Anda di halaman 1dari 13

Telah disetujui preseptor klinik Telah disetujui preseptor akademik

Hari/tanggal: Hari/tanggal :
Tanda Tangan: Tanda tangan:

-------------------------------------- -----------------------------------------
STASE KEBIDANAN PROFESI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN (PROFESI)

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan dengan Anemia Ringan


Di Klinik Sehat Delima

LAPORAN PENDAHULUAN

Oleh:
DELIMA TAMPUBOLON (315221025)
NOUCE ( )

Program Studi Program


Pendidikan Profesi Bidan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN
DI KELINIK SEHAT DELIMA

1. Kasus.

Anemia Pada Ibu hamil

2. Proses terjadinya masalah

A. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah

merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke

seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Anemia secara praktis

didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit

dibawah batas “normal”. Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb < 11 g/dl

pada akhir trimester pertama, dan 10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga

diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam

kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama dengan nilai Hb terendah

pada ibu-ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada

trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga

(Prawirohardjo, 2010).

Penyebab anemia yaitu karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan

darah, seperti zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering

terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah,2010). Sekitar

75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang


memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan

darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang

dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12.

Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah

hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan

(Prawirohardjo, 2010). Anemia pada kehamilan yang disebabkan karena

kekurangan zat besi penting untuk melakukan pemeriksaan pada

kunjungan pertama kehamilan karena jika pada saat kunjungan pertama

hasil pemeriksaan tidak mengalami anemia masih mungkin terjadi anemia

pada kehamilan lanjutannya (Proverawati,2011). Pengetahuan ibu hamil

tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku

ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia. ibu hamil

cenderung tidak memperdulikan penting tablet Fe yang diberikan oleh

bidan atau tenaga kesehatan karena mereka menganggap tablet Fe hanya

membuat merasa mual jika diminum dan anggapan tersebut telah menjadi

budaya di masyarakat. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

tingginya kejadian anemia pada ibu hamil adalah umur, jarak kelahiran,

paritas, pendidikan , pengetahuan dan pendapatan keluarga (BKKBN,

2009).
B. Etiologi

Faktor-faktor yang memengaruhi anemia ibu hamil

1) Faktor dasar

a) Sosial dan ekonomi

Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di suatu

daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan

oleh masyarakat. Misalnya, kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan

memiliki pola konsumsi pangan dan gizi yang berbeda. Kondisi ekonomi

seseorang sangat menentukan dalam penyediaan pangan dan kualitas gizi.

Apabila tingkat perekonomian seseorang baik maka status gizinya akan

baik dan sebalinya (Irianto, 2014).

b) Pengetahuan

Ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko mengalami

defisiensi zat besi sehingga tingkat pengetahuan yang kurang tentang

defisiensi zat besi akan berpengaruh pada ibu hamil dalam perilaku

kesehatan dan berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang

mengandung zat besi dikarenakan ketidaktahuannya dan dapat berakibat

anemia (Wati, 2016).

c) Pendidikan

Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan

tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat

menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan

kesehatan keluarga. (Nurhidayati, 2013).


d) Budaya

Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan yang

biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola

pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada

kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada ibu hamil,

ada sebagian masyarakatyang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan

ikan (Budiyanto, 2003 dalam Ariyani, 2016).

2) Faktor tidak langsung

a) Frekuensi Antenatal Care (ANC)

Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan dalam

memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi

dan mengatahui masalah yang timbul selama masa kehamilan sehingga

kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai persalinan.

Pelayanan Antenatal Care(ANC) dapat dipantau dengan kunjungan ibu

hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Standar pelayanan kunjungan

ibu hamil paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada triwulan

pertama (K1), 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga

(K4). Kegiatan yang ada di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu

hamil yaitu petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang informasi

kehamilan seperti informasi gizi selama hamil dan ibu diberi tablet tambah

darah secara gratis serta diberikan informasi tablet tambah darah tersebut

yang dapat memperkecil terjadinya anemia selama hamil (Depkes RI,

2009).
b) Paritas

Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau

mati, tetapi bukan aborsi (Nurhidayati, 2013). semakin sering seorang

wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka semakin banyak

kehilangan zat besi dan semakin menjadi anemia (Fatkhiyah, 2018).

c) Umur ibu

Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35

tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta

memiliki reproduksi yang sehat. Hal ini terkait dengan kondisi biologis

dan psikologis dari ibu hamil. Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun

beresiko anemia sebab pada kelompok umur tersebut perkembangan

biologis yaitu reproduksi belum optimal. Selain itu, kehamilan pada

kelompok usia diatas 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi.

Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal

ini menyebabkan daya tahun tubuh mulai menurun dan mudah terkena

berbagai infeksi selama masa kehamilan (Fatkhiyah, 2018).

d) Dukungan suami

Dukungan informasi dan emosional merupakan peran penting suami,

dukungan informasi yaitu membantu individu menemukan alternative

yang ada bagi penyelesaian masalah, misalnya menghadapi masalah ketika

istri menemui kesulitan selama hamil, suami dapat memberikan informasi

berupa saran, petunjuk, pemberian nasihat, mencari informasi lain yang

bersumber dari media cetak/elektronik, dan juga tenaga kesehatan; bidan


dan dokter. Dukungan emsional adalah kepedulian dan empati yang

diberikan oleh orang lain atau suami yang dapat meyakinkan ibu hamil

bahwa dirinya diperhatikan (Anjarwati, 2016).

3) Faktor langsung

a) Pola konsumsi

Pola konsumsi adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam memilih

makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,

psikologi budaya dan social (Waryana, 2010). Kejadian anemia sering

dihubungkan dengan pola konsumsi yang rendah kandungan zat besinya

serta makanan yang dapat memperlancar dan menghambat absorbsi zat

besi (Bulkis, 2013).

b) Infeksi

Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu

umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan

terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya

eritrosit. Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung,

namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing

akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi

besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia (Nurhidayati, 2013).

c) Pendarahan

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan

pendarahan akut bahkan keduanya saling berinteraksi. Pendarahan


menyebabkan banyak unsur besi yang hilang sehinggga dapat berakibat

pada anemia (Bulkis, 2013).

d. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi pada ibu hamil

Pada umumnya telah disepakati bahwa tanda-tanda anemia akan jelas

apabila kadar hemoglobin (Hb) <7gr/dl. Gejala anemia dapat berupa

kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, pucat, perubahan jaringan

epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia,

kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, gangguan

penyembuhan luka, dan pembesaran kelenjar limpa (Irianto, 2014).

C. Manifestasi klinis

Gejala anemia pada kehamilan berupa ibu mengeluh cepat lelah, sering

pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu

makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia

parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan

jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah,

disphagia dan pembesaran kelenjar limfe.

Gejala anemia defisiensi zat besi dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, dan gejala

penyakit dasar. Gejala umum anemia berupa badan lemah, lesu, cepat

lelah, mata berkunang- kunang, serta telinga berdenging, simptomatik

apabila hemoglobin <7g/dl dengan pemeriksaan fisik dijumpai pucat

terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku. Gejala khas


defisiensi zat besi, yaitu gejala yang dijumpai pada anemia defisiensi zat

besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain yaitu koilonychia, atropi

papil lidah, stomatitis angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga

menimbulkan akhloridia, pica (Wulandari, 2015). Gejala penyakit dasar

seperti pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala- gejala penyakit

yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Contohnya pada

anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak,

dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami (Noviawati,

2012).

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia pada ibu hamil dapat berupa pencegahan dan

pengobatan, antara lain:

1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan atau konsumsi

vitamin C sehingga membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh

dan menghindari zat-inhibitor penghambat penyerapan zat besi.

2. Konsumsi suplemen zat besi pada ibu hamil sebagai pencegahan

anemia.

3. Penambahan jenis zat gizi dalam bahan pangan agar meningkatkan

kualitas pangan (fortifikasi Fe).


D. Patofisiologi

Patofisiologi Anemia Ringan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena

perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 – 65% pada awal

kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan menurun sedikit menjelang

aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah, 2010).

E. Komplikasi

Anemia defisiensi besi umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Akan

tetapi, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya jika

tidak segera diobati, yaitu:

 Masalah jantung, seperti gangguan irama jantung, yang dapat

memicu kardiomegali atau gagal jantung

 Komplikasi kehamilan, kelahiran prematur, atau berat badan lahir

yang rendah pada bayi jika anemia terjadi pada ibu hamil

 Gangguan pertumbuhan dan rentan terkena infeksi pada bayi atau

anak-anak

 Depresi
F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan ini befungsi untuk menegakkan

diagnosis bahwa ibu hamil mengalami anemia, meliputi pemeriksaan besi

serum menurun, feritin serum menurun, saturasi menurun, Total Iron

Binding Capacity satu jam sebelum atau sesudah makan, dan dengan jus

jeruk atau apel. Lakukan skrining pada semua ibu saat pemeriksaan

antenatal pertama dan pada 28 minggu gestasi. Ibu yang diketahui

menderita anemia memerlukan pemeriksaan kadar zat besi pada setiap

pemeriksaan antenatal. Pastikan terapi anafilaksis darurat tersedia selama

pemberian zat besi parenteral. (Robson dan Waugh, 2012).

Pencegahan anemia pada kehamilan dilakukan dengan pemberian nutrisi

yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika

sedang hamil atau mencoba menjadi hamil. Makan makanan yang tinggi

kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal,

telur, dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh

menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.

Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat

besi. Pastikan tubuh mendapat setidaknya 27mg zat besi setiap hari. Jika

mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan

mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil dicek pada

kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Proverawati,

2011).
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Anemia Ringan

Menurut Manuaba (2010), penatalaksanaan anemia ringan antara lain :

1. Meningkatkan gizi penderita

Faktor utama penyebab anemia adalah faktor resiko gizi, terutama

protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan

oleh ibu hamil yang mengalami anemia ringan.Pengobatan dapat dimulai

dengan preparat besi sebanyak 600-1000 mg seperti sulfas ferrosus atau

glukonas ferrosus. Hemoglobin dapat dinaikkan sampai 0,1 gr/100 ml atau

lebih.

2. Parental

Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral, ada

gangguan absorbsi, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan

dalam bentuk ferri secara intramuscular/intravena. Diberikan ferum

dekstran 100 dosis total 1000 - 2000 mg intravena.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai