Grup 2 - Ilmu Kealaman Dasar.
Grup 2 - Ilmu Kealaman Dasar.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Akhiroh Atun (21023020P)
2. Lilista sari (21023011)
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Perkembangan Alam
Pikiran Manusia”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Isnanda N selaku dosen mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang sudah memberikan
kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
3.1. Kesimpulan................................................................................... 17
3.2. Saran............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Keberadaan manusia dengan sifat yang berbeda – beda menjadi salah
satu alasan kita untuk belajar bagaimana memahami alam pikir manusia dan
perkembangannya. Alasan lain adalah melihat bagaimana akal pikiran manusia
mengendalikan alam dan pengaruhnya baik positif ataupun negative. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas tentang “Memahami Alam Pikiran Manusia
dan Perkembangannya”.
1.5. Manfaat
2
1.4.1 Bagi Penulis
a. Meningkatkan rasa solidaritas antar sesama dalam satu kelompok
kerja
b. Sebagai kelengkapan tugas mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar
c. Meningkatkan pemahaman tentang manusia dan kehidupannya
3
BAB II
POKOK BAHASAN
4
tidak lahir dengan sendirinya, tetapi melalui suatu proses pendidikan (disiplin).
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di
alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa
dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui
proses evolusi. Pembahasan mengenai evolusi akan dijelaskan pada pokok
bahasan sejarah pengetahuan manusia.
Hakikat manusia terdiri atas aspek – aspek, sebagai berikut:
1. Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
a. Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan
penyadaran diri (self – awarness). Karena itu, manusia adalah subjek
yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan
segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia bukan
saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus
sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari
perbedaanya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam
semesta, manusia merupakan bagian daripadanya.
b. Manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan, maka dalam
pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya
fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena
kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya
perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia
merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha
Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan
ketidakberdayaannya dibanding Tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha
Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu.
Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi, manusia
merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya.
Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap
Tuhannya
5
kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai individu,
manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan
dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek
yang otonom.
b. Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri.
Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin
menjadi dirinya sendiri atau bebas bercita – cita untuk menjadi seseorang
tertentu dan masing – masing mampu menyatakan “inilah aku” ditengah
segala yang ada. Setiap manusia mampu mengambil distansi, menempati
posisi, berhadapan, menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas
mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan atas tanggung
jawabnya sendiri atau otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan
tidak sebagai objek.
6
hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada
diluar manusia, bahkan hakikatnya meliputi perbuatan manusia itu sendiri.
Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru
menjadi manusia karena bersama kebudayaannya (C.A.
Vanpeursen,1957). Sejalan dengan ini Ernt Cassirer menegaskan bahwa
“manusia tidak menjadi manusia karena sebuah factor didalam dirinya,
misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu
pekerjaannya, kebudayaanya. Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat
manusia” (C.A. Vanpeursen, 1988).
b. Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika
pada diri manusia mengimplikasikan adanya perubahan dan
pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung pula oleh
pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat
adanya dampak positif dan negative dari kebudayaan terhadap manusia,
masyarakat kadang-kadang terombang ambing diantara 2 relasi
kecenderungan. Disatu pihak ada yang mau melestarikan bentuk lama
(tradisi), sedang yang lain terdorong untuk menciptkan hal-hal yang baru
(inovasi).
7
6. Manusia Sebagai Makhluk Beragama
Aspek keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial
eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku. Di lain pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-
utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk
dipikirkan manusia agar manusia beriman dan bertaqwa kepadaNya.
Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah
yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagaman akan tampak dalam
kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Hal ini baik
berkenaan dengan sistem keyakinannya, system peribadatan maupun
berkenaan dengan pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan
manusia dengan tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta
hubungan manusia dengan alam.
Manusia mempunyai naluri dan nurani. Dengan adanya nurani,
manusia dapat melakukan penalaran berdasarkan pemikiran yang logis dan
analisis. Berbeda dengan binatang yang hanya mempunyai naluri seperti
memperoleh makanan,berkembang biak,dan mempertahankan diri dari
pemangsa.
Rasa ingin tahu manusia akan sesuatu terus berkembang (curiousty),
sedangkan makhluk yang lain rasa keingintahuannya tidak akan berkembang
(idle curiousty). Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu dimulai dari
pertanyaan apa atau “what” tentang sesuatu, lalu dilanjutkan dengan pertanyaan
bagaimana atau “how” dan mengapa atau “why”.
1. Kelebihan Manusia dari Penghuni Bumi Lainnya
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan penghuni bumi lainnya. Beberapa kelebihan manusia dari pada
makhluk lainnya antara lain:
a) Manusia sebagai makhluk berpikir dan bijaksana (Homo sapiens) yang
dicerminkan dalam tindakan dan perilakunya terhadap lingkungannya.
b) Manusia sebagai pembuat alat karena sadar akan keterbatasan
inderanya.
c) Manusia dapat berbicara (Homo Langues) baik secara lisan maupun
8
tulisan.
d) Manusia dapat hidup bermasyarakat (Homo sosius) dan berbudaya
(Homo Humanis).
e) Manusia dapat mengadakan usaha (Homo Economicus).
f) Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama (Homo religious).
9
rasa ingin tahu manusia terhadap alam semesta ini . Jawaban tehadap
berbagai banyak pertanyaan manusia terhadap peristiwa dan gejala
yang terjadi di alam semesta ini akhirnya menjadi ilmu pengetahuan.
10
makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.Dari
sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan
keras itulah yang merupakan sifat unik manusia.
11
Sifat ingin tahu manusia berkembang seiring dengan perkembangan
umur dan waktu dimana manusia tersebut hidup. Pada zaman pra sejarah
manusia hidup dari berburu dan berladang yang berpindah dari satu tempat ke
tempat lain, kemudian meningkat menjadi petani dan peternak yang
menetap.Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni
perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya
dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa
ini. Berikut ini,pengelompokan perkembangan kecerdasan manusia
berdasarkan usia dari bayi hingga dewasa.
a. Masa bayi (0 – 2 Tahun)
Masa bayi menurut psikologi disebut juga sebagai periode sensomotorik.
Pada periode ini, perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat. Ia mulai
belajar makan,berjalan,berbicara,dan mengikatkan diri pada orang
lain.Dengan gerakan – gerakan anggota tubuhnya,ia belajar memadukan
keterangan – keterangan melalui semua alat inderanya.
b. Masa Kanak – kanak ( 3 – 5 Tahun )
Masa kanak – kanak disebut sebagai periode praoperasional,dengan
kisaran usia 2 – 7 tahun.Pada periode ini,dorongan keingintahuannya
sangat besar,sehingga banyak yang menyebut masa ini sebagai masa
bertanya.Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki keterampilan
berbahasa lisan.Namun,pada masa ini pengungkapannya sering
menggunakan lambang – lambang,seperti bermain mobil dengan garasinya
menggunakan kotak kosong.
c. Masa Usia Sekolah ( 6 – 12 Tahun )
Masa ini disebut juga sebagai periode operasional nyata,dengan kisaran
usia 7-11 tahun.Pada periode ini,anak sangat aktif,ditandai dengan
perkembangan fisik, dan motorik yang baik.Para ahli psikologi menyebut
juga masa ini sebagai “ masa tenang”,karena proses perkembangan
emosional si anak telah mendapatkan kepuasan maksimal sesuai dengan
kemampuan individu.Perolehan pengetahuannya masih dengan induksi
(pengamatan dan percobaan),walaupun sudah dimulai dengan
menggunakan penalaran dan logika.
d. Masa Remaja ( 13 – 20 Tahun )
Masa remaja disebut juga periode operasional formal ( 11 – 15 tahun).
12
Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik),baik dengan dirinya
sendiri maupun dengan orang dewasa. Mereka berusaha mengekspresikan
dirinya sebagai orang dewasa, padahal secara fisik,mental,dan emosional
belum mampu menggunakan nalar serta berhipotesis.
13
peristiwa alam dan menemukannya dalam kekuatan-kekuatan adimanusiawi.
Pada masa anak-anak ini secara instingtif manusia mencoba menjelaskan
fenomena-fenomena. Manusia mencari penyebab sejati dari yang tidak diketahui
yang dianggap berasal dari benda berjiwa dan sesuatu yang menyerupai
manusia. Oleh Comte, mentalitas animistik ini didiskripsikan sebagai tahap
fetisisme. Lalu pada tahap berikutnya berkembang politeisme yang
memproyeksikan kekuatan alam menjadi bentuk dewa-dewa. Berikutnya dewa-
dewa politeisme ini dilebur menjadi satu konsep Tuhan monoteisme. Inilah urutan
sub - bagian dari fetisisme, politeisme, hingga monoteisme yang terdapat
bersama di dalam tahap teologi.
Tahap kedua sebagai tahap metafisis. Pada tahap metafisis ini,
penjelasan aktifitas kehendak ilahi diganti menjadi idea-idea fiksi seperti ether,
prinsip-prinsip penting, dll. Masa transisi dari tahap teologi ke metafisis ini telah
selesai ketika konsep supernatural dan dewa-dewa digantikan oleh konsep all-
inclusive Nature.
Tahap ketiga yaitu tahap positif. Tahap ini dikatakan sebagai masa
dewasa dari mentalitas. Pada tahap ini, pikiran memusatkan diri pada fenomena
atau fakta hasil observasi dimana itu semua digolongkan di bawah hukum umum
deskriptif umum, seperti hukum gravitasi. Dengan adanya hukum-hukum
deskriptif ini akan membuat berbagai prediksi menjadi nyata. Dan memang,
sasaran dari pengetahuan positif yang sejati adalah kemampuan untuk
memprediksi dan mengontrol. Pengetahuan positif itu sejati (real), pasti (certain),
dan berguna (useful). Meskipun pikiran bahwa pengetahuan positif itu pasti,
namun Comte juga mendesak bahwa ini harus ditatapkan pada perasaan relatif.
Ini karena kita tidak bisa mengetahui keseluruhan alam semesta. Pengetahuan
positif ini juga relatif dimana proses mencari yang absolut ditinggalkan. Dengan
kata lain, pengetahuan positif tidak mampu mengetahui penyebab terakhir.
Comte selalu menganggap ini hanyalah masalah pada masa teologi dan
metafisis.
Lalu teori tiga tahap memiliki sedikit hubungan dengan reorganisasi
masyarakat. Comte juga menggolongkan tahap tersebut dengan bentuk
organisasi sosial. Tahap teologi diasosiasikan dengan kepercayaan pada otoritas
absolut, kebenaran ilahi dari raja, dan golongan sosial yang berbau militer.
Dengan kata lain, golongan sosial didapatkan melalui otoritas atas. Lalu dalam
14
tahap metafisis ada kepercayaan pada hukum-hukum abstrak. Dan yang terakhir
tahap positif yang diasosiasikan dengan perkembangan masyarakat industri.
Dalam tahap ini, kegiatan ekonomi menjadi perhatian dan terdapat para elit
dalam ahli ilmu pengetahuan yang mengorganisasikan kelompok masyarakat.
Bagi Comte, abad pertengahan itu merupakan representasi tahap teologi.
Masa pencerahan sebagai representasi tahap metafisis. Lalu masa dimana
Comte hidup merupakan awal tahap positif. Dari tiga tahap perkembangan
manusia ini dapat diambil dua point. Pertama, berhubungan dengan
kepercayaan. Comte menyatakan kepercayaan kita ini kerdil karena tidak
didasarkan akal sehat dimana tidak ada alasan positif untuk percaya bahwa ada
Tuhan yang transenden. Dengan kata lain, penyebaran ateisme adalah ciri-ciri
perkembangan pikiran pada masa dewasa ini. Kedua, berhubungan dengan
korelasi tiga tipe organisasi sosial dengan tiga tahap perkembangan manusia.
Dalam kajian ini Comte mau mengungkapkan semakin intelektual manusia maju
maka perkembangan sosial dapat berjalan lebih cepat. Ini dikarenakan ada suatu
rencana sosial yang dilakukan oleh para elite pengetahuan juga ada suatu
apriaori bahwa semakin mental maju maka kemajuan sosial akan lebih cepat
tercapai. Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metefisika. Mitologi adalah
pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita
mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos
sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan
pengetahuan, penalaran dan pancaindra manusia serta keinggintahuan manusia
yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM)
yaitu horoskop (ramalan bintang), eliptika (bidang edar matahari) dan bentuk
alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar
sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Menurut George J. Mouly, permulaan ilmu dapat disusur sampai pada
permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan
beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk
mengerti keadaan dunia. Masa manusia purba dikenal juga dengan masa pra-
sejarah. Menurut Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, masa sejarah dimulai
kurang lebih 15.000 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini
15
pengetahuan manusia berkembang lebih maju.
Mereka telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung. Kebudayaan
mereka pun mulai berkembang di berbagai tempat tertentu, yaitu Mesir di Afrika,
Sumeria, Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di Amerika
Tengah. Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka. Meski agak
berbeda dengan pendapat tersebut, Muhammad Husain Haekal (1888-1956)
berpendapat lebih spesifik bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu
tahun yang lalu (berarti sekitar 4000 SM) adalah Mesir. Zaman sebelum itu
dimasukkan orang ke dalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu, sukar sekali
akan sampai kepada suatu penemuan yang ilmiah.
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah
Thales (624-546) seorang astronom, pakar dibidang matematika dan teknik. Ia
berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya mementulkan
sinar matahari,dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya
seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang
diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan
pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Berdasarkan hal itulah mulailah dikembangkan pengetahuan praktis
yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan sosialnya. Pengetahuan ini
selanjutnya disebut sebagai teknologi yang merupakan penerapan IPA dalam
kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi, produksi dan industri secara
tidak langsung akan diikuti dengan perubahan pola hidup manusia. Perubahan ini
juga semakin mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang lebih kompleks.
Dengan demikian manusia akan terus berusaha mengetahui segala rahasia alam
semesta yang belum terungkap.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan materi pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga
mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau disebut “idle
curiousity” atau “instinct.” Segala aktivitasnya didorong oleh instink itu dengan
tujuan untuk melestarikan hidupnya.
Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi
dari segala yang mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari
keingintahuannya itu merupakan “pengetahuan”-nya. Pengetahuan
manusia selalu berkembang. Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin
tahu juga tentang “apa,” “bagaimana” dan “mengapa”, Sehingga Auguste
Comte memformulasikan menjadi tiga tahap perkembangan manusia,
yaitu 1) teologi, 2) metafisis, dan 3) positif.
Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal
serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan
bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya. Hal ini pula yang
membedakannya dengan makhluk lain (hewan).
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam
yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan
memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
3.2. Saran
Hendaknya sebagai manusia kita selalu mengasah kemampuan berpikir
kita dan mengoptimalkan kemampuan otak , mencari ilmu pengetahuan dengan
terus belajar dan terus berlatih sehingga dapat menciptakan ide-ide baru dan
menghasilkan karya-karya baru yang kreatif dan inovatif dengan cara yang di
17
redhai Allah sebagai wujud rasa syukur kita kepada sang Khalik.
DAFTAR PUSTAKA
http://ramlahazkiyah.blogspot.co.id/2015/11/makalah-alam-pikiran-manusia.html
http://adinda69.blogspot.co.id/2014/09/makalah-alam-pikiran-manusia-dan.html
http://www.academia.edu/16388792/Makalah_Alam_Pemikiran_Manusia
http://noctisora.blogspot.co.id/2011/09/sejarah-pengetahuan-manusia.html
http://www.wivrit.com/2012/10/alam-pikiran-manusia-dan-rasa-
keingintahuannya.html
18
19