Anda di halaman 1dari 7

Lex Crimen Vol. VI/No.

1/Jan-Feb/2017

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP TENTANG saling berbagi baik keuntungan maupun potensi


PERBANKAN SYARIAH HUBUNGANNYA risiko yang timbul sehingga akan menciptakan
DENGAN OTORITAS JASA KEUANGAN1 posisi yang berimbang antara bank dan
Oleh : Yusman Alim Djasmin Maku2 nasabahnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan
mendorong pemerataan ekonomi nasional
ABSTRAK karena hasil keuntungan tidak hanya dinikmati
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk oleh pemilik modal saja, tetapi juga oleh
mengetahui bagaimana implementasi prinsip- pengelola modal.
prinsip tentang Perbankan Syariah dan Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem
bagaimana hubungan kegiatan usaha perbankan nasional memerlukan berbagai
perbankan syariah dengan Otoritas Jasa sarana pendukung agar dapat memberikan
Keuangan. Dengan menggunakan metode kontribusi yang maksimum bagi pengembangan
penelitian yuridis normative, disimpulkan: 1. ekonomi nasional. Salah satu sarana
Implementasi prinsip-prinsip akad kegiatan pendukung vital adalah adanya pengaturan
usaha syariah dalam operasional melalui yang memadai dan sesuai dengan
kegiatan penghimpunan dana masyarakat karakteristiknya. Pengaturan tersebut di
(nasabah); Kegiatan penyaluran dana kepada antaranya dituangkan dalam Undang-Undang
masyarakat melalui jasa bank syariah yakni Perbankan Syariah. Pembentukan Undang-
produk usaha perbankan syariah didominasi Undang Perbankan Syariah menjadi kebutuhan.
oleh akad murabahah, akad mudharabah dan Pengaturan mengenai Perbankan Syariah dalam
akad musyarabah yang didasarkan pada Al- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Quran, Al Hadis Nabi, Ijma’ dan Itjihad serta Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
hukum positif yang berlaku dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum
ketentuan yang berlaku pada dunia perbankan. spesifik dan kurang mengakomodasi
2. Hubungan usaha perbankan syariah dengan karakteristik operasional Perbankan Syariah,
otoritas jasa keuangan perbankan syariah kepastian hukum semakin dirasakan bagi
kegiatannya berpegang pada prinsip masyarakat pengguna jasa perbankan syariah
kepercayaan, kehati-hatian, prinsip-prinsip setelah diundangkannya Undang-Undang
akad pengelolaan perbankan syariah atas dasar Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Al-Qur’an dan Hadits Nabi, ijma’. Adapun Syariah. Satu tahapan besar yang ditunggu
prinsip-prinsip pengaturan dan pengawasan masyarakat telah dikeluarkan pemerintah
yang terdapat pada OJK adalah prinsip dalam memberikan dukungannya bagi
kelembagaan, perijinan, persyaratan dan perkembangan perbankan syariah.
kehati-hatian, metode pengawasan bank, Perbankan syariah merupakan salah satu
persyarat internal dan kewenangan formal solusi perekonomian nasional mengingat
lembaga pengawas. perekonomian merupakan segala
Kata kunci: Penerapan prinsip-prinsip, permasalahan bangsa yang dihadapi mulai dari
perbankan, syariah, otoritas jasa keuangan. kegiatan perekonomian nasional yang bergerak
menuju perekonomian berbasis syariah masa
PENDAHULUAN depan. Hal ini perlu di ketahui dan disosialisasi
A. Latar Belakang kepada pelaku bisnis dan masyarakat yang
Prinsip Perbankan Syariah merupakan menggunakan jasa perbankan syariah.
bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan Sementara itu, untuk memberikan
ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi keyakinan pada masyarakat yang masih
Islam adalah larangan riba dalam berbagai meragukan kesyariahan operasional Perbankan
bentuknya, dan menggunakan sistem antara Syariah selama ini, diatur pula kegiatan usaha
lain prinsip bagi hasil. Dengan prinsip bagi hasil, yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
Bank Syariah dapat menciptakan iklim investasi meliputi kegiatan usaha yang tidak
yang sehat dan adil karena semua pihak dapat mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar,
haram, dan zalim.
1
Artikel Skripsi.
Memperhatikan uraian diatas, penulis
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. hendak mengkaji dan meneliti secara
100711354

39
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

mendalam hasilnya dituangkan dalam bentuk simpanan nasabah bank. Oleh sebab itu baik
Skripsi dengan judul: “Prinsip-Prinsip Tentang pemilik dan pengelola bank maupun otoritas
Perbankan Syariah Hubungannya Dengan yang terlibat dalam pengaturan pengawasan
Hukum Islam.” bank harus dapat mewujudkan kepercayaan
masyarakat dengan penjaminan seluruh
B. Perumusan Masalah kewajiban bank.
1. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip Secara normatif “fiduciary relation” dapat
tentang Perbankan Syariah? dipahami melalui penjelasan Pasal 29 Undang-
2. Bagaimana hubungan kegiatan usaha Undang Nomor 7 Tahun 1992 Undang-undang
perbankan syariah dengan Otoritas Jasa Nomor 10 Tahun 1998 (Undang-Undang
Keuangan? Perbankan) yang menyatakan bahwa: “Bank
terutama bekerja dengan dana masyarakat
C. Metode Penelitian yang disimpan pada bank atas dasar
Metode penelitian yang dipergunakan kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga
dalam penulisan skripsi ini adalah kesehatannya dan memelihara kepercayaan
menggunakan pendekatan penelitian yuridis masyarakat padanya”.4
normatif yang bersifat kualitatif. Fiduciary principle /fiduciary relation juga
dapat dipahami melalui Pasal 8 ayat (1) Udang-
PEMBAHASAN Undang Perbankan yang juga merupakan
A. Implementasi Prinsip-prinsip Tentang contoh ketentuan normatif tentang prudential
Perbankan Syariah principle yang menyatakan bahwa: “Dalam
Di dalam mengoperasionalkan perbankan memberikan kredit atau pembiayaan
syariah dikenal beberapa prinsip-prinsip berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib
pengelolaan kegiatan usaha perbankan syariah. mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
Adapun prinsip-prinsip tersebut pada garis yang mendalam atas itikad dan kemampuan
besarnya sebagai berikut: serta kesanggupan nasabah debitur untuk
1. Prinsip kepercayaan dan prinsip kehati- melunasi utangnya atau mengembalikan
hatian pengelolaan kegiatan usaha pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
perbankan syariah diperjanjikan.”5
Salah satu misi perbankan adalah menerima Menurut Nindyo Pramono, bank wajib
simpanan baik berupa giro, tabungan, dan mempunyai keyakinan berarti bank wajib
deposito. Dana ini dibutuhkan bank dalam secara hati-hati memutuskan untuk
menjalankan usahanya, yang tindak mungkin memberikan kredit kepada nasabah debitur
hanya diandalkan dan modal bank sendiri. karena dana yang disalurkan melalui kredit
Untuk itu, dalam rangka menarik dana segar tersebut adalah dana masyarakat yang
dari masyarakat, bank pun terus melakukan dipercayakan kepadanya. Menerapkan prinsip-
pembaharuan dalam menawarkan jasa prinsip kehati-hatian secara tidak langsung
perbankan. Selain itu bank sebagai salah satu berarti memelihara kepercayaan yang diberikan
komponen dalam menjaga keseimbangan oleh nasabah kepada bank.6
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional Bahwa hubungan bank dan nasabah
dalam menjalankan usahanya memerlukan penyimpanan adalah hubungan kontrak antara
kepercayaan masyarakat.3 debitur dengan kreditur yang dilandasi asas
Kepercayaan masyarakat terhadap industri kehati-hatian. Hubungan hukum tersebut,
perbankan nasional merupakan salah satu kunci bukanlah sekedar hubungan kontraktual biasa,
untuk memelihara stabilitas industri perbankan. tetapi juga hubungan kepercayaan atau
Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan fiduciary relation yang didasarkan pada prinsip
adanya kepastian hukum dalam pengaturan kerahasiaan bank.
dan pengawasan bank serta penjaminan Prinsip pengelolaan sebuah lembaga

3 4
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Syariah Dalam Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992, UU No. 10 Tahun 1998
5
Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan dan Pasal 8 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1992
6
Perusahaan Pembiayaan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Nindyo Pramono, Sistem dan Prosedur Operasional Bank
2008, hal. 190-214 Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2005, hal. 162

40
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

keuangan khususnya perbankan yang utama menyebut secara tegas mengenai pengertian
adalah prinsip kepercayaan (fiduciary relation). prinsip kehati-hatian ini. Secara normatif Pasal
Dikatakan sebagai prinsip yang utama karena 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 hanya
kegiatan usaha perbankan mendasarkan pada menyebutkan bahwa “Perbankan Indonesia
adanya kepercayaan dari masyarakat. Prinsip dalam melakukan usahanya berasaskan
ini telah diadopsi dalam Undang-Undang demokrasi ekonomi dengan menggunakan
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas prinsip kehati-hatian.”9
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992.
Dengan demikian maka dapat dikatakan 2. Prinsip-Prinsip Akad Pengelolaan Kegiatan
bahwa salah satu mekanisme melalui peraturan Usaha Perbankan Syariah
perundang-undangan dalam rangka untuk Implementasi prinsip akad pada kegiatan
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada usaha atau operasional perbankan syariah
bank adalah dengan diintrodusirnya Undang- sebagai berikut:
Undang Nomor 24 Tahun 2004. a. Kegiatan penghimpunan dana.
Untuk menjamin pelaksanaan prinsip Kegiatan penghimpunan dana dapat
kepercayaan, antara lain bank harus memberi ditempuh oleh perbankan melalui
advis kepada nasabah tentang resiko yang mekanisme tabungan, giro, serta deposito.
mungkin terjadi dalam penyimpanan dananya Khusus untuk perbankan syariah, tabungan
di bank dan bank dalam melaksanakan dan giro dibedakan menjadi dua macam,
transaksi untuk kepentingan nasabah harus yaitu: tabungan dan giro didasarkan pada
melakukannya dengan hati-hati. Oleh karena akad wadiah, serta tabungan dan giro yang
itu, pasal 29 ayat (4) Undang-Undang didasarkan pada akad mudharabah.
Perbankan menetapkan: “untuk kepentingan Sedangkan khusus deposito hanya
nasabah, bank wajib menyediakan informasi memakai akad mudharabah, karena
mengenai kemungkinan timbulnya resiko deposito memang ditujukan untuk
kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah kepentingan investasi.
yang dilakukan melalui bank.”7 b. Kegiatan penyaluran dana
Meskipun pengaturan dalam peraturan Kegiatan penyaluran dana kepada
perundang-undangan mengenai prinsip masyarakat (lending) dapat: ditempuh oleh
kepercayaan ini ditunjukkan secara khusus bank dalam bentuk murabahah,
kepada perbankan, akan tetapi secara mutatis mudharabah,’ musyarakah, ataupun qard.
mutandis juga dapat diterapkan dalam Bank sebagai penyedia dana akan
operasional lembaga keuangan bukan bank mendapatkan imbalan dalam bentuk
atau lembaga pembiayaan. Tidak adanya margin keuntungan untuk murabahah, bagi
jaminan dalam produk yang diberikan oleh hasil untuk mudharabah dan musyarakah,
perusahaan pembiayaan misalnya, serta biaya administrasi untuk qard.
menunjukkan bahwa pada hakikatnya lembaga c. Jasa bank
tersebut juga telah menerapkan prinsip Kegiatan usaha bank di bidang jasa dapat
kepercayaan ini di sisi penyaluran dana.8 berupa penyediaan bank garansi (kafalah),
Adapun prinsip kehati-hatian merupakan Letter of Credit (L/C), Hiwalah, Wakalah,
konsekuensi yuridis sebagai lembaga yang dan jual beli valuta asing.
menarik dana dari masyarakat, maka sebuah Berdasarkan pada ketentuan Pasal 3
lembaga keuangan ataupun lembaga Peraturan Bank Indonesia Nomor
pembiayaan hendaknya mampu mengelola 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati- Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
hatian. Untuk itu lembaga keuangan khususnya serta Pelayanan Jasa Bank Syariah,
perbankan melakukan studi kelayakan sebelum operasionalisasi maupun produk bank syariah
memberikan pelayanan kepada nasabahnya. dalam kegiatan penghimpunan dana,
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tidak penyaluran, dan pelayanan jasa terdiri dari:
a. Dalam kegiatan penghimpunan dana
7
Pasal 29 ayat (4) UU No. 7 Tahun 1992
dengan mempergunakan akad Wadi’ah
8
Agustin Erlina, Manajemen Resiko Perbankan Syariah,
9
Mizan Publika, Jakarta, 2010, hal. 210 Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998

41
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

dan Mudharabah. dari Rasulullah SAW, baik berupa perkataan,


b. Dalam kegiatan penyaluran dana berupa perbuatan, dan ketetapannya setelah beliau
Pembiayaan dengan menggunakan akad diangkat menjadi Nabi:13
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiya Banyak Hadis Rasulullah SAW yang
Bitamlik dan Qard. menjelaskan tentang bisnis syariah, di
c. Dalam kegiatan pelayanan jasa dengan antaranya sebagai berikut:
mempergunakan antara lain akad a. “Pedagang yang dapat dipercaya adalah
Kafalah, Hawalah, dan Sharf.10 pedagang yang senantiasa berkata jujur
sebagaimana para Nabi, para shiddiqin
B. Hubungan Kegiatan Usaha Perbankan dan para syurhada.” (HR. Tirmidzi)
Syariah Dengan Hukum Islam b. “Sungguh para pedagang itu akan
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibangkitkan pada hari kiamat nanti
Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam keadaan hina, kecuali mereka
praktik pelaksanaannya berdasar pada: yang bertakwa kepada Allah, senantiasa
1. Al-Quran berbuat kebaikan, dan jujur dalam
Al-Qur’an adalah kalam Allah, yang menjadi bertutur kata.” 14
kan kepada nabi Muhammad SAW, yang ditulis
di mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) secara 3. Ijma’
mutawwatir, dan dipandang sebagai ibadah Ijma’ yaitu kesepakatan para mujtahid dari
bagi yang membacanya.11 kalangan umat Islam tentang hukum syara’
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah
menjelaskan tentang bisnis; jual beli, SAW. Tentang ijma (konsensus ulama) tentang
perniagaan, dan perdagangan. Di antaranya bisnis syariah telah banyak dituangkan dalam
terdapat dalam beberapa ayat berikut : kitab-kitab fiqh, misalnya ijma’ ulama tentang
1. Ayat tentang jual beli: haramnya riba. Selain itu, sebagai pedoman
- Perintah mencari bafkah (QS. al-Baqarah bisnis syariah di Indonesia Dewan Syariah
(2): 282) dan (QS. al-Israa (17): 12) Nasional (DSN) telah mengeluarkan beberapa
- Perdagangan di darat (QS. Quraisy (106): 2) fatwa tentang praktik bisnis dan ekonomi
- Perdagangan di laut (QS. al-Baqarah (2): syariah di Indonesia, bahkan fatwa DSN
164), (QS. an-Nahl (16): 14), (QS. al-Israa tersebut sudah banyak yang diserap ke dalam
(17): 66), (QS. ar-Ruum (30): 46), dan (QS. peraturan perundang-undangan seperti UU No.
Faatir (35): 12) 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, UU
2. Ayat tentang etika jual beli: No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga
- Menjauhkan yang haram dalam jual beli Syariah Negara (SBSN), dan beberapa peraturan
(QS. al-An’aam (6): 152), (QS. asy-Syu’araa dan edaran BI, dan BAPEPAM/LK atau sekarang
(26): 181-183), dan (QS. ar-Rahmaan (55): disebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK).15
9)
3. Ayat tentang syarat-syarat jual beli; Ridha 2. Peranan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan
dalam jual beli (QS. an-Nisaa (4): 29) (OJK)
4. Ayat tentang Riba di antaranya: (QS. al- Pengaturan dan ketentuan perbankan
Baqarah (2): 257-276), (QS. al- dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan
Baqarah(24:278), (QS. Ali ‘Imraan (3): 130), berbagai undang-undang antara lain UU No. 1
dan (QS. ar-Ruum (30): 39)12 Tahun 1998 tentang Perbankan dan UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sesuai
2. Al-Hadits dinamika perbankan Bank Indonesia dalam
Al-Hadis yaitu sesuatu yang diriwayatkan kebijakannya antara lain bidang pengawasan
dengan dibentuknya otoritas jasa keuangan
10
Pasal 3 Per BI No. 9/19/PBI/2007
11 13
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Mardani, Hadis Ahkam, Cet. 1 Rajawali Press, Jakarta,
Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, Rajawali Press, 2012, hal. 2
14
Jakarta, 2008, hal. 36 Muhyaddin Athiyah, Kamus Ekonomi Islam, Cet. 1, Ziyad
12
Mardani, Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, Books, Surakarta, 2009, hal. 62-63
15
Rajawali Press, Jakarta, 2012, hal. 10 Op Cit

42
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

(OJK) dengan terbentuknya OJK, maka memastikan bahwa afiliasi/struktur


pengawasan berkenaan dengan perbankan perusahaan tidak membawa bank pada
menjadi otoritas jasa keuangan tersebut. risiko.
Adapun tujuan di bentuknya OJK antara lain 3. Persyaratan dan Ketentuan Kehati-hatian
untuk melindungi kepentingan masyarakat (1) Otoritas pengawasan harus
pemilik dana serta menjaga kelangsungan menetapkan kebutuhan penyediaan
usaha bank sebagai kepercayaan dan sebagai modal minimum (KPMM) untuk semua
lembaga intermediasi. Pengawasan tersebut bank berdasarkan prinsip kehati-hatian,
dilaksanakan baik secara langsung maupun yang sekurang-kurangnya
tidak langsung. Untuk itu kepada bank wajib mencerminkan risiko yang diambil dan
menyampaikan laporan kegiatannya kepada BI kemampuan bank untuk menyerap
dan otoritas jasa keuangan. Selanjutnya OJK kerugian.
mempunyai tugas sebagai prinsip dasar sebagai (2) Sistem pengawasan bank telah
berikut: mencakup penilaian terhadap
1. Kelembagaan kebijakan, praktek-praktek dan
Sistem pengawasan bank yang efektif prosedur perkreditan dan penanaman,
memerlukan penetapan tanggung jawab termasuk manajemen portofolio aset
dan tujuan yang jelas bagi setiap lembaga bank.
yang terkait dalam tugas-tugas pengawasan (3) Otoritas pengawas harus dapat
bank. Masing-masing lembaga harus memastikan bahwa bank telah
memiliki independensi operasional dan menetapkan dan melaksanakan
sumber daya yang cukup. Pengawasan bank kebijakan, praktek-praktek dan
memerlukan kerangka hukum yang prosedur dalam melakukan penilaian
memadai termasuk ketentuan perizinan terhadap kualitas aset dan kecukupan
dan pengawasannya, kewenangan untuk cadangan.
memastikan kepatuhan terhadap (4) Otoritas pengawas harus dapat
ketentuan yang berlaku dan prinsip-prinsip memastikan bahwa bank telah memiliki
perbankan yang aman dan sehat, serta sistem informasi manajemen untuk
perlindungan formal bagi para pengawas mengidentifikasi konsentrasi risiko
bank. dalam portofolio bank.
2. Perizinan
(1) Kegiatan yang diperbolehkan bagi PENUTUP
lembaga yang diberi izin operasi dan A. Kesimpulan
diawasi sebagai bank harus 1. Implementasi prinsip-prinsip akad kegiatan
didefinisikan secara jelas, dan usaha syariah dalam operasional melalui
penggunaan kata “bank” dalam nama kegiatan penghimpunan dana masyarakat
lembaga harus diawasi sejauh mungkin. (nasabah);
(2) Otoritas perizinan harus memiliki Kegiatan penyaluran dana kepada
kewenangan untuk menetapkan masyarakat melalui jasa bank syariah yakni
kriteria dan menolak segala proposal produk usaha perbankan syariah
pendirian bank yang tidak memenuhi didominasi oleh akad murabahah, akad
standar. Proses perizinan sekurang- mudharabah dan akad musyarabah yang
kurangnya mencakup penilaian didasarkan pada Al-Quran, Al Hadis Nabi,
terhadap struktur kepemilikan Ijma’ dan Itjihad serta hukum positif yang
organisasi bank, komisaris dan direksi, berlaku dan sesuai dengan ketentuan yang
rencana operasi dan pengendalian berlaku pada dunia perbankan.
intern, serta Proyeksi laporan keuangan 2. Hubungan usaha perbankan syariah dengan
termasuk permodalannya. otoritas jasa keuangan perbankan syariah
(3) Otoritas pengawas harus memiliki kegiatannya berpegang pada prinsip
kewenangan menetapkan kriteria kepercayaan, kehati-hatian, prinsip-prinsip
untuk mereview akuisisi atau investasi akad pengelolaan perbankan syariah atas
mayoritas oleh bank, dan dapat dasar Al-Qur’an dan Hadits Nabi, ijma’.

43
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

Adapun prinsip-prinsip pengaturan dan __________, Hukum Ekonomi Islam, Sinar


pengawasan yang terdapat pada OJK Grafika, Jakarta, 2013.
adalah prinsip kelembagaan, perijinan, Erlina Agustin, Manajemen Resiko Perbankan
persyaratan dan kehati-hatian, metode Syariah, Mizan Publika, Jakarta, 2010.
pengawasan bank, persyarat internal dan Hasanudin, Bentuk-Bentuk Perikatan (Akad)
kewenangan formal lembaga pengawas. dalam Ekonomi Syariah, pada Kapita
Selekta Perbankan Syariah, Pusdiklat
B. Saran Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2006.
1. Sangat diharapkan kepada masyarakat, Husein Mohammad, Aplikasi Akad Dalam
pelaku usaha harus mampu memilih Operasional Perbankan Syariah, dalam
produk-produk kegiatan usaha perbankan Ekonomi Syariah, pada Kapita Selekta
syariah yang benar-benar membawa Perbankan Syariah, Pusdiklat
keuntungan secara ekonomis. Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2006.
2. Sangat diharapkan kepada perbankan Ichsan Muhammad, Teori Akad Dalam Fikih
syariah secara intern untuk Islam, Hand out pada acara Pelatihan
mengembangkan operasionalnya Nasional Pembuatan Kontrak Dalam
diperlukan sosialisasi kepada Praktik Perbankan Syariah, kerjasama
publik/masyarakat, bagaimana cara kerja Basyarnas DIY dengan FH UMY, UII,
(pembagian bunga), resiko yang terdapat UAD, STIE Yogyakarta, 2006.
pada pelaksanaan operasionalnya dalam Kadir A., Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Qur’an,
menjalankan kegiatan usaha perbankan Cet. 1, Amzah, Jakarta, 2010.
syariah, bagaimana penyelesaian apabila Karim, Bussines Consulting (ed.), Produk
terjadi selisih antara nasabah dengan pihak Perbankan Syariah, Biro Perbankan
bank syariah yang Syariah Bank Indonesia, Jakarta, 2001.
mengelola/mengoperasionalisasikan dana Mandzuur Ibn al-Anshori, Lisaan Al’arab, Daar
dari masyarakat, dan peran OJK. BI/Bank al-Kutub al-iimiyyah, Juz 10, dikutip dari
Sentral kepada perbankan syariah sebagai Bagya Agung Prabowo, Beirut, 2003.
otoritas jasa perbankan yang berwenang Mansoor Muhammad Tahir, Kaidah-Kaidah Fiqh
untuk pengawas bank. Keuangan dan Transaksi Bisnis, terj.
Hendri Tanjung dan Aini Aryani, Ulil
DAFTAR PUSTAKA Albab Institute, Bogor, 2010.
Anshori Abdul Ghofur, Hukum Perbankan Mardani, Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah,
Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), Refika Rajawali Press, Jakarta, 2012.
Aditama, Bandung, 2009. __________, Hadis Ahkam, Cet. 1 Rajawali
__________, Penerapan Prinsip Syariah Dalam Press, Jakarta, 2012.
Lembaga Keuangan, Lembaga __________, Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Pembiayaan dan Perusahaan Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pembiayaan, Pustaka Pelajar, Pidana Nasional, Rajawali Press,
Yogyakarta, 2008. Jakarta, 2008.
Athiyah Muhyaddin, Kamus Ekonomi Islam, Cet. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank
1, Ziyad Books, Surakarta, 2009. Syariah, AMP YPKN, Yogyakarta, 2005.
Pasaribu Chairuman, S.K. Lubis, Hukum
Basyir Ahmad Azhar, Asas-Asas Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika,
Muamalat, UII Press, Yogyakarta. Jakarta, 2004.
Dahlan Abdul Aziz, et.al (ed), Ensiklopedia Perwaatmadja Karnaen dan Muhammad Syafi’i
Hukum Islam, Cet. 1, PT. Ichtiar Baru Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
van Hoeve,Jakarta, 1997. Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta,
Djamil Fathurahman, et.al, Hukum Perjanjian 1992.
Syariah Dalam Kompilasi Hukum Pramono Nindyo, Sistem dan Prosedur
Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Operasional Bank Syariah, UII Press,
Bandung, 2001. Yogyakarta, 2005.

44
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

Rahman Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, Dana


Bakti Wakaf, Yogyakarta, 1995.
Razzaq Andu A. Ahmad al-Sanhuri dalam Taufik,
Teori Perikatan Dalam Islam, Bulan
Bintang, Jakarta, 2006.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif. Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Cetakan
Ke-15, Jakarta, 2013.

Sulaiman Abdullah, Metode Penulisan Ilmu


Hukum, YPPSDM, Jakarta, 2012.
Syihab M. Quraish, Berbisnis dengan Allah,
Lentera Hati, Jakarta, 2008.
Tanjung M. Azrul, et.al, Meraih Surga Dengan
Berbisnis, Cet. 1, Gema Insani Press,
Depok, 2013.
Usman Rahmadi, Aspek Hukum Perbankan
Syariah di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012.
Zaman Mariam Darus Badrul (et.al), Kompilasi
Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti,
Jakarta.

Sumber-sumber Lain:
Al Quran
KUH Perdata
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998
Peraturan BI No. 9/19/PBI/2007 tentang
Pelaksanaan Prinsip Syariah

45

Anda mungkin juga menyukai