Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial mengandung ancaman
penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk meminimalkan terjadinya
penularan penyakit dibutuhkan suatu pusat sterilisasi (CSSD) yang berfungsi untuk membantu
unit-unit lain di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH yang membutuhkan barang steril, membantu
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH serta
menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi yang dihasilkan.

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH, dengan cara melakukan sterilisasi
pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.

Pusat sterilisasi (CSSD) mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya
pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya infeksi nosokomial RS Bersalin
asih. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi
antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana Rumah Sakit, sanitasi dan lain-
lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan pengetahuan dan keterampilan
yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapatkan hasil yang baik yaitu kondisi alat
atau bahan yang steril secara cepat dan tepat.dari masing-masing unit lain yang
membutuhkannya sehingga resiko terjadinya infeksi nosokomial terhadap pasien dan karyawan
Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH dapat di cegah sedini mungkin.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3495)
dan atas dasar pemikiran latar belakang di atas maka Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
memandang perlu untuk penyusunan suatu pedoman pusat sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASIH.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak Manajemen dalam meningkatkan pelayanan
sterilisasi yang bermutu dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASIH
2. Tujuan Khusus
1. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASIH
2. Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial Rumah Sakit Ibu dan
Anak ASIH
3. Dapat meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan Rumah Sakit Ibu dan
Anak ASIH
4. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau para medis Rumah
Sakit Ibu dan Anak ASIH tentang prosedur pelaksanaan sterilisasi.
5. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit Ibu dan Anak
ASIH dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang prosedur sterilisasi.

C. Ruang Lingkup
Untuk dapat menjadi sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam
meningkatkan mutu pelayanan, maka setiap unit yang akan melakukan sterilisasi alat di lakukan
di ruang CSSD yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi.

Ruang lingkup Sterilisasi meliputi :


1. Pencucian ( perendaman dan pembilasan )
2. Pengeringan
3. Pengemasan
4. Labeling
5. Indikatorisasi
6. Sterilisasi
7. Penyimpanan
8. Distribusi
9. Pemantauan
10. Evaluasi

D. Batasan Operasional
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen oksida pada sirkulasi
udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical Instrumentation
3. AHA adalah singkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran mukosa
untuk menurunkan jumlah mikroorganisme

2
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk spora serta
resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan digunakan untuk uji
efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap berpompa
vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme atau
substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau
kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan syhu tertentu secara
kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam
bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi
tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi yang
menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada saat masuk
rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara
fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan suhu dan
digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart minimal
pelayana Rumah Sakit.
3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang
Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.
4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
3
5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
standart pelayanan Rumah sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Kesehatan.

BAB II
4
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia


1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.
2. Minimal pendidikan S1 /D3
3. Mempunyai sertipikat CSSD
4. Bekerja purna /paruh waktu
Status Kesehatan
Kepada seluruh tenaga/pegawai yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit dianjurkan
sebelum dan pada saat melakukan tugas sehari-hari untuk :
 Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X ray untuk TBC
 Status imunisasi untuk hepatitis B, Tetanus, Typhoid fever.
 Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di pusat sterilisasi seperti infeksi
saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, tertusuk jarum maupun infeksi pada
mata.

B. Distribusi Ketenagaan
Uraian Tugas dan Kualifikasi tenaga
Kualifikasi tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi
1. Kepala Pusat Sterilisasi
Uraian Tugas :
- Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis steril bagi
perawatan pasien di Rumah Sakit
- Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan
diri/personel lainnya
- Menentukan metoda yang efektif bagi penyiapan dan penanganan alat/bahan steril.
- Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan mesin sterilisasi
secara benar
- Memastikan bahwa teknik aseptik diterapkan pada saat penyiapan dan penanganan alat
steril baik yang sekali pakai atau pemakaian ulang
- Kerjasama dengan unit lain di Rumah Sakit dan melakukan koordinasi yang bersifat
intern/ekstern
- Membuat perencanaan program kerja
- Membuat laporan kinerja CSSD

Kualifikasi Tenaga :
- Pendidikan terakhir minimal apoteker atau sarjana kesehatan atau D3 di bidang
kesehatan dengan masa kerja 7 tahun di bidang sterilisasi
- Telah mendapat kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan sterilisasi
- Telah mendapat kursus tambahan tentang manajemen
5
- Berpengalaman kerja di bagian kamar operasi/sterilisasi
- Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi

2. Penanggung jawab administrasi


Uraian Tugas :
- Bertanggung jawab terhadap Kepala CSSD
- Membantu Kepala dalam penyusunan perencanaan berdasarkan masukan
- Rekapitulasi laporan kegiatan masing-masing sub instalasi
- Menyiapkan keperluan administrasi
Kualifikasi Tenaga :
- Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA/sekolah pendidikan perawat atau yang setara
dengan tambahan kursus administrasi
- Dapat melakukan pengetikan dan menggunakan computer
- Rapi dalam menyusun dokumentasi

3. Staf di Pusat Sterilisasi


Uraian Tugas :
- Bertanggung jawab terhadap kepala
- Tidak alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat sterilisasi
- Dapat mengerti perintah dan menerapkannya menjadi aktivitas
- Dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan Mengikuti prosedur kerja/ SOP yang telah
dibuat
- Dapat menjalankan pekerjaan baik dengan perintah langsung maupun tidak
langsung/telephone
- Dapat mengerjakan pekerjaan rutin/berulang-ulang yang relative “ membosankan”
- Dapat menerima tekanan kerja dan kadang-kadang lembur
- Memakai pelindung seperti apron, masker, penutup kepala, sandal khusus dan sarung
tangan
- Memelihara peralatan CSSD, alat dan bahan steril
Kualifikasi Tenaga :
- Harus mengikuti pelatihan CSSD
- Dapat belajar dengan cepat
- Mempunyai ketrampilan yang baik
- “ Personal Hygiene” baik
- Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian
-
C. Pengaturan Jaga
Bahwa tenaga yang bertugas di pusat sterilisasi pada Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
melakukan kegiatan secara komprehensif dari sejak proses pencucian sampai dengan alat siap
digunakan oleh userbekerja sesuai dengan jadual dinas
BAB III
6
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Pusat Sterilisasi (CSSD) RS Bersalin asih berada dekat atau di wilayah kamar operasi letaknya
dibelakang yang terdiri dari :
 Ruang pengemasan alat dan prosesing linen
Di ruang ini proses pengemasan alat / linen untuk persiapan sterilisasi dan penerimaan
alat / bahan dari masing-masing ruangan perawatan yang sudah di kemas diterima
diruangan ini dengan mengisi buku tentang peralatan yang akan disterilkan. Selain
pengemasan di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas,
cotton swabs dan lain-lain.
 Ruang Sterilisasi
Di ruangan ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan. dengan menggunakan peralatan
sterilisasi secara otomatis
 Ruang Penyimpanan Barang Steril
Setelah proses sterilisasi selesai, alat / bahan yang sudah steril disimpan di ruang tempat
penyimpanan barang steril. Akses ke ruangan penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas
CSSD, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril dan terisolasi dari lalu lintas utama

B. Standar Fasilitas
Peralatan dan Zat Kimia CSSD
Peralatan non medik
 Timbangan
 Meja
 Kursi
 Lemari linen
 Lemari alat
 Ember tertutup
 Baskom
 Alat pelindung (Apron, masker, sarung tangan, topi)
 Tromol
 Bahan pengemas
 Alat pemadam kebakaran
 Jam dinding
 Termometer
 Tensimeter
 Tissue

7
Peralatan Medik
 Mesin sterilisasi uap
 Mesin sterilisasi gas
 Mesin sterilisasi basah
 Mesin sterilisasi ruangan
 Lemari penyimpanan barang steril
 Mesin cuci tangan otomatis
Bahan/zat kimia
 Detergen
 Desinfektan
 Kapas, kasa

2.3. Pengoperasian alat sterilisasi RS


Proses penyeterilan alat/bahan di RS Bersalin asih menggunakan metode sterilisasi uap,
sterilisasi panas-kering.
 Sterilisasi Uap (Autoclave delta)
Cara Kerja :
1. Handle Swits di naikkan ke angka 2
2. Tekan tombol main (lampu merah akan menyala)
3. Pilih salah satu temperature 121º atau 132º, kemudian tekan tombol start (lampu hijau
akan menyala)
4. Atur Sterilizer Timer yang dikehendaki (20 menit untuk instrument, 30 menit untuk alat
tenun) F. Gunakan skala yang paling luar (huruf putih) dengan jarum penunjuk warna
hijau. Apabila sudah selesai waktu sterilizernya, jarum penunjuk berwarna hijau akan
kembali ke 0, tetapi jarum penunjuk warna merah tetap diam tidak akan berubah.
Demikian juga jarum penunjuk warna hijau pada Dry Timer.
5. Atur Dry Timer yang dikehendaki, kita pakai 30 menit, gunakan skala yang paling luar
(huruf putih) dengan jarum penunjuk warna hijau (disebelah dalam)
6. Lampu tanda pengisian air dan pemanasan/water/kaeting akan menyala
7. Setelah air mendidih lampu-lampu dari vacum sterilizer (lampu hijau dan orange akan
menyala bergantian)
8. Dari exhaust/dry (lampu kuning/putih) menyala bergantian
9. Setelah lampu komplit menyala ± 5 menit kemudian alarm berbunyi, menandakan
bahwa proses sterilizer sudah selesai.
10. Jarum jacket sedikit demi sedikit turun ke angka 0 dan diturunkan, jarum chanber
sedikit demi sedikit akan turun dari 1-0
11. Setelah jarum chanber menunjuk angka 0 autoclave baru boleh di buka dan alat di
dalamnya bisa di keluarkan
12. Handle Swits di turunkan lagi ke angka 0

8
 Sterilisasi Panas-Kering (Memmert)
Cara kerja :
1. Masukkan ke dalam box memmert alat-alat/barang yang akan di sterilkan
2. Tutup pintu oven / memmert
3. Putar tombol suhu sampai angka 150º c
4. Putar power ke angka satu
5. Lampu hijau, merah dan kuning akn menyala
6. Fresh air di tutup (tombol turunkan sampai angka 4 + 5)
7. Bila sudah mencapai waktu 1 jam, lampu merah (alarm) akan mati
8. Fresh air buka ( tombol naikkan sampai 0)
9. Pintu memmert di buka
10. Bila yang disterilkan tromol, lubang-lubang tromol di tutup dahulu, baru di keluarkan

 Sterilisasi EO Gas
Cara kerja :
1. Alat yang akan disterilkan disikat, dicuci bersih dengan detergent, dibilas dengan air
sampai bersih dan dikeringkan
2. Alat yang bias dilepaskan bagian-bagiannya, baterai dilepaskan dari alat yang akan
disterilkan dan disterilkan secara terpisah
3. Bila alat yang disterilkan tidak dapat dicuci dengan air, masukkan humiditichip
mendapat kelembaban yang diinginkan
4. Pack alat yang akan disterilkan dengan seal & peal, tempelkan exposure indikator
5. Masukkan dalam kantong sterilisasi, masukkan Dosimeter, Humiditichip dan EO gas
yang sudah di cabut pengamannya (tapi tombol pengaktifan jangan di tekan dulu)
6. Kantong sterilisasi di tutup/seal dengan menggunakan plastik sealer (udara dalam
kantung plastik di kempeskan/dibuang sebelum di seal dengan seal plastik)
7. Tekan tombol ON pada sterilizer
8. Untuk memulai mensterilkan alat/masukkan alat kedalam sterilizer, tekan tombol
load
9. Untuk memasukkan data berapa kantong yang akan di sterilkan tekan tanda panah
naik/turun kemudian tekan tombol enter untuk konfirmasi. Sterilizator akan masuk
dalam Warm up cycle dan pintu sterilizer akan terbuka pada suhu 48º C
10. Sebelum pintu sterilizer dapat di buka sterilizer memasuki tahap purging cycle
selama 5 menit.
11. Pada saat ini ventilasi berfungsi untuk membuang sisa gas EO dalam cabinet, pintu
sterilizer akan terbuka setelah timer menghitumg mundur sp 00.00
12. Pada saat pintu sterilizer tidak terkunci, ini memungkinkan untuk mamasukkan
kantung yang akan disterilkan. Bunyi “Beep” tiap 15 detik mengingatkan operator
bahwa sterilizer siap untuk di masuki tambahan kantung yang akan disterilkan

13. Pintu dapat di buka dan di tutup beberapa kali sesuai kebutuhan sp timer menghitung
00.00. setelah memasukkan kantung yang akan di sterilkan tutup pintu sterilizator
9
dan akan mengunci dengan sendirinya bila timer sudah menunjukkan 00.00. Bila
pintu sterilizator masih terbuka pada saat timer menunjukkan 00.00 alarm akan
berbunyi untuk mengingatkan operator.
14. Untuk mengeluarkan kantung yang sudah selesai prosesnya, tekan tombol
“UNLOAD”

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
10
Sterilisasi.
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara fisika
atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi/infeksi nosokomial
Fungsi pusat sterilisasi (CSSD) adalah : menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di Rumah Sakit untuk
kepentingan perawatan pasien.
Prinsip Dasar Operasional
 Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik-baiknya dengan bekerjasama dengan unit
lainnya yang ada di RS Bersalin asih di dalam memenuhi kebutuhan alat/bahan yang steril.
 Memberikan pelayanan bahan/alat medik steril untuk kebutuhan unit-unit di Rumah Sakit
Ibu dan Anak ASIH selama 24 jam.

Tujuan Pusat Sterilisasi (CSSD)


 Membantu unit lain di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH yang membutuhkan kondisi steril,
untuk mencegah terjadinya infeksi
 Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi infeksi
nosokomial
 Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan
terhadap pasien
 Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan

Tugas Pusat Sterilisasi (CSSD)


 Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
 Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
 Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi
maupun ruangan lainnya
 Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu
 Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan pasien
 Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
 Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi maupun sterilisasi sebagai
bagian dari program upaya pengendalian mutu
 Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian
infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial
 Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang brkaitan dengan masalah sterilisasi
 Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi baik yang
bersifat intern maupun ekstern
 Mengevaluasi hasil sterilisasi

11
Penatalaksanaan Pelayanan Penyediaan Barang Steril :
 Penerimaan Alat/Bahan
Menerima alat/bahan yang akan disterilkan dari unit-unit lain yang ada di Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASIH yang telah di cuci dengan desinfectan dan dikemas serta diberi label/tanda
dari ruangan masing-masing, kemudian dicatat di buku sterilisasi alat untuk disterilisasikan
 Pencucian
Alat-alat/instrument bekas pakai operasi dicuci bersih dengan desinfectan Savlon,
kemudian direndam dengan larutan desinfektan dalam waktu yang cukup lama untuk
terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan men-deaktivasi sel-sel patogen. Mencuci
bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hampir semua
partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman
untuk proses desinfeksi dan sterilisasi.
 Pengemasan dan Pemberian Label/Tanda
Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk material yang tersedia untuk fasilitas
kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas dan menampung alat-alat yang
pakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan adalah
untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan
tanggung jawab utama CSSD. Setelah alat/instrument dikemas diberi label/tanda (nama
ruangan, tanggal steril, alat yang disterilkan).
Prinsip-prinsip Pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan:
- Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan isinya
- Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
- Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi
Persyaratan Bahan Pengemas :
Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan proses sterilisasi
yang dipilih
- Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan/atau
hisapan pada proses sterilisasi.
- Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar
- Sterilan pada proses uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap dengan baik
pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
- Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
Sterilisasi Uap.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan penyerapan uap yang baik
pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi uap, terjadi juga proses penghisapan.
Karenanya, bahan kemasan harus memudahkan pelepasan udara secara total tanpa
mengganggu bentuk kemasan dan segelnya, Bahan kemasan juga harus mudah kering dan
memudahkan pengeringan isinya.
Sterilisasi EO.
12
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik, dan juga
siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu aerasi
Sterilisasi Panas-Kering.
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu yang diperlukan untuk
siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar, atau rusak.
Dapat Menahan Mikroorganisma dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan melindungi isinya
yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi mikroba mulai dari saat kemasan
dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya,
bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu, juga dapat menahan masuknya debu dan
terserapnya uap (air atau cairan lainnya).
Kuat dan Tahan Lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama proses sterilisasi dan
penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh terpengaruh tingkat
atmosfir dan kelembaban udara. Selama penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi,
bahan kemasan tidak boleh berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama
lain jika ditumpuk, dan segel tidak tidak boleh terlepas.
Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus sesuai dengan ukuran dan
bentuk alat yang akan dikemas, dan harus membungkus alat rapat-rapat
Tidak mengandung Racun.
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang bisa
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang luntur jika terkena
sterilan. Sebaliknya, bahan-bahan pakai ulang yang sudah dilaundry atau kotak kontainer
pakai ulang harus bebas dari detergen bahan pemutih, atau bahan kimia lainnya yang dapat
bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas. Pembungkus
datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan tali kain. Kantong terbuat dari
plastik, kombinasi plastik dan kertas, atau kertas saja harus disegel dengan segel panas atau
tape. Kantong bersegel harus disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi
biasanya disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua metode
segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari kesalahan.
Membuka dengan Mudah dan Aman
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi yang minimum, misalnya
karena alat terjatuh, dan memungkin perpindahan alat secara aseptik ke area yang steril.
Kadang kala pembungkus datar dipakai sebagai duk. Jika demikian, bahan yang dipakai
harus mempunyai ukuran yang cukup besar untuk menutupi area operasi (drape), harus
fleksibel dan menggantung dengan baik dan tidak boleh menggulung sehingga
menyebabkan kontaminasi pada isinya.
Masa Kadaluarsa
13
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa kadaluarsanya. Karena
pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak bergantung pada waktu melainkan pada kejadian
yang dialami oleh kemasan tersebut.
Tipe-tipe Bahan Kemasan Kertas
Bahan ini hanya untuk sekali pakai. Kebutuhan akan pemakaian kertas disebabkan karena
duk kain dan handuk tidak tentu kapan kembalinya dari laundry kemungkinan terjadinya
berbulu pada kain. Juga ada keraguan pada kemampuan kain menahan bakteri, sehingga
dicari alternatif bahan pembungkus lainnya.
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
- Harus tidak tembus air
- Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek)
- Harus merupakan penahan bakteri yang baik
- Harus bebas dari bahan beracun
Kertas dapat dipakai sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap dan EO. Tipe
kertas yang boleh dipakai untuk kemasan sterilisasi:
- Kertas kraft yang medical grade
- Kertas berlaminasi: terdiri dari tiga lapisan, lapisan kedua mencegah penyerapan uap
terapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat sedemikian rupa agar proses sterilisasi
berlangsung dengan baik.
- Kertas mentega yang non-glaze (7,2 kg/rim) bisa dipakai untuk sterilisasi uap tetapi
mudah robek.
- Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek. Bisa dipakai untuk
membungkus sekaligus sebagai area steril (duk).
Tape indikator kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini berubah warna untuk
identifikasi kemasan yang sudah melalui proses sterilisasi.
Film Plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap, karenanya film plastik
tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi uap. Kantong biasanya didisain
dengan kertas di salah satu sisinya untuk penetrasi uap. Polyethylene (PE) dapat menyerap
EO dan dapat dipakai sebagai tas plastik dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong
plastik untuk EO juga dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC) tidak
boleh dipakai karena tidak dapat menyerap EO dengan baik dan menyimpan gas untuk
waktu yang cukup lama. Nylon atau polyamide juga tidak direkomendasikan untuk uap dan
EO. Ketebalan film plastik biasanya 1-3 milimikron untuk porositas terhadap EO. Film
plastik sering dipakai setelah proses sterilisasi untuk menjaga kelembaban dan pelindung
terhadap debu.

Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan operasi. Kelebihannya
adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang cukup yang baik, mudah
digunakan, dan sangat baik untuk duk. Kelemahannya :
14
- Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
- Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yang baru di laundry
- Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya
- Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan spesifikasi 140 thread
count, dan harus dipakai 2 lembar.
- Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat dari muslin yang di
bleach.
- Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap uap.
- Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO
Kain campuran
Campuran katun dan plastik memperbaiki kemampuan menghalangi bakteri dan air. Tetapi
karena sering dicuci, menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai untuk sterilisasi uap dan EO.
Prosedur dan Langkah-langkah pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup:
- Nama alat-alat yang akan dikemas
- Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai instruksi
produsen dan spesifikasinya.
- Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
- Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
- Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
- Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan internal, sesuai dengan
kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
- Metoda atau teknik mengemas.
- Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
- Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
- Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal, dan identifikasi
pekerja yang menyiapkan
- Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
- Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan penanganan setelah
proses sterilisasi.
- Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu,
uap,vermin, dsb.
- Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk distribusi ketempat
pemakaian.
- Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi, misalnya prosedur
yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan kemasan steril; inspeksi segel, dan
metode yang tepat untuk membuka alat-alat steril.

 Proses Sterilisasi
Setelah alat dicuci dan dikemas kemudian dimasukkan kedalam mesin sterilisasi yaitu
mesin autoclave delta dengan menggunakan suhu menggunakan suhu 1210C dan 1340C

15
sampai mesin sterilisasi autoclave delta berbunyi menandakan proses sterilisasi telah
selesai, kira-kira memakan waktu selama satu setengah jam (sesuai program mesin
tersebut).
Untuk saat sekarang sedang terjadi kerusakan autoclave, sehingga proses sterilisasi
dilakukan diluar Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH yaitu di CSSD RSPP sesuai dengan
MOU yang berlaku.
 Penyimpanan dan Distribusi
Alat/bahan yang sudah disterilkan oleh petugas kamar operasi kemudian disimpan di
lemari penyimpanan alat steril dan di distribusikan ke unit-unit yang membutuhkan
alat/bahan dalam kondisi yang steril.
 Pencatatan dan Pelaporan
Alat/bahan yang disterilkan di catat jumlah set nya, berat alat, tanggal dan petugas/perawat
yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan pelaporan sterilisasi.
 Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak
ASIH
Pengujian Alat Sterilisasi
Sebelum mesin sterilisasi dapat digunakan secara rutin maka harus dilakukan pengujian telebih
dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-masing autoclave atau sesuai dengan mesin
sterilisasi yang digunakan.
Kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung pada disain mesinnya saja tetapi juga tergantung
pada elemen pendukung lainnya seperti generator uap dan distribusi uap, sistem kelistrikan
dan sistem mekanik lainnya.
Kompatibilitas mesin sterilisasi dengan sistem penunjang lainnya
Kalibrasi alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari produsen mesin.
Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah : pengukur suhu dan tekanan, timer, dan
elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen-komponen ini
mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya terhadap
jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sangat penting
untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif serta dapat
diandalkan.

BAB V
LOGISTIK

16
Tata cara logistik Sterilisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan, buku pencatatan dan pelaporan sterilisasi ,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine:
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan label tanda steril atau tidak
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Pendistribusian

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

17
1. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan pada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-alat/instrument yang di gunakan.
Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang
steril secara aseptic dan benar sesuai dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi
petugas untuk mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang
belum di uji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun
penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument bedah) apabila di
gunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Saran tindakan aman
 Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di distribusikan dari CSSD sesuai
dengan petunjuk pabrik dan SOP di CSSD
 Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor, kerusakan
atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat
 Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat transportasi
menuju daerah dekontaminasi
 Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai mengalami
pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik
 Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap, dan
berfungsi secara normal
 Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)
2. Penanganan zat-zat kimia di CSSD
Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat kimia yang
digunakan di CSSD bersifat toksik. Apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik maka
dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri maupun pasien
Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai desinfektan
intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah
air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
18
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya digunakan sebagai
disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol dengan kadar
bervariasi (biasanya antara 12-15 %)
Bahaya terhadap kesehatan
Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5 g/kg BB
Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm lakrimasi
berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas pada hidung dan
tenggorokan, 50-100 ppm iritasi akut saluran pernafasan
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita, percikan
larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat s/d menetap, kornea
buram dan buta
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual, muntah,
perdarahan
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea buram
dan buta
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah
air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
19
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan buanglah
dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut:
1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran.
Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi kimia alat-
alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam pembuatan etilen glikol,
fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Pemaparan jangka pendek : iritasi, daya cium menurun, dispnea, nyeri
kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan tubuh
Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek : reaksi alergi, kulit terasa panas, melepuh,
frostbite.
Kontak mata : Pemaparan jangka pendek : terasa panas, frostbite, mata berair, pemaparan
jangka panjang : dapat menimbulkan kontak
Tertelan : Pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar, sakit tenggorokan, mual,
muntah,, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati, potensial karsinogen
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah
air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
20
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan buanglah
dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
2. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan
3. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-anak 15-30
gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr karbon aktif dengan
100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr tiap 20 menit.
Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat, hidroksibenzena,
asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan sebagai desinfektan
rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau
busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi
antara 1-2 %. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.
Bahaya utama pada kesehatan
Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan berulang atau berat :
kemerahan, gatal dan luka bakar
Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat mengalami dermatitis kontak
Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema palpebra dan iritis,
nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol > 5 %
dapat menyebabkan luka bakar pada pada mulut dan esophagus
Efek pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi dan syok
Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
Efek pada pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah
air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
21
1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan buanglah
dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1. Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran. Untuk
orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat di
pertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium
hipoklorit (Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai
disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya
karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam
lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
Bahaya utama terhadap kesehatan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yan terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah
air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal 10 menit
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan buanglah
dalam wadah /plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron
22
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran.
Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
4. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan CSSD menjadi
tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas tehadap bahaya-
bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan CSSD. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari
dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat di timbulkannya. Dengan memperhatikan secara
23
seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja
dapat di turunkan secara signifikan.

Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di lingkungan
CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim menyebabkan kematian.
Upaya pencegahan dapat di lakukan secara efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle mata.
Penyedian alat pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah
tanggung jawab petugas CSSD untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri
secara benar.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dll dapat
menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya penyakit
Saran tindakan aman
 Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang terkontaminasi tanpa
dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi
 Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu pindahkan
alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing dari instrument mengarah
berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
 Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang tahan tusukan dan
tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
 Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument lain dan
posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka pada petugas
lain dengan penanganan normal
 Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman, dan gunakan
alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membran
mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
 Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi lantai
untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-rambu peringatan
 Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok dibawah
permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup

Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi


Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin sterilisasi
secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan
upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun membran
mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap
sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat
penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian
24
alat pelindung mata diperlukan.

Saran tindakan aman


 Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin sterilisasi atau
pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
 Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain untuk
menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
 Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas “ dan
pemotong kantung sterilisasi (pouches)
 Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
 Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan dengan
memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan langsung dengan
udara luar (ke luar gedung)
 Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus menggunakan
sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh atau menghisap udara di atas
barang yang di pindahkan tersebut
 Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya kereta
ditarik dan tidak di dorong
 Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah di
jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi selesai
 Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat darurat
untuk evaluasi lebih lanjut
Alat pelindung diri
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron lengan panjang
yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala,
masker “high-filtration”, dan “tight fitting”gogle, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan
prosedur yang memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung
darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi
dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker, dan gogle harus
dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung, dan gogle
harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus dilaundry setelah setiap
pemakaian.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses sterilisasi
dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk dapat menemukan
dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
Tujuan monitoring adalah:
25
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem pelayanan
sterilisasi (bila perlu).
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang dilaksanakan di
lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian pelayanan
sterilisasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai
keperluan dan dipergunakan segera untuk perbaikan program.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :


1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.
Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa nomor
lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus
keberapa dari mesin sterilisasi. Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat
diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah
terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus didokumentasikan :
- Nomor lot
- Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan instrument)
- Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
- Nama operator
- Data hasil pengujian biologis
- Data respons terhadap indikator kimia
- Data hasil dari uji Bowie-Dick
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan bahwa
parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga akuntabilitas
proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka apabila ada barang yang
harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.
Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan waktu
kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok, walaupun kadaluarsa tidak tergantung
pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
BAB IX
PENUTUP

Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap pengemasan,
sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan
sterilisasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
26
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak ASIH
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang yang
disterilkan di jamin kesterilannya.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.

27

Anda mungkin juga menyukai