 Pembelajaran Sastra di Sekolah

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan hal yang sangat penting

karena lewat sastra kita dapat mengembangkan empat keterampilan

berbahasa sekaligus seiring dengan pengetahuan dan pengalaman kita

terhadap suatu karya sastra. Empat keterampilan berbahasa itu adalah

membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara. Pembelajaran sastra

juga dapat mengajarkan kita mengenai nilai-nilai kehidupan, antara lain

nilai moral, nilai sosial, nilai keagamaan, dan lain-lain.

Pembelajaran dan pengajaran sastra merupakan hal yang wajib ada

di setiap sekolah, hal itu juga dapat membantu melestarikan keragaman

karya sastra yang ada di Indonesia mengingat Indonesia memiliki

keanekaragaman budaya dan sudah banyak melahirkan sastrawan berbakat

yang diakui di dunia internasional.

Rusyana (1982:26) mengungkapkan bahwa pengajaran sastra

bertujuan untuk beroleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra.

Kedua tujuan itu sama pentingnya, akan tetapi untuk tingkat sekolah dasar

dan sekolah lanjut pertama, tujuan beroleh pengalaman itu harus

diutamakan.

Selanjutnya Rusyana (1982:8) menjabarkan tujuan pengajaran

sastra secara rinci, yaitu sebagai berikut

1. Tujuan untuk memperoleh pengalaman sastra


1) Apresiasi sastra

Apresiasi sastra merupakan pengenalan yang semakin

mendalam terhadap pengalaman hidup yang terkandung

dalam sastra, serta hasrat dan jawaban kita terhadapnya.

Dalam pengajaran apresiasi sastra, guru harus memberikan

kesempatan agar murid mengembangkan apresiasinya

sendiri.

2) Ekspresi sastra

Ekspresi sastra merupakan kebutuhan semua orang. Karena

itu, dalam Pendidikan modern, kegiatan ekspresi diberi

kedudukan yang penting. Hal itu dimaksudkan untuk

mengembangkan daya mencipta pada anak.

2. Tujuan untuk memperoleh pengetahuan sastra

Kita hendaknya mengetahui kehidupan kesenian lain yang

tumbuh sejajar dengan sastra dan pertalian sastra dengan hidup.

Bertolak dari pengalaman murid tentang sastra, kemudian

diberikan pengetahuan sehinga murid beroleh wawasan tentang

pengalaman itu.

Rahmanto (1988:15-25) berpendapat bahwa pengajaran sastra

dilakukan dengan cara yang tepat, pengajaran sastra dapat memberikan

sumbangan untuk memecahkan masalah. Pengajaran sastra dapat


membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat

manfaat, yaitu sebagai berikut.

1. Membantu keterampilan berbahasa

2. Meningkatkan pengetahuan budaya yang dapat menumbuhkan

rasa bangga, rasa percaya diri, dan rasa ikut memiliki.

3. Mengembangkan cipta dan rasa, yaitu suatu percakapan yang

bersifat indera, penalaran, efektif, sosial dan religius.

4. Menunjang pembentukan watak hendaknya mampu membina

perasaan yang lebih tajam dan dapat memberiksn bantuan

dalam usah amengembangkan berbagai kualitas kepribadian

siswa.

Adapun Jabrohim (1994:74-75) mengungkapkan bahwa di dalam

suatu karya sastra terdapat keindahan. Keindahan itu ada yang tersirat dan

ada yuang tersurat. Keindahan yang tersurat terdapat di dalam cara

mengolah bahan ceita. Keindahan yang tersirat berupa nilai-nilai yang

terdapat di setiap karya sastra. Tugas pengajaran sastra ialah menuntun

subjek didik menemukan keindahan tersebut dengan langkah-langkah:

membacakan, meragakan, mengajukan pertanyaan, mendiskusikan, dan

memberikan tugas.

Menurut Djojosuroto (2006:76-84), untuk menjadi guru sastra

sebaiknya memiliki kecintaan terhadap membaca karya sastra. Kecintaan

membaca karya sastra dapat memperkaya pengalaman dan pengetahuan

guru tentang kehidupan. Selain dapat memperhalus budi dan


mendewasakan manusia, sastra juga mampu membangkitkan imajinasi,

menggugah rasa dan pikiran. Pengalaman berpikir ini sangat diperlukan

siswa dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang utuh. Pengajaran

bahasa dan sastra dapat membangun kemanusiaan dan kebudayaan

sehingga dapat melahirkan masyarakat yang mampu berpikir kritis mandiri

dan sanggup berekspresi dan terapresiasi dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pengajaran dan pembelajaran sastra di sekolah merupakan hal yang

penting dan wajib. Pembelajaran sastra di sekolah dapat meningkatkan

pengetahuan dan pengalaman siswa mengenai sastra. Selain itu,

pembelajaran sastra juga dapat meningkatkan empat keterampilan

berbahasa, menambah pengetahuan budaya, menambah rasa kepekaan, dan

daya imajinasi, serta membentuk watak siswa.

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, diperlukan

suatu rancangan pembelajaran sebagai pegangan atau acuan guru. Guru

merancang dua unsur penting, yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam

kurikulum. Silabus merupakan gambaran umum mengenai SK (Standar

Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) pembelajaran, sedangkan RPP

merupakan penjabaran yang lebih rinci ke dalam bentuk indikator-

indikator pembelajaran.
2.3.1 Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan / atau

kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok / pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian,

alokasi waktu dan sumber belajar (BSNP, 2006: 14). Silabus merupakan

sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran yang bermanfaat

sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, dan pengembangan

system penilian, serta merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran

(Muclish, 2007: 24)

BSNP (2006: 14-15) memaparkan prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan dalam pengembangan silabus, yaitu ilmiah, relevan,

sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel dan

menyeluruh. Selain prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam

pengembangan silabus adalah langkah-langkah dalam pengembangan

silabus. Terdapat tujuh langkah teknis dalam pengembangan silabus, yaitu

mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengidentifikasi

materi pokok/pembelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran,

merumuskan indikator pencapaian kompetensi, penentuan jenis penilaian,

menentukan alokasi waktu, dan menentukan sumber belajar (BSNP :

2006).

Berdasarkan uraian BSNP di atas, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan /


atau kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok / pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Terdapat tujuh langkah

teknis dalam pengembangan silabus, yaitu mengkaji standar kompetensi

dan kompetensi dasar, mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran,

mengembangkan kegiatan pembelajaran, merumuskan indikator

pencapaian kompetensi, penentuan jenis penilaian, menentukan alokasi

waktu, dan menentukan sumber belajar.

2.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka mengimplementasikan proses pembelajaran yang

telah tercantum dalam kurikulum dan silabus, langkah selanjutnya guru

harus menyusun rencana pelaksanaan pembelajar (RPP). Menurut

Sanjaya (2008: 59-62), RPP adalah program perencanaan yang disususn

sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses

pembelajaran. Ada lima komponen pokok dalam RPP, yaitu sebagai

berikut.

2.3.2.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan ke dalam bentuk

kompetensi yang harus dicapai atau dikuasi oleh siswa.


2.3.2.2 Materi/isi

Materi/isi berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dan harus

digali dari berbagai sumber belajar dengan kompetensi yang harus

dicapai.

2.3.2.3 Strategi dan Metode Pembelajaran

Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk

mencapai kompetensi tertentu, sedangkan metode adalah cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Strategi dan

metode pembelajaran harus dirancang sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai.

2.3.2.4 Media dan Sumber Belajar

Media adalah alat bantu untuk mempermudah pencapaian

tujuan pembelajaran, sedangkan sumber belajar adalah segala

sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai

dengan materi pelajaran.

2.3.2.5 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menguku keberhasilan setiap

siswa dalam pencapaian hasil belajar dan mengumpulkan informasi

tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh setiap siswa.

Muclish (2007: 45) mengatakan berdasarkan RPP, guru

(baik yang menyusun sendiri RPP maupun yang bukan) diharapkan

dapat menerapkan pembelajaran secara terprogram. Oleh karena


itu, RPP yang mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi.

Melalui RPP itulah dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam

menjalankan profesinya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa RPP harus disiapkan sebaik mungkin oleh guru dan harus

dapat diterapkan dengan baik. Adapun lima komponen pokok

dalam RPP yaitu, tujuan pembelajaran, materi/isi, strategi dan

metode pembelajaran, media dan sumber belajar, serta evaluasi.

2.4 Kerangka Berpikir

Sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 yang mengacu pada

pembelajaran karakter diperlukan pembelajaran yang bermakna dan

menanamkan nilai-nilai moral dan social. Melalui implementasi pembelajaran

dengan menggunakan karya sastra diharapkan dapat menanamkan karakter

yang tepat bagi siswa. Ajaran moral dalam karya sastra sering kali tidak secara

langsung disampaikan, tatapi melalui hal-hal yang sifatnya amoral, sehingga

sastra merupakan salah satu saran penanaman moral yang efektif

Pada kurikulum 2013 terdapat beberapa kompetensi dasar yang

mengacu pada penggunaan karya sastra dalam pembelajaran. Salah satunya

adalah KD 3.11 yaitu “Mengidentifikasi informasi pada teks ulasan tentang

kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, dan karya seni daerah) yang dibaca

atau diperdengarkan”. Melalui kompetensi dasar ini karya sastra dapat

diaplikasi dalam pembelajaran karakter pada siswa. Salah satu novel yang
kaya akan nilai-nilai sosial dan moral dan sosial sesuai dengan pendidikan

karakter adalah novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

Pada dasarnya novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

berisi tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri

sendiri, dan hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam lingkup

sosial. Novel tersebut menyajikan cerita-cerita yang penuh dengan nilai-nilai

moral dan nilai sosial. Melalui implementasi pembelajaran dengan

menggunakan novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

diharapkan dapat ditanamkan nilai-nilai moral dan social seiring dengan kajian

siswa terhadap novel tersebut. Dengan begitu pembelajaran akan lebih

bermakna dalam meningkatknan kemampuan dan karakter siswa. Alur pikir

pada penelitian ini digambarkan pada bagan berikut:

Pendidikan KD 3.11Mengidentifikasi
Karakter pada informasi pada teks ulasan
Kurikulum 2013 tentang kualitas karya (film,
cerpen, puisi, novel, dan karya
seni daerah) yang dibaca atau
diperdengarkan

Implementasi Pembelajaran
bahasa menggunakan Novel Novel Daun yang
Daun yang Jatuh Tak Pernah Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin dalam Membenci Angin
menanamkan nilai moral dan
sosial

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

2.5 Kerangka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2.5.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan ke dalam bentuk kompetensi yang harus

dicapai atau dikuasi oleh siswa.

2.5.2 Materi/isi

Materi/isi berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai oleh

siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dan harus digali dari berbagai

sumber belajar dengan kompetensi yang harus dicapai.

2.5.3 Strategi dan Metode Pembelajaran

Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai

kompetensi tertentu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan strategi. Strategi dan metode pembelajaran harus

dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2.5.4 Media dan Sumber Belajar

Media adalah alat bantu untuk mempermudah pencapaian tujuan

pembelajaran, sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu yang

mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran.

2.5.5 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menguku keberhasilan setiap siswa dalam

pencapaian hasil belajar dan mengumpulkan informasi tentang proses

pembelajaran yang dilakukan oleh setiap siswa.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

menggunakan analisis isi. Penelitian ini adalah penelitian pustaka. Sumber

data penelitian ini berupa dokumen tertulis hasil kesusastraan novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere liye, yang diterbitkan

PT Gramedia Pustaka Utama di Jakarta. Objek penelitian ini adalah wujud

nilai sosial dan moral dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin dan implementasinya dalam pembelajaran di sekolah.

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, tahap pemerolehan data. Tahap ini meliputi penetapan unit

analisis, dan pengumpulan data. Kedua, tahap penyeleksian data. Ketiga,

tahap uji validitas data. Keempat, tahap proses analisis data. Tahap ini

meliputi tahap penyajian dan analisis data.

3.2 Teknik Pengumpula Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik

baca dan catat adalah bentuk teknik yang digunakan untuk

mengungkapkan suatu masalah yang terdapat di dalam suatu bacaan atau

wacana. Melalui teknik ini, semua bentuk Bahasa yang digunakan dalam

novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dibaca dengan teliti

untuk menentukan wujud nilai sosial dan moral. Selain kegiatan


32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

pembacaan dilakukan juga kegiatan pencatatan untuk mendokumentasikan

data yang diperoleh. Data yang diperoleh tersebut kemudian dicatat dalam

tabel data.

Semua fenomena yang diperoleh atas unit-unit menunjukakan

kerelevansiannya dengan tujuan yang dicapai secara otomatis akan dicatat

sebagai data penelitian. Tahap pengumpulan dan pencatatan data ini

mempermudah dilaksakannya usaha penyeleksian data.

Adapun yang dimaksud dengan teknik catat adalah kegiatan

pencatatan semua data yang diperoleh dari pembacaan novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang dituliskan ke dalam table data.

Teknik catat ini dilakukan dengan mencatat wujud nilai sosial dan moral

yang terkandung di dalam novel ini. Pada tahap ini data-data yang

ditemukan selama pengamatan secara cermat dan teliti dalam membaca

dicatat dalam tabel data yang telah dipersiapkan, kemudian dimasukkan ke

dalam lembar analisis data untuk dianalisis.

Adapun langkah-langkah teknik kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Membaca secara teliti, cermat, dan berulang-ulang keseluruhan isi

novel yang dipilih sebagai fokus penelitian.

2. Penandaan pada bagian-bagian tertentu pada novel Daun yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin yang mengandung wujud nilai sosial dan

moral.
3. Menginterpretasikan wujud nilai sosial dan moral dalam novel

tersebut.

4. Mendeskripsikan semua data-data yang diperoleh dari langkah-langkah

tersebut.

5. Mencatat data-data deskripsi dari hasil membaca secara teliti dan

cermat ke dalam tabel data.

6. Menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil pembacaan novel

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah human instrument dengan

pengetahuan tentang teori yang dikuasi mengenai pendekatan moral dan

sosial. Instrumen utama penelitian ini yaitu peneliti. Pengetahuan peneliti

tentang kaidah, nilai moral, dan nilai sosial merupakan hal penting dalam

penelitian ini.

Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini juga

menggunakan kriteria-kriteria sebagai perangkat lainnya. Kriteria-kriteria

yang digunakan yaitu kriteria untuk menetapkan wujud nilai sosial dan

moral seperti yang dijabarkan dalam kajian teori.

Adapun perangkat penunjang dalam penelitian ini berupa tabel data

yang digunakan sebagai alat untuk mencatat semua data yang diperoleh

dari hasil membaca. Tabel data ini berfungsi untuk mencatat dan

mengidentifikasi wujud nilai sosial dan moral yang terkandung di dalam


novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Penggunaan tabel

data ini memberikan efek kemudahan dalam penelitian. Contoh tabel data

yang digunakan sebagai alat pencatat data dapat dilihat dalam lampiran.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan teknik analisis kualitatif

dengan menggunakan metode analisis konten. Dalam metode analisis

konten data harus merupakan informasi yang tepat. Artinya, data

mengandung hubungan antara sumber informasi dan bentuk-bentuk

simbolik yang asli pada satu sisi dan di sisi lain pada teori-teori model dan

pengetahuan mengenai konteks data (Zuchdi, 1993: 29). Langkah-langkah

metode analisis konten adalah sebagai berikut.

1. Tahap induksi komparasi, yaitu melakukan pemahaman dan penafsiran

antara data, kemudian data-data tersebut diperbandingkan.

2. Tahap kategorisasi, yaitu mengelompokkan data-data yang diperoleh

ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan permasalahan yang

diteliti, lalu disajikan dalam bentuk tabel.

3. Tahap tabulasi, yaitu data-data yang menunjukkan indikasi tentang

permasalahan yang diteliti ditabulasikan sesuai dengan kelompok yang

telah dikategorisikan.

4. Tahap pembuatan inferensi, yaitu dilakukan berdasarkan deskripsi

tentang permasalahan sosial penyebab konflik sosial, wujud dan


penyelesaiannya yang telah disesuaikan dengan penguasaan konteks

data.

Analisis berhubungan dengan proses identifikasi dan penampilan

pola-pola yang penting, yang secara statistik signifikan, atau yang

memberikan keterangan yang memuaskan, atau merupakan deskripsi hasil-

hasil analisis konten. Dalam penelitian ini, diperoleh data berupa deskripsi

verbal mengenai wujud nilai sosial dan moral dalam novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye.

Sebagai tahap terakhir, berdasarkan hasil penelitian, peneliti

merancang bahan pembelajaran sastra di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

dalam bentuk silabus dan RPP. Implementasi silabus dan RPP digunakan

untuk mencapai SK dan KD mengenai pemahaman siswa tentang novel,

kemudian siswa mengungkapan nilai-nilai yang terkadung dalam novel.

3.5 Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan

menggunakan teknik triangulasi dan reliabilitas. Dalam upaya

mendapatkan keabsahan data penelitian, perlu dilakukan pengecekan

terhadap data yang ditemukan. Penelitian dilakukan secara sungguh-

sungguh dan tekun sehingga nantinya peneliti dapat menguraikan sebuah

penemuan secara rinci.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan


pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:

330). Dalam penelitian ini, uji keabsahan data menggunakan triangulasi

teori, yaitu dengan cara melakukan validasi data melalui validator.

Validator dalam hal ini yaitu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP

Stella Duce 1 Yogyakarat Bapak FX. Berti Kurniawan, S.Pd.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh dengan melakukan pengkajian terhadap novel

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, mencari data yang berkaitan

dengan nilai moral dan sosial, selanjutnya dilakukan analisis sehingga

mendapatkan hasil penelitian, kemudian dilakukan pembahasan. Hasil

penelitian yang diperoleh dari mengkaji novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin karya Tere Liye, yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka

Utama di Jakarta memperoleh hasil sebagai berikut: 1) wujud nilai moral

yang terkandung dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

karya Tere Liye, 2) wujud nilai sosial yang terkandung dalam novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye. Hasil penelitian

kemudian disusun dalam bentuk tabel untuk selanjutnya dideskripsikan pada

pembahasan.

Berdasarkan hasil penelitian, wujud nilai moral yang terkandung

dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye

mencakup empat jenis nilai moral yaitu: hubungan manusia dengan Tuhan,

hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama,

dan hubungan manusia dengan lingkungan. Jenis-jenis nilai moral tersebut

selanjutnya disampaikan melalui wujud-wujud moral dalam karya sastra.

Wujud moral tersebut disampaikan melalui rangkaian cerita novel Daun yang

38
39

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Berikut ini tabel penjabaran hasil

penelitian dari mengkaji nilai moralnovel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin.

Tabel 1. Wujud Nilai Moral dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye

No Jenis Nilai Wujud Halaman


Moral
1 Hubungan a. Memanjatkan doa 26
Manusia b. Bersyukur kepada 29, 52, 128, 196
dengan Tuhan
Tuhan c. Berserah diri kepada 54, 60, 139
Tuhan
d. Mengakui kesalahan di 142
hadapan Tuhan
2 Hubungan a. Memaafkan diri 11
Manusia sendiri
dengan Diri b. Percaya diri 18
Sendiri c. Berjanji 20, 27, 31, 33, 49, 60,
70, 77
d. Sadar diri 27
e. Pantang menyerah 127

f. Pantang menyerah 127, 128, 250


g. Mengakui kesalahan 144, 167
h. Menerima kenyataan 145, 157, 256
3 Hubungan a. Peduli 12, 29, 44, 106, 137,
Manusia 139, 143, 162, 216, 230
dengan b. Rela berkorban 14, 30
sesama c. Bertanggung jawab 17
d. Berbagi atau memberi 24, 102-103, 167-168,
181-182
e. Tidak memaksakan 34
kehendak
f. Menghormati 36, 111-112, 240
g. Menghargai 39, 45, 51, 123, 129,
177, 183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

No. Jenis Nilai Wujud Halaman


Moral
h. Percaya 40

i. Berbakti kepada orang 53


tua
j. Jujur 91
k. Tolong menolong 105
l. Berprasangka baik 120, 203
m. Menepati janji 127
n. Berterimakasih 223
4 Hubungan a. Mematuhi peraturan 220-221
manusia
dengan
lingkungan

Kajian nilai sosial juga diperoleh dengan menganalisis wujud-wujud

nilai sosial yang terkandung Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

karya Tere Liye. Hasil penelitian nilai sosial pada novel ini lebih mengarah

pada nilai yang dianggap baik dan dianggap buruk oleh masyarakat. Nilai-

nilai tersebut diwujudkan dalam berbagai perilaku pada rangkaian cerita

yang mengarahkan pembaca untuk mengidentifikasi baik dan buruknya

secara sosial. Berikut ini tabel penjabaran hasil penelitian dari mengkaji nilai

sosial novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

Tabel 2. Wujud Nilai Sosial dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin Karya Tere Liye

No Wujud Nilai Sosial Halaman


1 Keakraban 11, 11-12, 12, 19
2 Balas Budi 12
3 Memberi 15, 25, 35, 49, 80-81,
94, 184
4 Menghargai Sesama 15-16
5 Menolong 23
No . Wujud Nilai Sosial Halaman
6 Keharmonisan 33
7 Peduli 56
8 Toleransi 72-73

Hasil penelitian berdasarkan kajian nilai moral dan sosial pada novel

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye selanjutnya

dijabarkan melalui penjelasan deskriptif secara lebih lugas dan jelas. Hasil

penelitian ini menjadi acuan analisis deskriptif terhadap karya fiksi ini.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian pada penelitian ini membahas

wujud nilai moral, wujud nilai sosial dan teknik penyampaian nilai moral

serta sosial dalam novel DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI

ANGIN karya Tere Liye. Pembahasan hasil penelitian sebagai berikut.

4.2.1 Wujud Nilai Moral dalam Novel

a. Hubungan Manusia dengan Tuhan

Pesan moral yang berwujud moral religius, termasuk di

dalamnya yang bersifatkeagamaan, dan kritik sosial banyak

ditemukan dalam karya fiksi atau dalam genre sastra yang lain.

Kedua hal tersebut merupakan “lahan” yang banyak memberikan

inspirasi bagi para penulis, khususnya penulis sastra Indonesia

modern. Hal itu mungkin disebabkan banyaknya masalah

kehidupan yang tidak sesuai dengan harapannya, kemudian mereka


mencoba menawarkan sesuatu yang diidealkan. (Nugiyantoro:

2000).

Hubungan manusia dengan Tuhan tidak dapat

digambarkan dengan garis vertikal. Dalam menghadapi

persoalan-persoalan hidup manusia membutuhkan perlindungan.

Tuhan sebagai tempat mengadu dan berkeluh kesah. Tuhan

sebagai zat Yang Maha Sempurna tempat segala sesuatu

bergantung. Dalam novel ini ditunjukkan hubungan manusia

dengan Tuhan yaitu kepercayaan terhadap Tuhan, bersyukur

kepada Tuhan, dan memanjatkan doa kepada Tuhan. Berikut ini

penjelasan wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan.

1) Memanjatkan doa

Hubungan manusia dengan Tuhan dapat dilihat dari adanya

kepercayaan terhadap Tuhan.Kepercayaan tersebut diwujudkan

dengan berdoa dan beribadah. Pada novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin ditunjukkan pada tokoh yang

memanjatkan doa dan mempercayai adanya tuhan atas segala hal

baik yang diperoleh. Berikut ini salah satu kutipan dalam novel

yang menunjukkan nilai moral memanjatkan doa.

(1) “Saat itu aku berpikir. Berdoa. Semoga kakak yang baik
ini menjadi bagian dalam hidup kami. Dan sungguh
Tuhan, aku tidak tahu apakah itu kabar baik atau buruk,
ternyata Engkau mendengarnya”.(Liye, 2013:26)
Berdoa adalah perbuatan yang baik. Berdoa dapat menjadi

sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam kutipan di atas

memperlihatkan kejadian di mana tokoh utama sedang berdoa.

Tokoh utama berdoa untuk berterima kasih atas terkabulnya doa

yang sebelumnya dipanjatkan. Hal tersebut, menunjukan nilai

moral yang baik dan masuk ke dalam nilai moral hubungan

manusia dengan Tuhan.

2) Bersyukur kepada Tuhan

Dalam novel ini, rasa syukur kepada Tuhan dapat diwujudkan

melalui tutur kata dan tindakan. Pada dasarnya bersyukur adalah

berterima kasih. Bersyukur kepada Tuhan berarti berterima kasih

atas nikmat yang telah Tuhan berikan. Nikmat yang dikaruniakan

hakikatnya adalah cobaan. Tokoh boleh saja memilih untuk

bersyukur atau tidak. Bersyukur secara batiniyah memang tidak

nampak. Rasa syukur kadang muncul seperti sebuah kelegaan di

dalam hati tokoh. Secara tersirat penggambaran perasaan tokoh

pada novel mencerminkan rasa bersyukur. Berikut kutipan rasa

syukur yang tersirat dalam novel.

(1) “Aku menelan ludah. Dulu aku hanya berjalan di


sepanjang jalan menatap iri anak-anak yang ada di
restoran tersebut (adikku juga pernah merajuk setengah
hari ingin makan di situ; dan aku lagi-lagi tidak bisa
membujuk Dede)”. (Liye, 2013:29).
Bersyukur meupakan tindakan yang baik, dengan selalu

bersyukur berarti kita mampu menerima apa yang sudah diberikan

oleh Tuhan kepada kita. Dalam kutipan di atas memperlihatkan

kejadian di mana tokoh utama sedang mensyukuri atas keadaan

yang dialami sekarang. Tokoh utama tidak begitu saja melupakan

nasib yang dulu pernah dialaminya. Hal tersebut, menunjukan nilai

moral yang baik dan masuk ke dalam nilai moral hubungan

manusia dengan Tuhan.

3) Berserah diri kepada Tuhan

Berserah diri merupakan salah satu bentuk hubungan manusia

dengan Tuhan dimana seorang manusia memasrahkan segala hal

yang terjadi pada dirinya sebagai takdir Tuhan. Hal ini sebagai

wujud mawas diri seorang manusia yang kecil dihadapan Tuhan.

Berserah diri pada Tuhan adalah salah satu wujud nilai moral

manusia yang menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk

yang tunduk pada takdir Tuhan. Ketika manusia telah melakukan

segala usaha, maka hal terakhir yang dapat dilakukan adalah

berserah diri kepada Tuhan.

Salah satu bagian cerita novel ini diceritakan tokoh yang

telah berserah diri pada Tuhan untuk kesembuhan ibunya.Kutipan

yang menyiratkan nilai meral tersebut sebagai berikut.

(1) “Ya Tuhan, aku tak bisa membayangkan apa yang akan
terjadi jika Ibu tidak kunjung sembuh. Dalam doa-doa
aku hanya menyebut kesembuhan Ibu. Aku tak ingin
kehilangannya. Lihatlah apa yang akan terjadi kalua dia
pergi” (Liye, 2013:54).

Selain itu, tokoh juga mengungkapkan secara tersurat melalui

doa seorang ibu kepada anaknya. Berikut ini kutipan doa ibu yang

menunjukkan keberserahan diri pada Tuhan.

(2) “Ya Tuhan, semua takdir-Mu baik…. Semua kehendak-


Mu adalah yang terbaik…. Dan aku menyerahkan kedua
anakku kepada-Mu…. Kau baik sekali mempertemukan
kami dengan seseorang sebelum kematianku… Dengan
malaikat-Mu!” (Liye, 2013:60)

Berserah diri kepada Tuhan merupakan salah satu cara yang

baik dalam menjalani hidup. Dalam kutipan di atas

memperlihatkan kejadian di mana tokoh utama berserah diri

kepada Tuhan. Tokoh utama menyerahkan jalan hidupnya kepada

Tuhan karena menurutnya kehandak Tuhan merupakan yang

terbaik. Hal tersebut, menunjukan nilai moral yang baik dan masuk

ke dalam nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan.

4) Mengakui kesalahan di hadapan Tuhan

Manusia tidak ada yang sempurna dan luput dari kesalahan.

Nilai moral mengakui kesalahan di hadapan Tuhan sebagai bentuk

kesadaran diri bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kesalahan

juga dilakukan tokoh pada cerita di novel ini, dan kemudian

menyesalinya. Berikut kutipan nilai moral mengakui kesalahan.


(1) “Tentu saja aku telah membuatnya kecewa. Ya Tuhan,
bukankah aku pernah bersumpah untuk selalu menuruti
kata-katanya?” (Liye, 2013:142)

Mengakui kesalahan yang telah diperbuat adalah merupakan

tindakan yang terpuji. Dalam kutipan di atas memperlihatkan

kejadian di mana tokoh utama sedang mengakui kesalahan yang

telah dirinya perbuat.. Hal tersebut, menunjukan nilai moral yang

baik dan masuk ke dalam nilai moral hubungan manusia dengan

Tuhan.

b. Hubungan manusia dengan diri sendiri

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat bermacam-

macam jenis dan intensitasnya. Hal ini tentu saja tidak lepas dari

kaitannya dengan persoalan hubungan antar sesama. Ia dapat

berhubungan dengan masalah-masalah seperti eksistensi diri, harga

diri, rasa percaya diri, takut, rindu, dendam, dan lain-lain yang

lebih bersifat melihat ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu

(Nugiyantoro: 2000)

Hubungan manusia dengan diri sendiri sebagai bentuk nilai

mawas diri dimana manusia seharusnya mengenali, adil dan bijak

pada dirinya sendiri. Hal ini bertujuan untuk menjadikan manusia

lebih baik dalam hal moral dengan mengetahui hal-hal yang

seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan


1) Memaafkan diri sendiri

Pada dasarnya manusia bukanlah makhluk yang sempurna.

Manusia sering melakukan kesalahan bahkan ada beberapa orang

bahkan ada yang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Pada novel

ini diceritakan tokoh yang mencoba berdamai dengan kesalahan di

masa lalunya. Berikut ini kutipan ceritayang menunjukkan nilai

moral.

(1) “Berjalan-jalan di sepanjang rak buku. Menyentuh satu-


dua buku. Membaca sampul belakangnya, membuka-
buka buku yang tidak dibungkus plastik. Menatap
pengunjung lain yang sibuk, sedikit-banyak membantuku
berdamai dengan perasaan masa lalu. Tempat ini benar-
benar berarti banyak bagiku. Menyimpan kenangan
penting“.(Liye, 2013:11).

Memaafkan diri sendiri adalah merupakan tahapan yang sulit

dalam hidup. Memaafkan diri sendiri sama artinya dengan kita

sudah dapat berdamai dengan kesalahan atau pengalaman buruk

di masa lalu. Kutipan di atas memperlihatkan tokoh utama dengan

berusaha berdamai dengan dirinya sendiri. Hal tersebut

merupakan sesuatu nilai yang baik.

2) Percaya diri

Nilai moral selanjutnya yang berhubungan dengan diri

sendiri pada novel ini adalah nilai percaya diri. Percaya diri

merupakan salah satu nilai yang perlu dimiliki oleh seseorang


sebagai pribadi yang tangguh. Pada novel ini nilai percaya diri

tidak ditunjukkan secara langsung, namun secara tidak langsung

dengan penggambaran yang berlawanan dengan percaya diri.

Berikut ini kutipan dari novel yang berkaitan dengan nilai percaya

diri.

(1) “Aku juga malu-malu dengan “penampilan baru” itu


(“Dan kau cantik sekali, Tania!”). Ya Tuhan! Itulah
pertama kalinya dia memujiku. Dan aku sungguh malu”.
(Liye, 2013:18)

Rasa percaya diri sangatlah penting dalam berhadapan

dengan lawan bicara. Memiliki sikap percaya diri dapat

menambahan kesan positif pada diri kita. Sikap percaya diri

merupakan nilai moral yang baik.

3) Berjanji

Ada beberapa kutipan yang menrujuk pada nilai moral

berjanji. Kutipan-kutipan tersebut secara langsung menunjukkan

tokoh yang mengikrarkan janji. Sepertu yang terlihat pada kutipan

berikut ini.

(1) “Seketika semenjak detik itu aku berikrar dalam hati.


Bersumpah sungguh-sungguh: Apa pun yang akan
dikatakannya, apa pun yang diucapkannya akan selalu
kuturuti. Apa pun itu!” (Liye, 2013:20).

Selain itu, nilai berjanji juga diisyaratkan pada penyebutan

sumpah di rangkaian cerita novel ini. Sebagaimana terlihat pada


kutipan berikut ini.

(2) “Demi melihat kebahagiaan di rona muka Ibu, malam itu


seketika aku berikrar dalam hati. Bersumpah! Dia akan
selalu menjadi orang yang paling kuhormati setelah Ibu.
Selalu.” (Liye, 2013:27)

Nilai berjanji berkaitan dengan keinginan seseorang untuk

melakukan apa yang diinginkan atau dikehendaki untuk dilakukan.

Janji berkaitan dengan nilai moral yang tertanam pada diri sendiri,

ketika berjanji dirinya sendirlah yang harus menepati. Pada novel

ini banyak hal yang dijanjikan oleh tokoh dikarenakan

pembelajaran dan hal-hal baik yang diperolehnya.

4) Sadar diri

Sadar diri adalah salah satu bentuk mawas diri atau

mengetahui kapasitas diri. Nilai moral ini mengacu pada

kemampuan diri untuk mengenali hal-hal yang mampu dilakukan

dan tidak mampu dilakukan. Pada novel ini kemampuan terutama

ekonomi yang menjadikan tokoh perlu sadar diri dengan keadaan

yang tengah dihadapi. Berikut ini kutipan yang terdapat pada

novel berkaitan dengan nilai sadar diri.

(1) “Tetapi siapa yang akan membayarinya?” Aku


tersadarkan dari kegembiraan sesaat. Jangankan
sekolah, tiga tahun terakhir ini, makan saja kami susah.
(Liye, 2013: 27)

Pada kutipan di atas memperlihatkan di mana tokoh utama


sadar diri dengan keadaan yang sekrang dia jalani. Keadaan saat

kondisi ekonomi keluarga sedang sangat susah. Bahkan, untuk

makan saja pun tidak bisa.

5) Pantang menyerah

Salah satu nilai moral yang sangat menonjol pada novel ini

adalah pantang menyerah. Ada banyak bagian dari novel ini yang

menunjukkan nilai pantang menyerah dari tokoh utama maupun

pendukung. Pantang menyerah disini dimaksudkan pada pribadi

yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah.

Membangun pribadi pantang menyerah berasal dari diri sendiri

sebagai hubungan antara manusia dengan diri sendiri. Berikut ini

kutipan yang menunjukkan nilai pantang menyerah.

(1) “Setalah berjuang habis-habisan di ujian terakhir,


akhirnya aku berhasil melampaui 0,1 digit si nomor satu
selalu. Tipis sekali”. (Liye, 2013:127)

Selain itu nilai pantang menyerah juga digambarkan melalui

penggambaran pengalaman tokoh yang mengubahnya menjadi

lebih baik. Berikut ini kutipan yang menunjukkan hasil pantang

menyerah dari tokoh.

(2) “Seperti mimpi Ibu dulu…. Mataku berkaca-kaca.


Lihatlah anakmu! Benar-benar berubah. Anak kumuh dan
kotor itu sudah berubah. Anak yang berlepotan jelaga
asap mobil, debu jalanan, sekarang tumbuh menjadi gadis
berambut hitam legam dengan tatapan mata yakin
memandang masa depan. (Liye, 2013:128)

6) Mengakui kesalahan

Manusia pasti pernah berbuat kesalahan, namun tidak semua

manusia berani mengakui kesalahan yang diperbuat. Nilai moral ini

merujuk pada nilai diri sebagai bentuk kelapangan hati dalam

mengakui hal yang telah diperbuat. Pada novel ini tokoh yang

melakukan kekeliruan atau kesalahan mengakui hal salah yang

telah diperbuat. Berapa kutipan mengenai nilai mengakui kesalahan

adalah sebagai berikut.

(1) “Aku dulu mungkin keliru. Ya, aku dulu keliru. Kau yang
benar, Tania. (Liye, 2013:144).

Selain itu, penjelasan hal salah yang dilakukan oleh tokoh

juga ditunjukkan oleh kutipan berikut ini.

(2) “Bodoh sekali janjiku dulu, hanya membuatkan kue


untuknya. Apakah dia juga berjanji hanya akan memakan
kue buatanku? Tidak, kan? Aku menyeringai tipis.
Bahkan kekasih sejatimu pun tidak bisa berjanji seperti
itu.” (Liye, 2013:167)

Dalam kuitipan di atas menjelaskan bahwa tindakan yang

dilakukan oleh tokoh adalah sebuah kesalahan. Tokoh menyadari

bahwa dirinya salah dan seharusnya tidak melakukan hal tersebut.

7) Menerima kenyataan

Menerima kenyataan merupakan salah satu nilai moral yang

menunjukkan hubungan manusia dengan diri sendiri. Menerima


kenyataan merujuk pada kemampuan diri menerima apa yang

sudah menjadi kenyatan bagi dirinya. Berikut ini salah satu kutipan

novel yang merujuk pada nilai menerima kenyataan.

(1) “Membiarkan kamarku gelap tak tertembus cahaya


matahari pagi. Aku tak akan menangis lagi. Aku akan
memilih meneruskan hidup. Sekarang mereka sedang
mengucap ikrar. Dia memasang cincin permata di jari
manis Kak Ratna”. (Liye, 2013:157).

c. Hubungan manusia dengan sesama

Magnis-Suseno, (2001:34) berbuat hormat kepada orang

lain merupakan suatu dasar dalam hidup sosial, baik antar

kelompok maupun intra kelompok. Sikap hormat kepada orang lain

merupakan suatu kaidah untuk dapat hidup bersama dalam

masyarakat. Selain sebagai mahkluk pribadi, manusia juga

merupakan mahkluk sosial yang selalu berinteraksi dengan

lingkungannya. Manusia dilahirkan ke dunia dalam kondisi lemah

tak berdaya. Manusia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan

orang lain.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang

memerlukan manusia lain untuk bertahan hidup. Berkaitan dengan

hal itu, secara moral manusia perlu menjaga hubungannya dengan

sesama manusia guna membagun kehidupan bermasyarakat yang

nyaman dan damai. Pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin ini nilai moral yang merujuk pada hubungan

manusia dengan sesama mencakup perwujudan sebagai berikut.


1) Peduli

Novel ini menggambarkan berbagai permasalahan hidup dari

sisi yang berbeda. Nilai kepedulian sangat dominan pada novel ini.

Peduli dimaksudkan sebagai nilai yang mengacu pada kepekaan

seseorang terhadap kondisi orang lain sehingga menimbulkan

perilaku empati. Nilai peduli antar sesama manusia secara tersirat

dan tersurat muncul dalam beberapa bagian cerita. Salah satunya

pada kutipan berikut ini.

(1) “Aku tak tahu bagaimana kehadiranku setiap malam di


toko buku ini bisa menarik perhatiannya. Dan mungkin
membuatnya resah sepanjang minggu terakhir”. (Liye,
2013:12).

Selain itu gambaran suasana cerita yang didukung oleh sikap

maupun perilaku tokoh sangat menonjolkan nilai kepedulian.

Terlihat dalam kutipan di atas bahwa tokoh menyadiri dirinya

menjadi perhatian tersendiri di toko buku tersebut.

2) Rela berkorban

Nilai rela berkorban merujuk pada pengertian melakukan

sesuatu hal yang penting untuk kebutuhan atau keperluan orang

lain. Nilai ini menunjukkan adanya hubungan manusia yang saling

berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lain. Nilai rela

berkorban salah satunya mengacu pada kutipan cerita berikut ini.

(1) “Adi sekali lagi berteriak ke langit. Tidak peduli. Aku


berusaha melepaskan pegangan tangannya. Dia justru
mencengkeramku kencang. Menurunkan dongakan
kepalanya. (Liye, 2013:14)

Dalam kutipan tersebut memperlihatkan kejadian di mana

tokoh Adi mengorbankan hidupnya untuk orang yang dia cintai.

Sikap rela berkorban merupkan nilai yang baik dalam kehidupan.

3) Bertanggung jawab

Nilai tanggung jawab dapat diartikan sebagai berani

menanggung segala hal yang telah dilakukan dan sudah menjadi

kewajiban. Pada novel ini, nilai bertanggung jawab tercermin

pada sikap yang diajarkan seorang ibu pada anaknya seperti

kutipan berikut ini.

(1) “Kata Ibu, “Tania, berhati-hatilah di sana! Kita harus


mengganti setiap barang yang rusak karena kita sentuh!
Jaga adikmu, jangan nakal…..” Aku menelan ludah
sedikit ragu dan banyak takut mendengar pesan ibu
sebelum berangkat. Dengan apa kami akan mengganti
barang yang aku pecahkan?“ (Liye, 2013:17).

Selain itu, sikap tanggung jawab juga terlihat pada perilaku

tokoh dalam mengarungi kehidupan yang berat hingga akhirnya

dapat berhasil. Tanggung jawab sangatlah penting. Hal tersebut

dikarenakan, dengan bertanggung jawab kita dapat

mendapatkan hasil yang baik saat mengerjakan sesuatu.

4) Berbagi atau memberi

Berbagi atau memberi merupakan salah satu bentuk


penerapan nilai moral yang merujuk pada keikhlasan seseorang

dalam memberikan sebagian yang dimiliki pada orang lain. Nilai

ini juga dimunculkan pada novel melalui berbagai peristiwa dan

perilaku tokoh. Salah satunya muncul pada kutipan berikut ini.

(1) “Aku hanya meringis. Bagaimana kami bisa membeli


sandal?dia tersenyum, menyeka ujung mataku.Saat kami
akan turun, dia memberikan selembar uang sepuluh
ribuan, “Untuk beli obat merah.”Dede berseru riang
menerimanya. Aku hanya mengangguk, menunduk,
“Terima kasihi!” (Liye, 2013: 24).

Kesederhanaan tokoh yang tetap rela berbagi meskipun

dalam keterbatasan menjadi salah satu nilai utama yang muncul

dalam novel ini.

5) Tidak memaksakan kehendak

Tidak memaksakan kehendak merupakan salah satu bentuk

nilai moral dalam memahami keinginan orang lain. Pada novel ini

ditunjukkan salah satunya melalui kutipan berikut ini.

(1) “Dia tidak memaksa kami berhenti mengamen, meskipun


aku tahu uang yang diberikannya kepada Ibu jauh lebih
banyak daripada semua penghasilan kami selama
sebulan digabung. “Biarlah, asal tidak mengganggu
sekolah!” (Liye, 2013: 34)

Dalam kutipan di atas memperlihatkan di mana tokoh Danar

tetap mengijikan tokoh utama untuk tetap mengamen. Tokoh


Danar tidak memaksakan kehedaknya karena dia tau mengamen

merupakan hiburan tersendiri untuk si tokoh utama.

6) Menghormati

Menghormati biasanya dikaitkan dengan perilaku pada

orang yang lebih tua saja. Sebenarnya nilai saling menghormati

tidak hanya untuk orang tua saja, tetapi pada setiap orang. Pada

cerita ini sikap menghormati dilakukan pada setiap orang tanpa

memandang status bahkan ekonomi. Tokoh pada cerita ini

memiliki sikap yang santun dan hormat dengan orang tua seperti

yang nampak pada kutipan berikut ini.

(1) ”Tahukah kalian, dia selalu mencium tangan Ibu. Amat


hormat pada Ibu.” (Liye, 2013: 36)

Dalam kutipan di atas memperlihatkan bahwa kita harus selalu

mengormati orang tua. Menghorti orang tua merupakan nilai

sangat baik dalam kehidupan kita.

7) Menghargai

Nilai menghargai dalam novel ini dapat terlihat dalam

keseharian para tokoh. Beberapa tokoh menyadari kelebihan yang

dimiliki tokoh lain, dengan begitu rasa penghargaan terhadap tokoh

lain akan muncul. Sikap tokoh yang mau menerima kelebihan

tokoh lain menjadi hal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dengan


sikap bijaksana. Menerima pendapat tokoh lain dan tidak

memaksakan kehendak terhadap tokoh lain juga merupakan sikap

menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

(1) “Aku hanya menyengir, pastilah harapan yang


keliru.Dulu saja Dede bercerita amat berlepotan. Suka
ngomong sendiri. Tidak pernah melibatkan
pendengarnya. Namun, sejurus kemudian aku benar-benar
terkesima. Ya Tuhan, aku seperti melihat dia yang sedang
bercerita. Anak-anak yang tadi banyak berseru tiba-tiba
terdiam, terpesona. Anne yang senyum-senyum melulu,
ikut menyimak senang. Menatap lebih baik adikku. (Liye,
2013: 177)

Selain itu, meski terbatas dalam hal ekonomi, tetap ada

penghargaan pada tokoh tertentu.

8) Percaya

Nilai saling percaya merujuk pada hubungan antar sesama

manusia dalam segala hal terutama komunikasi. Kepercayaan

yang diberikan dari seseorang pada seseorang yang lain akan

memberikan pengaruh positif terhadap hubungan yang dijalin.

Pada novel ini nilai percaya ditunjukkan pada kutipan berikut ini.

(1) “Biarkan saja, Bu. Dede tumbuh menjadi anak yang


bertanggung jawab…” Dia menenangkan Ibu. (Liye, 2013:
40)

Percaya pada sesama merupakan hal penting dalam menjalani

sebuah hubungan. Hal itu karena, dengan saling percaya kita

tidak akan selalu curiga dengan sesama.


9) Berbakti kepada orang tua

Berbakti pada orang tua merupakan nilai moral yang sangat

penting bagi seorang anak. Berbakti merujuk pada kewajiban

seorang anak dalam menjalani tugas dan perannya pada orang

tua. Namun berbakti tidak hanya pada orang tua kandung saja,

berbakti juga dapat ditujukan pada setiap orang yang disayangi

dan dianggap sebagai keluarga. Pada novel ini hubungan antara

anak dengan ibu sangat menonjol. Hubungan anak dan ibu dalam

cerita ini menjadikan contoh nyata nilai berbakti pada kedua

orang tua. Berikut ini kutipan yang sesuai.

(1) “Sehari-hari selepas sekolah, pekerjaan Dede dan aku


hanya menunggui Ibu di rumah sakit. Bahkan kami sering
membolos karena tak mau meninggalkan Ibu sendirian.
(Liye, 2013: 53)

Dalam kutipan di atas memperlihatkan situasi pada saat

tokoh utama dan adiknya menemani sang ibu di rumah sakit.

Wujud rasa bakti kepada orang tua ditunjukan tokoh utama

dengan cara setia menemani ibu di saat sakit.

10) Jujur

Jujur merupakan sikap yang berarti berkata apa adanya,

bertindak sesuai dengan kenyataannya. Jujur merupakan

perkataan dan perbuatan yang sesuai dengan

kenyataan.Kejujuran berlaku terhadap orang lain dan dirinya


sendiri. Lawan dari jujur adalah dusta atau bohong, yakni berkata

tidak sebenarnya. Beberapa tokoh bersikap jujur dalam novel ini,

mereka tidak menutup-nutupi kebenaran dalam berkata dan

berperilaku. Bahkan antar tokoh akan saling mengingatkan bila

ada tokoh lain yang berkata bohong. Sebagaimana terlihat pada

kutipan berikut ini.

(1) “Aduh, masa Dede bohong sih? Kak Tania tega banget
nuduh begitu. Mana pernah Dede bohong! Dede
melanggar janji saja nggak pernah! Oom Danar bilang
semalam…,” adikku protes berkepanjangan saat ak
bilang dia kalua bergurau jangan berlebihan“. (Liye,
2013: 91)

Sikap jujr memang harus ditanamkan sejak dini. Dalam kutipan

di atas memperlihatkan bahwa tokoh Dede menegaskan bahwa

dirinya tidak pernah berbohong.

11) Tolong menolong

Pada dasarnya manusia membutuhkan bantuan manusia lain

untuk bertahan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tolong-

menolong sangat penting di masyarakat. Pada novel ini nilai

tolong menolong ditunjukkan pada kutipan berikut.

(1) “Maaf ya, Dik, kalau ingin cari buku lewat komputer,
komputernya dimana?” seorang Ibu menegurku.
Tersenyum sedikit canggung, banyak bingung. Aku
menoleh malas. Menyimak wajah ibu itu. Pelan
mengangkat tangan. Menunjuk kea rah komputer itu
berada. Membalas senyumnya seadanya. Dia kan bias
bertanya ke karyawan toko buku ini. Kenapa pula mesti
bertanya padauk? Aku menghela napas sebal dalam hati.
Ibu ini mengganggu kenyamananku mengenang semua
kejadian. (Liye, 2013: 105)

Dalam kutipan di atas memperlihatkan kejadian pada saat

tokoh utama menolong seorang ibu yang sedang kesulitan untuk

mencari buku. Hal tersebut sangatlah baik, karena pada dasarnya

kita tidak akan dapat hidup sendiri. Kita akan selalu

membutuhkan bantuan atau pertolongan orang lain.

12) Berprasangka baik

Salah satu nilai hubungan manusia dengan sesama adalah

berprasangka baik. Prasangka yang baik memberikan pengaruh

positif dalam membangun hubungan terutama dalam hal

komunikasi dengan orang lain. Pada novel ini nilai berprasangka

baik ditunjukkan oleh kutipan berikut ini.

(1) “Kita sudah lama nggak ketemu, ya? Hampir enam tahun
ya, Tania?” Sebenarnya kalau aku sedikit subjektif, Kak
Ratna melakukan dialog itu tulus dan bersahabat. Tetapi
dengan hati dan pikiran kotorku, semuanya terlihat
buruk. Bahkan wajah Kak Ratna terlihat seperti
monster.“Ya… sudah enam tahun.” Hatiku mendengus:
dan aku dulu benar-benar berdoa agar tidak bertemu
lagi dengan Kak Ratna selamanya. (Liye, 2013: 120)

Selain itu, berprasangka baik terhadap orang lain dapat

mengurangi kecurigakan yang menyebabkan hal negatif. Dalam


kutipan di atas memperlihatkan kejadian yang mencerminkan

prasangka baik.

13) Menepati janji

Menepati janji merupakan perwujudan nilai yang

dilaksanakan setelah membuat sebuah janji atau berjanji.

Menepati janji merupakan bentuk tanggung jawab untuk

merealisasikan janji yang telah dibuat sebelumnya. Pada novel ini

nilai menepati janji ditunjukkan oleh kutipan berikut ini.

(1) “Dia memang kemudian menjelaskan jauh-jauh hari


sudah berjanji akan datang saat wisudaku. (Liye, 2013:
127)

Dalam kutipan di atas memperlihatkan kejadian pada saat

tokoh Danar terlihat menepati janjinya dengan datang pada saat

tokoh utama wisuda. Menepati janji merupkan tindakan yang

sangat baik.

14) Berterimakasih

Berterima kasih merupakan ungkapan dari perasaan

syukur terhadap bantuan orang lain. Syukur merupakan

bagian dari ungkapan terima kasih. Seperti halnya kutipan

sebagai berikut. Ketika seorang tokoh mendapatkan kebaikan

dariorang lain kemudian dia akan mengucapkan terima kasih


sebagai ungkapan untuk menghargai orang lain dan rasa

syukurnya. Berikut ini salah satu kutipan yang bermuatan nilai

berterimakasih.

(1) “Aku sudah jauh lebih sehat, Tania. Terima kasih.


Kau pasti banyak mendoakanku. Doa gadis sebaik
dirimu pasti terkabul“. (Liye, 2013: 223)

Selalu mengucapkan terima kasih merupakan hal yang

sangat baik. Walaupun terlihat simple akan tetapi hal

tersebut sangatlah berarti. Hal tersebut dapat membuat

orang akan selalu percaya dan peduli dengan kita.

d. Hubungan Manusia dengan Lingkungan

Nilai moral hubungan manusia dengan lingkungannya

dapat disamakan dengan nilai moral hubungan manusia dengan

sesama. Magnis-Suseno, (2001:34) berbuat hormat kepada orang

lain merupakan suatu dasar dalam hidup sosial, baik antar

kelompok maupun intra kelompok. Sikap hormat kepada orang lain

merupakan suatu kaidah untuk dapat hidup bersama dalam

masyarakat.

Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua

jenis lingkungan, yaitu lingkungan alam, dan lingkungan

sosial.Membangun hubungan dengan lingkungan sangat diperlukan

manusia sebagai bentuk adaptasi atau penyesuaian diri untuk


bertahan hidup.Nilai moral yang mengacu pada hubungan manusia

dan lingkungan sebagai bentuk pelestarian lingkungan sekitar

manusia.

1) Mematuhi peraturan

Budaya ketertiban merujuk pada ketaatan masyarakat pada

peraturan. Nilai menaati peraturan sebagai bentuk pendewasaan

yang disampaikan melalui novel untuk mengarahkan pembaca

memahami bagaimana seharusnya suatu peraturan ditindaklanjuti.

Pada novel ini nilai mematuhi peraturan ditunjukkan pada kutipan

berikut.

(1) “Lampu itu setia. Dan penduduk kota ini juga setia
mengikuti petunjuk tersebut. Tak ada yang nekat
menerobos meskipun jalanan amat lengang.Semua
menunggu saatnya. Menunggu masanya. Sabar”. (Liye,
2013: 220-221)

Mematuhi peraturan merupakan salah satu kunci penting

dalam kehidupan bersosial. Dalam kutipan di atas

memperlihatkan kejadian pada saat semua orang mampu

mematuhi peraturan saat berkendara. Hal tersebut sangatlah

baik untuk ditiru dalam kehidupan sehari-hari.

4.2.2 Wujud Nilai Sosial dalam Novel

Nilai sosial merupakan acuan dalam kehidupan masyarakat untuk

menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas

untuk dilakukan. Nilai sosial di luar dari nilai agama, namun dapat
dijadikan sebagai acuan untuk melakukan kontrol sosial atas segala

aktivitas yang dilakukan manusia dalam suatu komunitas masyarakat.

Pada novel ini nilai sosial dapat terlihat dari perilaku dan interaksi antar

tokoh maupun dengan lingkungan. Penulis Novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin mengkondisikan tokoh dalam cerita mengalami

suasana sosial yang beragam sehingga pembaca diarahkan untuk

mengetahui sikap-sikap yang tepat dengan kondisi yang berlaku sesuai

nilai-nilai sosial. Berikut ini uraian wujud nilai-nilai sosial yang

terkandung dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

1. Keakraban

Keakraban berasal dari kata dasar akrab yang berarti dekat

dan erat (KBBI: 2008). Keakraban dapat terjalin melalui interaksi

sosial. Interaksi sosial yang berkesinambungan terus menerus lama

kelamaan akan membuat keakraban antara seseorang dan orang

lain. Keakraban juga merupakan nilai sosial yang baik dalam

menjalankan hidup bersosial. Dalam novel ini keakraban antara

tokoh juga terjalin. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di

bawah ini.

(1) ”Setiap malam aku datang ke toko buku ini. Sudah


menjadi ritual seminggu terakhir. Satpam toko yang
matanya selalu menatap tajam sudah mengenaliku. Mbak-
mbak yang rajin merapikan buku-buku di rak juga sudah
tahu. Termasuk dua kasir di dekat escalator. (Tere Liye,
2013 : 11)”

Selain kutipan tersebut masih terdapat salah satu contoh

kutipan yang memperlihatkan tentang keakraban antar tokoh


(2) Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri
memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan pandangan
itu. Tatapan yang entah bagaimana membuatmu mulai
percaya diri. Dia tersenyum hangat menenangkan. (Tere
Liye, 2013 : 19)

Kedua kutipan di atas memperlihatkan akraban yang terjalin

antar tokoh. Setiap tokoh terlihat sangat akrab karena sering

bertemu. Hal tersebut memperlihatkan nilai sosial yang baik dan

dapat menjadi tokoh dalam bermasyarakat.

2. Balas Budi

Balas budi berasal dari dua kata yaitu balas dan budi. Balas

berati reaksi. Budi berarti alat batin yang merupakan paduan akal

dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk (KBBI: 2008).

Balas budi dapat diartikan sebagai reaksi dari dalam diri untuk

membalas perbuatan baik seseorang. Balas budi merupakan hukum

yang tidak tertulis dalam kehidupan bermasyarakat. Balas budi

dapat juga diartikan sebagai bentuk tanda terima kasih kita

terhadap orang lain yang telah menolong atau membantu di dalam

kehidupan. Dalam novel ini bentuk balas budi terlihat dalam

kutipan berikut.

(1) “Tak ada salahnya, memberikan hadiah atas


keberaniannya. Maka aku tersenyum tipis, teramat tipis,
sedikit menoleh meski tak menatap matanya. Lantas
dengan cepat sekali memandang ke depan. (Tere Liye,
2013 : 12)”
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa tokoh memberi

hadiah terhadap keberaniannya. Dari situ, dapat diambil contoh

yaitu kita harus selalu membalas kebaikan seseorang.

3. Memberi

Memberi adalah menyerahkan (membagikan,

menyampaikan) sesuatu (KBBI: 2008). Selain itu, memberi dapat

diartikan sebagai suatu tindakan yang mempunya nilai yang baik.

Memberi tidak harus berupa barang ataupun uang. Memberi dapat

juga berupa dukungan, semangat, doa, dan lain-lain. Dalam novel

ini terdapat nilai sosial yang berkaitan dengan memberi. Hal

tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

1) ”Aku menatapnya ragu-ragu. Adikku Dede sudah sejak tadi


merengkuh sepatu itu dengan tangannya. Penumpang lain
menatap kami tertarik. Dia hanya membalas tatapan
penumpang lain dengan senyuman. (Tere Liye, 2013: 25)”

Dalam kutipan di atas memperlihatan kejadian saat tokoh Dede

senang menerima pemberian hadiah yang berupa sepatu baru. Hal

tersebut, merupakan sesuatu yang sangat berarti untuk tokoh Dede.

4. Menghargai Sesama

Menghargi sesama adalah menghormati; mengindahkan

orang lain (KBBI: 2008). Kunci untuk bermasyarakat adalah saling

menghargai. Hal tersebut karena dengan menghargai sesama kita

pun akan dihargai oleh orang lain. Tentu itu bernilai baik dalam
hidup bermasyarakat. Dalam kutipan di bawah ini memperlihatkan

sikap saling menghargai antar tokoh.

1) ”Pagi itu aku membawa sebungkus besar kue-kue. Dia seperti


biasa sudah duduk di ruangan itu. Mengenakan kemeja biru
kesukaannya. Beberapa anak-anak sudah datang mengelilingi
(tak ada yang berani duduk di posisiku). Aku membuka
bungkusan kue tersebut. Kami beramai-ramai mencicipinya.
(Tere Liye, 2013 : 49)

5. Tolong Menolong

Tolong menolong adalah nilai sosial yang sudah diajarkan

sejak dini. Menurut KBBI: 2008 menolong adalah membantu untuk

meringankan beban (penderitaan, kesukaran, dan sebagainya).

Pada dasarnya manusia membutuhkan bantuan manusia lain

untuk bertahan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tolong-

menolong sangat penting di masyarakat. Pada novel ini nilai

tolong menolong ditunjukkan pada kutipan berikut.

1) “Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di


hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana.
Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas
jalanan. (Tere liye, 2013: 23)”

Pada kuitipan di atas memperlihatkan kejadian di mana

tokoh Danar menolong tokoh utama yang terluka kakinya.

6. Keharmonisan

KBBI: 2008 menjelaskan keharmonisan berasal dari kata

dasar harmonis yang berarti bersangkut paut dengan (mengenai)


harmoni; seia sekata. Pada novel ini menyajikan keharmonisan di

dalam sebuah kelurga kecil. Keharminasan tetap terlihat walaupun

keluarga tersebut sempat mengalami kondisi yang sangat buruk.

Kutipan di bawah ini merupakan salah satu bukti keharmonisan

yang terjadi di dalam novel ini.

1) ”Sebelum magrib kami sudah pulang. Makan malam bersama


Ibu, lantas dengan penerangan lampu teplok yang kerlap-
kerlip ditiup angin, aku belajar. Belajar hingga larut malam.
(Tere Liye, 2013: 33)”

7. Peduli

Kata peduli sama artinya dengan memperhatikan (KBBI:

2008). Nilai kepedulian sangat dominan pada novel ini. Peduli

dimaksudkan sebagai nilai yang mengacu pada kepekaan

seseorang terhadap kondisi orang lain sehingga menimbulkan

perilaku empati. Nilai peduli antar sesama manusia secara tersirat

dan tersurat muncul dalam beberapa bagian cerita. Salah satunya

pada kutipan berikut ini.

1) ”Kau lihat siapa yang akan kehilangan kalau dia meninggal.


Anak-anak itu tak punya siapa-siapa lagi selain dia. Ya
Tuhan, lakukanlah apa saja aku mohon….” Suaranya parau.
(Tere Liye, 2013: 56)”

Pada kejadian di atas memperlihatkan kejadian di mana

tokoh Danar sangat peduli dengan selalu memikirkan nasib anak-

anak jika ia meninggalkannya.


8. Toleransi

Toleransi sangatlah penting dalam hidup bermasyarakat.

Hal itu karena dengan toleransi kita akan dapat mengahargai orang

lain di sekitar kita. Toleransi adalah sifat atau sikap toleran, batas

ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih

diperbolehkan (KBBI:2008). Pada novel ini, nilai toleransi juga

disajikan di dalamnya. Kutipan di bawah ini menunjukkan bukti

bahwa toleransi ada di dalam novel ini.

1) ”Aku anak terkecil di kelas. Ada dua puluh anak di sana.


Sebagian besar tampang mereka China, beberapa berwajah
Melayu, satu-dua rada-rada bule. Tetapi akulah yang paling
terlihat berbeda. Empat temanku dari Indonesia lainnya
dimasukkan ke dalam kelas yang berbeda. Sebulan pertama
di sana aku kesulitan berkomunikasi. Lebih banyak
memakai gerak tangan dan mimik muka. Kursus bahasa
Inggris itu ternyata tidak banyak membantu. Padahal
nilaiku selalu A. (Tere Liye, 2013: 72-73)”

Dalam kutipan di atas memperlihatkan nilai toleransi. Toleransi

pada kutipan di atas telihat saat setiap tokoh mampu menerima

perbedaan ras di antara mereka.

Berbagai wujud nilai sosial tersebut disampaikan melalui rangkaian

cerita novel yang berlatar belakang lingkungan sosial tertentu oleh penulis.

Keberadaan nilai sosial pada novel ini mayoritas disajikan tersirat melalui

peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh.


4.3 Implementasi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di

SMP

Pengajaran sastra di sekolah merupakan hal yang sangat penting

untuk mengembangkan empat keterampilan berbahasa. Sejak dini, siswa

harus dikenalkan dengan karya sastra agar pengetahuan dan wawasan

mengenai keragaman budaya semakin bertambah. Pengajaran sastra juga

dapat membantu pendidikan secara utuh apabila mencakup empat manfaat,

yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan

budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukkan

watak (Rahmanto, 1988: 16-19).

Rahmanto (1988: 26-33) memberikan pendapatnya mengenai tiga

aspek yang perlu dipertimbangkan jika ingin memilih bahan pengajaran

sastra, yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang

budaya. Berikut akan dijabarkan mengenai ketiga tersebut dalam novel

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin pada tabel di bawah ini

Tabel 3. Aspek Pertimbangan untuk Memilih Bahan Ajar

Aspek Kutipan

Bahasa 1, 9, 29

Psikologi 13, 28, 27, 33

Latar Belakang Budaya 23, 32


Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa

novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin cocok digunakan

sebagai bahan pembelajaran sastra di SMP karena memenuhi ketiga aspek

di atas. Ditinjau dari aspek bahasa, novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin sudah menggunakan bahasa yang baik dan sesuai

dengan tingkat penggunaan bahasa siswa SMP. Kalimat-kalimat yang

digunakan cukup jelas mendeskripsikan gamabaran suatu hal dan

merupkan ragam bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti.

Ditinjau dari aspek psikologi, novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin banyak mengandung nilai-nilai pendidikan positif yang

dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai

positif kehidupan yang dapat diteladani, yaitu pantang menyerah, kerja

sama, disiplin.

Ditinjau dari aspek latar belakan budaya, novel Daun yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin sudah sesuai dengan latar belakang budaya

siswa karena menceritakan tentang kehidupan seseorang yang pantang

menyerah dalam jalani hidup. Selain itu, dalam novel Daun yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin juga digambarkan bagaimana seorang anak

yang selalu menghormati orangtua. Hal ini jelas akan membrikan dampak

positif bagi siswa.

4.3.1 Silabus

Dalam penelitian ini, penyusunan silabus dilakukan dengan

beberapa tahap. Tahap pertama adalah menuliskan identitas sekolah,


kelas/semester, mata pelajaran, dan tahun pelajaran. Pada penelitian ini

silabus dibuat untuk SMP Stella Duce 1 Yogyakarta kelas 8 semester 2

mata pelajaran bahasa Indonesia tahun ajaran 2017/2018.

Tahap kedua adalah menuliskan kompetensi inti. Kompetensi inti

dalam silabus ini yaitu (1) memahami pengetahuan (faktual, konseptual

dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata, (2) mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang

sama dalam sudut pandang /teori. Tahap ketiga adalah membuat tabel

yang berisikan kompetensi dasar, materi pokok, metode model

pembelajaran, pembelajaran, penilaian atau evaluasi , alokasi waktu,

sumber belajar, karakter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada halaman

(72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SILABUS

Sekolah : SMP Stella Duce 1 Yogyakarta


Kelas/Semester : VIII/1-2
Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Kompetensi Inti :
KI.3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret ( menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang /teori.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Metode Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Karakter
Model Waktu Belajar
Pembelajaran Teknik Bentuk Instrumen

3.11Mengidentifikasi ● Pengertian Saintifik  Mengamati suatu  Tes  Uraian Jawablah 4x40’  Buku Jujur,
informasi pada teks ulasan model teks ulasan Tertulis  Tanya pertanyaan Bahasa tanggung
teks ulasan ● Macam-  Berdiskusi tentang  Tes jawab berikut! (2 Indonesia jawab
macam pengertian dan Lisan perte- kelas
tentang kualitas
teks ulasan macam-macam isi  Penuga- 1. Analisislah muan) VIII
karya (film, berdasar- teks ulusan san teks ulasan  Sinopsis
cerpen, puisi, kan isinya  Mendiskusikan yang novel

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

novel, karya seni ● Maksud/ maksud dan cara dibaca “Daun


daerah) yang arti mengungkapkan berdasar- yang
dibaca atau penting nilai moral dan kan nilai Jatuh
teks ulasan nilai sosial pada moral dan Tak
diperdengarkan
● Nilai teks ulasan nilai Pernah
4.11Menceritakan moral dan  Menuliskan sosial? Memben
nilai sosial informasi berupa 2. Sebutkan - ci
kembali isiteks
dalam teks nilai moral dan ciri-ciri Angin”.
ulasan tentang ulasan teks
nilai sosial yang
kualitas karya terdapat pada teks ulasan?
(film, cerpen, ulasan 3. Sebutkan
puisi, novel,  Membacakan nilai nilai moral
karya seni moral dan nilai dan nilai
daerah) yang sosial yang sosial yang
terdapat pada teks terdapat
dibaca atau
ulasan pada teks
didengar ulasan?

Yogyakarta, 11 November 2018

Penyusun

Aluisius Titus Kurniadi

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

4.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam penelitian ini, penyusunan RPP dilakukan dengan beberapa

tahap. Tahap pertama adalah menuliskan identitas sekolah, kelas/semester,

mata pelajaran, dan tahun pelajaran. Pada penelitian ini silabus dibuat

untuk SMP Stella Duce 1 Yogyakarta kelas 8 semester 2 mata pelajaran

bahasa Indonesia tahun ajaran 2017/2018.

Tahap kedua adalah menuliskan kompetensi inti. Kompetensi inti

dalam silabus ini yaitu (1) Memahami dan menerapkan pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan

spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

(2) Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara

kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam

ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah

dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

Tahap ketiga adalah menuliskan kompetensi dasar dan

indikator. Kompetensi dasar dalam RPP ini diambil kurikulum 2013 yang

terfokus pada KD 3.11 Mengidentifikasi informasi pada teks ulasan

tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, dan karya seni daerah)

yang dibaca atau diperdengarkan dan 4.11 Menceritakan kembali isi teks

ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah)

yang dibaca atau didengar. Tahap keempat adalah menuliskan tujuan


pembelajaran, materi pembelajaran, media/alat, bahan ajar, sumber belajar,

dan kegiatan pembelajaran. Tahap kelima adalah tahap evaluasi, Evaluasi

dilakukan untuk menguku keberhasilan setiap siswa dalam pencapaian

hasil belajar dan mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran

yang dilakukan oleh setiap siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

halaman (76).
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VIII/2

Materi Pokok : Teks Ulasan

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 x Tatap Muka )

A. KOMPETENSI INTI

KI. 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,

dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan

kejadian tampak mata.

KI. 4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif,

produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan

ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama

dalam sudut pandang teori.


B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI

Kompetensi Dasar Indikator


3.11 Mengidentifikasi 3.11.1 - Siswa mampu mengidentifikasi
informasi pada teks pengertian teks ulasan
ulasan tentang kualitas 3.11.2 - Siswa mampu mengidentifikasi
karya (film, cerpen, puisi, informasi kualitas teks ulasan
novel, dan karya seni 3.11.3 - Siswa mampu mengidentifikasi
daerah) yang dibaca atau unsur instrinsik dan ekstrinsik
diperdengarkan dalam teks ulasan.
4.11 Menceritakan kembali isi 4.11.1 - Siswa mampu mengidentifikasi
teks ulasan tentang nilai moral dan nilai sosial yang
kualitas karya (film, terdapat dalam teks ulasan.
cerpen, puisi, novel, 4.11.2 - Siswa mampu menceritakan
karya seni daerah) yang kembali isi teks ulasan.
dibaca atau didengar

C. TUJUAN

PEMBELAJARAN

Pertemuan Pertama

Setelah mengikuti pembelajaran tentang teks ulasan dan melakukan

pembelajaran bermetode saintifik, siswa diharapkan dapat:

1. Mengidentifikasi pengertian teks ulasan secara benar.

2. Mengidentifikasi informasi kualitas teks ulasan.

3. Mengidentifikasi unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam teks ulasan


Pertemuan Kedua

Setelah mengikuti pembelajaran teks ulasan dan membaca ulasan novel, siswa

diharapkan dapat:

1. Mengidentifikasi pengertian nilai moral dan nilai sosial teks

ulasan secara benar.

2. Menceritakan kembali isi teks ulasan.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian teks ulasan

2. Struktur teks ulasan

3. Unsur intrinsik dan ekstrinsik teks ulasan

4. Nilai Moral dalam teks ulasan

5. Nilai Sosial dalam teks ulasan

E. METODE/MODEL PEMBELAJARAN

- Saintifik

F. MEDIA/ALAT, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR

1. Media:

a. Contoh teks ulasan Novel “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata

b. LCD proyektor

2. Bahan :

Penggalan teks Novel “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”

3. Sumber belajar:
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a. Bahasa Indonesia:

Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013b. Bahasa Indonesia

Wahana Pengetahuan: Buku Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan.

c. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

d. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2010. Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

G. KEGIATAN
PEMBELAJARAN Pertemuan
Pertama
Langkah/ Kegiatan Pembelajaran Waktu
Tahap
Pendahuluan - Guru membuka kegiatan 10’
pembelajaran dengan berdoa.
(PPK)
- Guru menanyakan ketidakhadiran
siswa.
- Guru menyampaikan KD,
indikator, dan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan.
- Guru dan siswa menyepakati
langkah-langkah kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai
kompetensi.
Langkah/ Kegiatan Pembelajaran Waktu

Tahap

Kegiatan - Guru membagikan penggalan 60’


Inti novel “Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin”.

- Siswa mengamati teks yang


dibagikan oleh guru. (Mengamati).

- Guru memberi kesempatan kepada


siswa untuk bertanya mengenai
teks ulasan yang telah diamati.
(Menanya).

- Siswa mengidentifikasi isi


penggalan teks yang dibagikan
oleh guru. (Mengumpulkan
informasi)

- Siswa dibagi menjadi beberapa


kelompok yang terdiri
dari empat orang.

- Guru memandu siswa untuk


menemukan pengertian teks ulusan.
( Mengasosiasikan)

- Siswa mengidentifikasi struktur teks


ulasan di dalam kelompok.
(Mengasosiasikan)

- Siswa mengumpulkan data unsur


intriksik dan ekstrinsik teks ulasan
di dalam kelompok.
(Mengasosiasikan)
Langkah/ Kegiatan Pembelajaran Waktu

Tahap

- Siswa secara berkelompok


mempresentasikan hasil identifikasi
di depan kelas.
(Mengkomunikasikan)

Penutup - Guru memberi penguatan terkait 10’


dengan materi yang telah dipelajari.

- Siswa dibantu oleh guru


menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah berlangsung.

- Siswa menerima tugas dari


guru untuk menyebutkan unsur
ekstrinsik teks ulasan. (HOTS)

- Siswa merefleksi proses KBM yang


berlangsung.

- Guru beserta siswa mengakhiri


kegiatan belajar mengajar dengan
mengucap syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa. (PPK)
Pertemuan Kedua
Langkah/ Kegiatan Pembelajaran Waktu

Tahap

Pendahuluan - Guru membuka kegiatan 10’


pembelajaran dengan berdoa.

- Guru menanyakan
ketidakhadiran siswa.

- Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran yang akan dilakukan.

- Guru dan siswa menyepakati


langkah-langkah kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai
kompetensi.

Kegiatan Inti - Siswa dibagi menjadi beberapa


kelompok yang terdiri atas empat
orang.

- Siswa mengamati penggalan novel


yang berjudul “Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin”.
(Mengamati).

- Guru memberi kesepatan kepada


siswa untuk bertanya mengenai
teks ulasan yang telah diamati.
(Menanya).

- Setiap kelompok mengidentifikasi


nilai moral dan nilai sosial yang
terdapat dalam penggalan novel
yang berjdul “Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin”.
(Mengumpulkan informasi)
Langkah/ Kegiatan Pembelajaran Waktu

Tahap

Kegiatan inti - Setiap kelompok menyimpulkan 60’


pengertian nilai moral dan nilai
sosial. (Mengasosiasikan).

- Setiap kelompok
mempresentasikan hasil
identifikasi di depan kelas.
(Mengkomunikasikan)
Penutup - Siswa dan guru menyimpulkan 10’
hasil pembelajaran yang telah
berlangsung.

- Guru beserta siswa mengakhiri


kegiatan belajar mengajar dengan
mengucap syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa.

H. PENILAIAN, PEMBELAJARAN REMEDIAL, DAN PENGAYAAN

(HOTS)

1. Teknik Penilaian

a. Sikap (spiritual dan sosial)

Observasi (jurnal)

b. Pengetahuan

1) Tes tertulis (Uraian)

2) Penugasan (Lembar Kerja)

c. Keterampilan
Praktik (Penilaian Praktik)

2. Pembelajaran Remedial

Kegiatan pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:

• pembelajaran ulang

• bimbingan perorangan

• belajar kelompok

• pemanfaatan tutor sebaya

bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil

analisis penilaian.

3. Pembelajaran Pengayaan

Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah

mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan

untuk perluasan dan/atau pendalaman materi (kompetensi) antara lain

dalam bentuk tugas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih

tinggi, meringkas buku-buku referensi dan mewawancarai narasumber.

Yogyakarta, 11 November 2018

Penyusun

Aluisius Titus Kurniadi


LAMPIRAN 1. MATERI TEKS ULASAN

A. PENGERTIAN TEKS ULASAN

1.Pengertian Teks Ulasan

Pengertian teks ulasan adalah teks yang berisi tinjauan suatu karya

baik berupa film, buku, benda dan lain sebagainya untuk mengetahui

kualitas, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki karya tersebut yang

ditujukan untuk pembaca atau pendengar khalayak ramai. Teks ulasan

bertujuan sebagai media untuk menyampaikan ulasan dengan etika yang

sopan, santun, dan tepat waktu.

2. Struktur Teks Ulasan

Struktur teks ulasan terdiri dari bagian orientasi, tafsiran isi,

evaluasi, dan rangkuman berikut penjelasan selengkapnya.

a. Orientasi

Merupakan gambaran umum atas bahan atau karya sastra yang akan

diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut bisa berupa paparan

tentang nama, kegunaan, dan sebagainya.

b. Tafsiran isi

Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya

yang diulas. Pada bagian ini penulis biasanya membandingkan karya

tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Selain itu, penulis juga

menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas.


c. Evaluasi

Bagian evaluasi dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan

produksi. Bagian tersebut berisi gambaran terperinci suatu karya atau

benda yang diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri, dan kualitas karya

tersebut.

d. Rangkuman

Pada bagian ini penulis memberikan ulasan akhir berupa simpulan

karya tersebut.
LAMPIRAN 2. CONTOH TEKS ULASAN

SINOPSIS NOVEL

Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis

perempuan yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi

semakin sulit ketika sang ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi

tulang punggung keluarga kecil yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya

bernama Dede.

Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan Dede

akhirnya berhenti bersekolah. Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan

berjalan dari mobil ke mobil, mengamen, menyanyikan lagu-lagu dewasa demi

mengumpulkan pundi-pundi uang yang diharapkan bisa meringankan beban sang

ibu, yang bekerja serabutan dan seringkali sakit.

Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania

menemukan seseorang.

Hari itu malam mulai larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota

yang penuh dengan orang-orang yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah,

Tania yang berbaju lusuh dan tidak memakai alas kaki menginjak sebuah paku

payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan membuat darah segar mengalir

deras.

Saat itulah seseorang itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki

Tania, menutupnya dengan saputangan yang ia miliki. Kemudian dibelikannya

Tania obat merah untu menyembuhkan lukanya.


Keesokan harinya Tania kembali mengamen. Dengan kakinya yang

pincang, ia kembali bernyanyi dari satu bis ke bis lainnya, bersama Dede.

Rupanya, ia bertemu lagi dengan seseorang itu.seseorang itu datang

menghampirinya dan Dede, kemudian menyerahkan dua buah kotak dan

menyerahkannya kepada Tania dan Dede.

Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk

Dede. Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu dengan

ibunya. Ia mengatakan kepada sang ibu bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan

Dede hingga tamat.

Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali bersekolah,

kembali menuntut ilmu berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap seperti

malaikat dikehidupannya. Seseorang itu, yang bernama Danar.

Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi

dirinya masih terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti

hatinya itu.

Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali

datang menerpa dirinya. Ibunya meninggal. Hidup Tania terus berlanjut meski

duka menyelimuti hatinya. Tak lama setelah kepergian ibunya, Tania menerima

beasiswa untuk bersekolah menengah di Singapura. Dengan nasihat Oom Danar,

ia berangkat ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja

meninggalkan dia.

Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan

menghabiskan masa liburannya. Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk


melanjutkan studi sekolah menengah atasnya disana. Saat hari kelulusan SMA-

nya, Oom Danar datang dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan adiknya, Dede.

Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka

memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan

mereka, Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.

Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri yang

memintanya. Meski kak Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura

beberapa hari sebelum pernikahannya, hanya untuk membujuk agar Tania mau

datang ke pernikahan tersebut.

Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya

selama ini tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan

mata: Malaikatnya itu tak pernah mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk

menjadi yang terbaik untuk pemuda itu, menuruti semua perkataannya, dan

tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.

Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-

mail dari kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan

Oom Danar. Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan

untuk kembali pulang.

Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya terungkap.

Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita tentang

semuanya, maksud dari semua perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf

novel di laptop Oom Danar yang pernah ia baca, yang katanya tidak akan selesai.
Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar. Tentang

perasaan Oom Danar yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama

kepada Tania. Tapi novel itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai, berhenti

pada saat hari pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna.

Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu dengan

Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu. Dan

disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan.

Tetapi tidak ada yang berubah, karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom

Danar sudah bersama Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang mengandung.

Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama melepaskan, dan

mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam diam-diam itu.


LAMPIRAN PENILAIAN

1. Penilaian Sikap

Petunjuk:

a. Amati perkembangan sikap siswa menggunakan instrumen jurnal pada

setiap pertemuan.

b. Isi jurnal dengan menuliskan sikap atau perilaku siswa yang menonjol, baik

yang positif maupun negatif. Untuk siswa yang pernah memiliki catatan perilaku

kurang baik dalam jurnal, apabila telah menunjukkan perilaku (menuju) yang

diharapkan, perilaku tersebut dituliskan dalam jurnal (meskipun belum menonjol)

Jurnal Perkembangan Sikap Sosial

Nama Sekolah : SMP

Kelas/Semester : VIII/2

Tahun Pelajaran : 2018/201

No. Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir


Sikap
1
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

a. Teknik : tes tertulis

b. Bentuk : uraian

c. Indikator soal/Kisi-kisi:

No Materi Indikator Bentuk tes No.Soal

1. Teks Ulasan Siswa mampu Uraian 1


1. Mengidentifikasi pengertian 2
teks ulasan. 3
2. Mengidentifikasi struktur teks 4
ulasan. 5
3. Menyebutkan unsur intrinsik
dan ekstrinsik teks ulasan
4. Menyebutkan nilai moral dan
nilai sosial dalam teks ulasan.

d. Butir soal

TES URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)

PENGETAHUAN STRUKTUR DAN UNSUR TEKS ULASAN

Petunjuk

1. Bacalah Sinopsis Teks Ulasan yang berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin berikut!

2. Kemudian, jawablah beberapa pertanyaan yang menyertainya !

Identitas : Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Penulis : Tere Liye

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2015 (cetakan ke-20)

Tebal halaman: 264 halaman

SINOPSIS NOVEL

Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis

perempuan yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi

semakin sulit ketika sang ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi

tulang punggung keluarga kecil yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya

bernama Dede.

Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan Dede

akhirnya berhenti bersekolah. Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan

berjalan dari mobil ke mobil, mengamen, menyanyikan lagu-lagu dewasa demi

mengumpulkan pundi-pundi uang yang diharapkan bisa meringankan beban sang

ibu, yang bekerja serabutan dan seringkali sakit.

Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania

menemukan seseorang.

Hari itu malam mulai larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota

yang penuh dengan orang-orang yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah,

Tania yang berbaju lusuh dan tidak memakai alas kaki menginjak sebuah paku

payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan membuat darah segar mengalir

deras.
Saat itulah seseorang itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki

Tania, menutupnya dengan saputangan yang ia miliki. Kemudian dibelikannya

Tania obat merah untu menyembuhkan lukanya.

Keesokan harinya Tania kembali mengamen. Dengan kakinya yang

pincang, ia kembali bernyanyi dari satu bis ke bis lainnya, bersama Dede.

Rupanya, ia bertemu lagi dengan seseorang itu.seseorang itu datang

menghampirinya dan Dede, kemudian menyerahkan dua buah kotak dan

menyerahkannya kepada Tania dan Dede.

Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk

Dede. Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu dengan

ibunya. Ia mengatakan kepada sang ibu bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan

Dede hingga tamat.

Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali bersekolah,

kembali menuntut

ilmu berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap seperti malaikat

dikehidupannya. Seseorang itu, yang bernama Danar.

Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi

dirinya masih terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti

hatinya itu.

Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali

datang menerpa dirinya. Ibunya meninggal. Hidup Tania terus berlanjut meski

duka menyelimuti hatinya. Tak lama setelah kepergian ibunya, Tania menerima

beasiswa untuk bersekolah menengah di Singapura. Dengan nasihat Oom Danar,


ia berangkat ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja

meninggalkan dia.

Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan

menghabiskan masa liburannya. Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk

melanjutkan studi sekolah menengah atasnya disana. Saat hari kelulusan SMA-

nya, Oom Danar datang dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan adiknya, Dede.

Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka

memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan

mereka, Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.

Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri yang

memintanya. Meski kak Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura

beberapa hari sebelum pernikahannya, hanya untuk membujuk agar Tania mau

datang ke pernikahan tersebut.

Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya

selama ini tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan

mata: Malaikatnya itu tak pernah mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk

menjadi yang terbaik untuk pemuda itu, menuruti semua perkataannya, dan

tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.

Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-

mail dari kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan

Oom Danar. Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan

untuk kembali pulang.

Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya terungkap.


Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita tentang

semuanya, maksud dari semua perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf

novel di laptop Oom Danar yang pernah ia baca, yang katanya tidak akan selesai.

Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar. Tentang

perasaan Oom Danar yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama

kepada Tania. Tapi novel itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai, berhenti

pada saat hari pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna.

Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu dengan

Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu. Dan

disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan.

Tetapi tidak ada yang berubah, karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom

Danar sudah bersama Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang mengandung.

Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama melepaskan, dan

mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam diam-diam itu.

Pertanyaan:

1. Mengidentifikasi pengertian dari teks ulasan!

2. Identifikasilah informasi kualitas teks ulasan tersebut!

3. Identifikasilah unsur intrinsik dan ekstrinsik yang kamu temukan pada teks

ulasan tersebut!
Pedoman Penskoran :

No. Aspek dan Kriteria Skor


1. Pengertian teks ulasan
a. Mampu mengidentifikasi pengertian 10
teks ulasan dengan sangat tepat
b. Mampu mengidentifikasi pengertian 5
teks ulasan dengan cukup tepat
c. Mampu mengidentifikasi pengertian 1
teks ulasan dengan kurang tepat
2. Informasi kualitas teks ulasan
a. Mampu mengidentifikasi informasi 10
kualitas teks ulasan dengan sangat
lengkap. 5
b. Mampu mengidentifikasi informasi
kualitas teks ulasan dengan cukup 1
lengkap.
c. Mampu mengidentifikasi informasi
kualitas teks ulasan kurang lengkap.
3. Unsur Intrinsik dan ekstrinsik teks ulasan
a. Mampu mengidentifikasi unsur 10
intrinsik dan ekstrinsik teks ulasan
dengan lengkap. 5
b. Mampu mengidentifikasi unsur
intrinsik dan ekstrinsik teks ulasan 1
cukup lengkap.
c. Mampu mengidentifikasi unsur
intrinsik dan ekstrinsik teks ulasan
kurang lengkap

Perhitungan skor :
Skor = Perolehan skor
(Skor Maksimal : 3) x 10

PENILAIAN TERTULIS

KETERAMPILAN MENGIDENTIFIKASI NILAI MORAL

DAN NILAI SOSIAL TEKS ULASAN

Petunjuk
1. Baca kembali teks ulasan novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

2. Jawablah pertanyaan berikut !

Soal

1. Identifikasilah nilai moral dan nilai sosial yang terdapat dalam teks ulasan

novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin!

2. Ceritakanlah kembali isi teks ulasan novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin!

Pedoman Penskoran :

No. Aspek dan Kriteria Skor

1. Nilai moral dan nilai sosial dalam teks ulasan


a. Mampu mengidentifikasi nilai moral dan 10
nilai sosial dengan sangat tepat.
b. Mampu mengidentifikasi nilai moral dan 5
nilai sosial dengan cukup tepat.
c. Mampu mengidentifikasi nilai moral dan 1
nilai sosial dengan kurang tepat
2. Menceritakan isi teks ulasan
a. Mampu menceritakan kembali isi teks 10
ulasan dengan sangat tepat.
b. Mampu menceritkan kembali isi teks 5
ulasan dengan cukup tepat.
c. Mampu menceritkan kembali isi teks 1
ulasan dengan cukup tepat.

Perhitungan skor :
Skor = Perolehan skor
(Skor Maksimal : 2) X 10
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tahun Pelajaran 2017/2018 Semester 2

Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan

bahwa novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye

mengandung nilai moral dan sosial yang dapat diimplementasikan sebagai bahan

pembelajaran sastradi SMP. Nilai moral dan sosial diperoleh dengan menganalisis

wujud-wujud nilai yang terkandung dalam novel yang dikaji. Nilai-nilai tersebut

diwujudkan dalam berbagai perilaku dan sifat tokoh pada rangkaian ceritanovel

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.Nilai moral yang terkandung pada

novel yang dikaji mencakup empat jenis, yaitu: hubungan manusia dengan Tuhan,

hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama, dan

hubungan manusia dengan lingkungan. Berikut ini varian nilai moral yang

ditemukan oleh peneliti dalam penelitian:

a. Wujud Nilai Moral dalam Hubungan Manusia dengan Tuhannya

Bentuk penyampaian nilai moral dalam hubungan manusia

dengan Tuhan pada novel yang dikaji berupa memanjatkan doa,

bersyukur kepada Tuhan, berserah diri kepada Tuhan, dan mengakui

kesalahan dihadapan Tuhan. Wujud nilai moral dalam hubungan

manusia dengan Tuhan yang paling mendominasi yaitu bersyukur

kepada Tuhan.

b. Wujud Nilai Moral dalam Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Bentuk nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya

sendiri pada novel yang dikaji berupa memaafkan diri sendiri, percaya

diri, berjanji, sadar diri, iri hati, tidak bisa menerima keadaan, pantang

menyerah, mengakui kesalahan, menerima kenyataan. Wujud nilai

moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yang paling

mendominasi yaitu berjanji.

c. Wujud Nilai Moral dalam Hubungan Manusia dengan Sesama

Bentuk nilai moral dalam hubungan manusia dengan sesama pada

novel yang dikajiberupa peduli, rela berkorban, bertanggung jawab,

berbagi atau memberi, tidak memaksakan kehendak, menghormati,

menghargai, percaya, berbakti kepada orang tua, jujur, tolong

menolong, berprasangka baik, menepati janji, berterimakasih. Wujud

nilai moral dalam hubungan manusia dengan sesama yang paling

mendominasi yaitu peduli.

d. Wujud Nilai Moral dalam Hubungan Manusia dengan lingkungan

Bentuk nilai moral dalam dalam hubungan manusia dengan lingkungan

pada novel yang dikaji berupa mau menang sendiri dan mematuhi

peraturan. Tidak ada wujud nilai moraldalam hubungan manusia

dengan lingkungan yang lebih dalam novel ini.

Nilai sosial juga ditemukan peneliti dalam novel Daun yang Jatuh tak

Pernah Membenci Angin disamping nilai moral. Nilai sosial pada novel ini lebih

mengarah pada nilai yang dianggap baik dan dianggap buruk oleh masyarakat

melalui kisah tokoh yang mengarahkan pembaca untuk mengidentifikasi baik dan
buruknya secara sosial. Wujud nilai sosial pada novel yang dikaji, meliputi:

keakraban, balas budi, memberi, menghargai sesasama, keharmonisan, peduli, dan

toleransi.

Nilai-nilai moral dan sosial yang di temukan pada novel Daun yang Jatuh

tak Pernah Membenci Angin dapat diterapkan pada pembelajaran sastra. Pada

penelitian ini implentasi nilai moral dan sosial akan diwujudkan dalam silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang didasarkan pada kurikulum 2013.

Silabus dan RPP digunakan untuk kelas VIII semester 2 karena kajian yang telah

dilakukan sesuai dengan salah satu kompetensi dasar, yaitu:mengidentifikasi

informasi pada teks ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, dan

karya seni daerah) yang dibaca atau diperdengarkan. Berbagai nilai moral dan

sosial dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dapat dijadikan

sebagai bahan pebelajaran dan acuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat.

5.2 Implikasi

Terdapat empat nilai moral dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin karya Tere Liye. Keempat nilai moral tersebut yaitu (1) nilai

moral hubungan manusia dengan Tuhan, (2) nilai moral hubungan manusia

dengan diri sendiri, (3) nilai hubungan manusia dengan sesama, dan (4) hubungan

manusia dengan lingkungan. Selain nilai moral, terdapat pula dua puluh tiga nilai

sosial yang terkandung dalam novel ini. Penelitian ini dapat dijadikan acuan

pengimplementasiannovel sebagai bahan pembelajaran sastra di SMP khususnya

kelas VIII semester 2. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat


memperkaya padangan masyarakat dalam bersikap di suatu kehidupan

bermasyarakat melalui karya sastra.

5.3 Saran

Penelitian terhadap novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

karya Tere Liye ini baru meneliti mengenai nilai moral dan nilai sosial, masih

banyak hal menarik yang dapat diteliti dari novel ini untuk dijadikan bahan

penelitian. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat mengkaji dari

segi analisis tokoh, nilai pendidikan, berserta implementsinya dalam pembelajaran

sastra di sekolah. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk meningkatkan

penggunaan karya sastra sebagai bahan pembelajaran sebagai upaya peningkatan

budaya literasi pada siswa. Dengan kata lain, banyak hal yang dapat diperoleh

siswa melalui pembelajaran dengan karya sastra.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Yuli. 2014. Skripsi. Nilai-Nilai Moral dalam novel Negeri 5 Menara karya
A. Fuadi: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya pada
Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester II. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Badan Standar Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan. Jakarta

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.


Semarang: CV Aneka Sari Ilmu

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengarangnya.


Yogyakarta: Pustaka

Harricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-dimensi Pendidikan Moral. Semarang:


IKIP Semarang Press

Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitafif Edisi Revisi. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Nopianti, Sri Dewi. 2017. Artikel. Nilai Moral dalam Novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin. Ciamis: Universitas Galuh Jawa Barat

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Nurgiantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press

Poespoprodjo, W. 1986. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek.


Bandung: Remaja Karya

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius


104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Rusyana, Rus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.

Jakarta:
Kencana

Semi, M, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa

Semi, M, Atar. 1990. Rencana Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung:


Angkasa

Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya

Sumardjo, Jakob, Saini KM. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat


Moral. Yogyakarta: Kanisius

Tarigan, Henri Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Zuchdi, Darmiyati. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta:


Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMAN

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/31/08382171/tawuran-pelajar-smk-
di-bekasi-1-orang-tewas-hingga-aksi-balas-dendam

http://connection-timeout.blogspot.com/2013/12/analisi-novel-daun-yang-jatuh-
tak.html

http://www.tonfeb.com/2016/11/12-novel-tere-liye-paling-bagus-dan-best-
seller.html

106
LAMPIRAN

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L
SILABUS a
m
Sekolah : SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pi
Kelas/Semester : VIII/1-2 ra
Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Kompetensi Inti :
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret ( menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang /teori.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Metode Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Karakter
Model Waktu Belajar
Pembelajaran Teknik Bentuk Instrumen

3.11Mengidentifikasi ● Pengertian Saintifik  Mengamati suatu  Tes  Uraian Jawablah 4x40’  Buku Jujur,
informasi pada teks ulasan model teks ulasan Tertulis  Tanya pertanyaan Bahasa tanggung
teks ulasan ● Macam-  Berdiskusi tentang  Tes jawab berikut! (2 Indonesia jawab
macam pengertian dan Lisan perte- kelas
tentang kualitas
teks ulasan macam-macam isi  Penuga- 4. Analisislah muan) VIII
karya (film, berdasar- teks ulusan san teks ulasan  Sinopsis
cerpen, puisi, kan isinya  Mendiskusikan yang novel
● Maksud/

108
novel, karya seni arti maksud dan cara dibaca “Daun
daerah) yang penting mengungkapkan berdasar- yang
dibaca atau teks ulasan nilai moral dan kan nilai Jatuh
● Nilai nilai sosial pada moral dan Tak
diperdengarkan
moral dan teks ulasan nilai Pernah
4.11Menceritakan nilai sosial  Menuliskan sosial? Memben
dalam teks informasi berupa 5. Sebutkan - ci
kembali isiteks
ulasan nilai moral dan ciri-ciri Angin”.
ulasan tentang teks
nilai sosial yang
kualitas karya terdapat pada teks ulasan?
(film, cerpen, ulasan 6. Sebutkan
puisi, novel,  Membacakan nilai nilai moral
karya seni moral dan nilai dan nilai
daerah) yang sosial yang sosial yang
terdapat pada teks terdapat
dibaca atau
ulasan pada teks
didengar ulasan?

Yogyakarta, 11 November 2018

Mengetahui,
Validator Peneliti

FX. Berti Kurniawan, S.Pd. Aluisius Titus K.

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Lampiran 2
111
112
113
114
115
116
117
118
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

LAMPIRAN 1. MATERI TEKS ULASAN

A. PENGERTIAN TEKS ULASAN

1.Pengertian Teks Ulasan

Pengertian teks ulasan adalah teks yang berisi tinjauan suatu karya baik

berupa film, buku, benda dan lain sebagainya untuk mengetahui kualitas, kelebihan

dan kekurangan yang dimiliki karya tersebut yang ditujukan untuk pembaca atau

pendengar khalayak ramai. Teks ulasan bertujuan sebagai media untuk

menyampaikan ulasan dengan etika yang sopan, santun, dan tepat waktu.

2. Struktur Teks Ulasan

Struktur teks ulasan terdiri dari bagian orientasi, tafsiran isi, evaluasi, dan

rangkuman berikut penjelasan selengkapnya.

a. Orientasi

Merupakan gambaran umum atas bahan atau karya sastra yang akan diulas.

Gambaran umum karya atau benda tersebut bisa berupa paparan tentang

nama, kegunaan, dan sebagainya.

b. Tafsiran isi

Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya yang

diulas. Pada bagian ini penulis biasanya membandingkan karya tersebut

dengan karya lain yang dianggap mirip. Selain itu, penulis juga menilai

kekurangan dan kelebihan karya yang diulas.


c. Evaluasi

Bagian evaluasi dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan

produksi. Bagian tersebut berisi gambaran terperinci suatu karya atau

benda yang diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri, dan kualitas karya

tersebut.

d. Rangkuman

Pada bagian ini penulis memberikan ulasan akhir berupa simpulan karya

tersebut.

LAMPIRAN 2 CONTOH TEKS ULASAN

SINOPSIS NOVEL

Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis perempuan

yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi semakin sulit

ketika sang ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi tulang punggung

keluarga kecil yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya bernama Dede.

Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan Dede akhirnya

berhenti bersekolah. Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan berjalan dari

mobil ke mobil, mengamen, menyanyikan lagu-lagu dewasa demi mengumpulkan

pundi-pundi uang yang diharapkan bisa meringankan beban sang ibu, yang bekerja

serabutan dan seringkali sakit.

Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania menemukan seseorang.
Hari itu malam mulai larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota

yang penuh dengan orang-orang yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah,

Tania yang berbaju lusuh dan tidak memakai alas kaki menginjak sebuah paku

payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan membuat darah segar mengalir

deras.

Saat itulah seseorang itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki Tania,

menutupnya dengan saputangan yang ia miliki. Kemudian dibelikannya Tania obat

merah untu menyembuhkan lukanya.

Keesokan harinya Tania kembali mengamen. Dengan kakinya yang pincang,

ia kembali bernyanyi dari satu bis ke bis lainnya, bersama Dede. Rupanya, ia bertemu

lagi dengan seseorang itu.seseorang itu datang menghampirinya dan Dede, kemudian

menyerahkan dua buah kotak dan menyerahkannya kepada Tania dan Dede.

Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk Dede.

Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu dengan ibunya. Ia

mengatakan kepada sang ibu bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan Dede hingga

tamat.

Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali bersekolah, kembali

menuntut ilmu berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap seperti malaikat

dikehidupannya. Seseorang itu, yang bernama Danar.


Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi

dirinya masih terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti

hatinya itu.

Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali

datang menerpa dirinya. Ibunya meninggal. Hidup Tania terus berlanjut meski duka

menyelimuti hatinya. Tak lama setelah kepergian ibunya, Tania menerima beasiswa

untuk bersekolah menengah di Singapura. Dengan nasihat Oom Danar, ia berangkat

ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja meninggalkan dia.

Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan menghabiskan

masa liburannya. Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk melanjutkan studi

sekolah menengah atasnya disana. Saat hari kelulusan SMA-nya, Oom Danar datang

dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan adiknya, Dede.

Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka

memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan mereka,

Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.

Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri yang

memintanya. Meski kak Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura

beberapa hari sebelum pernikahannya, hanya untuk membujuk agar Tania mau datang

ke pernikahan tersebut.

Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya selama

ini tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan mata:
Malaikatnya itu tak pernah mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk menjadi

yang terbaik untuk pemuda itu, menuruti semua perkataannya, dan tumbuh menjadi

gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.

Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-mail

dari kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan Oom

Danar. Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan untuk

kembali pulang.

Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya terungkap.

Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita tentang semuanya,

maksud dari semua perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf novel di laptop

Oom Danar yang pernah ia baca, yang katanya tidak akan selesai.

Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar. Tentang perasaan

Oom Danar yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama kepada

Tania. Tapi novel itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai, berhenti pada saat hari

pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna.

Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu dengan

Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu. Dan

disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan. Tetapi

tidak ada yang berubah, karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom Danar sudah

bersama Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang mengandung.


Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama melepaskan, dan

mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam diam-diam itu.

LAMPIRAN PENILAIAN

1. Penilaian Sikap

Petunjuk:

a. Amati perkembangan sikap siswa menggunakan instrumen jurnal pada setiap

pertemuan.

b. Isi jurnal dengan menuliskan sikap atau perilaku siswa yang menonjol, baik

yang positif maupun negatif. Untuk siswa yang pernah memiliki catatan perilaku

kurang baik dalam jurnal, apabila telah menunjukkan perilaku (menuju) yang

diharapkan, perilaku tersebut dituliskan dalam jurnal (meskipun belum menonjol)

Jurnal Perkembangan Sikap Sosial

Nama Sekolah : SMP

Kelas/Semester : VIII/2

Tahun Pelajaran : 2018/201

No. Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir


Sikap
1
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

d. Teknik : tes tertulis

e. Bentuk : uraian

f. Indikator soal/Kisi-kisi:

No Materi Indikator Bentuk tes No.Soal

1. Teks Ulasan Disajikan surat pribadi, Uraian 1


siswa mampu 2
1. Mengidentifikasi teks 3
ulasan. 4
2.Mengidentifikasi strukturte 5
ks ulasan.
3.Menyebutkan unsur
intrinsik dan ekstrinsik teks
ulasan.
4.Mengidentifikasi nilai
moral dan nilai sosial
dalam teks ulasan.
5.Menceritakan kembali isi
teks ulasan.

d. Butir soal
TES URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)

PENGETAHUAN NILAI MORAL DAN NILAI SOSIAL TEKS ULASAN

Petunjuk

1. Bacalah Sinopsis Teks Ulasan yang berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin berikut!

2. Kemudian, jawablah beberapa pertanyaan yang menyertainya !

Identitas : Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Penulis : Tere Liye

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2015 (cetakan ke-20)

Tebal halaman: 264 halaman

SINOPSIS NOVEL

Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis perempuan

yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi semakin sulit

ketika sang ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi tulang punggung

keluarga kecil yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya bernama Dede.
Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan Dede akhirnya

berhenti bersekolah. Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan berjalan dari

mobil ke mobil, mengamen, menyanyikan lagu-lagu dewasa demi mengumpulkan

pundi-pundi uang yang diharapkan bisa meringankan beban sang ibu, yang bekerja

serabutan dan seringkali sakit.

Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania menemukan seseorang.

Hari itu malam mulai larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota

yang penuh dengan orang-orang yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah,

Tania yang berbaju lusuh dan tidak memakai alas kaki menginjak sebuah paku

payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan membuat darah segar mengalir

deras.

Saat itulah seseorang itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki Tania,

menutupnya dengan saputangan yang ia miliki. Kemudian dibelikannya Tania obat

merah untu menyembuhkan lukanya.

Keesokan harinya Tania kembali mengamen. Dengan kakinya yang pincang,

ia kembali bernyanyi dari satu bis ke bis lainnya, bersama Dede. Rupanya, ia bertemu

lagi dengan seseorang itu.seseorang itu datang menghampirinya dan Dede, kemudian

menyerahkan dua buah kotak dan menyerahkannya kepada Tania dan Dede.

Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk Dede.

Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu dengan ibunya. Ia
mengatakan kepada sang ibu bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan Dede hingga

tamat.

Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali bersekolah, kembali

menuntut

ilmu berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap seperti malaikat

dikehidupannya. Seseorang itu, yang bernama Danar.

Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi

dirinya masih terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti

hatinya itu.

Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali

datang menerpa dirinya. Ibunya meninggal. Hidup Tania terus berlanjut meski duka

menyelimuti hatinya. Tak lama setelah kepergian ibunya, Tania menerima beasiswa

untuk bersekolah menengah di Singapura. Dengan nasihat Oom Danar, ia berangkat

ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja meninggalkan dia.

Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan menghabiskan

masa liburannya. Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk melanjutkan studi

sekolah menengah atasnya disana. Saat hari kelulusan SMA-nya, Oom Danar datang

dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan adiknya, Dede.

Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka

memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan mereka,

Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.


Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri yang

memintanya. Meski kak Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura

beberapa hari sebelum pernikahannya, hanya untuk membujuk agar Tania mau datang

ke pernikahan tersebut.

Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya selama

ini tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan mata:

Malaikatnya itu tak pernah mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk menjadi

yang terbaik untuk pemuda itu, menuruti semua perkataannya, dan tumbuh menjadi

gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.

Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-mail

dari kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan Oom

Danar. Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan untuk

kembali pulang.

Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya terungkap.

Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita tentang semuanya,

maksud dari semua perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf novel di laptop

Oom Danar yang pernah ia baca, yang katanya tidak akan selesai.

Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar. Tentang perasaan

Oom Danar yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama kepada

Tania. Tapi novel itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai, berhenti pada saat hari

pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna.


Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu dengan

Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu. Dan

disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan. Tetapi

tidak ada yang berubah, karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom Danar sudah

bersama Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang mengandung.

Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama melepaskan, dan

mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam diam-diam itu.

Pertanyaan:

1. Tentukan struktur yang ada dalam teks ulasan tersebut !

2. Sebutkan unsur intrinsik yang kamu temukan pada teks ulasan tersebut !

Pedoman Penskoran :

No. Aspek dan Kriteria Skor

1. Struktur Teks Ulasan


Struktur teks ulasan lengkap 5
Struktur teks ulasan kurang lengkap 3
Struktur teks cerpen tidak lengkap 1
2. Unsur Intrinsik Teks Ulasan
Unsur intrinsik teks ulasan lengkap 5
Unsur intrinsikteks ulasan kurang lengkap 3
Unsur intrinsikteks ulasan tidak lengkap 1
PENILAIAN TERTULIS

KETERAMPILAN MENANGKAP MAKNA TEKS ULASAN

Petunjuk

1. Baca kembali teks ulasan novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

2. Jawablah pertanyaan berikut !

Soal

1. Tentukan isi teks ulsan novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin!

2. Jelaskan pesan moral yang disampaikan penulis teks ulasan novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin!

3. Jelaskan amanat yang disampaikan penulis teks ulasan novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin!

Pedoman Penskoran :
No. Aspek dan Kriteria Skor

1. Isi teks ulasan


Isi teks tepat 3
Isi teks kurang tepat 2
Isi teks tidak tepat 1
2. Pesan moral penulis teks ulasan
Dapat menyebutkan 3 pesan moral 4
Dapat menyebutkan 2 pesan moral 2
Dapat menyebutkan 1 pesan moral 1
3. Amanat penulis teks ulasan
a. Dapat merumuskan amanat dengan 4
tepat
b. Dapat merumuskan amanat tetapi 2
kurang tepat
c. Dapat merumuskan amanat tetapi tdak 1
tepat

Perhitungan skor :
Skor = Perolehan skor
Skor Maksimal x 10
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tahun Pelajaran 2017/2018 Semester 2

Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.


Lampiran 3

TABEL DATA NILAI MORAL DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH


TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN

No. Ungkapan Wujud Moral

Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan


manusia manusia manusia manusia
dengan dengan diri dengan dengan
Tuhan sendiri sesama lingkungan
1. Beberapa angkot biru Mau
seperti biasa berhenti menang
di bibir jalan sendiri
semaunya.
Menurunkan
penumpang
semaunya. Membuat
lebih Panjang lagi
kemacetan malam
ini. Sopir angkot itu
sedikit pun tak
peduli, meski
klakson mobil di
belakang menyalak
buas. Penumpang
juga semaunya
mengembangkan
paying sebelum kaki
melangkah turun dari
mobil. Membuat
penumpang lain yang
terkena terpaan
payung mengomel.
(Hal. 9)
2. Berjalan-jalan di Memaafkan
sepanjang rak buku. diri sendiri
Menyentuh sat-dua
buku. Membaca
sampul belakangnya,
membuka-buka buku
yang tidak dibungkus
plastik. Menatap
pengunjung lain yang
sibuk, sedikit-banyak
membantuku
berdamai dengan
perasaan masa lalu.
Tempat ini benar-
benar berarti banyak
bagiku. Menyimpan
kenangan penting.
(Hal. 11)
3. Aku tak tahu Peduli
bagaimana
kehadiranku setiap
malam di toko buku
ini bisa menarik
perhatiannya. Dan
mungkin
membuatnya resah
sepanjang minggu
terakhir. (Hal. 12)
4. Adi sekali lagi Rela
berteriak ke langit. melakukan
Tidak peduli. Aku apapun demi
berusaha melepaskan orang yang
pegangan tangannya. dicintai.
Dia justru
mencengkeramku
kencang.
Menurunkan
dongakan kepalanya.
(Hal. 14)
5. Kata Ibu, “Tania, Bertanggung
berhati-hatilah di jawab
sana! Kita harus
mengganti setiap
barang yang rusak
karena kita sentuh!
Jaga adikmu,
jangan
nakal…..” Aku
menelan ludah
sedikit ragu dan
banyak takut
mendengar pesan ibu
sebelum berangkat.
Dengan apa kami
akan mengganti
barang yang aku
pecahkan? (Hal. 17)
6. Aku juga malu-malu Tidak
dengan “penampilan percaya diri
baru” itu (“Dan kau
cantik sekali,
Tania!”). Ya Tuhan!
Itulah pertama
kalinya dia
memujiku. Dan aku
sungguh malu. (Hal.
18)
7. Seketika semenjak berjanjin
detik itu aku berikrar
dalam hati.
Bersumpah sungguh-
sungguh: Apa pun
yang akan
dikatakannya, apa
pun yang
diucapkannya akan
selalu kuturuti.
Apa pun itu! (Hal.
20)
8. Aku hanya meringis. Memberi
Bagaimana kami
bisa membeli
sandal?dia
tersenyum, menyeka
ujung mataku.
Saat kami akan
turun, dia
memberikan
selembar uang
sepuluh ribuan,
“Untuk beli obat
merah.”
Dede berseru riang
menerimanya. Aku
hanya mengangguk,
menunduk,
“Terima kasihi!”
(Hal. 24)
9. Saat itu aku berpikir. Berdoa
Berdoa. Semoga
kakak yang baik ini
menjadi bagian
dalam hidup kami.
Dan sungguh Tuhan,
aku tidak tahu
apakah itu kabar baik
atau buruk, ternyata
Engkau
mendengarnya. (Hal.
26)
10. “Tetapi siapa yang Sadar diri
akan
membayarinya?”
Aku tersadarkan dari
kegembiraan sesaat.
Jangankan sekolah,
tiga tahun terakhir
ini, makan saja kami
susah. (Hal. 27)
11. Demi melihat Berjanji
kebahagiaan di rona
muka Ibu, malam itu
seketika aku berikrar
dalam hati.
Bersumpah! Dia
akan selalu
menjadi orang
yang paling
kuhormati setelah
Ibu. Selau. (Hal. 27)
12. Aku menelan ludah. bersyukur
Dulu aku hanya
berjalan di sepanjang
jalan menatap iri
anak-anak yang ada
di restoran tersebut
(adikku juga pernah
merajuk setengah
hari ingin makan di
situ; dan aku lagi-lagi
tidak bisa membujuk
Dede). (Hal. 29)
13. Dia lagi-lagi Peduli
menggenggam
tanganku,
menenangkan. (Hal.
29)
14. Bagiku tak masalah. Rela
Demi Ibu, berkorban
menyenangkan saja
melakukan
semuanya. (Hal. 30)
15. Tidak. Aku sudah Berjanji
berjanji kepada Ibu
untuk tidak pernah
menangis. (Hal.31)
16. Maka saat dia Berjanji
mengusap rambutku
malam itu sebelum
pulang dari toko
buku, dan berkata
pelan: “Belajarlah
yang rajin, Tania!”,
aku bersumpah untuk
melakukannya.
(Hal. 33)
17. Dia tidak memaksa Tidak
kami berhenti memaksakan
mengamen, kehendak
meskipun aku tahu
uang yang
diberikannya kepada
Ibu jauh lebih banyak
daripada semua
penghasilan kami
selama sebulan
digabung.
“Biarlah, asal tidak
mengganggu
sekolah!” (Hal. 34)
18. Tahukah kalian, dia Menghomati
selalu mencium orangtua
tangan Ibu. Amat
hormat pada Ibu.
(Hal. 36)
19. “Kan Oom Danar Menghargai
dipanggil Oom, jadi orang yang
Tante juga harus lebih tua
dipanggil Tante
Ratna!” Dede
mengotot membela
logikanya.
(Hal. 39)
20. Seketika hati kecilku Iri hati
tidak terima. Sakit
hati! Bukankah
selama ini kalau
kami pergi entah ke
mana, akulah yang
lengannya
digenggam? Akulah
yang pundaknya
dipegang? Akulah
yang kepalanya
diusap.itu jelas-jelas
posisiku!
Aku benci sekali.
(Hal. 39)
21. “Biarkan saja, Bu. Percaya
Dede tumbuh
menjadi anak yang
bertanggung
jawab…” Dia
menenangkan Ibu.
(Hal. 40)
22. Malam itu aku Tidak bisa
pulang ke kamar menerima
kontrakan kami keadaan
dengan perasaan
jengkel yang tak bisa
kumengerti. Entah
apa maksud semua
ini. Aku masih
terlalu kecil untuk
mengerti perasaanku
sendiri. (Hal. 43)
23. Aku tidak mau peduli
meninggalkan Dede,
meskipun dia ada di
sana, menunggui.
(Hal. 44)
24. “Kau pandai menghargai
bercerita, Tania!”
Amat pandai,” dia
memujiku sore itu.
Aku tersenyum malu.
(Hal. 45)
25. Itu pujian ketiganya Berjanji
selama satu setengah
tahun terakhir. Dan
demi menatap mata
bercahaya itu, aku
segera berjanji dalam
hati: setiap minggu
aku akan selalu
membawakan kue
buatanku untuknya;
dan… dan aku hanya
akan membuat kue
untuknya. (Hal. 49)
26. Seorang mbak-mbak Saling
penjaga rak buku menghargai
lewat di depanku.
Menegur (ingin lewat
di depanku). Aku
tersenyum seadanya.
Beranjak setengah
langkah mundur.
Memberikan celah
baginya. Mbak itu
tersenyum
(“Terima kasih!”)
(Hal. 51)
27. Kami sudah cukup bersyukur
menderita selama
tiga tahun itu.
Tinggal di rumah
kardus. Ke mana-
mana bertelanjang
kaki. Dan harus
bekerja dari pagi
hingga malam di
jalanan. (Hal. 52)
28. Sehari-hari selepas Berbakti
sekolah, pekerjaan kepada
Dede dan aku hanya orangtua
menunggui Ibu di
rumah sakit. Bahkan
kami sering
membolos karena tak
mau meninggalkan
Ibu sendirian. (Hal.
53)
29. Ya Tuhan, aku tak Berserah
bias membayangkan diri kepada
apa yang akan terjadi Tuhan
jika Ibu tidak
kunjung sembuh.
Dalam doa-doa aku
hanya menyebut
kesembuhan Ibu.
Aku tak ingin
kehilangannya.
Lihatlah apa yang
akan terjadi kalua dia
pergi. (Hal.54)
30. “Berjanjilah, berjanji
Nak….” Ibu
berusaha keras
meneruskan
kalimatnya.
“Berjanjilah kau
akan selalu menjaga
adikmu….”
Aku bergetas
mengangguk.
“Berjanjilah, Nak….
Kau tak akan pernah
menangis sesulit apa
pun keadaan yang
akan kau hadapi….”
Aku menyeka air
mataku.
Mengangguk lagi.
(Hal.60)
31. Ya Tuhan, semua Berserah
takdir-Mu baik…. diri kepada
Semua kehendak-Mu Tuhan
adalah yang
terbaik…. Dan aku
menyerahkan kedua
anakku kepada-
Mu…. Kau baik
sekali
mempertemukan
kami dengan
seseorang sebelum
kematianku…
Dengan malaikat-
Mu! (Hal. 60)
32. Dan malam itu aku berjanji
berjanji dalam hati:
akan membaca
seluruh buku yang
pernah dan akan
ditulisnya. (Hal. 70)
33. Janji yang selalu Berjanji
kupegang. Aku akan
belajar sebaik
mungkin. Dia
sebenarnya berjanji
akan datang saat
graduation day. (Hal.
77)
34. “Aduh, masa Dede Jujur
bohong sih? Kak
Tania tega banget
nuduh begitu. Mana
pernah Dede bohong!
Dede melanggar janji
saja nggak pernah!
Oom Danar bilang
semalam…,” adikku
protes
berkepanjangan saat
ak bilang dia kalua
bergurau jangan
berlebihan. (Hal. 91)
35. Sebelum beranjak memberi
pergi, dia mengambil
sesuatu dari kantong
celananya. Sebuah
kotak kecil berwarna
merah, terbuat dari
kain beludru (tentu
bukan sepatu
sneakers; meski
boleh jadi sebuah
“sepatu ukuran
mini”).
Isinya adalah liontin.
(Hal. 102-103)
36. “Maaf ya, Dik, kalau Menolong
ingin cari buku lewat
komputer,
komputernya
dimana?” seorang
Ibu menegurku.
Tersenyum sedikit
canggung, banyak
bingung.
Aku menoleh malas.
Menyimak wajah ibu
itu. Pelan
mengangkat tangan.
Menunjuk kea rah
komputer itu berada.
Membalas
senyumnya
seadanya. Dia kan
bias bertanya ke
karyawan toko buku
ini. Kenapa pula
mesti bertanya
padauk? Aku
menghela napas
sebal dalam hati. Ibu
ini mengganggu
kenyamananku
mengenang semua
kejadian. (Hal. 105)
37. Mendengar puluhan Memberi
pertanyaan dan nasihat
keluhanku di dorm,
Anne bilang aku
mungkin sudah mulai
terobsesi kepadanya,
“Kamu nggak
mungkin berharap
dari seseorang yang
usianya jauh sekali di
atas kita, kan?
Sudahlah, Tania! Dia
nggak akan tertarik
dengan cewek
seumuran kita-kta.”
(Hal. 109)
38. d3d3: Eh, Dede lupa jangan melihat
cerita ya…. privasi orang
Tania: Cerita apaan? tanpa ijin
d3de: Dua minggu
lalu Oom Danar
marah-marah ke
Dede…. Banyak
ngomel!
Tania: Bukannya
kamu memang sering
diomelin? :-)
d3d3: Tapi dia marah
besar….
Tania: Marah besar??
Kenapa?
d3d3: Sebenarnya
masalahnya kecil,
Dede hanya iseng
buka laptonya.
Aku menelan ludah;
itu memang masalah
besar.
Tania: Siapa saja
pasti marah kalau
begitu. Kamu ngapan
buka-buka
laptopnya?
d3d3: Cuma mau
copy driver software.
Lagian laptopnya
sudah kebuka. Dede
Cuma mau copy
doang. Nggak buka
file apa pun kok.
Tania: itu sama saja.
Kalau aku yang jadi
kak Danar, kamu tuh
sudah kucekik, tahu!
:-p (Hal.111-112)
39. “Kita sudah lama Jangan
nggak ketemu, ya? berpikiran
Hampir enam tahun buruk terhadap
ya, Tania?” orang lain
Sebenarnya kalau
aku sedikit subjektif,
Kak Ratna
melakukan dialog itu
tulus dan bersahabat.
Tetapi dengan hati
dan pikiran kotorku,
semuanya terlihat
buruk. Bahkan wajah
Kak Ratna terlihat
seperti monster.
“Ya… sudah enam
tahun.” Hatiku
mendengus: dan
aku dulu benar-
benar berdoa agar
tidak bertemu lagi
dengan Kak Ratna
selamanya.
(Hal. 120)
40. Aku lupa bahwa dulu Jangan
Kak Ratna ikut melupakan
menemani di rumah. jasa
Membawakan seseorang
selimut dan baju
ganti.
Membimbingku saat
pulang dari
pemakaman Ibu.
Menemaniku di
rumah kontrakan,
dan lain sebagainya.
(Hal. 123)
41. Setalah berjuang Terus
habis-habisan di berusaha
ujian terakhir,
akhirnya aku berhasil
melampaui 0,1 digit
si nomor satu selalu.
Tipis sekali. (Hal.
127)
42. Dia memang Menepati janji
kemudian
menjelaskan jauh-
jauh hari sudah
berjanji akan datang
saat wisudaku. (Hal.
127)
43. “Terima kasih, bersyukur
Tuhan…” Aku
menggigit bibir.
“Terima kasih, Ibu…
Semoga Ibu
melihatnya dari
surga… Semoga Ibu
tersenyum dari
sana…” (Hal. 128)
44. Lihatlah anakmu! Terus
Benar-benar berubah. berusaha
Anak kumuh dan untuk meraih
kotor itu sudah cita-cita
berubah. Anak yang
berlepotan jelaga
asap mobil, debu
jalanan, sekarang
tumbuh menjadi
gadis berambut hitam
legam dengan
tatapan mata yakin
memandang masa
depan.
Seperti mimpi Ibu
dulu…. Mataku
berkaca-kaca. (Hal.
128)
45. “Lihatlah pengamen Memuji usaha
kecil yang kakinya seseorang
dulu tertusuk paku
payung. Gadis yang
menangis karena
kakinya berdarah!
Lihatlah! Dunia
seharusnya belajar
banyak darinya.”
Tertawa kecil, dia
pura-pura meninju
bahuku. (Hal. 129)
46. MiamiHeat: Kalo Peduli
Kak Tania mau
bilang Kak Tania
suka sama Oom
Danar, Dede sudah
lama tahu.
Ya Tuhan, kalimat
itu, Dede mengambil
alih permasalahan.
(Hal.137)
47. Esok harinya, adikku Pengertian
berbaik hati
mengambil inisiatif
pembicaraan
sensitive itu. Bukan,
bukan pembicaraan
untuk memburuk-
burukkan seseorang.
Aku berusaha
menghindari
membicarakan Kak
Ratna. Dede hanya
melaporkan banyak
hal. Sayang, laporan
itu semakin hari
semakin menohok
perasaan. (Hal. 139)
48. “Ya Tuhan, Berserah
bagaimana caranya diri kepada
aku bias bertahan Tuhan
hidup di rumah itu
walau sehari, saat
pulang nanti
mereka berdua
bermesraan?” (Hal.
139)
49. Tentu saja aku telah Mengakui
membuatnya kecewa. kesalahan
Ya Tuhan, bukankah di hadapan
aku pernah Tuhan
bersumpah untuk
selalu menuruti kata-
katanya? (Hal. 142)
50. “ Tahukah kau, Peduli
selama ini aku iri
padamu, Tania.
Setiap melihat
wajahmu yang
menyenangkan,
teman-teman di kelas
juga terbawa ikut
senang. Aku tak
pernah
membayangkan
punya teman dengan
kemampuan
memengaruhi sebesar
kau, Tania. Dan
tahukah kau, saat
melihatmu sekarang
menangis, hatiku
juga seperti ikut
tertusuk….” Anne
mendekapku.
Suaranya lemah. Dia
menarikku untuk
duduk. Mengangkat
kepalaku dari balik
bantal. (Hal. 143)
51. “Aku dulu mungkin Mengakui
keliru. Ya, aku dulu kesalahan
keliru. Kau yang
benar, Tania.
(Hal. 144)
52. Apa pun yang terjadi Menerima
malam mini, aku keadaan
akan terus yang ada
melanjutkan
kehidupanku. Dan
mungkin saja untuk
selamanya tidak
akan pernah
kembali lagi ke kota
ini. (Hal. 145)
53. Pukul 09.00 tepat! Menerima
Aku mendesiskan keadaan
luka di atas tempat yang ada
tidur.
Membiarkan
kamarku gelap tak
tertembus cahaya
matahari pagi. Aku
tak akan menangis
lagi. Aku akan
memilih meneruskan
hidup. Sekarang
mereka sedang
mengucap ikrar. Dia
memasang cincin
permata di jari manis
Kak Ratna. (Hal.
157)
54. Anne membantu peduli
banyak. Merawat
luka itu. Dede juga
membantu. Adikku
amat cepat dewasa
dalam urusan ini;
masih ingat soal
buku puisinya yang
disebut dia di pusara
Ibu dulu? (Hal. 162)
55. Bodoh sekali janjiku Mengakui
dulu, hanya kesalahan
membuatkan kue
untuknya. Apakah
dia juga berjanji
hanya akan memakan
kue buatanku?
Tidak, kan? Aku
menyeringai tipis.
Bahkan kekasih
sejatimu pun tidak
bisa berjanji seperti
itu. (Hal. 167)
56. Aku membuka kelas Berbagi
mendongeng, tetapi dengan
itu kulakukan tanpa sesama
niat yang benar-
benar tulus apalagi
keinginan untuk
berbagi. Aku hanya
ingin membukanya
saja. Bahkan aku
terkadang membenci
kenapa aku harus
berada bersama
anak-aak bertampang
China itu. Aku tidak
tulus menyukai
mereka. Aku
sungguh tak mengerti
mengapa dua
perasaan bumi-langit
itu muncul begitu
saja di hatiku secara
bersamaan.
(Hal. 167-168)
57. Aku hanya Jangan
menyengir, pastilah meremehkan
harapan yang keliru. orang lain
Dulu saja Dede
bercerita amat
berlepotan. Suka
ngomong sendiri.
Tidak pernah
melibatkan
pendengarnya.
Namun, sejurus
kemudian aku benar-
benar terkesima. Ya
Tuhan, aku seperti
melihat dia yang
sedang bercerita.
Anak-anak yang tadi
banyak berseru tiba-
tiba terdiam,
terpesona. Anne yang
senyum-senyum
melulu, ikut
menyimak senang.
Menatap lebih baik
adikku. (Hal. 177)
58. Aku tidak hanya Memberi
memberikan sekotak
kecil kue untuk studi
banding Miranti. Aku
juga memberikan
sekotak besar kue
terbaikku untuk dia
dan Kak Ratna. Anne
senang dengan apa
yang kulakukan
(“Kau melakukan hal
yang benar, Tania.”).
(Hal. 181-182)
59. Miranti baik sekali Menghargai
memutuskan untuk
tetap menggunakan
nama Ibu di sana
“WH Bakery”,
meskipun 100%
kepemilikan toko
tersebut sudah di
tangannya. Miranti
bahkan masih
menyisihkan
sebagian besar uang
untuk Dede.
“Royalti dan lain
sebaginya. Kak
Tania pokoknya
harus setuju!”
Miranti membujukku
habis-habisan di e-
mail agar aku
mengizinkan Dede
menerima transfer
uang tersebut. (Hal.
183)
60. “Dede ternyata bersyukur
keliru…. Ibu pergi
bukan karena tak
sayang lagi pada
Dede. Ibu pergi
untuk mengajarkan
sesuatu….”
Suara Dede mulai
serak.
“Bahwa hidup harus
menerima….
Penerimaan yang
indah. Bahwa hidup
harus mengerti…
pengertian yang
benar. Bahwa hidup
harus memahami…
pemahaman yang
tulus. Tak peduli
lewat apa
penerimaan,
pengertian, dan
pemahaman itu
datang. Tak masalah
meski lewat kejadian
yang sedih dan
menyakitkan. (Hal.
196)
61. Kelas mendongeng Selalu percaya
itu sempurna diambil dengan orang
alih oleh Anne.
Bisnis kueku
memang berkembang
baik, sekarang sudah
dua toko; tetapi
sekarang sepenuhnya
dikendalikan Encik
Faisal, salah seorang
karyawan lamaku.
Aku hanya sekali
sebulan datang
berkunjung. Dan itu
tak lebih memastikan
semuanya berjalan
baik, Encik Faisal
menyerahkan laporan
dan aku
memeriksanya.
Hanya itu. (Hal. 203)
62. dedebisadipercaya: Perhatian
Ngapain pula aku dengan orang
ikut-ikut masalah lain
ini? Paling mereka
Cuma bertengkar
biasa. Lagian kata
Tante Ratna, Dede
nggak mungkin
mengerti urusan ini,
kan?
Tingkah
menyebalkan adikku
kembali.
Tania: ini masalah
kita juga, adikku
yang tampan.
Makanya dulu aku
sering berdoa agar
dapat adik cewek,
bukan cowok seperti
kamu. Sensitif
sedikit. Ini urusan
kita juga. Kamu kan
bias nanya siapalah
di rumah Kak Ratna.
Bisa, kan?
(Hal. 216)
63. Lampu itu setia. Dan Mematuhi
penduduk kota ini peraturan
juga setia mengikuti
petunjuk tersebut.
Tak ada yang nekat
menerobos meskipun
jalanan amat
lengang. Semua
menunggu saatnya.
Menunggu masanya.
Sabar. (Hal. 220-
221)
64. Aku sudah jauh Berterimakasih
lebih sehat, Tania.
Terima kasih. Kau
pasti banyak
mendoakanku. Doa
gadis sebaik dirimu
pasti terkabul. (Hal.
223)
65. Demi membaca e- Perhatian
mail berdarah-darah dengan
itu, esoknya aku masalah
memutuskan pulang keluarga
segera ke Jakarta. Ini
masalah serius. Aku
tidak bias hanya
berdiam diri. Aku
adalah bagian dari
keluarga mereka, dan
aku berkepentingan
untuk setidaknya
bertanya. Hal itu juga
pasti akan dilakukan
Ibu kalau Ibu masih
ada. (Hal. 230)
66. “Oom Danar Jangan
memberikan membuka
password laptopnya. perivasi orang
Dede membuka file tanpa izin
naskah itu. Dede
sungguh tak berniat
membuka file-file
lain. Kak Tania tahu,
Oom Danar marah
bukan main waktu
Dede dulu membuka
laptopnya tanpa izin.
Dede hanya
mencetak naskah itu,
sesuai yang disuruh
Oom Danar. Dua
ratus halaman. Besok
Dede juga yang
diminta
mengantarkannya ke
penerbit.” (Hal. 240)
67. “Yang kau lupa, aku Semua
tumbuh dewasa masalah harus
seperti yang dihadapi dan
kauharapkan. Dan diselesaikan
tunas-tunas
perasaanmu tak bisa
kaupangkas lagi.
Semakin kautikam,
dia tumbuh dua kali
lipatnya. Semakin
kauinjak, helai daun
barunya semakin
banyak. Aku
beranjak menjadi
remaja. Tumbuh
seperti gadis
lainnya.” (Hal. 250)
68. Aku tak akan pernah Meminta
kembali lagi. maaf
Maafkan aku, Ibu.
Aku tak sempat
mampir di pusaramu.
Ibu memang tahu
segalanya. (Hal. 256)
Lampiran 4

TABEL DATA NILAI SOSIAL DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH


TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN

No. Data Nilai Sosial


1 Setiap malam aku datang ke toko Keakraban
buku ini.
Sudah menjadi ritual seminggu
terakhir. Satpam toko yang
matanya selalu menatap tajam
sudah mengenaliku. Mbak-mbak
yang rajin merapikan buku-buku
di rak juga sudah tahu. Termasuk
dua kasir di dekat escalator. (Hal.
11)
2 “Sendirian, Mbak?” seorang Keabraban
karyawan cowok toko buku basa-
basi menegurku. Dua pura-pura
membenahi tumpukan buku-
belajar-membaca yang
sebenarnya sudah sempurna
tersusun rapi dua langkah di
sebelah kananku. (Hal. 11-12)
3 Akhirnya malamini dia berani Keakraban
juga menyapa. Aku tahu
seminggu terakhir dia selalu
mencuri-curi pandan. Pura-pura
berada di sekitarku saat aku
berdiri menatap pemandangan di
luar. Dia pasti sudah
meneguhkan hati sepanjang sore
hanya untuk mengeluarkan suara
dan raut muka setegang ini.
Membujuk hatinya sepanjang
minggu agar berani menegur
seorang gadis yang
memesonanya. (Hal. 12)
4 Tak ada salahnya, memberikan Balas Budi
hadiah atas keberaniannya. Maka
aku tersenyum tipis, teramat
tipis, sedikit menoleh meski tak
menatap matanya. Lantas dengan
cepat sekali memandang ke
depan. (Hal. 12)
5 Aku tertawa mendengar Memberi
penjelasan itu. Tawa yang
bahagia. Bahagia karena dia
memujiku. Jangankan sebuah
pujian, tatapan matanya saja
sudah cukup membuatkan riang
sepanjang hari, sepanjang
malam. (Hal. 15)
6 Namun, haruskah mereka Menghargai Sesama
bertingkah seimpulsif itu?
Maksudku, tidak bisakah mereka
menahan diri untuk tidak
berlebihan seperti itu? (Hal. 15-
16)
7 Dia menggenggam jemariku. Keakraban
Mantap. Sebelah kiri memegang
bahu Dede. Dia menatapku
dengan pandangan itu. Tatapan
yang entah bagaimana
membuatmu mulai percaya diri.
Dia tersenyum hangat
menenangkan.
(Hal. 19)
8 Ah, ternyata ada banyak Memberi
kehidupan dan kesibukan di
dunia ini. Berbeda sekali dengan
yang selama ini aku jalani. Dan
aku tiba-tiba merasakan dia telah
memberi kami janji kehidupan
yang lebih baik. Gambaran masa
depan yang lebih indah.
(Hal. 20-21)
9 Tetapi di terminal tadi, ada Situasi terminal yang penuh dengan
kakak-kakak yang mabuk kekerasan.
memaksa meminta uang. Dia
mencengkeram leher Dede. Aku
bias saja berteriak. Tetapi
cengkeramannya keras sekali,
membuat muka Dede pucat pasi
tak bias mengeluarkan suara
aduh lagi.
(Hal. 21-22)
10 Dia beranjak dari duduknya, Tolong Menolong
mendekat. Jongkok di
hadapanku. Mengeluarkan
saputangan dari saku celana.
Meraih kaki kecilku yang kotor
dan hitam karena bekas jalanan.
(Hal. 23)
11 Aku menatapnya ragu-ragu. Memberi
Adikku Dede sudah sejak tadi
merengkuh sepatu itu dengan
tangannya. Penumpang lain
menatap kami tertarik. Dia hanya
membalas tatapan penumpang
lain dengan senyuman. (Hal. 25)
12 Sebelum magrib kami sudah Keharmonisan
pulang. Makan malam bersama
Ibu, lantas dengan penerangan
lampu teplok yang kerlap-kerlip
ditiup angin, aku belajar. Belajar
hingga larut malam. (Hal. 33)
13 Dia rajin seminggu dua kali Memberi
singgah sebentar di kontrakan
baru. Membawakan makanan,
buku-buku untukku, dan
permainan buat adikku. (Hal. 35)
14 Suatu hari Ibu pernah bilang dia Peduli
tidak lagi memberikan uang
sekolah buat kami, karena Ibu
sudah mampu mengurus
semuanya. Dia hanya tersenyum,
menggeleng. “Ibu tabung saja….
Kita tidak tahu apa yang terjadi
esok atau lusa, kan? Uang dari
kue dijadikan modal lagi saja….”
Ibu lagi-lagi menurut. Aku tak
mengerti benar dengan kata apa
yang akan terjadi esok atau lusa
itu. (Hal.48)
15 Pagi itu aku membawa Memberi
sebungkus besar kue-kue. Dia
seperti biasa sudah duduk di
ruangan itu. Mengenakan kemeja
biru kesukaannya. Beberapa
anak-anak sudah datang
mengelilingi (tak ada yang berani
duduk di posisiku). Aku
membuka bungkusan kue
tersebut. Kami beramai-ramai
mencicipinya.
(Hal. 49)
16 “Kau lihat siapa yang akan Peduli
kehilangan kalau dia meninggal.
Anak-anak itu tak punya siapa-
siapa lagi selain dia. Ya Tuhan,
lakukanlah apa saja aku
mohon….” Suaranya parau. (Hal.
56)
17 Dede akan tetap tinggal Peduli
bersamanya. Dia akan meminta
bantuan ibu-ibu tetangga untuk
mengurus adikku saat dia
bekerja. Ibu-ibu tetangga juga
sekalian akan mengurusi segala
keperluan rumah lainnya. Kak
Ratna juga akan membantu
mengawasi Dede, yang langsung
ditolak mentah-mentah oleh
adikku, (Hal. 70-71)
18 Aku anak terkecil di kelas. Ada Toleransi
dua puluh anak di sana. Sebagian
besar tampang mereka China,
beberapa berwajah Melayu, satu-
dua rada-rada bule. Tetapi akulah
yang paling terlihat berbeda.
Empat temanku dari Indonesia
lainnya dimasukkan ke dalam
kelas yang berbeda. Sebulan
pertama di sana aku kesulitan
berkomunikasi. Lebih banyak
memakai gerak tangan dan
mimik muka. Kursus bahasa
Inggris itu ternyata tidak banyak
membantu. Padahal nilaiku
selalu A. (Hal. 72-73)
19 Malam itu, menyambut Memberi
kedatanganku, dia membuat
acara kecil di halaman depan
yang luas. Tetangga-tetangga Ibu
dulu diundang. Juga tetangga
rumah baru sekarang. Juga anak-
anak kelas mendongeng. Ada
banyak anak-anak yang baru
kukenali, jumlah mereka
sekarang tambah banyak. (Hal.
80-81)
20 Mereka meniup terompet keras- Memberi
keras saat kami masuk ruangan.
Beruntung izin rebut malamini
sudah didapat dari pengawas
asrama yang galak. Lebih galak
daripada Miss G. Lagi pula,
malam Minggu ini peraturan di
dorm lebih longgar.
Menyanyikan lagu Happy
Birthday!
Meniup lilin. (Hal. 94)
21 Kebaikan itu memang tak selalu Peduli
harus berbentuk sesuatu yang
terlihat. Tak selalu dalam bentuk
uang dan materi. Dia berbagi
banyak hal hanya dari sikap dan
tabiat yang dicontohkannya.
Anak-anak di kelas
mendongengnya bisa menjadi
saksi atas segala kebaikan itu.
Dan itu terkadang jauh lebih
berharga dibandingkan bantuan
uang atau materi sekarung. (Hal.
184)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

Lampiran 5

COVER NOVEL “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI


ANGIN”
BIOGRAFI PENULIS

Aluisius Titus Kurniadi anak kedua dari dua bersaudara,

lahir di Yogyakarta pada tanggal 20 November 1993. Pada

tahun ajaran 2005/2006 menyelesaikan pendidikan dasar

di SD Pangudi Luhur Yogyakarta, kemudian pada tahun

ajaran 2008/2009 menyelesaikan pendidikan tingkat

menengah pertama di SMP N 16 Yogyakarta, dan pada

tahun ajaran 2011/2012 menyelesaikan pendidikan tingkat

menengah atas di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Pada tahun 2012, peneliti

melanjutkan studi di Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama

menjadi mahasiswa PBSI, peneliti aktif mengikuti dan terlibat aktif dalam berbagai

kegiatan baik di prodi maupun di luar prodi. Pada tahun 2013 peneliti ikut menjadi

panitia inisiasi fakultas, tahun 2014 peneliti ikut menjadi panitia inisiasi prodi, dan

pada tahun 2015 peneliti menjadi wakil ketua Studi Lapangan PBSI.

163

Anda mungkin juga menyukai