Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

OLEH
NAMA : TIRSA BENU
NIM : PO530320119145
KELAS : TK. 2 REGULER A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
2020

1
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan kasihnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sistem Informasi Kesehatan” tepat dengan
waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan. Saya
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kupang, 16 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………....... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 4

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………5

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum ……………………………………………………….. 5

1.3.1 Tujuan Khusus ………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan dan Dasar Hukum SIK …………………………………………. 6

2.2 Kedudukan SIK dalam Sistem Kesehatan Nasional ………………………. 8

2.3 Masalah-Masalah Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia …………….. 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 13

3.2 Saran ……………………………………………………………………………


13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and


implementation of health information system” Geneva (2000), adalah suatu sistem
informasi kesehatan yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari
suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan
informasi sebagai proses pengambilan keputusan di segala jenjang. Tujuan pembangunan
nasional disusun dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional, hal ini tertuang
dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 yang mempunyai tiga tujuan pembangunan
nasional.

Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat,

akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena

merupakan sumber utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan

tujuan pembangunan nasional. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi

merupakan kondisi positif yang akan sangat mendukung berkembangnya sistem

informasi kesehatan, hal ini juga sangat berguna dalam pengambilan keputusan bisa

lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu

sistem informasi kesehatan perlu dibangun dengan mengorganisir berbagai data

yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi yang

berguna.

Menurut Wahyudi (2011), kebijakan pemerintah dalam pengembangan sistem


informasi telah ada, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-

4
kendala dan hambatan yang dihadapi, pengembangan sistem informasi
kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya
karena keterbatasan sistem yang dikembangkan, kemampuan daerah, dan sumber
daya manusia. keterbatasan sistem yang dikembangkan, kemampuan daerah, dan
sumber daya manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Kebijakan dan Dasar Hukum Sistem Informasi Kesehatan?


2. Apa saja Kedudukan SIK dalam Sistem Kesehatan Nasional (Skn)?
3. Apa saja Masalah-masalah pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia:
1. Di Rumah Sakit
2. Di Puskesmas
3. Dalam skala nasional

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar pembaca dapat mengetahui Sistem Informasi Kesehatan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Agar pembaca dapat mengetahui kebijakan dan dasar hukum apa saja yang ada
dalam Sistem Informasi Kesehatan
2. Agar pembaca dapat mengetahui tentang kedudukan SIK dalam Sistem Informasi
Kesehatan Nasional
3. Agar pembaca dapat mengetahui masalah apa saja dalam pelaksanaan SIK di
Indonesia pada Rumah Sakit, Puskesmas, dan Dalam skala nasional

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan dan Dasar Hukum Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Landasan hukum pijakan dalam Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah sebagai
berikut :

1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembar Negara


Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431)
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administasi Kependudukan (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4674)
5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843)
6. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4846)
7. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072)
8. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3952)

6
11. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Laporan Pertanggungjawaban
Kepala Daerah (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027)
12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
atas Penyelanggaraan Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4090)
13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Daerah (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4124)
14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan ertanggungjawaban
Kepada Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembar Negara Tahun
2007 Republik Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4693)
15. Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 06 Tahun 2005 tentang Petunjuk Teknis,
Perlindungan, Pengamanan dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara.
16. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
41/PER/Men.Kominfo/11/2007 tentang Panduan Umum Tata Kelola Teknologi
Informasi dan Komunikasi Nasional.
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Layanan
Kesehatan.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 Tentang Rekam
Medis.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148/Menkes/PER/IX/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat.
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/PER/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik.
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Menkes/PER/I/2011 tentang Klinik
27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan
Represif Kebijakan Daerah.

7
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan SIK Nasional (SIKNAS).
30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pengambangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA).
31. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09/Kep/M.PAN/2002
tentang Jabatan Fungsional Arsipasi dan Angka Kreditnya.
32. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
132/Kep/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya.
33. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium
Kesehatan.
34. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Perawatan kesehatan manyarakat di Indonesia.
35. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 837/Menkes/SK/VII/2007 tentang
Pengembangan SIKNAS Online.
36. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.00.SJ.SK.VI.1111 Tahun 2007 tentang
Penunjukan Petugas Pengolahan SIKNAS Online.
37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/III/2008 tentang Petunjuk
Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehtan Daerah.
38. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
39. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia.
40. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/SK/VII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Keluarga.
41. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
42. Keputusan Bersama Kepala Badan Pusat Statistik dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 003/KS/2003 Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsioanal Statistisi dan Angka Kreditnya.
43. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 291 tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusun Formasi Jabatan Fungsional Pranata Komputer.

2.2 Kedudukan SIK dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Sejalan dengan perubahan Visi Pembangunan Kesehatan yang tercermin dalam


Visi Kementerian Kesehatan 2010-2014 “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”, maka motto menjadi Indonesia Cinta Sehat yang juga sangat ditentukan
oleh pencapaian Provinsiprovinsi Sehat, Kabupaten-kabupaten Sehat, dan Kota-kota
Sehat. Bahkan juga oleh pencapaian Kecamatan-kecamatan Sehat dan Desa-desa Sehat.

Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku “Design and


Implementaiton of Health Information System” (2000) bahwa suatu sistem informasi

8
kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem
kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi
proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai
alat yang efektif bagi manajemen. WHO juga menyebutkan bahwa SIK merupakan salah
satu dari 6 “building blocks” atau komponen utama dalam suatu sistem kesehatan. Enam
komponen Sistem kesehatan tersebut adalah

a. Service Delivery/Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan


b. Medical products, vacines, and technologies/Produk Medis, Vaksin, dan
Teknologi Kesehatan
c. Health Workforce/Tenaga Kesehatan
d. Health System Financing/Sistem Pembiayaan Kesehatan
e. Health Information System/Sistem Informasi Kesehatan
f. Leadership and Governance/Kepemimpinan dan Pemerintahan

SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu sistem
kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari komponen
tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus kesehatan
dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam meningkatkan
efisiensi dan transparansi proses kerja. Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh
subsistem, yaitu:

1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari subsistem


manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem manajemen dan informasi
kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan

9
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya
guna. Dengan subsistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan yang berhasil
guna dan berdaya guna dapat mendukung penyelenggaraan keenam subsistem lain dalam
sistem kesehatan nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Terdapat beberapa prinsip
Informasi Kesehatan dalam SKN di antaranya:

a. Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan yang
berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
b. Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang
administrasi kesehatan.
c. Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk
pengambilankeputusan.
d. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan
tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
e. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data
melalui caracara rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara nonrutin
(yaitu survei, dan lain-lain).
f. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.

Pada uraian Bentuk Pokok Informasi Kesehatan disebutkan bahwa Sistem


Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dikembangkan dengan memadukan sistem
informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait. Sumber data sistem
informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan yang
teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survei, surveilans dan
sensus. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta manajemen kesehatan.
Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi diselenggarakan secara
berjenjang, terpadu, multidisipliner dan komprehensif. Penyajian data dan informasi

10
dilakukan secara multimedia guna diketahui masyarakat secara luas untuk pengambilan
keputusan di bidang kesehatan.

Agar Sistem Kesehatan Nasional dapat bergerak, maka setiap penyelenggara


harus bergerak pula. Artinya, setiap penyelenggara harus melaksanakan Manajemen
Kesehatan yang efektif, efisien dan strategis dalam mendukung pencapaian Visi
Pembangunan Kesehatan setempat. Oleh karena Sistem Informasi Kesehatan pada
hakikatnya dikembangkan untuk mendukung Manajemen Kesehatan, maka setiap
penyelenggara Sistem Kesehatan harus memiliki Sistem Informasi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa SIKNAS adalah suatu sistem informasi yang dibangun dari
kesatuan Sistem-sistem Informasi dari para penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedudukan Sistem Informasi
Kesehatan sangat penting dalam menunjang keberhasilan Manajemen Kesehatan yang
merupakan salah satu Subsistem SKN.

2.3 Masalah – Masalah Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia

a. Di Rumah Sakit
1. Rumah Sakit tidak mempunyai blue print yang akurat (keseimbangan
antara Brainware, Software, Hardware dan infra struktur)
2. Sistem Analist kurang jeli melihat/menterjemahkan kebutuhan RS
3. Developer dan Konsultan kurang menghayati Visi, misi, strategi dan
kebijakan RS (manajemen/Pemilik) dan kurang mengantisipasi
perubahan2 subsistem (pelayanan klinik dan non klinik)
4. Penerimaan pengeluaran Biaya
5. Penerimaan pengeluaran BAKHP, Op RS, dll
6. Kinerja Karyawan termasuk pendidikan/penjenjangan
7. Medical Records
8. Pelayanan Medis termasuk obat
9. Pelayanan Non medis termasuk registrasi
10. Keluhan eksternal dan internal
11. Monitoring indikator kesehatan, KPI, Indikator Operasional
12. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
13. Pemasaran/Informasi
14. Aplikasi Pihak ketiga

b. Di Puskesmas

11
Permasalahan yang sering terjadi di Puskesmas adalah kedisiplinan Input
data. Data menjadi tidak valid ketika ada bagian yang kurang disiplin terkait
penginputan data pada bagianya.

c. Dalam Skala Nasional


1. Era globalisasi menyebabkan bebasnya pertukaran berbagai hal antar
negara seperti sumber daya manusia, IPTEK, dan lain-lain. Di bidang
kesehatan, hal ini akan dapat menimbulkan dampak negatif apabila tidak
dikelola dengan baik. Beberapa dampak negatif tersebut antara lain adanya
penyakit-penyakit serta gangguan kesehatan baru, masuknya investasi dan
teknologi kesehatan yang dapat meningkatkan tingginya biaya kesehatan,
serta masuknya tenaga-tenaga kesehatan asing yang menjadi kompetitor
tenaga kesehatan dalam negeri. Untuk menghadapi kemungkinan dampak
negatif yang terjadi seiring era globalisasi maka dukungan sistem
informasi sangatlah diperlukan. Sistem kewaspadaan dini untuk
mengintervensi permasalahan kesehatan sangatlah bergantung pada
pasokan data dan informasi yang akurat, cepat, dan tepat. Apabila era
globalisasi datang pada saat sistem informasi kesehatan nasional kita
belum kuat, maka dikhawatirkan akan membawa dampak-dampak negatif
yang merugikan.
2. Kondisi ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah sangat
berpengaruh dalam implementasi teknologi informasi dan komunikasi,
karena perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagian besar
berasal dari impor. Setiap perubahan kondisi ekonomi global akan
berpengaruh kepada ekonomi dalam negeri. Kondisi ekonomi dalam negeri
yang memburuk tentunya dapat mempengaruhi kemampuan keuangan
pemerintah. Oleh karena itu, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang begitu cepat harus disikapi dengan cerdas dalam
memanfaatkannya untuk penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.
Salahnya adalah bagaimana memilih teknologi tepat yang mampu
beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk beberapa tahun ke
depan (tidak cepat usang). Langkah lain yang penting adalah melakukan
analisis biaya manfaat.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak kebijakan dan dasar hukum Sistem Informasi Kesehatan yang kita bisa
lihat dalam undang-undang dan peraturan-peraturan mentri kesehatan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari subsistem
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem manajemen dan informasi
kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya
guna.
3.2 SARAN
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai ilmu
pengetahuan atau wawasan umum. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan sarana yang saya
miliki, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun saya harapkan sehingga
dimasa mendatang makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. https://sikkotasemarang.wordpress.com/2011/12/02/dasar-hukum-mengenai-sistem-
informasi-kesehatan-sik/
2. https://www.persi.or.id/images/regulasi/kepmenkes/kmk3742009.pdf
3. https://www.persi.or.id/images/regulasi/kepmenkes/kmk3742009.
4. https://www./SISTEM%20INFORMASI%20KESEHATAN%20DI
%20INDONESIA.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai