Anda di halaman 1dari 68

...……..

…………………………………………………

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan minibook yang berjudul “Dakwah
Multikultural dan Komunikasi Lintas Budaya” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan minibook
ini adalah untuk memenuhi tugas UAS Bapak Abu Amar
Bustomi, M.Si Selain itu, minibook ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang mata kuliah dakwah
multikultural dan komunikasi lintas budaya bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga menyadari minibook yang saya tulis ini


masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan minibook ini.

Surabaya, 24 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................2
BAB I MENGENAL DAKWAH
MULTIKULTURAL & KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA....................................................................4
BAB II GERAKAN PENDEKATAN DAKWAH
MULTIKULTURAL.................................................14
BAB III TUJUAN, FUNGSI, & PERANAN
DAKWAH DALAM KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA..................................................................20
BAB IV DAKWAH DI TENGAH KERAGAMAN
KOMUNIKASI ANTAR ETNIK, RAS, DAN
BANGSA...................................................................31
BAB V POLA KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
DALAM DAKWAH..................................................35
BAB VI Memahami Unsur - Unsur Komunikasi Lintas
Budaya dalam Berdakwah.........................................38
BAB VII Aktivitas Komunikasi Lintas Budaya Verbal
dan Non Verbal dalam Ilmu ad-Dakwah...................40
BAB VIII Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
dalam Dakwah Multikultural Modern.......................45
BAB IX Budaya dan Kearifan Dakwah.....................52
DAFTAR PUSTAKA................................................60

3
BAB I

MENGENAL DAKWAH MULTIKULTURAL &


KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Definisi Dakwah Multikultural

Apa sebetulnya yang disebut dengan dakwah?


Kata dakwah sering diungkapkan dalam Al - Qur’an

4
secara langsung oleh Allah dalam ayat Al - Qur’an. Ini
membuktikan bahwa dakwah adalah hal yang sangat
penting dalam kehidupan manusia.

Dakwah menurut bahasa berasal dari kata yang berarti


panggilan, seruan dan ajakan (Pimay, 2005. 3).
Sedangkan menurut istilah, banyak sekali definisi
dakwah. Menurut Saifudin Azhari, dakwah adalah segala
aktivitas yang mengubah suatu situasi lain yang lebih
baik menurut ajaran islam. Tetapi juga berupa usaha
untuk meneruskan dan menyampaikan kepada
perorangan dan umat. Konsepsi Islam tentang pandangan
dan tujuan hidup manusia di dunia dan akhirat ini yang
meliputi amar ma’ruf nahi mungkar, dengan berbagai
media dan cara yang diperbolehkan, akhlak yang
membimbing pengalamannya dalam kehidupan
perseorangan, berumah tangga tangga, bermasyarakat,
bernegara (Anshari, 1969. 87).

Dakwah secara normatif yakni mengajak


manusia kepada jalan kebaikan dan petunjuk untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat (Mahfud,

5
1970. 27). Lalu yang di maksud dengan berdakwah
secara multikultural adalah upaya aktualisasi iman yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kehidupan manusia
beriman dalam bidang kemasyarakatan yang
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara
berpikir, merasa, bersikap dan berperilaku manusia pada
dataran individual maupun sosiokultural dalam rangka
mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan
dengan menggunakan cara tertentu (Rozi,2007.34).

Definisi Komunikasi Lintas Budaya

Budaya - budaya yang berbeda memiliki sistem


nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan
tujuan hidup yang berbeda. Cara berkomunikasi sangat
bergantung pada budaya, bahasa, aturan, dan norma
masing-masing (Liliweri,2011.9). Komunikasi dan
kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya memperhatikan pada variasi
langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi
komunitas manusia atau kelompok sosial. Dalam
bukunya, Abraham laswell mengatakan bahwa

6
komunikasi adalah who says what to whom in this
channel with what effect (siapa berbicara apa dengan
media apa yang menghasilkan efek).

Efek disini merupakan sikap dan tingkah laku


dari hasil berkomunikasi tersebut. Ada juga yang
mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran
pesan dari komunikator dan komunikan yang
menghasilkan efek. Disini jika kita runtut, kebanyakan
para ahli mendefiniskan komunikasi dari unsur-
unsurnya. Adapun unsur - unsur komunikasi adalah :
komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek.

Adapun komunikasi lintas budaya adalah


komunikasi yang dilakukan untuk segala macam budaya.
Sudah diketahui bahwa di dunia ini banyak sekali ragam
budaya. Kita ambil contoh Indonesia saja. Di negri ini,
ratusan macam budaya berbeda. Kebanyakan kegagalan
berkomunikasi adalah akibat faktor ketidak pahaman
akan budaya. Sementara itu Noise yang paling
berpengaruh dalam proses komunikasi adalah budaya.

7
Komunikasi lintas budaya mencoba untuk melakukan
pendekatan pendekatan dengan berbagai cara, seperti
psikologis, sosiologi, kritik budaya, dialog budaya dan
lain lain. Dari sini akan terbentuk suatu pengertian
bersama akan adanya perbedaan budaya.

Komunikasi lintas budaya mencoba untuk memahami


akan keragaman tersebut. Sehingga benturan - benturan
kebudayaan atau disintregasi sosial tidak akan terjadi
(Mulyana, 2001. 12).      Menurut teori komunikasi antar
budaya, Edward T. Hall, komunikasi dan budaya
memiliki hubungan sangat erat.
Menurutnya, communication is culture and culture is
communication.

Kesimpulan Dakwah Multikultural & Komunikasi Lintas


Budaya

Dalam dakwah, unsur dakwah meliputi


dai, mad’u, metode, materi, media. Dan dalam
komunikasi, unsurnya adalah komunikator, komunikan,
pesan, media, dan efek. Keduanya hampir sama
maknanya, hanya saja dalam unsur dakwah, efek tidak

8
dicantumkan. Namun pasti setiap komunikasi baik
dilakukan dengan kemasan dakwah, akan tetap
memberikan efek tersendiri.

Contohnya, seorang da’i, dituntut untuk bisa


menyampaikan materi kepada mad’u secara gamblang
dan dapat diterima oleh mad’u, ini merupakan
keharusan. Karena seorang da’i dianggap berhasil
apabila ia telah mampu memahamkan mad’u-nya.
Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah (dakwah antar suku,
budaya dan bangsa), dimana da’i dan mad’u berbeda
suku dan budaya dalam satu kesatuan bangsa atau pun
berbeda bangsa (Enjang, 2009. 69). 

Bagaimana para da’i melakukan tugasnya sebagai


pengayom masyarakat, penyelamat masyarakat dan
memajukan masyarakat dengan pendekatan yang lebih
.dekat dan ramah dengan budaya yang dianut masyarakat
setempat (Aripuddin, 2011. 16). Kemudian dalam
kaitannya dengan dakwah multikultural adalah pada
tujuan dan fungsi dari komunikasi lintas budaya itu

9
sendiri. Dalam komunikasi, hal ini disebut komunikasi
efektif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, seorang dai
harus bisa memahami kondisi mad’u.

Di sinilah letak pentingnya komunikasi lintas budaya,


karena dengan memahami budaya yang ada, maka
dakwah dapat dilaksanakan dengan baik.

Salah satu metode yang digunakan dalam


berdak.wah adalah dakwah
bil hikmah, dakwah bil hikmah dilakukan dengan cara
yang arif dan bijaksana, yaitu melalui pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu
melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak
merasa ada paksaan, tekanan, mapun konflik. Inilah yang
bisa diterapkan dalam konsep dakwah lintas budaya.
Penekanannya adalah cara melaksanakan dakwah
Rasulullah dan menjadi rujukan dan referensi dakwah
bagi kita saat ini. Melakukan dakwah yang sebenarnya
adalah hal yang sangat mudah. Karena kita dapat
melakukan dakwah dimana saja dan kapan saja. Dalam
menyampaikan dakwah kita harus merujuk kepada Al-

10
Quran dan Hadis Nabi. Salah satu metode dakwah yang
sampai saat ini masih relevan dipraktekkan
oleh para dai adalah dapat merujuk kepada Hadis Nabi
sebagai berikut :

“Permudahlah, jangan mempersulit, sampaikan


kabar gembira dan jangan membuat orang lari (HR.
Bukhari).”

Dakwah antar budaya merupakan proses dakwah


yang mempertimbangkan keragaman budaya antar da’i
(subjek dakwah) dan mad’u (objek dakwah), dan
keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi pada
tingkat antar budaya, agar pesan dakwah dapat
tersampaikan, dengan tetap terpeliharanya situasi damai
(Aripudin, 2012. 25). Dakwah antar budaya merupakan
kajian proses berdakwah mengajak seorang manusia
untuk menyampaikan pesan - pesan agama
Islam dan perilaku Islami sesuai dengan konsep budaya
yang berkembang di masyarakat. Hakikat dakwah antar
budaya itu bagaimana kita dalam berdakwah,
menggunakan budaya sebagai materi, metode, sesuai

11
dengan kondisi budaya sasaran dakwah (mad’u). Karena
setiap orang, setiap tempat wilayah dan lingkungan
mempunyai kondisi sosial budaya yang berbeda-beda.

Lebih lanjut, mempelajari dan mengenal dakwah


multikultural dan komunikasi lintas budaya dapat
membuat kita lebih berhati-hati dalam membangun
hubungan dengan budaya
lain. Para pendakwah harus memahami tempat, budaya,
kebiasaan dan bahasa objek dakwahnya karena hal
tersebut menentukan kesuksesan dakwah yang
dilakukannya.

12
BAB II

GERAKAN PENDEKATAN DAKWAH


MULTIKULTURAL

Indonesia adalah bangsa yang memiliki


keanekaragaman suku, bahasa, etnis, golongan, warna
kulit, dan agama yang menjadi aset bangsa yang akan
tetap bersatu membentuk harmoni di dalam wadah
keindonesiaan. Keanekaragaman fenomena kehidupan
manusia dalam berbagai aspeknya merupakan kehendak

13
Allah yang harus disikapi dengan penuh kearifan.
Kebhinekaan manusia dalam segala aspeknya dinamakan
juga masyarakat multikultural.

Sebagian umat beragama senantiasa mensosialisasikan


ajaran-ajaran agama mereka kepada masyarakat yang
plural. Disinilah multikultural perlu dimiliki oleh
siapapun yang hendak menyampaikan pesan-pesan
agama dalam masyarakat yang multikultural. Sebab
perspektif multikultural menekankan pengakuan
terhadap pluralitas budaya sekaligus menerima secara
positif segala bentuk pluralitas budaya kehidupan umat
manusia tersebut, dilihat dari perspektif multikultural,
penyampaian pesan - pesan agama atau dakwah
meniscayakan seorang da’i memahami keanekaragaman
kultural masyarakat dan bersikap positif terhadap
keanekaragaman tersebut.

Berdakwah secara multikultural berarti juga


berupaya menciptakan keharmonisan di tengah-tengah
masyarakat yang beragam dan tetap mampu
mengendalikan diri dan bertoleransi terhadap segala

14
bentuk perbedaan yang tidak mungkin disetarakan.
Itulah inti dari prinsip dakwah multikultural. Tulisan ini,
akan membahas tentang dakwah multikultural kemudian
dilanjutkan dengan mengeksplorasi basis dan pendekatan
dakwah multikultural.

Basis dakwah multikultural dikaji melalui telaah doktrin


Islam yakni melalui perspektif tafsir agar diperoleh
pandangan yang lebih holistik dari sudut Qur’ani.

Dakwah multikultural sejatinya berangkat dari


pandangan klasik dakwah kultural, yakni pengakuan
doktrinal Islam terhadap keabsahan eksistensi kultur dan
kearifan lokal yang tidak bertentangan dengan prinsip
tauhid. Hanya saja dakwah multikultural berangkat lebih
jauh dalam hal intensitas atau keluasan cakupan
kulturnya. Kalau dakwah paradigma kultural hanya
fokus pada persoalan bagaimana persoalan Islam dapat
disampaikan lewat kompromi dengan budaya tertentu,
maka dakwah multikultural memikirkan bagaimana
pesan Islam ini disampaikan dalam situasi masyarakat
yang plural, tanpa melibatkan unsur “monisme moral”

15
yang bisa merusak pluralitas budaya dan keyakinan itu
sendiri. Pendekatan multikulturalisme mencoba melihat
yang banyak itu sebagai keunikan tersendiri dan tidak
seharusnya dipaksa untuk disatukan, tetapi tetap berjalan
harmonis dalam keragaman.

Intinya, pendekatan multikulturalisme dalam


dakwah berusaha untuk mencapai dua hal, yaitu titik
temu dalam keragaman, dan toleransi dalam perbedaan.
Dakwah dengan pendekatan multikulturalisme adalah
sebuah pemikiran dakwah yang concern pada
penyampaian pesan - pesan Islam dalam konteks
masyarakat plural dengan cara berdialog untuk mencari
titik temu atau kesepakatan terhadap hal hal yang
mungkin disepakati, dan berbagai tempat untuk hal - hal
yang tidak dapat disepakati. Sebagaimana telah
diungkapkan .sebelumnya, multikultural merujuk kepada
konsep kebinekaan yang bersifat multi dimensi yang
meliputi aspek bahasa, warna kulit, budaya, suku, etnis,
bangsa, dan agama. Bila merujuk kepada Al-Qur’an, kita
akan menemukan bahwa fakta multikultural umat
manusia merupakan kehendak sekaligus sunnatullah bagi

16
kehidupan umat manusia sepanjang sejarah. Kita dapat
melihat beberapa ayat berikut, sebagai basis dakwah
multikultural.

QS. Al-Hujarat : 13 “Hai manusia!


Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui, lagi Maha Mengenal”. Penggalan pertama
ayat di atas sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah
pengantar untuk menegaskan bahwa semua manusia
derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada
perbedaan antara satu suku dengan yang lain. Tidak ada
juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki
dan perempuan karena semua diciptakan dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan.

17
Sebagai manusia, ia diturunkan dari sepasang
suami - istri. Suku, ras dan bangsa mereka merupakan
nama - nama untuk memudahkan saja, sehingga dengan
itu kita dapat mengenali perbedaan sifat - sifat tertentu.

Dihadapan Allah mereka semua satu, dan yang paling


mulia ialah yang paling bertakwa. Allah Swt
menciptakan manusia berbeda - beda suku, ras, dan
bangsanya supaya saling mengenal. Melalui perkenalan
itu mereka saling belajar, saling memahami, saling
mengerti dan saling memperoleh manfaat, baik moril
maupun materil. Perkenalan itu niscaya menginspirasi
semua pihak untuk menjadi lebih baik dari yang lain dan
untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Pendekatan pada dakwah mencoba


mendakwahkan agama dengan pendekatan multikultural
yang menghargai, menghormati budaya dan perbedaan
pemahaman sebagai sunnatullah yang mesti dijaga
keberadaannya. Hal ini dilakukan karena Indonesia
adalah rumah bersama semua warga bangsa yang
berbeda-beda agama, suku, adat istiadat, yang semua

18
perlu dihormati, agar tercapai kehidupan damai, rukun,
dan sejahtera.

BAB III

TUJUAN, FUNGSI, & PERANAN DAKWAH


DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

19
Manusia adalah makhluk yang berbudaya.
Manusia secara fisik hampir tak memiliki perbedaan
yang mencolok antara satu dengan yang lainnya.
Kemudian dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus-menerus terhadap objek dakwah.

Dari masa ke masa kegiatan dakwah selalu mengalami


perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi budaya dan
situasi lingkungan. Para da’i dituntut harus bisa
mengetahui gambaran dakwah atau uraian yang
mengandung berbagai keterangan, informasi, dan data
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
menyusun suatu rencana kegiatan dakwah secara
sistematis dan terinci tentang daerah atau batasan
geografis yang nantinya akan mewujudkan dakwah antar
budaya oleh sang da’i. Oleh karenanya dibutuhkan
aktivitas dakwah agar senantiasa mampu mewujudkan
dakwah antar budaya saling rukun, saling menghormati
dan menghargai diantara sesama serta mampu menjalin
hidup yang toleran dengan kearifan budaya yang ada.

20
 Tujuan dakwah dalam komunikasi antar budaya
merupakan proses dakwah yang mempertimbangkan
keragaman budaya antar subjek, objek dakwah serta
keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi
supaya pesan dakwah dapat tersampaikan dengan tetap
terpelihara situasi dan kondisi dengan damai.

Fungsi dakwah dalam komunikasi antar budaya


merupakan sebuah proses ikhtiar menyampaikan
sekaligus mengajak menuju risalah ajaran Islam secara
terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang sejarah,
untuk itu diperlukan pengelolaan yang bijaksana,
memakai argumentasi data dan informasi dengan
penampilan (kemasan) yang baik. Pesan-pesan dakwah
hendaknya dapat memberikan petunjuk dan pedoman
hidup yang menyejukkan hati (Basit, 2005:151)

Peranan dakwah dalam komunikasi antar budaya


mencakup beberapa sendi yang sangat luas, hal ini dapat
berlangsung dengan baik bila kita mau menjaga
keharmonisan dan sikap toleransi antar budaya. Untuk
mewujudkan keberlangsungan dakwah antar budaya ini

21
tentunya yang perlu kita lakukan adalah tindakan –
tindakan, sikap, perilaku yang sudah terprogram secara
baik dan dikerjakan sesuai dengan rencana yang matang,
tidak dengan asal melakukan. Misalnya kita melakukan
perencanaan, penyelenggaraan berdakwah dengan cara
bagaimana agar dakwah kita tidak menyinggung
perasaan bagi mereka yang tidak satu keyakinan dengan
kita,

begitu pula sebaliknya kita juga tidak mengganggu dan


mengejek ibadah mereka sebatas mereka juga tidak
mengganggu dengan ibadah yang kita lakukan (Amin,
2009: XVII).

Sebagai makhluk yang berbudaya, maka misi


dakwah melalui pendekatan dakwah komunikasi antar
budaya, manusia selalu hidup bersama dan tidak dapat
hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Setiap
manusia hidup dalam satu lingkungan budaya tertentu.
Setiap lingkungan budaya itu senantiasa memberlakukan
adanya nilai-nilai sosial dan budaya yang diacu oleh
warga masyarakat sebagai penghuninya. Melalui suatu

22
proses secara berkesinambungan itulah setiap manusia
akan menganut suatu nilai dakwah yang diperoleh dari
lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian
diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan”
yakni pola sikap dan perilaku kehidupan sehari - hari,
dengan demikian pola perilaku seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain akan dipengaruhi oleh
nilai - nilai yang diperoleh dari lingkungan antar
budayanya.

Kekuatan nilai - nilai dakwah antar budaya


maupun segala sumber daya budaya yang ada akan
membentuk dan mempengaruhi pula tingkah laku. Oleh
karena itu, setiap individu memiliki lingkungan sosial
antar budaya yang saling berbeda dengan yang lain,
maka situasi ini menghasilkan karakter sosial budaya
setiap individu bersifat unik, khusus, dan berbeda
dengan orang lain dan itu yang kita sebut penerapan
dakwah dalam komunikasi antar budaya, meskipun
berasal dari keluarga yang sama, karakter seseorang
tidaklah sama persis dengan anggota keluarga lainnya
karena lingkungan budayanya tidak terbatas pada

23
keluarga, melainkan mencakup teman sebaya,
masyarakat, sekolah, media massa, dan sebagainya..
Untuk mewariskan budaya tersebut, proses dakwah
dilakukan melalui tiga upaya yang saling kait mengait,
yaitu: (1) pembiasaan (habit formation), (2) proses
dakwah dan nasihat baik, dan (3) keteladanan (role
model).

Sebagaimana agama Islam saat ini, Islam


memberi banyak petunjuk dalam hal penerapan dakwah
dalam komunikasi antar budaya,

kalau dalam Islam kita kenal dengan istilah ukhuwah


Islamiah, suatu ikatan persaudaraan tidak hanya kepada
sesama muslim akan tetapi lebih dari itu kepada non
muslim sekalipun kita juga diharapkan selalu bersikap
baik saling menghormati satu sama lain dan ini akan
menumbuhkan dakwah komunikasi antar budaya
semakin terasa. (Amin, 2009:215).

‘’Review Video Tujuan, Fungsi, dan Peranan


dakwah dalam komunikasi antar budaya.’’

24
Terdapat lima video dengan materi yang berbeda
– beda, namun masih dalam satu sub pembahasan yang
sama, untuk itu akan saya rangkum jadi satu, sebagai
berikut :

Adanya keterkaitan antara bahasa dan


budaya. Fungsi dari bahasa adalah pertukaran
komunikasi dan sebagai identitas diri
seseorang. Semisal bahasa Prancis terkenal dengan
bahasa dan orang – orangnya yang romantis,

di Indonesia sendiri ada tradisi saling menghormati dan


menghormati pada masyarakat, ucapan salam,
permisi, kulo nuwun, punten, campurrasun, dan
merendahkan badan terkadang dipraktikan silih berganti
dan saling mengisi satu sama lain, itu semua merupakan
kearifan lokal yang selama ini kita lakukan dalam
kehidupan kita. Bentuk penghormatan tersebut
dipandang masyarakat yang mempunyai perilaku dan
tatanan budaya yang luhur, dan dalam hal ini Islam juga
mengajarkan budaya yang saling menghormati, budaya
toleransi, budaya saling tegur sapa serta budaya

25
silaturrahmi saling mengunjungi diantara kita. Dengan
demikian Islam juga memandang kehidupan yang baik
ini selalu kita tingkatkan untuk menuju suatu kehidupan
yang baik, aman tentram dan selalu harmoni. Hal serupa
juga terjadi pada keluarga kita juga pada masyarakat
pesantren dengan mencium tangan bagi orang yang
dianggap mulai atau yang lebih dewasa dari kita. Budaya
tersebut juga dilakukan oleh masyarakat belanda dengan
mencium tangan orang yang dianggap mulia bahkan
orang Jepang juga melakukan hal yang sama yakni
membungkukkan badan seraya mengucapkan salam
mereka.

Karena sikap serupa tak dapat menghapuskan makna di


baliknya yakni penghormatan atau penghargaan. Inilah
urf Islam yang di dapat dalam al-Qur’an “Waltakum
minkum ummatun yad’una ila al-khoiri wa ya’muruuna
bil al-ma’ruf wa yanhauna an al-munkar” (dan
hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang
menyeru manusia kepada yang ma’ruf dan mencegah
yang munkar dari segala yang munkar).

26
Manusia memiliki unsur - unsur potensi budaya
yaitu pikiran cipta, rasa dan karsa, dan karya. Hasil
keempat potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan.
Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa,
karsa, dan karya manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Adanya cipta manusia mengembangkan
kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu
pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca
inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau
kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki
kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan
sehingga berkembanglah kehidupan beragama.

Dengan karya manusia menghasilkan berbagai sarana


untuk membantu kemudahan dalam hidupnya. Menurut
Ki Hajar Dewantara, “Kebudayaan adalah buah budi
manusia dalam hidup bermasyarakat”

Sedangkan menurut Koentjaraningrat,


“Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

27
manusia”. Budaya dapat pula diartikan sebagai
himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada
pola - pola perilaku yang disebarkan secara sosial, dan
akhirnya menjadi kekhususan kelompok sosial tertentu.
Menurut The American Herritage
Dictionary kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan
dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan
sosial, seni, agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja
dan pemikiran manusia atau suatu kelompok manusia.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai ruang lingkup dakwah antar
budaya yaitu suatu sistem pengetahuan yang meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu


bersifat abstrak.   Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda - benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola - pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditunjukkan

28
untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan masyarakat sehingga dakwah kita walaupun
berbeda budaya akan selalu tetap terjaga (Suranto,
2010:24).     

Usaha - usaha ini menunjukkan kita pada


karakter budaya suatu masyarakat dan ini merupakan
kunci utama dalam memahami dan mengembangkan
dakwah antar budaya, Islam seharusnya bisa
membedakan mana yang harus kita lakukan bila hal itu
baik dan meninggalkan budaya yang kita anggap
bertentangan dengan agama. Sebagai makhluk yang
berbudaya, maka misi dakwah melalui pendekatan
komunikasi dakwahnya manusia selalu hidup bersama
dan tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya.

Sejak lahir manusia selalu berinteraksi dengan orang


lain, ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari,
semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu
berhubungan dengan orang lain. Kekuatan nilai - nilai
komunikasi dakwah maupun segala sumber daya budaya

29
yang ada akan membentuk dan mempengaruhi pula
tingkah laku.

Oleh karena itu, setiap individu memiliki


lingkungan sosial antar budaya yang saling berbeda
dengan yang lain (culture shock), maka dari itu situasi
ini menghasilkan karakter sosial budaya setiap individu
bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain dan
itu yang kita sebut komunikasi dakwah antar budaya,
meskipun berasal dari keluarga yang sama, karakter
seseorang tidaklah sama persis dengan anggota keluarga
lainnya, karena lingkungan budayanya tidak terbatas
pada keluarga, melainkan mencakup teman sebaya,
masyarakat, sekolah, media massa, dan sebagainya.

BAB IV

30
DAKWAH DI TENGAH KERAGAMAN
KOMUNIKASI ANTAR ETNIK, RAS, DAN
BANGSA

Keberagaman suku, agama, ras, dan antar


golongan dalam bhineka tunggal ika membuat ragam
bentuk komunikasi yang ada di Indonesia banyak di latar
belakangi oleh budaya yang berbeda. Bangsa Indonesia
sendiri adalah bangsa yang sering disebut sebagai bangsa
paling majemuk di dunia. Di negara dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta jiwa ini,

31
berdiam tidak kurang dari 300 etnis dengan identitas
kulturalnya masing - masing, lebih dari 250 bahasa
dipakai, beraneka adat istiadat yang di percayai. Orang
dengan suku berbeda dapat hidup rukun dengan suku
lain yang berbeda etnik, ras, dan bahasa.

Maka dari itu, tentu menjaga kerukunan tidak


cukup hanya memahami keanekaragaman yang ada di
sekitar kita secara apatis dan pasif. Memahami
keanekaragaman seharusnya melibatkan sikap diri secara
pluralis pula. Sebuah sikap penuh empati, jujur dan adil
menempatkan perbedaan pada tempatnya, yaitu dengan
menghomati, memahami dan mengakui eksistensi orang
lain, sebagaimana menghormati dan mengakui eksistensi
diri sendiri.

Terkait dengan ini, beberapa hal berikut


tampaknya merupakan persoalan mendasar yang harus
senantiasa diupayakan, jika Islam diharapkan
menjadi rahmah  untuk seluruh alam. Ketiga hal itu
adalah penyiapan da'i yang arif sekaligus bersikap
inklusif, memilih materi dakwah yang menyejukkan,

32
dan pemilihan media dakwah yang bisa di jangkau
semua umat Islam, Da'i yang arif dan inklusif adalah
tugas setiap umat Islam untuk tidak hanya melaksanakan
ajaran agamanya, tetapi juga mendakwahkannya kepada
diri sendiri maupun orang lain di manapun dan
kapanpun. Dakwah sebagai upaya penyebaran ajaran
Islam merupakan misi suci sebagai bentuk keimanan
setiap muslim akan kebenaran agama yang dianutnya.

Agar tujuan mulia seperti ini tercapai, maka hal -


hal berikut seyogyanya dimiliki oleh seorang da’i dalam
melakukan dakwah pada masyarakat plural.
Pertama, menyadari heterogenitas masyarakat sasaran
dakwah (mad’u) yang dihadapinya. Keragaman mad’u
sebagai sasaran dakwah menuntut metode dan materi
serta strategi dakwah yang beragam pula sesuai
kebutuhan mereka. Kedua, dakwah hendaknya dilakukan
secara persuasif, jauh dari sikap memaksa karena sikap
yang demikian di samping kurang arif juga akan
berakibat pada keengganan orang mengikuti seruan sang
da’i yang pada akhirnya akan membuat misi suci dakwah
menjadi gagal.

33
"Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu. Maka, silahkan (secara sukarela) siapa
yang hendak beriman berimanlah dan siapa yang
ingkar silahkan“(Qs. AI-Kahfi (18):29)

Ketiga,  memahami perbedaan dan menjauhi sikap


ekstremisme dalam bergama. Prinsip Islam dalam
beragama adalah sikap jalan tengah dan
moderat. Sejumlah ayat Al-Qur'an dan Al-Hadits secara
tegas menganjurkan umat Islam untuk mengambil jalan
tengah, menjauhi ekstrimisme, dan menghindari
pemaksaan dalam mendakwahkan agama, Model
dakwah Islamiah akan lebih bermakna (meaningfull) jika
menerapkan ketiga strategi tersebut.

34
BAB V

POLA KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM


DAKWAH

35
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri
dari berbagai suku dan etnis atau dalam arti lain adalah
bangsa yang beragam.

Dari Sabang hingga Merauke, berbagai macam budaya


dan adat istiadat telah menjadikan Indonesia sebagai
negara yang berwarna. Dilihat dari sisi geografis,
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari
lima pulau besar yang masing-masing pulau memiliki
keunikan tersendiri. Karena keragaman itu, Indonesia
dikenal sebagai negara yang plural (beragam) terhadap
kemajemukan yang ada. Islam Nusantara telah menandai
bahwa aktivitas dakwah para pendahulu mampu
mengkomunikasikan pesan - pesan Islam di tengah
budaya lokal masyarakat yang bersifat plural yang telah
memiliki tradisi dan ritual kepercayaan non - Islami.
Sehingga sikap pluralisme harus dipahami sebagai suatu
sikap dan pegangan hidup dalam memahami dan
mengerti keadaan orang / kelompok lain yang berbeda
pandangan antara satu dan lainnya. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai pluralisme sangat penting dalam

36
bidang dakwah, karena dengan adanya pemahaman
pluralisme akan memperkuat ukhuwah Islamiyah.  

Sedangkan pola komunikasi lintas budaya adalah


komunikasi yang di lakukan untuk melakukan berbagai
pendekatan dengan berbagai cara, seperti psikologis,
sosiologi, kritik budaya, dialog budaya dan lain - lain. Di
sini komunikasi lintas budaya mencoba untuk
memberikan pemahaman bersama dan mencoba untuk
mengerti akan keragaman budaya di Indonesia.
Komunikasi lintas budaya mencoba untuk memahami
akan keragaman tersebut. Sehingga benturan-benturan
kebudayaan atau disintregasi social tidak akan terjadi.
Adanya Komunikasi lintas budaya itu memungkinkan
adanya relasi antar lintas budaya. Kemudian dalam
kaitannya dengan dakwah adalah pada kajian pola
komunikasi lintas budaya itu sendiri. Komunikasi lintas
budaya dan dakwah tidak bisa dipisahkan, karena
dakwah adalah aktifitas berkomunikasi. Namun, disini
dakwah dan komunikasi lintas budaya diperlukan,

37
mengingat majemuknya budaya di Indonesia menuntut
seorang da’i untuk bisa menjadi da’i yang handal, yang
mampu untuk mengajak umat Islam untuk mengamalkan
pesan Islam dan perilaku Islami sesuai dengan budaya
yang berkembang di masyarakat tersebut.

BAB VI

Memahami Unsur - Unsur Komunikasi Lintas


Budaya dalam Berdakwah

38

Unsur - unsur komunikasi lintas budaya dalam


masyarakat plural sangat berperan penting dalam upaya -
upaya dakwah yang pada hakikatnya adalah usaha  untuk
mengubah seseorang, sekelompok orang,

39
atau suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik
sesuai dengan perintah Allah dan tuntunan Rosul-Nya. 

Mari mengenal lebih dekat dan memahami unsur – unsur


komunikasi lintas budaya lewat beberapa refrensi,

1. http://download.garuda.ristekdikti.go.id › ...PDF

PERANAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ...

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://download.garuda.ristek
dikti.go.id/article.php%3Farticle%3D1018964%26val
%3D15521%26title%3DPERANAN%2520DAKWAH%2520DAN
%2520KOMUNIKASI%2520ANTARBUDAYA%2520DALAM
%2520MASYARAKAT
%2520PLURAL&ved=2ahUKEwjzoNDDusDwAhXOYisKHUmWBxI
QFjAEegQIFBAC&usg=AOvVaw1Yo2cR68hF8Nd4ahqtj-9r

2. http://ejournal.iainsurakarta.ac.id › ...PDF

BUDAYA DAN KEARIFAN DAKWAH - Omah Jurnal IAIN


Surakarta

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.iainsurakarta.a
c.id/index.php/al-
balagh/article/download/43/27&ved=2ahUKE.wj_isOm1sDw
AhWo7HMBHXTOAV8QFjACegQIEBAC&usg=AOvV...aw0Iaa0NN
yqU1d8PTAoQwpij&cshid=1620703389233

40
3. Video penjelas : https://youtu.be/VeOSwtfj_xo

BAB VII

Aktivitas Komunikasi Lintas Budaya Verbal dan Non


Verbal dalam Ilmu ad-Dakwah

Islam merupakan agama rahmatan lil‘alamin, sehingga


kehadirannya akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Begitupun dalam perkembangannya, sebagai agama
dakwah,

41
Islam enantiasa mengajak kepada kebaikan melalui
kegiatan dakwah yang diwajibkan bagi seluruh umatnya
yang muslim, berakal dan baligh. Dalam prakteknya,
kegiatan dakwah dapat dilakukan melalui berbagai
metode dan didukung dengan beberapa media .yang ada,
adalah kegiatan .yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah
sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam.
Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata
kerja da'a, yad'u yang berarti panggilan, seruan atau
ajakan. Dakwah merupakan kewajiban dari setiap orang
yang mengaku dirinya muslim, da’wah tidak hanya harus
tampil di atas podium, tidak harus dalam bentuk ceramah
ataupun pidato, namun dakwah mencakup segala aspek,
baik itu dakwah yang di lakukan dengan perkataan,
perbuatan ataupun dalam bentuk contoh yang baik. 

Komunikasi adalah alat berdakwah yang


berfungsi untuk menyampaikan ide atau gagasan, agar
pesan dakwah yang di berikan kepada mad'u, dapat
membuat mad'u memahami dan mengamalkan ide atau
gagasan dan pesan dakwah yang disampaikan.

42
Berkomunikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah
komunikasi yang menggunakan simbol - simbol atau
kata - kata baik yang dinyatakan secara lisan maupun
secara tulisan. Sedangkankomunikasi non verbal adalah
penciptaan pesan melalui gerak tubuh, sikap tubuh,
vokal yang bukan kata - kata, kontak mata, ekspresi
muka dan sentuhan.

Komunikasi verbal berupa kata-kata yang


diucapkan langsung (berbicara) bisa dilakukan secara
langsung (face to face) seperti saat da'i melakukan
ceramah di atas mimbar atau jika dengan menggunakan
perantara media, misalnya  saat da'i berdakwah dengan
menggunakan platform media sosial untuk
menyampaikan dakwahnya. Sedangkan komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan -
pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar
kata - kata terucap dan tertulis.

43
Contoh komunikasi lintas budaya nonverbal, misalnya
saat juru dakwah menunjukkan persetujuan dalam
dakwahnya dengan mengangguk - anggukkan kepala,
saat da'i membuat mimik muka yang menunjukkan
tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata -
kata, atau saat da'i menegaskan pesan verbal dalam
dakwah dan menggarisbawahinya, seperti saat juru
dakwah mengungkapkan betapa jengkelnya dia saat
menceritakan suatu kisah dengan memukul meja. Secara
teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal
tidak dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya,
kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling
melengkapi dalam komunikasi lintas budaya yang
dilakukan saat berdakwah.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat


disimpulkan bahwa pada dasarnya, proses komunikasi
lintas budaya verbal dan non verbal dalam dakwah
merupakan komunikasi yang bisa memberikan kesan dan
makna yang mendalam bagi para mad'u. Artinya, pesan
yang terkandung dalam komunikasi lintas budaya
tersebut, harus mudah untuk dicerna oleh pendengar

44
(mad'u). Sedangkan, tujuan yang hendak dicapai dari
komunikasi lintas budaya verbal dan non verbal dalam
ilmu ad-dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi.
Pertama, tujuan awal dimana tujuan dari proses itu
sendiri, yaitu terjadinya perubahan pemikiran, sikap, dan
prilaku dari mad'u. Kedua, tujuan sementara, dimana
tujuan ini hanya difokuskan pada perubahan kehidupan
selama di dunia saja. Adapun yang hendak dicapai dari
tujuan komunikasi lintas budaya dalam ilmu ad-dakwah
itu sendiri mencakup dua tujuan diatas, sampai pada
tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan
akhirat.

45
BAB VIII

Hambatan Komunikasi Lintas Budaya dalam


Dakwah Multikultural Modern

Kehidupan multikultural modern itu ditandai


dengan adanya peningkatan kualitas perubahan sosial
yang lebih jelas yang sudah meninggalkan fase transisi
(kehidupan desa yang sudah maju).

 
46
Kehidupan masyarakat modern sudah kosmopolitan
dengan kehidupan individual yang sangat menonjol,
profesionalisme di segala bidang dan penghargaan
terhadap profesi menjadi kunci hubungan sosial di antara
elemen masyarakat. Namun di sisi lain sekularisme
menjadi sangat dominan dalam sistem religi dan kontrol
sosial masyarakat dan sistem kekerabatan sudah mulai
diabaikan. Anggota masyarakat hidup dalam suatu
sistem yang kaku, dan hubungan - hubungan sosial
ditentukan berdasarkan pada kepentingan masing -
masing masyarakat. 

Masyarakat modern pada umumnya memiliki


tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari masyarakat
transisi sehingga memiliki pengetahuan yang lebih luas
dan pola pikir yang lebih rasional dari semua tahapan
kehidupan masyarakat sebelumnya.

Adapun faktor hambatan komunikasi lintas budaya


dalam dakwah multikultural modern yang sering terjadi
adalah sebagai berikut : 

47
1). Fisik – Hambatan komunikasi yang berasal dari
waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan media.

2). Budaya – Hambatan komunikasi yang berasal dari


etnis, agama, dan sosial yang berbeda antara budaya
yang satu dengan budaya yang lainnya.

3). Persepsi – Hambatan komunikasi yang timbul karena


perbedaan persepsi yang dimiliki oleh individu (mad'u)
mengenai sesuatu. Perbedaan persepsi menyebabkan
perbedaan dalam mengartikan atau memaknakan
sesuatu.

4). Motivasi – Hambatan komunikasi yang berkaitan


dengan tingkat motivasi mad'u menerima pesan dakwah.
Rendahnya tingkat motivasi mad'u menerima pesan
dakwah mengakibatkan komunikasi dakwah menjadi
terhambat.

5). Pengalaman – Hambatan komunikasi yang


disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang dimiliki
individu (mad'u). Perbedaan pengalaman yang dimiliki

48
oleh masing - masing mad'u dapat menyebabkan
perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap sesuatu.

6). Emosi – Hambatan komunikasi yang berkaitan


dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar
(mad'u). Apabila emosi mad'u sedang buruk maka
hambatan komunikasi dakwah yang terjadi akan semakin
besar dan sulit untuk dilalui.

7). Bahasa – Hambatan komunikasi yang terjadi ketika


penyampai pesan (da'i) dan penerima pesan (mad'u)
menggunakan bahasa atau kata - kata yang tidak
dimengerti oleh mad'u sehingga menimbulkan
ketidaksamaan makna.

8). Nonverbal – Hambatan komunikasi yang berupa


isyarat atau gesture.

9). Kompetisi – Hambatan komunikasi yang timbul


ketika penerima pesan (mad'u) sedang melakukan
kegiatan lain di saat menerima pesan dakwah.

49
Berbagai hambatan komunikasi lintas budaya
yang terjadi ini, bisa pula diatasi dan diperbaiki. Untuk
bisa mengatasi serta memperbaiki komunikasi yang ada
sehingga tercipta komunikasi yang lebih efektif, maka
ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Berikut adalah
cara mengatasi hambatan komunikasi, yaitu :

1). Memelihara komunikasi lintas budaya dalam dakwah


multikultural modern agar senantiasa terbuka.

2). Bertekad untuk memegang teguh etika dalam


komunikasi dakwah lintas budaya dan menjalankannya
dengan baik.

3). Menggunakan pendekatan komunikasi dakwah lintas


budaya yang berpusat pada mad'u.

4). Menggunakan teknologi yang ada secara bijaksana


dan bertanggung jawab agar dapat memperoleh dan
membagi informasi dengan baik dan efektif kepada
mad'u.

50
5). Menciptakan serta memproses pesan secara efektif
dan juga efisien. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa
cara yakni : memahami apa yang di sampaikan oleh juru
dakwah, menyesuaikan materi pesan dakwah dengan
mad'u, memilih saluran atau media secara tepat dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi lintas budaya
untuk juru dakwah.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat


disimpulkan bahwa pada dasarnya, kita sebagai seorang
calon da'i dan da'iyah di masa depan harus mampu untuk
mengatasi hambatan di dalam menyampaikan pesan
dakwah kepada mad'u multikultural modern, sebagai
contoh kita bisa menerapkan dan meneladani para
walisongo yang mampu menerapkan pola komunikasi
efektif dalam komunikasi dakwah lintas budaya,

sehingga apa yang di lakukan oleh para walisongo


membuahkan hasil yang luar biasa besar bagi masyarakat
Islam yang ada di Indonesia. Khususnya adalah
masyarakat Jawa, dengan pendekatan para walisongo
yang sangat humanis dan sangat toleran maka mudah

51
sekali ajarannya diterima oleh mad'u di manapun para
walisongo menyampaikan dakwahnya.

BAB IX

52
Budaya dan Kearifan Dakwah

Mempelajari komunikasi lintas budaya adalah


wajib karena itu merupakan tiket supaya kita mampu
beradaptasi di manapun kita berada, terutama di
Indonesia, di mana berbagai suku dan budaya hidup
berdampingan. Konflik berkepanjangan dapat terjadi jika
seseorang tidak memahami perbedaan - perbedaan yang
ada dan tidak melakukan melakukan apapun untuk
berkomunikasi lintas budaya, dengan mempelajari
komunikasi lintas budaya, seseorang bisa memahami
perbedaan dengan bersikap netral atau moderat.

53
Sehingga konflik yang timbul antar budaya etnis yang
berbeda tidak akan terjadi. Lebih lanjut, mempelajari
komunikasi lintas budaya dapat membuat kita lebih
berhati-hati dalam membangun hubungan dengan
budaya lain. Para pendakwah harus memahami tempat,
budaya, kebiasaan dan bahasa objek dakwahnya karena
hal tersebut menentukan kesuksesan dakwah yang
dilakukannya. Budaya - budaya yang berbeda memiliki
sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut
menentukan tujuan hidup yang berbeda. Cara
berkomunikasi sangat bergantung pada budaya bahasa,
aturan, dan norma masing - masing. Komunikasi dan
kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya memperhatikan pada variasi
langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi
komunitas manusia atau kelompok sosial. Alo liliweri
dalam buku “Makna Budaya dalam Komunikasi Antar
Budaya” menjelaskan tentang komunikasi antar budaya
yaitu merupakan interaksi dan komunikasi antar pribadi
yang dilakukan oleh beberapa orang yang memilki
latarbelakang kebudayaan yang berbeda. 

54
Untuk memahami interaksi antar budaya, terlebih
dulu kita harus memahami komunikasi manusia.
Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa
yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa
itu terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat dari apa yang
terjadi, dan akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk
mempengaruhi dan memaksimalkan hasil dari kejadian
tersebut. Adapun komunikasi lintas budaya adalah,
komunikasi yang dilakukan untuk segala macam budaya.
Sudah diketahui bahwa di dunia ini banyak sekali ragam
budaya. Kita ambil contoh Indonesia saja. Di negri ini,
ratusan macam budaya berbeda. Kebanyakan kegagalan
berkomunikasi adalah akibat faktor ketidak pahaman
akan budaya. Sementara itu Noise yang paling
berpengaruh dalam proses komunikasi adalah budaya.
Komunikasi lintas budaya mencoba untuk melakukan
pendekatan pendekatan dengan berbagai cara, seperti
psikologis, sosiologi, kritik budaya, dialog budaya dan
lain - lain. Di sini komunikasi lintas budaya mencoba
untuk memberikan pemahaman bersama dan mencoba
untuk mengerti akan keragaman budaya di Indonesia.

55
Dari sini akan terbentuk suatu pengertian bersama akan
adanya perbedaan budaya. Komunikasi lintas budaya
mencoba untuk memahami akan keragaman tersebut.
Sehingga benturan-benturan kebudayaan atau
disintregasi social tidak akan terjadi. 

Menurut teori komunikasi antar budaya, Edward


T. Hall, komunikasi dan budaya memiliki hubungan
sangat erat. Menurutnya, communication is culture and
culture is communication. Kaitannya dengan aktivitas
dakwah adalah bagaimana para da’i melakukan tugasnya
sebagai pengayom masyarakat, penyelamat masyarakat
dan memajukan masyarakat dengan pendekatan yang
lebih ramah dengan budaya yang dianut masyarakat
setempat. Kemudian dalam kaitannya dengan ilmu
dakwah adalah pada tujuan dan fungsi dari komunikasi
antar budaya itu sendiri. Tujuan studi dari komunikasi
antar budaya menurut Litvin bersifat kognitif dan afektif,
yaitu untuk mempelajari keterampilan komunikasi yang
membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi
komunikasinya sendiri.

56
Tentunya dengan terlebih dahulu kita perluas dan
perdalam pemahaman kita terhadap kebudayaan
seseorang tersebut. Selanjutnya dalam segi fungsi,
seperti yang kita ketahui sebelumnya, ilmu dakwah
adalah ilmu yang mengkaji tentang upaya mengajak
umat manusia kepada jalan Allah, dibangun dan
dikembangkan dengan metode ilmiah sehingga dapat
berfungsi dalam rangka memahami, memprediksi
(prediction), menjelaskan (explanation) dan mengontrol
(control) berbagai fenomena dan persoalan yang terkait
dengan dakwah. 

Penggunaan metode dakwah yang benar adalah


keharusan. Eksistensi dakwah akan senantiasa
bersentuhan dengan realitas sosio-kultural yang
mengitarinya, sesuai konsekuensi posisi dakwah,
dakwah sebagai satu variabel dan problematika
kehidupan sosial sebagai variabel yang lain, maka
keberadaan dakwah dalam suatu komunitas dapat dilihat
dari fungsi dan perannya dalam mempengaruhi
perubahan sosial tersebut, sehingga lahir masyarakat
baru yang diidealkan (khoiru ummah).

57
Dakwah antar budaya merupakan proses dakwah
yang mempertimbangkan keragaman budaya antar da’i
(subjek dakwah) dan mad’u (objek dakwah), dan
keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi pada
tingkat antar budaya, agar pesan dakwah dapat
tersampaikan, dengan tetap terpeliharanya situasi damai.
Dakwah antar budaya merupakan kajian proses
berdakwah mengajak seorang manusia untuk
menyampaikan pesan -pesan agama Islam dan perilaku
Islami sesuai dengan konsep budaya yang berkembang
di masyarakat. 

Hakikat dakwah antar budaya itu bagaimana kita


dalam berdakwah, menggunakan budaya sebagai materi,
metode, alat, dan strategi sesuai dengan kondisi budaya
sasaran dakwah (mad’u). Karena setiap orang, setiap
tempat wilayah dan lingkungan mempunyai kondisi
sosial budaya yang berbeda-beda. Maka dalam
pendekatannya pun berbeda pula. Kajian dakwah antar
budaya memiliki ruang lingkup kajian ilmu dakwah yang
meliputi : 

58
1. Mengkaji dasar - dasar tentang adanya interaksi
simbolik da’i dengan mad’u yang berbeda latar belakang
budaya yang dimilikinya dalam perjalanan dakwah para
da’i. 

2. Menelaah unsur dakwah dengan mempertimbangkan


aspek budaya yang berhubungan dengan unsur da’i,
materi, metode, media, mad’u dan dimensi ruang dan
waktu dalam keberlangsungan interaksi berbagai unsur
dakwah. 

3. Mengkaji tentang karakteristik manusia baik posisinya


yang menjadi da’i maupun yang menjadi mad’u melalui
kerangka metodologi dalam antropologi. 

4. Mengkaji tentang upaya dakwah yang dilakukan oleh


masing - masing etnis. 

5. Mengkaji problem yang ditimbulkan oleh pertukaran


antar budaya dan upaya - upaya solusi yang dilakukan
dalam rangka mempertahankan eksistensi jati diri
budaya masing-masing. 

59
Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan
bahwa wilayah yang memiliki masyarakat multikultur
dan multietnis mempunyai tantangan untuk
mengakomodasi perbedaan kebangsaan dan etnis secara
stabil dan dapat dipertahankan secara moral. Tantangan
multikultur ini juga menjadi tantangan dalam aktivitas
dakwah Islam dengan cara mengubah dan menata
kembali cara - cara serta orientasi dakwah. Dakwah
adalah seruan, ajakan, atau perubahan. Kegiatan dakwah
di masyarakat, dan di media massa selama ini, relatif
telah responsif, terhadap kondisi masyarakat yang
modern. Setidaknya telah berupaya agar pesan-pesan
keagamaan yang disampaikan bisa diterima secara baik.
Mereka biasa menggunakan berbagai metode dalam
berdakwah. 

60
DAFTAR PUSTAKA

Aang Ridwan, 2013, Filsafat Komunikasi, Bandung,


Pustaka Setia.

Abdullah, M. Amin. “Kata Pengantar”. Ainul Yaqin.


Pendidikan Multikultural: Cross Cultural
Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan.
Yogyakarta: Pilar Media, 2005.

Abdullah, M. Amin, Dinamika Islam Kultural Pemetaan


Atas Wacana Islam Kontemporer, Bandung :
Mizan, 2000J.

Acep Ajripudin, 2012, Dakwah Antar Budaya, Bandung,


PT. Remaja Rosdakarya , 2013, Sosiologi
Dakwah, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

 ‘A’la, Abd. Dari Neomodernisme ke Islam Liberal:


Jejak Fazlur Rahman dalam Wacana Islam di
Indonesia. Jakarta: Paramadina, 2003.

61
Ali Anwar Yusuf, 2002, Wawasan Islam, Bandung,
Pustaka Setia.

Anand, dan Sarah Gilliatt (eds.) Islam Tanpa Kekerasan.


terj. M. Taufiq. Yogyakarta: LKiS, 1998.

Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural, Surakarta :


Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003

Aripudin, Acep. 2011. Pengembagan Metode Dakwah :


Respons Da’i Terhadap Dinamika Kehidupan di
Kaki Ceremai. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta

Aripudin, Acep. 2012. Dakwah Antar Budaya, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

As‟ad, M. (2012). Pluralisme Agama Dalam Pandangan


Islam. Akademika: Jurnal 

Aziz, Muhammad Ali. Ilmu Dakwah. cet. ke-2. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group, 2009.

62
Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer.
Purwokerto: STAIN Purwokerto Press

Baso, Ahmad. NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara


Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme
NeoLiberal. Jakarta: Erlangga, 2006.

Coward, Harold, Pluralisme, Tantangan Agama-


agama, ter.Yogyakarta : Kanisius, 1989.

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan


Bintang, 1993.

Deddy Mulyana, 2009, Komunikasi Antar Budaya,


Bandung, Remaja Rosda Karya.

Departemen Agama RI dengan Transliterasi Model Per


Baris., 2001. Semarang : CV. Asy Syifa’.

Effendi, Bachtiar, "Menyoal Pluralisme di Indonesia"


dalam Living Together in Plural
Societies Pengalaman Indonesia Inggris, ed.
Raja Juli Antoni, Yogyakarta : Pustaka Perjlajar,
2002.

63
Elmirzanah, Syafa'atun, et.al., Pluralisme, Konflik dan
Perdamaian Studi Bersama Ant ar
Iman, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Enjang, Aliyudin. 2009. Dasar-dasar ilmu dakwah.


Bandung : Widya Padjadjaran.

Husaini, Adian dan Nuim Hidayat. Islam Liberal:


Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan
Jawabanya. Jakarta: Gema Insani Prees, 2002.

Jalaluddin Rakhmat, 1994, Konsep-konsep


Antropologis, Jakarta, Paramadina.

Johns, A.H. “Muslim Mystics and Historical Writing”.


D.G.E. Hall (ed.), Historians of South East
Asia.Oxford: Oxford University Press; 1961.

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia: Kuliah


Dasar, Jakarta : Professional Books, 1997.

Liliweri, Alo. 2009. Makna Budaya Dalam Komunikasi


Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS

64
Liliweri, Alo. 2011. Dasar-dasat komunikasi antar
budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

.Madjid, Nurcholis, et. al., Fiqih Lintas Agama,


Membangun Masyarakat Inklusif
Pluralis, Jakarta: Pararnadina, 2004.

Madjid, Nurcholis, Islam Agama Kemanusiaan:


Memhangun Tradisi dan Vlsi Baru Islam
di Indonesia, Jakarta: Pararnadina, 1995.

Mahfud, Syeh Ali. 1970. Hidayah Al-Mursyidik terj.


Yogyakarta: Usaha Penerbit Tiga A.

Moh. Ali Aziz, 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta, PT.


Kencana.

Mulyana, Dedy. Jalaludin Rachmat.  2001. Komunikasi


Antar Budaya, Bandung: Rosdakarya.

Mutadi, Asep Saeful, Komunikasi Dakwah: Teori,


Pendekatan dan Aplikasi, Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, 2012.

65
Pimay, Wafiah Awaludin. 2005. Paradigma Dakwah
Humanis, Strategi dan Metode Dakwah Saefudin
Zuhri. Semarang: Rasail.

Pimay, Wafiah Awaludin. 2005. Sejarah Dakwah.


Semarang: Rosail.

Qardhawi, Yusuf. 1996. Fatwa-Fatwa, Kontemporer


.Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press
Rozi, Fachrur, 2007. “Kontroversi Dakwah
Inklusif ”. Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 27, No. 1,
Januari-Juni 2007

Qomar, Mujamil. NU “Liberal” Dari Tradisionalisme


Ahlussunah Ke Universalisme Islam. Bandung:
Mizan, 2002.

Rosidi Sumbullah, Umi. Islam Radikal dan Pluralisme


Agama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama, 2010.

Samsul Munir Amin, 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta,


AMZAH.

66
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Penganar ,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada..

Sunanto, M. (2005). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:


Grafindo Persada.

Suranto, 2010, Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta,


Graha Ilmu.

Syihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka


dalam Beragama. Bandung: Mizan, 1997.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam.


Surabaya: Penerbit Al-Ikhlas, t.t.

Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya


Media Pratama, 1997.

Thaha, Idris (ed.). Islam Subtantif: Agar Umat Tidak


Menjadi Buih. Bandung: Penerbit Mizan, 1999.

Wahid, Abdurrahman “Islam, Anti-Kekerasan, dan


Transformasi Nasional”. Glenn D. Paige,
Chaiwat Satha

67
Wahid, Abdurrahman. Islam Kosmopolitan Nilai-Nilai
Indonesia Tranformasi Nasional dan
Kebudayaan. Jakarta: The Wahid Institute, 2007.

Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita


Agama Masyarakat Negara Demokrasi. Jakarta:
The Wahid Institute, 2010.

68

Anda mungkin juga menyukai