Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS PK ASKEB HOLISTIK

PADA MASA PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN


KEHAMILAN YANG SEHAT

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI


PADA NY. EL UMUR 22 TAHUN WUS

Asuhan dilaksanakan di
UPTD Puskesmas II DINKES Denpasar Barat

Oleh :
PUTU AYU PERDANI WIWAHA PUTRI
NIM. P07124319 11

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM PROFESI BIDAN
DENPASAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PK ASKEB HOLISTIK


PADA MASA PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN
KEHAMILAN YANG SEHAT

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI


PADA NY. EL UMUR 22 TAHUN WUS

Oleh :

PUTU AYU PERDANI WIWAHA PUTRI


NIM. P07124319 011

Telah disahkan,
Denpasar, 31 Januari 2020

Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Praktik

I Komang Lindayani, SKM.,M.Keb Herawaty, A.Md.,Keb


NIP. 198007122002122001 NIP. 197789082005012014

Mengetahui
Penanggung Jawab MK

Ni Gusti Kompiang Sriasih, S.ST.,M.Kes


NIP. 197001161989032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus PK
Asuhan Kebidanan Holistik Pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan
Yang Sehat, Asuhan Kebidanan Pada Ny. “EL” Umur 22 Tahun WUS. Dalam
penyusunan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini, yakni yang
terhormat:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, SST.,M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar dan selaku dosen pembimbing.
2. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Gusti Kompiang Sriasih, S.ST.,M.Kes selaku Penanggung Jawab PK
Asuhan Kebidanan Holistik Pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan
Kehamilan Yang Sehat Klien
4. Nyoman Admini, SST selaku pembimbing praktik yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis selama melaksanakan praktik di UPTD
Puskesmas II DINKES Denpasar Barat
5. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Dalam laporan kasus ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan
ini.
Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat
hal-hal yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Denpasar, Januari 2020
Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................. ii
Kata Pengantar..................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 3
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.................................................. 3
D. Manfaat Penulisan Laporan..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Remaja.............................................................................. 5
B. Kesehatan Reproduksi ............................................................................ 7
C. Konsep dasar prakonsepsi........................................................................ 10
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................. 24
BAB IV PEMBAHASAN
A. Identifikasi Data Dasar............................................................................ 29
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual..................................................... 31
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial................................................. 31
D. Tindakan Segera/Kolaborasi.................................................................... 32
E. Rencana Asuhan....................................................................................... 32
F. Implementasi............................................................................................ 33
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan.................................................................... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.................................................................................................. 35
B. Saran........................................................................................................ 35
Daftar Pustaka

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid
(BKKBN, 2013). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau
ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling
ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah
kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim (Sunarsih, 2011).
Masalah umum dalam perawatan prakonsepsi yaitu keluarga berencana,
mencapai berat badan yang sehat, skrining dan pengobatan untuk penyakit
menular, memperbarui imunisasi yang tepat, meninjau obat untuk efek
teratogenik, konsumsi suplemen asam folat untuk mengurangi risiko cacat tabung
saraf bagi wanita yang ingin hamil, dan pengendalian penyakit kronis sangat
penting untuk mengoptimalkan hasil kehamilan (Farahi dan Zolotor, 2013).
Perawatan prakonsepsi tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk pria.
Perawatan prakonsepsi untuk pria juga penting yaitu untuk meningkatkan hasil
kehamilan yang sehat (Regina VT, 2011).
Kehamilan pertama merupakan pengalaman pembentukan kehidupan yang
membawa perubahan sosial dan psikologis yang besar bagi seorang perempuan.
menurut Newman (2006), beberapa perempuan merasa sangat senang menghadapi
kehamilan, sedangkan yang lain mengalami kecemasan. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam uterus, bahkan
sebelum seorang wanita mengetahui dirinya sedang hamil, mungkin memiliki
dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan janin dan hasil kehamilan
(Saravelos dan Regan, 2011). Selain hal tersebut, dalam penelitian lain
menunjukkan bahwa dasar dari hasil kehamilan yang merugikan sering
disebabkan karena masa awal kehamilan selama organogenesis. Oleh karena itu,
penting untuk mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum hamil
(Elsinga et al, 2008). Selama ini, banyak orang yang kurang memahami

1
pentingnya kondisi-kondisi pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi,
sehingga para calon bapak dan ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses
kehamilan dan persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang
kurang tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-
penyuluhan terhadap mereka (Sujiono, 2004).
Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang perawatan prakonsepsi
tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik kesehatan prakonsepsi.
Wanita prakonsepsi muda dan wanita yang sudah mempunyai anak kurang terlibat
dalam perilaku kesehatan prakonsepsi. Oleh karena itu, diperlukan mendidik
perempuan prakonsepsi muda tentang pentingnya dan manfaat dari berlatih
perawatan prakonsepsi (Delissaint dan McKyer, 2011). Perempuan juga
menyatakan sikap positif terhadap perawatan prakonsepsi, tetapi mereka ragu-
ragu untuk mencari perawatan prakonsepsi untuk diri mereka sendiri. Perempuan
menganggap diri mereka tidak berada di kelompok sasaran untuk perawatan
prakonsepsi (Zee et al, 2012).
Penelitian Varney (2007) menyebutkan bahwa apabila pelayanan
kesehatan dan persiapan dilakukan setelah masa konsepsi, kemungkinan akan
mengakibatkan keterlambatan dalam mencegah kecacatan janin, kejadian bayi
berat lahir rendah, dan kematian janin. Berbagai penelitian sudah sejak lama
membuktikan mengenai manfaat persiapan pranikah dalam membantu pasangan
membangun hubungan jangka panjang yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan anak (Hawkins, et al, 2015). Kesiapan menikah terdiri atas kesiapan
emosi, sosial, spiritual, peran, usia, seksual, dan finansial (Sari, dkk, 2013). Salah
satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah dengan kesehatan
reproduksinya berada pada kondisi yang baik (Kemenkes, 2015). Dengan
kesehatan reproduksi yang telah disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan
kehamilan tidak diinginkan dan juga mengurangi adanya kelainan yang terjadi
pada saat hamil, bersalin, maupun nifas. Oleh karena itu, program persiapan
pranikah menjadi penting dalam perencanaan kehamilan.
UPTD Puskesmas II Dinas kesehatan Denpasar Barat merupakan salah
satu Puskesmas di Kabupaten Denpasar yang memberikan pelayanan kesehatan
remaja, pranikah dan prakonsepsi. UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan

2
Denpasar Barat merupakan Puskesmas Rawat Jalan yang mampu memberikan
pelayanan serta konseling mengenai persiapan kehamilan pada setiap PUS. Setiap
WUS dan PUS mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku sehingga penerima asuhan, keluarga dan tenaga kesehatan merasa nyaman
selama proses asuhan.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan
Kebidanan Prakonsepsi Pada Ny. “EL” Umur 22 Tahun WUS. Kasus ini diangkat
dengan tujuan agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan sesuai
standar dalam pelayanan kebidanan kepada akseptor prakonsepsi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan kasus ini adalah
mengetahui Asuhan Kebidanan Holistik Pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan
Kehamilan yang Sehat Pada Ny. “EL” Umur 22 Tahun WUS yang menerima
asuhan kebidanan sesuai standar secara holistik.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data dasar pada asuhan kebidanan pranikah Ny. “EL”
b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual pada asuhan kebidanan prakonsepsi
Ny. “EL”
c. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial pada asuhan kebidanan
prakonsepsi Ny. “EL”
d. Melakukan tindakan segera/kolaborasi pada asuhan kebidanan prakonsepsi
Nn. “EL”
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada prakonsepsi Ny. “EL”
f. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada prakonsepsi Ny. “EL”

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada Nn. “EL” Umur 22 Tahun WUS
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 22 Januari 2020 di Ruang Kesehatan Ibu
dan KB UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Denpasar Barat.

3
D. Manfaat Penulisan Laporan
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penulisan laporan kasus ini dapat dipertimbangkan sebagai
bahan bacaan serta pengembangan tulisan selanjutnya yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan fisiologi holistik pada wus prakonsepsi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi kesehatan dan petugas kesehatan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan gambaran dalam
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan bahan masukan bidan di institusi
pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa prakonsepsi
secara holistik.
b. Bagi penerima asuhan dan keluarga
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi remaja
yang akan menikah sehingga dapat mengenali dan menambah wawasan tentang
masalah kesehatan yang dialami. Selain itu penulisan laporan kasus ini juga dapat
memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi keluarga sehingga dapat ikut
terlibat dalam pelaksanaan asuhan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Kehamilan
1. Pengertian
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang
optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi
dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi
keluarga (Mirza, 2008).

Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan


setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial
adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan
kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan
kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan
menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga
(Nurul, 2013).

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi perencanaan kehamilan

Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan


dalam merencanakan kehamilan, antara lain:
a. Persiapan Psikologis

Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling


prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan
cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan
laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan
calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat
sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa
segera dideteksi bila ada penyakit yang diturnkan secara genetis, misalnya:
diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya. Konseling prahamil dilakukan

4
untuk mencegah cacat bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar
zat berbahaya.

b. Persiapan fisik

Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada


fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan
kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan
memengaruhi janin. Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga
memengaruhi keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini
dilakukan secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi.

Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat


badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan ikut
terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari
ideal juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan. Disiplin
membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi akan
mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi kesehatan
selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh kembang
janin. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga pola makan agar tetap
sehat. Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari
secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan.
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah.
Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi efisien,
sebab benar-benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini dibutuhkan untuk
pembentukan sperma dan sel telur yang baik. Berolahraga secara rutin bisa pula
memperbaiki mood karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh
juga jadi sehat dan bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan,
serta kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang
cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda dan
senam.

5
c. Persiapan Pengetahuan

Persiapan pengetahuan istri dan suami sangat penting dalam


perencanaan kehamilan, seperti pengetahuan tentang masa subur. Masa subur
adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa subur
berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus menstruasi. Adanya hasrat antara
suami dan istri adalah sesuatu yang wajar, penyaluran hasrat tersebut akan
memulai hasil yang baik jika pertemuan antara suami dan istri diatur waktunya.
Selain masa subur, calon orang tua juga harus mempersiapkan pengetahuan
mengenai kehamilan.

d. Kesiapan Sosial Ekonomi


Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi juga
dapat mempengaruhi status gizi calon Klien, seperti status sosial ekonomi yang
kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.

B. Pelayanan kesehatan prakonsepsi atau pranikah


Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah
provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat
Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
beberapa kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan
pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi
pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon
pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat

6
serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan
pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemenkes (2015) dan
PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau
persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung
Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).

7
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia
Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang
batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila
LLA< 23,5 cm atau di bagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir
rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO
yang direvisi/kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya
(Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan
salah satu masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Fatimah, 2011).

2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan

8
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe
1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian syndrome
(PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontinensia urine, neuropati, gangguan
vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh dalam patogenesis
terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan lubrikasi
vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga
berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahun yang
dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau
kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada bagian putih
mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan
IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari
hal-hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara
penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi,
hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum
sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari Klien hamil
penderita hepatitis B ke janinnya.
c) Pemeriksaan TORCH

9
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II).
Dapat ditularkan melalui:
(1) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan
tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
(2) Penularan dari Klien ke janin
(3) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar,
burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacatan
pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan
terganggunya fungsi motoric.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea, klamidia,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-
lain. Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
(1) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan
gatal
(2) Gatal di sekitar vagina dan anus
(3) Adanya benjolan, bintil, kulit, jerawat di sekitar vagina atau anus
(4) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
(5) Keluar darah setelah berhubungan seksual
(6) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
(1) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
(2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
(3) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
(4) Gatal di sekitar alat kelamin

10
(5) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun,
mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar
kandungan, cacar bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf,
kanker serviks, dan kanker organ seksual lainnya.
e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi
sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire
Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda
penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung menjadi AIDS
dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di dapatkan di dalam
darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air
susu Klien). Cara penularan HIV melalui:
(1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
(2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang sudah
terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
(3) Klien yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat
menyusui.
(4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi
HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat
pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesama jenis
kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan penularan
HIV – AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
(1) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
(2) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(3) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)

11
(4) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti
narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato)
dengan siapapun.
(5) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal
dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
c. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup
untuk melindungi Klien dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud
ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status
imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang
bersangkutan menjadi calon pengantin.

Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT


Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan

TT 1 Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus

TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun

TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun

TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun

TT V 1 tahun setelah TT IV >25 Tahun WUS *)

Sumber: Kemenkes, 2017.


*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 Tahun WUS adalah
apabila telah mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT

12
d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI


PADA Ny. “EL” UMUR 22 TAHUN WUS

Tempat Pelayanan : UPTD Puskesmas II DINKES Denpasar Barat


Tanggal : 22 Januari 2020

A. DATA SUBJEKTIF
Tanggal 22 Januari 2020, Pukul 09.00 WITA
1. Identitas Ibu Suami
Nama : Ny. “EL” : Tn.”NS”
Umur : 22 Tahun : 26 Tahun
Agama : Islam : Islam
Suku Bangsa : Indonesia : Indonesia
Status Pernikahan : Sah : Sah
Pendidikan : SMA : Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Karyawan Swasta : Karyawan Swasta
Alamat/Tlp : Br. Abiantimbul
No. Telp : 085792485xxx
Jaminan Kesehatan : Umum

2. Alasan berkunjung dan keluhan utama


Klien datang mengeluh menstruasi tidak teratur dan ingin berkonsultasi
dalam perencanaan kehamilan. Ibu mengatakan satu minggu yang lalu melakukan
PP test dengan hasil positif namun kurang jelas dan kemarin ibu melakukan PP
test kembali dengan hasil negatif.

3. Riwayat mestruasi
HPHT : 19 Desember 2019
Klien mengatakan usia pertama kali menstruasi (menarch) adalah 14
tahun. Klien mengatakan siklus haidnya teratur + 30 hari, biasa haid selama 4-5

14
hari, biasa mengganti pembalut 3-4x sehari, tidak mempunyai keluhan saat
menstruasi.
4. Riwayat pernikahan
Klien mengatakan sudah menikah satu kali pada Mei 2019.
5. Riwayat kesehatan lalu dan sekarang
a. Penyakit yang pernah diderita
Klien mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
kardiovaskular, asma, TBC, hipertensi, hepatitis, epilepsi dan PMS.
b. Penyakit keturunan
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
kanker, asma, hipertensi, hepatitis, Diabetes Mellitus (DM), epilepsi dan
alergi.
c. Penyakit kandungan
Klien mengatakan tidak pernah menderita tumor, kista, mioma, PID, kanker
serviks atau infeksi lainnya.
d. Ketergantungan
Klien mengatakan tidak memiliki ketergantungan terhadap obat-obatan,
makanan dan minuman beralkohol.
e. Keguguran/aborsi
Klien mengatakan pernah mengalami keguguran pada bulan Agustus 2019
dengan usia kandungan 7 minggu yang disebabkan karena ibu kurang menjaga
aktivitasnya yang terlalu padat.
f. Dirawat di RS
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit untuk alasan apapun
dalam waktu 1 tahun terakhir.

6. Data Bio-psiko-sosial dan spiritual


a. Bernafas
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan saat bernafas.
b. Pola makan/minum
Klien mengatakan biasa makan 2-3x sehari, porsi sedang, jenis makanan nasi,
sayur, lauk pauk dan buah. Klien biasa minum air putih + 8 gelas per hari.

15
c. Pola eliminasi
Klien mengatakan biasa BAB 1x sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi
lembek. Klien biasa BAK 4-5x sehari, warna jernih. Klien mengatakan tidak
memiliki keluhan terkait BAB/BAK.
d. Pola istirahat
Klien mengatakan biasa tidur siang + 1 jam, dan tidur malam + 8 jam.
e. Pola seksual
Klien mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual.
f. Psikologis
Klien mengatakan sudah menyiapkan diri secara fisik dan psikologis untuk
rencana kehamilan.
g. Sosial
Klien tinggal bersama dengan suami. Hubungan Klien dengan suami,
keluarga, lingkungan tempat kerja dan lingkungan tempat tinggal klien baik.
Kondisi rumah klien bersih. Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kekerasan.
h. Spiritual
Klien mengatakan tidak ada larangan agama dan masalah spiritual terkait
dengan perencanaan dan persiapan pranikah.

7. Pengetahuan Klien
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang perencanaan dan persiapan untuk
kehamilan, personal hygiene yang baik.

B. DATA OBJEKTIF
Tanggal 22 Januari 2020, pukul 09.10 WITA
1. Pemeriksaan umum
Ny. “IK” datang ke UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Denpasar Barat
pada tanggal 22 Januari 2020 dengan Keadaan umum baik, kesadaran

16
composmentis. BB Klien 48 kg, TB 149 cm, TD 120/70 mmHg, Suhu 36,40C,
Nadi 80x/menit dan RR 20x/menit.

2. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik head to toe, didapatkan bahwa pada bagian
kepala tidak ada kelaianan, rambut bersih dan hitam. Wajah Ny. “EL” simetris,
tidak terlihat pucat dan tidak ada oedema, pemeriksaan mata konjungtiva merah
muda, sklera putih. Hidung tidak tampak ada polip, tidak ada sekret dan sinus.
Pada bagian mulut, mukosa bibir lembab dan lidah bersih. Telinga simetris, bersih
dan tidak ada kelainan. Pada leher tidak terdapat pembengkakan kelenjar limfe,
tidak ada bendungan vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pada dada, payudara simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjer limfe aksila.
Abdomen Ny. “EL” simetris, tidak ada distensi, tidak ada benjolan dan nyeri
tekan, tidak ada bekas luka operasi. Tidak dilakukan pemeriksaan pada vulva
vagina dan anus. Punggung tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan ekstremitas
tidak ada kelainan, ektremitas simetris, tidak ada oedema, kuku jari berwarna
merah muda.

C. ANALISA
Ny. “EL” Umur 22 Tahun WUS sehat
Masalah: Ibu terlihat gelisah karena menstruasinya tidak teratur

D. PENATALAKSANAAN
(Tanggal 22 Januari 2020, Pukul 09.20 WITA)
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, Klien mengerti bahwa keadaan klien
saat ini baik.
2. Memberikan KIE mengenai pola nutrisi yang sehat dan seimbang untuk
persiapan kehamilan dan untuk pencegahan stunting pada anak yang
dilahirkan nanti, klien mengerti dan mampu mengulang penjelasan bidan.
3. Memberikan KIE mengenai personal hygiene yang baik, khususnya vulva
hygiene untuk menghindari terjadinya penyakit atau infeksi menular seksual,
klien mengerti dan mampu mengulang penjelasan bidan.

17
4. Memberikan KIE kepada klien mengenai SADARI, termasuk tujuan, manfaat
dan cara melakukan SADARI serta pentingnya mendokumentasikan tanggal
menstruasi, klien mengerti dan mampu mengulang penjelasan bidan.
5. Memberikan KIE mengenai pola istirahat dan aktivitas ibu, mengingat ibu saat
ini sedang bekerja dan memiliki riwayat keguguran sebelumnya. Ibu paham
dan mau menjaga pola istirahatnya.
6. Memaparkan pada ibu bagaimana proses kehamilan dan gangguan menstruasi
yang ibu alami adalah hal yang normal. Ibu paham dan menerima penjelasan.
7. Mengajurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG dan berkonsultasi
dengan Dokter SpOG mengenai rencana kehamilan. Ibu mengerti dan
memang berencana untuk melakukan program kehamilan bersama dokter
SpOG.
8. Menjelaskan kepada ibu agar tidak merasa cemas dan tetap tenang agar
kondisi psikologis ibu tetap baik. Ibu mengerti dan merasa lebih tenang saat
sudah diberikan penjelasan.
9. Menginformasikan kepada Klien untuk melakukan kunjungan ulang sewaktu-
waktu apabila ada keluhan atau jika ingin mendapatkan konseling, klien
mengerti.
10. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan, pendokumentasian telah
dilakukan.

18
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Asuhan kebidanan prakonsepsi dilakukan pada Ny. “EL” Umur 22 Tahun


WUS. Asuhan pra konsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada perempuan
sebelum terjadi konsepsi. Asuhan prakonsepsi adalah asuhan yang diberikan
sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah wankita mencapai tingkat
kesehatan optimal sebelum ia hamil. Wanita hamil yang sehat memiliki
kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi yang sehat. Idealnya, semua
kehamilan adalah hal yang terencana dan setiap bayi berada dalam lingkungan
yang sehat. Adapun pembahasan lebih lanjut berdasarkan manajemen kebidanan
7 langkah Varney, akan dijelaskan sebagai berikut.

A. Identifikasi Data Dasar


Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan
yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spiritual
(Nurhayati dkk, 2013). Identifikasi data dasar merupakan tahap awal dari
manajemen kebidanan yang dilaksanakan dengan cara melakukan anamnesa untuk
mengumpulkan data subjektif dan data penunjang, serta memperoleh data objektif
melalui pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan umum yang dikaji dari
kepala sampai dengan kaki, serta untuk melihat adanya kelainan atau deteksi dini
(Nursalam, 2013).
Berdasarkan pengkajian data subjektif pada pranikah pada Ny. “EL”
bahwa Klien datang bersama sendirian dan mengatakan untuk rencana
berkonsultasi mengenai rencana kehamilannya dan memiliki keluhan menstruasi.
Saat ini Ny. “EL” berusia 22 tahun, klien mengatakan dalam keadaan sehat dan
tidak sedang sakit.
Berdasarkan data objektif melalui pemeriksaan keadaan umum dan
pemeriksaan fisik, Ny “EL” terlihat sehat dan tanda-tanda vital dalam batas
normal. Berdasarkan pemeriksaan antopometri untuk mengetahui status gizi, Nn.
“EL” baik dengan lingkar lengan atas 24 berada dalam status gizi. Pemeriksaan
LILA adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok

19
berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita Usia Suburr (WUS) yang
menderita KEK diperkirakan akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
yang mempunyai risiko kematian, gizi kurang, stunting, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan (Supariasa, dkk, 2014).
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan kepada Nn. “IK” karena klien
tidak menginginkan dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang
yang diperlukan saat pra konsepsi berdasarkan Kemenkes (2015) antara lain:
pemeriksaan darah rutin (hemoglobin dan golongan darah), pemeriksaan darah
yang dianjurkan (gula darah sewaktu, skrining thalasemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH, IMS, dan HIV, serta pemeriksaan
lainnya sesuai dengan indikasi), serta pemeriksaan urinn rutin.

B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual


Langkah kedua yaitu dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik (Nurhayati dkk, 2013).
Pada asuhan ini, interpretasi data dilakukan meliputi masalah dan
kebutuhan. Berdasarkan umur Ny. “EL” yaitu 22 tahun WUS, bahwa usia ibu
pada kehamilan adalah 20 tahun sampai 35 tahun.

C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial


Pada langkah ini, dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi.
Identifikasi diagnosis potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang mungkin
terjadi (Mangkuji dkk, 2013). Langkah ini membutuhkan antisipasi apabila
memungkinkan dilakukan pencegahan.
Diagnosa atau masalah potensial yang dapat terjadi pada WUS dengan
gangguan menstruasi dan kekhawatiran ibu terhadap dirinya adalah terjadinya
keguguran karena ibu memiliki riwayat keguguran sebelumnya. Maka dari itu
diberikan konseling untuk tetap berkomunikasi dengan petugas kesehatan dan
menjaga aktivitas dan pola istirahat ibu saat hamil nanti.

20
D. Tindakan Segera/Kolaborasi
Menurut Mangkuji dkk (2013), perlunya tindakan segera dan kolaborasi
dilakukan jika klien mengalami penyakit atau keluhan yang mengancam maka
dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Pada
asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny. “EL” WUS tidak membutuhkan tindakan
segera. Namun memerlukan tidakan kolaborasi bersama dokter SpOG dengan
menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG.

E. Rencana Asuhan
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Suatu rencana
tindakan harus disetujui klien dan bidan agar menjadi efektif. Semua keputusan
yang dibuat dalam merencanakan suatu asuhan yang komprehensif harus
merefleksikan alasan yang benar berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan
dan terbaru, serta telah divalidasi dengan keinginan atau kebutuhan klien.
Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan hendaknya menentukan tujuan
tindakan yang akan dilakukan yang berisi sasaran/target dan hasil yang akan
dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan.
Pada asuhan kebidanan Pranikah pada Ny. “IK”, rencana asuhan yang
disusun antara lain: Menginformasikan hasil pemeriksaan, memberikan KIE dan
menjelaskan mengenai masalah yang ibu alami. Selain itu rencana asuhan yang
disusun adalah pemberian KIE mengenai pola nutrisi yang sehat dan seimbang
untuk persiapan kehamilan, pola istirahat, personal hygiene yang baik dan
SADARI.

F. Implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
tindakan asuhan kebidanan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien.
Implementasi dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dapat
dilaksanakan klien serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan
tindakan yang telah direncanakan (Mangkuji dkk, 2013).

21
Pada asuhan kebidanan pra konsepsi pada Ny. “EL”, implementasi
dilakukan sesuai dengan rencana asuhan. Bidan melaksanakan asuhan berupa
pemberian informasi hasil pemeriksaan, pemberian informasi bagaimana untuk
mengatasi masalah klien, memberikan penjelasan serta anjuran untuk persiapan
klien dalam merencanakan kehamilan.
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan
dimana pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi klien (Mangkuji dkk, 2013). Pada asuhan kebidanan
Pranikah pada Ny. “EL” WUS, evaluasi yang dilakukan antara lain:
1. Pemahaman klien terhadap kondisi kesehatannya
2. Pemahaman klien tentang masalah yang dialaminya
3. Pemahaman klien tentang saran yang diberikan petugas untuk melakukan
pemeriksaan USG
4. Pemahaman klien mengenai persiapan kehamilan
5. Pemahaman klien mengenai nutrisi yang sehat dan seimbang, personal
hygiene dan SADARI
Berdasarkan evaluasi asuhan kebidanan, tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik di UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Denpasar Barat.

22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan Pranikah pada Ny. “EL” Umur 22 Tahun
WUS, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik di UPTD Puskesmas
II Dinas Kesehatan Denpasar Barat. Berdasarkan 7 langkah Manajemen Varney,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan identifikasi data dasar pada Ny. “EL” umur 22 tahun dalam
keadaan sehat.
2. Pada identifikasi diagnosa/masalah aktual masalah menstruasi dan kecemasan
ibu dalam perencanaan kehamilannya dan riwayat keguguran yang dimiliki
klien.
3. Pada asuhan kebidanan Pranikah pada Nn. “EL” Umur 22 Tahun WUS,
dengan tidak membutuhkan tindakan segera, namun memerlukam kolaborasi
yaitu menganjurkan klien berkonsultasi dengan dokter SpOG.
4. Implementasi asuhan kebidanan pranikah pada Ny. “EL” sesuai dengan
asuhan yang telah direncanakan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
5. Evaluasi asuhan kebidanan pranikah pada Ny. “EL” telah sesuai dengan
kebutuhan dan asuhan yang diberikan.

B. Saran
1. Bagi Suami
Diharapkan suami ikut serta dalam memberikan asuhan kepada WUS
prakonsepsi dalam memberikan dukungan secara menyeluruh terhadap perawatan
kesehatan dasar yang diperlukan pada proses kehamilan.
2. Puskesmas
Bagi Puskesmas diharapkan agar tetap menjaga dan mempertahankan
kualitasnya dalam memberikan pelayanan dan waktu pelayanan mulai dari
pemeriksaan, penatalaksanaan dan evaluasi sehingga penerima asuhan dan
keluarga merasakan kenyamanan sebagai penerima layanan.

23
3. Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengkajian lebih dalam
agar data yang didapatkan lebih akurat dan asuhan yang diberikan sesuai dengan
standar untuk mendeteksi secara dini komplikasi sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan sesuai dengan prosedur.

24
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : CV Pustaka Setia.


BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Available at
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-
tahun
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian
Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi. 7 (3) : 137 – 152.
Hawkins, A. J., et al. 2015. Is Couple and Relationship Education Effective for
Love Income Participants? A Meta-Analytic Study.Journal of Family
Psychology. 29 (1): 59 – 68.
Hurlock, E.B. 2012. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (terjamahan). Jakarta: Erlangga.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
____________. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.J
akarta: Kemenkes RI.
____________.2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan
Reproduksi Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta:
Kementrian Kesehatan dan Kementerian Agama.
Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kurniawan, L. B. 2016. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium
Diabetes Melitus Gestasional. CDK-246. 43 (11): 811 – 813.
Latipun. 2010. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Mahfina, dkk. 2009. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: STAIN
Ponorogo.
Mangkuji, Betty., dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC.

Negara, Made Okara. 2005. Mengurangi Persoalan Kehidupan Seksual dan


Reproduksi Perempuan dalam Jurnal Perempuan Cetakan No.41. Jakarta:
Yayasan Jurnal Perempuan. hal 9.
Newman. 2006. Developmental Through Life, A Psychosocial Approach (9 th
Edition). USA: Timson Higher Education.

25
Nurhayati, dkk. 2013. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan Bidan.
Jakarta : Salemba Medika.

Oehadian, A. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. CDK-194. 3 (6):


408 – 412.
Ringoringo, H. P. 2009. Insidens Defisiensi Besi dan Anemia Defisiensi Besi pada
Bayi Berusia 0 – 12 Bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: Studi
Kohort Prospektif.Sari Pediatri. 11 (1): 8 – 14.
Sari, F., dkk. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya
terhadap Usia Menikah.Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6 (3): 143
– 153.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0.Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.Kemdikbud./. Available at di
https://www.kbbi.web.id
Supariasa, I. D. N., B. dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Tudiver, F., dkk. 2008. Pregnancy and Psyvological Preparation for Parenthood.
Canadian Family Physician. 28: 1564 – 1568.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidnan.Volume 1. Jakarta: EGC.
Willis, S. S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.
Wulandari, P. Y. 2006. Efektivitas Senam Hamil dalam Menurunkan Kecemasan
Menghadapi Persalinan Pertama. Diakses pada: http://rac.uii.ac.id
tanggal 1 April 2018.
Zora, Adi Baso dan Judi Raharjo. 1999. Kesehatan Reproduksi, Panduan Bagi
Perempuan. Sulawesi Selatan: Pustaka Belajar.
Zulaekha.2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4
KUA Kec. Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan.
Skripsi.Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama
Islam Negeri Walisongo.

26

Anda mungkin juga menyukai