Oleh
ASYHA ZULLIZA
NIM : 199412
2021
BAB I
PENDAHULUAN
penting yang harus diperhatikan, karena apabila pengelolaan obat tidak sesuai
pemakaian obat yang tidak tepat. Hal tersebut mengakibatkan ketersediaan obat
menjadi berkurang, obat menumpuk karena perencanaan obat yang tidak sesuai,
serta biaya obat menjadi mahal karena penggunaan obat yang tidak rasional
(Nurniati dkk., 2016). Selain itu, dampak akibat perencanaan yang tidak sesuai
Obat kadaluwarsa adalah obat yang telah melewati masa pakai atau masa
tanggal kadaluarsa yang tercantum pada kemasan yang menandakan obat tersebut
sudah tidak layak lagi untuk di konsumsi / digunakan yang lembab, sinar matahari,
Pengertian obat rusak adalah keadaan obat yang tidak bisa terpakai lagi
karena rusak secara fisik atau berubah bau dan warna yang dipengaruhi oleh udara.
Pada jenis tablet tertentu ada yang menjadi basah dan lengket satu dengan tablet
yang lainnya. Pada sediaan kapsul akan menjadi terbuka, tidak berisi, rusak atau
Proses pengelolaan obat akan berjalan secara efisien, efektif dan rasional
penelitian tentang “Gambaran Obat Kadaluwarsa, Rusak dan Dead Stock di Gudang
terjadinya obat kadaluarsa, obat rusak, dan dead stock sehingga dapat memberikan
adalah “Bagaimana gambaran obat kadaluwarsa, obat rusak, dan dead stock di Seksi
kerugian yang di sebabkan oleh obat kadaluarsa, rusak, dan dead stock di UPTD
1. Bagi peneliti
obat rusak, dan dead stock di Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Kabupaten
Sambas
Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas mengenai obat kadaluwarsa, rusak, dan dead
stock sehingga mengurangi kerugian karena kerusakan obat dan stok mati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
obat adalah zat yang digunakkan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
karena itu diperlukan suatu pengelolaan yang benar, efektif dan efisien secara
obat adalah tersedianya obat dengan mutu baik, tersebar merata, dengan jenis dan
jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan dasar (BPOM, 2001). Untuk
memantau dan mengevaluasi efisiensi hasil yang telah dicapai dari sistem
pengelolaan obat diperlukan suatu indikator. Hasil pengujian dapat digunakan
untuk meninjau kembali strategi atau sasaran yang lebih tepat (Azis, dkk., 2005).
Penyimpanan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
1) Kelembaban
kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-
2) Sinar matahari
Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar
3) Temperatur/Panas
Obat seperti salep, krim, dan suppositoria sangat sensitif terhadap pengaruh
panas dan dapat meleleh. Oleh karena itu, hindarkan obat dari udara panas. Ruangan
obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin
pada suhu 4-8°C, seperti vaksin, cera, produk darah, antitoksin, insulin, injeksi
antibiotika yang sudah dipakai, injeksi oksitosin, dan injeksi metil ergometrin. Obat
seperti DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena akan
4) Kerusakan fisik
a) Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak
tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus, karena obat
yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu
5) Kontaminasi
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, obat mudah
6) Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena
itu, bersihkan rungan setiap hari. Lantai disapu dan dipel, dinding dan rak
dibersihkan.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan
Obat rusak atau kadaluarsa adalah kondisi obat bila konsentrasinya sudah
berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya serta bentuk fisik yang
mengalami perubahan, obat yang bentuk atau kondisinya tidak dapat digunakan
lagi. Waktu kadaluarsa yaitu waktu yang menunjukan batas akhir obat masih
memenuhi syarat. Sedangkan waktu kadaluarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun
harus dicantumkan pada kemasan obat. Obat rusak dan kadaluarsa dengan kadar
dan fungsi yang telah berubah dapat menimbulkan penyakit pada manusia serta
Tanggal daluwarsa adalah tanggal yang diberikan pada tiap wadah produk
Menetapkan untuk tiap bets dengan cara menambahkan masa simpan pada tanggal
pembuatan (BPOM RI, 2014). Adapun tanggal kadaluwarsa adalah batas waktu
yang tertera pada tiap wadah obat dan/atau bahan obat (umumnya pada penandaan),
yang menyatakan bahwa sampai batas waktu tersebut obat dan/atau bahan obat
Ditetapkan untuk tiap bets dengan cara menambahkan masa simpan pada tanggal
pembuatan (BPOM RI, 2012). Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan
tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk mencegah
a. Tahap penerimaan
nomor bets, tanggal kadaluwarsa, jumlah dan kemasan harus sesuai dengan surat
pengantar atau pengiriman barang dan/atau faktur penjualan barang. Obat dan / atau
bahan obat tidak boleh diterima jika kadaluwarsa, atau mendekati tanggal
kadaluwarsa obat dan / atau bahan obat harus dicatat pada saat penerimaan untuk
mempermudah penelusuran.
b. Tahap penyimpanan
Tahap ini obat dan / atau bahan obat yang kadaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik untuk
obat dan / atau bahan obat kadaluwarsa harus dilakukan secara berkala. Maka dari
itu harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stock sesuai dengan
tanggal kadaluwarsa dan mengikuti kaidah First Expired First Out (FEFO).
Beberapa hal yang dapat mempercepat masa kadaluarsa, seperti
penyimpanan yang tidak tepat. Menurut Lukman (2006), faktor yang mempercepat
a. Kelembaban
b. Suhu
kulkas tidak dianjurkan jika tidak terdapat petunjuk. Obat-obat minyak seperti
minyak ikan, sebaiknya jangan disimpan di tempat yang terlalu dingin. Insulin
(Obat untuk penderita diabetes) merupakan contoh obat yang akan rusak jika
c. Cahaya
matahari langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan menjadi rusak. Untuk
Obat rusak atau kadaluwarsa adalah kondisi obat yang konsentrasinya sudah
berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya serta bentuk fisik yang
mengalami perubahan, obat yang bentuk atau kondisinya tidak dapat digunakan
lagi. Obat rusak sudah tidak bisa dipakai lagi karena mengalami kerusakan yang
disertai dengan perubahan bentuk, warna, bau, rasa atau konsistensi (Kareri, 2018).
Faktor-faktor yang menyebabkan obat rusak yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu perubahan obat secara fisika seperti perubahan
bentuk dari obat, perubahan warna atau terdapat partikel asing. Faktor eksternal
seperti ruang penyimpanan obat yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan serta sistem penataam obat yang tidak baik (Dyahariesti & Yuswantina,
2017). Ruang penyimpanan obat dengan sirkulasi udara yang tidak baik dapat
mempengaruhi kelembaban udara sehingga obat menjadi cepat rusak (Priyanto dkk.,
2010).
a. Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan mutu obat, adapun tanda-
1) Tablet
2) Kapsul
3) Tablet salut
4) Cairan
5) Salep
a) Warna berubah.
c) Bau berubah
6) Injeksi
Obat dead stock adalah obat yang tidak digunakan selama 3 bulan atau
selama 3 bulan tidak terdapat transaksi. Penyebabnya antara lain (Somantri, 2013):
tidak lancar, kerusakan obat akibat terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan
a. Pengertian
dipimpin oleh kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
pembinaan dan perijinan Rumah Sakit Daerah, Puskesmas, Unit Pelayanan Teknis
b. Fungsi
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya
kesehatan;
4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah terkait dengan
Provinsi Kalimantan Barat. . Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas adalah salah satu
Sambas.
Kecamatan Tekarang.
d. Seksi Kefarmasian
sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah, baik pemerintah pusat
dalam penelitian ini adalah indikator obat kadaluwarsa, rusak dan dead stock.
Persentase nilai obat yang kadaluwarsa, rusak dan dead stock adalah 0% (Satibi,
2017).
B. Kerangka Teori
Perencanaan
obat
Pemantauan Permintaan
dan Evaluasi Obat
Pelaporan Penerimaan
Obat Pengelolaan Obat
obat
Pencatata Penyimpanan
n Obat Obat
Pendistribusian
Pengendalian Obat
Obat
(Menkes RI,2016)
C. Kerangka Konsep
Penyimpanan Obat
Indikator = 0%
(Satibi,2017)
METODE PENELITIAN
sebenarnya terjadi (Imron, 2011). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
rusak dan dead stock di Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatann Kabupaten Sambas.
Variabel merupakan suatu objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel dalam penelitian ini yaitu obat
kadaluwarsa, obat rusak, obat dead stock dan obat indikator Seksi Kefarmasian
1. Obat kadaluwarsa adalah obat yang telah melewati masa kadaluwarsa dan zat
aktifnya akan berubah menjadi racun. Indikator obat kadaluwarsa adalah 0%.
2. Obat rusak adalah obat yang mengalami kerusakan secara fisik, perubahan bau
serta warna. Pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati perubahan mutu obat.
kesehatan.
a. Penelitian ini akan di mulai dengan meminta ijin secara tertulis dari lembaga
pendidikan untuk instansi terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas.
c. Mengolah data.
Kabupaten Sambas.
2022.
3.5 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Instrumen
merupakan data sekunder yang terdiri dari data obat kadaluwarsa, rusak dan dead
stock.
lembar observasi.
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif. Hasil data
yang diperoleh kemudian dihitung menggunakan rumus dan hasil yang diperoleh
berupa persentase. Rumus yang digunakan dalam perhitungan data sebagai berikut
(Satibi, 2017):
a. Obat kadaluwarsa
perencanaan atau perubahan pola penyakit. Indikator yang digunakan adalah 0%.
b. Obat rusak
Besarnya persentase nilai obat rusak diakibatkan kurangnya pengamatan mutu obat.
yaitu:
anggaran tidak lancar. Indikator yang digunakan adalah 0%. Perhitungan persentase