PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial mengandung ancaman
penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk meminimalkan terjadinya
penularan penyakit dibutuhkan suatu pusat sterilisasi (CSSD) yang berfungsi untuk membantu
unit-unit lain di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH yang membutuhkan barang steril, membantu
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH serta
menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi yang dihasilkan.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH, dengan cara melakukan sterilisasi
pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Pusat sterilisasi (CSSD) mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya
pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya infeksi nosokomial RS Bersalin
asih. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi
antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana Rumah Sakit, sanitasi dan lain-
lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan pengetahuan dan keterampilan
yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapatkan hasil yang baik yaitu kondisi alat
atau bahan yang steril secara cepat dan tepat.dari masing-masing unit lain yang
membutuhkannya sehingga resiko terjadinya infeksi nosokomial terhadap pasien dan karyawan
Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH dapat di cegah sedini mungkin.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak Manajemen dalam meningkatkan pelayanan
sterilisasi yang bermutu dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASIH
2. Tujuan Khusus
1. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASIH
2. Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial Rumah Sakit Ibu dan
Anak ASIH
3. Dapat meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan Rumah Sakit Ibu dan
Anak ASIH
4. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau para medis Rumah
Sakit Ibu dan Anak ASIH tentang prosedur pelaksanaan sterilisasi.
5. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit Ibu dan Anak
ASIH dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang prosedur sterilisasi.
C. Ruang Lingkup
Untuk dapat menjadi sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam
meningkatkan mutu pelayanan, maka setiap unit yang akan melakukan sterilisasi alat di lakukan
di ruang CSSD yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi.
D. Batasan Operasional
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen oksida pada sirkulasi
udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical Instrumentation
3. AHA adalah singkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran mukosa
untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
2
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk spora serta
resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan digunakan untuk uji
efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap berpompa
vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme atau
substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau
kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan syhu tertentu secara
kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam
bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi
tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi yang
menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada saat masuk
rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara
fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan suhu dan
digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart minimal
pelayana Rumah Sakit.
3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang
Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.
4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
3
5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
standart pelayanan Rumah sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Kesehatan.
BAB II
4
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Uraian Tugas dan Kualifikasi tenaga
Kualifikasi tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi
1. Kepala Pusat Sterilisasi
Uraian Tugas :
- Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis steril bagi
perawatan pasien di Rumah Sakit
- Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan
diri/personel lainnya
- Menentukan metoda yang efektif bagi penyiapan dan penanganan alat/bahan steril.
- Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan mesin sterilisasi
secara benar
- Memastikan bahwa teknik aseptik diterapkan pada saat penyiapan dan penanganan alat
steril baik yang sekali pakai atau pemakaian ulang
- Kerjasama dengan unit lain di Rumah Sakit dan melakukan koordinasi yang bersifat
intern/ekstern
- Membuat perencanaan program kerja
- Membuat laporan kinerja CSSD
Kualifikasi Tenaga :
- Pendidikan terakhir minimal apoteker atau sarjana kesehatan atau D3 di bidang
kesehatan dengan masa kerja 7 tahun di bidang sterilisasi
- Telah mendapat kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan sterilisasi
- Telah mendapat kursus tambahan tentang manajemen
5
- Berpengalaman kerja di bagian kamar operasi/sterilisasi
- Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi
A. Denah Ruang
Pusat Sterilisasi (CSSD) RS Bersalin asih berada dekat atau di wilayah kamar operasi letaknya
dibelakang yang terdiri dari :
Ruang pengemasan alat dan prosesing linen
Di ruang ini proses pengemasan alat / linen untuk persiapan sterilisasi dan penerimaan
alat / bahan dari masing-masing ruangan perawatan yang sudah di kemas diterima
diruangan ini dengan mengisi buku tentang peralatan yang akan disterilkan. Selain
pengemasan di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas,
cotton swabs dan lain-lain.
Ruang Sterilisasi
Di ruangan ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan. dengan menggunakan peralatan
sterilisasi secara otomatis
Ruang Penyimpanan Barang Steril
Setelah proses sterilisasi selesai, alat / bahan yang sudah steril disimpan di ruang tempat
penyimpanan barang steril. Akses ke ruangan penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas
CSSD, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril dan terisolasi dari lalu lintas utama
B. Standar Fasilitas
Peralatan dan Zat Kimia CSSD
Peralatan non medik
Timbangan
Meja
Kursi
Lemari linen
Lemari alat
Ember tertutup
Baskom
Alat pelindung (Apron, masker, sarung tangan, topi)
Tromol
Bahan pengemas
Alat pemadam kebakaran
Jam dinding
Termometer
Tensimeter
Tissue
7
Peralatan Medik
Mesin sterilisasi uap
Mesin sterilisasi gas
Mesin sterilisasi basah
Mesin sterilisasi ruangan
Lemari penyimpanan barang steril
Mesin cuci tangan otomatis
Bahan/zat kimia
Detergen
Desinfektan
Kapas, kasa
8
Sterilisasi Panas-Kering (Memmert)
Cara kerja :
1. Masukkan ke dalam box memmert alat-alat/barang yang akan di sterilkan
2. Tutup pintu oven / memmert
3. Putar tombol suhu sampai angka 150º c
4. Putar power ke angka satu
5. Lampu hijau, merah dan kuning akn menyala
6. Fresh air di tutup (tombol turunkan sampai angka 4 + 5)
7. Bila sudah mencapai waktu 1 jam, lampu merah (alarm) akan mati
8. Fresh air buka ( tombol naikkan sampai 0)
9. Pintu memmert di buka
10. Bila yang disterilkan tromol, lubang-lubang tromol di tutup dahulu, baru di keluarkan
Sterilisasi EO Gas
Cara kerja :
1. Alat yang akan disterilkan disikat, dicuci bersih dengan detergent, dibilas dengan air
sampai bersih dan dikeringkan
2. Alat yang bias dilepaskan bagian-bagiannya, baterai dilepaskan dari alat yang akan
disterilkan dan disterilkan secara terpisah
3. Bila alat yang disterilkan tidak dapat dicuci dengan air, masukkan humiditichip
mendapat kelembaban yang diinginkan
4. Pack alat yang akan disterilkan dengan seal & peal, tempelkan exposure indikator
5. Masukkan dalam kantong sterilisasi, masukkan Dosimeter, Humiditichip dan EO gas
yang sudah di cabut pengamannya (tapi tombol pengaktifan jangan di tekan dulu)
6. Kantong sterilisasi di tutup/seal dengan menggunakan plastik sealer (udara dalam
kantung plastik di kempeskan/dibuang sebelum di seal dengan seal plastik)
7. Tekan tombol ON pada sterilizer
8. Untuk memulai mensterilkan alat/masukkan alat kedalam sterilizer, tekan tombol
load
9. Untuk memasukkan data berapa kantong yang akan di sterilkan tekan tanda panah
naik/turun kemudian tekan tombol enter untuk konfirmasi. Sterilizator akan masuk
dalam Warm up cycle dan pintu sterilizer akan terbuka pada suhu 48º C
10. Sebelum pintu sterilizer dapat di buka sterilizer memasuki tahap purging cycle
selama 5 menit.
11. Pada saat ini ventilasi berfungsi untuk membuang sisa gas EO dalam cabinet, pintu
sterilizer akan terbuka setelah timer menghitumg mundur sp 00.00
12. Pada saat pintu sterilizer tidak terkunci, ini memungkinkan untuk mamasukkan
kantung yang akan disterilkan. Bunyi “Beep” tiap 15 detik mengingatkan operator
bahwa sterilizer siap untuk di masuki tambahan kantung yang akan disterilkan
13. Pintu dapat di buka dan di tutup beberapa kali sesuai kebutuhan sp timer menghitung
00.00. setelah memasukkan kantung yang akan di sterilkan tutup pintu sterilizator
9
dan akan mengunci dengan sendirinya bila timer sudah menunjukkan 00.00. Bila
pintu sterilizator masih terbuka pada saat timer menunjukkan 00.00 alarm akan
berbunyi untuk mengingatkan operator.
14. Untuk mengeluarkan kantung yang sudah selesai prosesnya, tekan tombol
“UNLOAD”
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
10
Sterilisasi.
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara fisika
atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi/infeksi nosokomial
Fungsi pusat sterilisasi (CSSD) adalah : menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di Rumah Sakit untuk
kepentingan perawatan pasien.
Prinsip Dasar Operasional
Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik-baiknya dengan bekerjasama dengan unit
lainnya yang ada di RS Bersalin asih di dalam memenuhi kebutuhan alat/bahan yang steril.
Memberikan pelayanan bahan/alat medik steril untuk kebutuhan unit-unit di Rumah Sakit
Ibu dan Anak ASIH selama 24 jam.
11
Penatalaksanaan Pelayanan Penyediaan Barang Steril :
Penerimaan Alat/Bahan
Menerima alat/bahan yang akan disterilkan dari unit-unit lain yang ada di Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASIH yang telah di cuci dengan desinfectan dan dikemas serta diberi label/tanda
dari ruangan masing-masing, kemudian dicatat di buku sterilisasi alat untuk disterilisasikan
Pencucian
Alat-alat/instrument bekas pakai operasi dicuci bersih dengan desinfectan Savlon,
kemudian direndam dengan larutan desinfektan dalam waktu yang cukup lama untuk
terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan men-deaktivasi sel-sel patogen. Mencuci
bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hampir semua
partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman
untuk proses desinfeksi dan sterilisasi.
Pengemasan dan Pemberian Label/Tanda
Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk material yang tersedia untuk fasilitas
kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas dan menampung alat-alat yang
pakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan adalah
untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan
tanggung jawab utama CSSD. Setelah alat/instrument dikemas diberi label/tanda (nama
ruangan, tanggal steril, alat yang disterilkan).
Prinsip-prinsip Pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan:
- Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan isinya
- Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
- Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi
Persyaratan Bahan Pengemas :
Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan proses sterilisasi
yang dipilih
- Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan/atau
hisapan pada proses sterilisasi.
- Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar
- Sterilan pada proses uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap dengan baik
pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
- Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
Sterilisasi Uap.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan penyerapan uap yang baik
pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi uap, terjadi juga proses penghisapan.
Karenanya, bahan kemasan harus memudahkan pelepasan udara secara total tanpa
mengganggu bentuk kemasan dan segelnya, Bahan kemasan juga harus mudah kering dan
memudahkan pengeringan isinya.
Sterilisasi EO.
12
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik, dan juga
siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu aerasi
Sterilisasi Panas-Kering.
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu yang diperlukan untuk
siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar, atau rusak.
Dapat Menahan Mikroorganisma dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan melindungi isinya
yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi mikroba mulai dari saat kemasan
dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya,
bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu, juga dapat menahan masuknya debu dan
terserapnya uap (air atau cairan lainnya).
Kuat dan Tahan Lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama proses sterilisasi dan
penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh terpengaruh tingkat
atmosfir dan kelembaban udara. Selama penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi,
bahan kemasan tidak boleh berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama
lain jika ditumpuk, dan segel tidak tidak boleh terlepas.
Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus sesuai dengan ukuran dan
bentuk alat yang akan dikemas, dan harus membungkus alat rapat-rapat
Tidak mengandung Racun.
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang bisa
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang luntur jika terkena
sterilan. Sebaliknya, bahan-bahan pakai ulang yang sudah dilaundry atau kotak kontainer
pakai ulang harus bebas dari detergen bahan pemutih, atau bahan kimia lainnya yang dapat
bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas. Pembungkus
datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan tali kain. Kantong terbuat dari
plastik, kombinasi plastik dan kertas, atau kertas saja harus disegel dengan segel panas atau
tape. Kantong bersegel harus disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi
biasanya disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua metode
segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari kesalahan.
Membuka dengan Mudah dan Aman
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi yang minimum, misalnya
karena alat terjatuh, dan memungkin perpindahan alat secara aseptik ke area yang steril.
Kadang kala pembungkus datar dipakai sebagai duk. Jika demikian, bahan yang dipakai
harus mempunyai ukuran yang cukup besar untuk menutupi area operasi (drape), harus
fleksibel dan menggantung dengan baik dan tidak boleh menggulung sehingga
menyebabkan kontaminasi pada isinya.
Masa Kadaluarsa
13
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa kadaluarsanya. Karena
pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak bergantung pada waktu melainkan pada kejadian
yang dialami oleh kemasan tersebut.
Tipe-tipe Bahan Kemasan Kertas
Bahan ini hanya untuk sekali pakai. Kebutuhan akan pemakaian kertas disebabkan karena
duk kain dan handuk tidak tentu kapan kembalinya dari laundry kemungkinan terjadinya
berbulu pada kain. Juga ada keraguan pada kemampuan kain menahan bakteri, sehingga
dicari alternatif bahan pembungkus lainnya.
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
- Harus tidak tembus air
- Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek)
- Harus merupakan penahan bakteri yang baik
- Harus bebas dari bahan beracun
Kertas dapat dipakai sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap dan EO. Tipe
kertas yang boleh dipakai untuk kemasan sterilisasi:
- Kertas kraft yang medical grade
- Kertas berlaminasi: terdiri dari tiga lapisan, lapisan kedua mencegah penyerapan uap
terapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat sedemikian rupa agar proses sterilisasi
berlangsung dengan baik.
- Kertas mentega yang non-glaze (7,2 kg/rim) bisa dipakai untuk sterilisasi uap tetapi
mudah robek.
- Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek. Bisa dipakai untuk
membungkus sekaligus sebagai area steril (duk).
Tape indikator kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini berubah warna untuk
identifikasi kemasan yang sudah melalui proses sterilisasi.
Film Plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap, karenanya film plastik
tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi uap. Kantong biasanya didisain
dengan kertas di salah satu sisinya untuk penetrasi uap. Polyethylene (PE) dapat menyerap
EO dan dapat dipakai sebagai tas plastik dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong
plastik untuk EO juga dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC) tidak
boleh dipakai karena tidak dapat menyerap EO dengan baik dan menyimpan gas untuk
waktu yang cukup lama. Nylon atau polyamide juga tidak direkomendasikan untuk uap dan
EO. Ketebalan film plastik biasanya 1-3 milimikron untuk porositas terhadap EO. Film
plastik sering dipakai setelah proses sterilisasi untuk menjaga kelembaban dan pelindung
terhadap debu.
Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan operasi. Kelebihannya
adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang cukup yang baik, mudah
digunakan, dan sangat baik untuk duk. Kelemahannya :
14
- Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
- Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yang baru di laundry
- Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya
- Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan spesifikasi 140 thread
count, dan harus dipakai 2 lembar.
- Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat dari muslin yang di
bleach.
- Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap uap.
- Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO
Kain campuran
Campuran katun dan plastik memperbaiki kemampuan menghalangi bakteri dan air. Tetapi
karena sering dicuci, menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai untuk sterilisasi uap dan EO.
Prosedur dan Langkah-langkah pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup:
- Nama alat-alat yang akan dikemas
- Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai instruksi
produsen dan spesifikasinya.
- Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
- Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
- Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
- Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan internal, sesuai dengan
kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
- Metoda atau teknik mengemas.
- Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
- Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
- Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal, dan identifikasi
pekerja yang menyiapkan
- Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
- Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan penanganan setelah
proses sterilisasi.
- Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu,
uap,vermin, dsb.
- Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk distribusi ketempat
pemakaian.
- Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi, misalnya prosedur
yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan kemasan steril; inspeksi segel, dan
metode yang tepat untuk membuka alat-alat steril.
Proses Sterilisasi
Setelah alat dicuci dan dikemas kemudian dimasukkan kedalam mesin sterilisasi yaitu
mesin autoclave delta dengan menggunakan suhu menggunakan suhu 1210C dan 1340C
15
sampai mesin sterilisasi autoclave delta berbunyi menandakan proses sterilisasi telah
selesai, kira-kira memakan waktu selama satu setengah jam (sesuai program mesin
tersebut).
Untuk saat sekarang sedang terjadi kerusakan autoclave, sehingga proses sterilisasi
dilakukan diluar Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH yaitu di CSSD RSPP sesuai dengan
MOU yang berlaku.
Penyimpanan dan Distribusi
Alat/bahan yang sudah disterilkan oleh petugas kamar operasi kemudian disimpan di
lemari penyimpanan alat steril dan di distribusikan ke unit-unit yang membutuhkan
alat/bahan dalam kondisi yang steril.
Pencatatan dan Pelaporan
Alat/bahan yang disterilkan di catat jumlah set nya, berat alat, tanggal dan petugas/perawat
yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan pelaporan sterilisasi.
Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak
ASIH
Pengujian Alat Sterilisasi
Sebelum mesin sterilisasi dapat digunakan secara rutin maka harus dilakukan pengujian telebih
dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-masing autoclave atau sesuai dengan mesin
sterilisasi yang digunakan.
Kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung pada disain mesinnya saja tetapi juga tergantung
pada elemen pendukung lainnya seperti generator uap dan distribusi uap, sistem kelistrikan
dan sistem mekanik lainnya.
Kompatibilitas mesin sterilisasi dengan sistem penunjang lainnya
Kalibrasi alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari produsen mesin.
Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah : pengukur suhu dan tekanan, timer, dan
elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen-komponen ini
mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya terhadap
jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sangat penting
untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif serta dapat
diandalkan.
BAB V
LOGISTIK
16
Tata cara logistik Sterilisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan, buku pencatatan dan pelaporan sterilisasi ,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine:
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan label tanda steril atau tidak
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Pendistribusian
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
17
1. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan pada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-alat/instrument yang di gunakan.
Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang
steril secara aseptic dan benar sesuai dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi
petugas untuk mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang
belum di uji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun
penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument bedah) apabila di
gunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Saran tindakan aman
Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di distribusikan dari CSSD sesuai
dengan petunjuk pabrik dan SOP di CSSD
Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor, kerusakan
atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat
Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat transportasi
menuju daerah dekontaminasi
Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai mengalami
pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik
Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap, dan
berfungsi secara normal
Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)
2. Penanganan zat-zat kimia di CSSD
Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat kimia yang
digunakan di CSSD bersifat toksik. Apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik maka
dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri maupun pasien
Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai desinfektan
intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses sterilisasi
dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk dapat menemukan
dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
Tujuan monitoring adalah:
25
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem pelayanan
sterilisasi (bila perlu).
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang dilaksanakan di
lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian pelayanan
sterilisasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai
keperluan dan dipergunakan segera untuk perbaikan program.
Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap pengemasan,
sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan
sterilisasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
26
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang yang
disterilkan di jamin kesterilannya.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.
27