Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayiberusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 8-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).Banyak masalah pada bayi
baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian
biokimia dan faal yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan
lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun
sesudah lahir.Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal di dunia pada
bulan pertama kehidupan dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama.
Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi
kehamilan dan persalinan seperti Berat Badan Bayi Lahir Rendah BBLR,
asfiksia neonatorium, hipotermia, hipoglikemia, icterus dan penyakit lainnya.
Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar
kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat
(Kusmiyati, 2009).

B. Tujuan Laporan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran mengenai hasil praktek yang diperoleh
mahasiswa prodi DIV Kebidanan Semester VI di Ruang Cempaka I Neonatus
RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 23 Mei2018 sampai dengan 2 Juni 2018.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktek kebidanan patologi dan kegawatdaruratan,
mahasiswa prodi DIV Kebidanan Semester VI diharapkan mampu memberikan
asuhan kebidanan patologi dan kegawatdaruratan pada masa neonatus secara

1
komprehensif yang sesuai dengan ruang lingkup kewenangan mandiri,
kemitraan/kolaborasi atau rujukan yang berdasarkan evidence based kebidanan.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Waktu pengambilan kasus ini pada tanggal 24, 25, dan 26 Mei 2018 pukul
07.00-14.00 (dinas pagi), pukul 13.00-20.00 WITA (dinas sore) dan pukul 19.00-
08.00 WITA (dinas malam). Tempat pengambilan kasus dilaksanakan di Ruang
Cempaka I Neonatus RSUP Sanglah Denpasar

D. Manfaat Penulisan Laporan


Adapun manfaat dari penulisan laporan akhir praktikini, antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan terkait
melaksanakan asuhan kebidanan patologi dan kegawatdaruratan pada masa
neonatus berdasarkan evidence based kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber atau perbandingan pada asuhan kebidanan
patologi dan kegawatdaruratan pada masa neonatus pada saat di lapangan secara
langsung.
3. Bagi Lahan Praktek
Hasil laporan dapat digunakan dalam pengembangan program asuhan
kebidanan patologi dan kegawatdaruratan pada masa neonatus di Ruang
Cempaka I Neonatus RSUP Sanglah Denpasar.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. NEONATUS
Pengertian Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 1 bulan sesudah
lahir. Neonatus dini berusia 0-7 hari dan Neonatus lanjut berusia 7-28 hari. Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Muslihatun,
2010). Ciri-ciri bayi baru lahir (neonatus) normal adalah berat badan 2500-4000
gram, panjang badan lahir 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-
35 cm, frekuensi jantung 180 denyut/menit, kemudian menurun sampai 120-140
denyut/menit, pernapasan pada beberapa menit pertama cepat kira-kira 80
kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit, kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
diliputi verniks kaseosa, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya
telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia : labia mayora sudah
menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki)
(Dahliana et al, 2012).
B. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan
lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk
mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di
London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut :
a. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan (BKB) : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Term infant atau bayi cukup bulan (BCB) : bayi dengan masa kehamilan
mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu

3
c. Post term atau bayi lebih bulan (BLB) : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih

2. Klasifikasi BBLR
a. BBLR      : BB < 2500gr
b. BBLSR    : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr

3. Etiologi BBLR
Menurut Proverawati dan Ismawati pada tahun 2010 menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi BBLR adalah:
a. Faktor Ibu
1) Penyakit:
- Mengalami komplikasi kehamilan seperti preeklampsia berat,
eklampsia, pendarahan antepartum, anemia, atau infeksi kandung kemih
- Menderita penyakit malaria, HIV/AIDS, TORCH, malaria, IMS, atau
penyakit jantung
- Penyalahgunaan obat, merokok, dan konsumsi alkohol
2) Ibu
- Usia <20 tahun
- Usia >35 tahun
- Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
- Riwayat BBLR sebelumnya
3) Keadaan sosial
- Golongan social ekonomi rendah
- Perkawinan yang tidak sah
- Aktivitas fisik berlebihan
b. Faktor janin
1) Kelainan kromosom
- Infeksi kronik

4
- Gawat janin
- Gemeli
2) Faktor Plasenta
- Hidramnion
- Plasenta previa
- Solusio plasenta
- Sindrom tranfusi bayi kembar
- Ketuban pecah dini
3) Faktor lingkungan
- Tempat tinggal dataran tinggi
- Radiasi
- Zat-zat racun.

4. Penatalaksanaan/ terapi
a. Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. (Sarwono, Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2006: 377). Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru
lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah sakit), cara menghangatkan
dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:
1) Kontak kulit dengan kulit yaitu untuk menghangatkan bayi dalam waktu
singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4oC).
2) Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Bayi Lekat (PBL)
Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi
secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI
eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera
setelah lahir atau setelah bayi stabil.
3) Inkubator.
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan
kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang

5
cukup dengan suhu yang normal. (Pengantar ilmu Keperawatan anak 1,
Hidayat A, 2009: hal 191)
b. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
c. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung
atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat
dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan
dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan
pilihan utama:
1) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
2) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
1) Pantau berat badan bayi secara periodik

6
2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan
berat lahir <1500>
3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.
Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan
bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi
setelah pulang sebagai berikut:
a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
b. Hitung umur koreksi
c. Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
d. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
e. Awasi adanya kelainan bawaan

C. Respiratory Distress Syndrom


1. Pengertian Respiratory Distress Syndrom
Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas
(Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru (Whalley dan
Wong, 1995). Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Hyaline

7
membrane disease (HMD) atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit
ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.
Respiratory Distress Syndrom adalah kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali/menit,
sianosis, rintihan pada ekspirasi dan kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi.
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik dengan
usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu,
semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut.

2. Penyebab Respiratory Distress Syndrom


Gangguan pernapasan dapat disebabkan karena :
a. Obstruksi saluran pernapasan bagian atas (atresia esofagus, atresia koana
bilateral)
b. Kelainan parenkim paru (penyakit membran hialin, perdarahan paru-paru)
c. Kelainan di luar paru (pneumotoraks, hernia diafragmatika)

3. Tanda dan Gejala Respiratory Distress Syndrom


Tanda dan gejala sindrom gangguan pernapasan sering disertai riwayat
asfiksia pada waktu lahir atau gawat janin pada akhir kehamilan. Adapun tanda
dan gejalanya adalah :
a. Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
b. Pernapasan cepat/hiperapnea atau dispnea dengan frekuensi pernapasan lebih
dari 60 kali/menit
c. Retraksi interkostal, epigastrium atau suprasternal pada inspirasi
d. Sianosis
e. Grunting (terdengar seperti suara rintihan) pada saat ekspirasi
f. Takikardia yaitu nadi 170 kali/menit

4. Klasifikasi Respiratory Distress Syndrom


Sindrom gangguan pernapasan terbagi menjadi tiga yaitu :

8
a. Gangguan Napas Berat
Dikatakan gangguan napas berat bila : Frekuensi napas dari 60 kali/menit
dengan sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi
b. Gangguan Napas Sedang
Dikatakan gangguan napas sedang apabila : Pemeriksaan dengan tarikan
dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral
c. Gangguan Napas Ringan
Dikatakan gangguan napas ringan apabila : Frekuensi napas 60-90
kali/menit tanda tarikan dinding tanpa merintih saat ekspirasi atau sianosis
sentral

5. Asuhan Respiratory Distress Syndrom


Penatalaksanaan sebagai berikut :
a. Bersihkan jalan nafas menggunakan penghisap lendir dan kasa steril
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi
c. Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat bernafas dengan
leluasa
d. Apabila terjadi apnue lakukan nafas buatan dari mulut ke mulut
e. Longgarkan pakaian bayi
f. Beri penjelasan pada keluarga bahwa bayi harus dirujuk ke rumah sakit
g. Bayi rujuk segera ke rumah sakit

Penatalaksanaan medik yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :


a. Memberikan lingkungan yang optimal
b. Pemberian oksigen, tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang
c. Pemberian cairan dan elektrolit (glukosa 5% atau 10%) disesuaikan dengan
berat badan (60-125 ml/kgBB/hari) sangat diperlukan untuk mempertahankan
homeostatis dan menghindarkan dehidrasi
d. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder
e. Pemberian surfaktan oksigen

9
D. Ikterus
1. Pengertian Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna menjadi kuning yang terjadi pada
neonatus atau bayi-bayi yang baru lahir. Perubahan warna ini dapat dilihat pada
mata, rongga mulut, dan kulit. Ikterus neonatorum dapat bersifat fisiologis atau
normal terjadi pada bayi baru lahir, atau patologis atau yang tidak normal pada
bayi baru lahir dan dapat mengancam nyawa. Ikterus fisiologis timbul pada hari
ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah
tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai potensi
menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar
bilirubin darahnya melebihi batas yaitu > 12 mg/dLdan disebut
sebagaihiperbilirubinemia.
Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin
bila kadar bilirubin yang tidak dikendalikan.

2. Faktor-faktor yamng mempengaruhi ikterus menjadi patologis, yaitu :


a. Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan

b. Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam

c. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi


G6PD, atau sepsis)

d. Ikterus yang disertai oleh:

1) Berat lahir <2000 gram

2) Masa gestasi 36 minggu

3) Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonates (SGNN)

10
4) Infeksi

5) Trauma lahir pada kepala

6) Hipoglikemia, hiperkarbia

7) Hiperosmolaritas darah
e. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada NCB) atau >14
hari (pada NKB)

3. Tanda-tanda terjadinya ikterus neonatorum yang bersifat fisiologis :


a. Gejala kuning muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir
b. Kenaikan kabar bilirubin < 5 mg/dL
c. Puncak dari kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan kadar
bilirubin < 15 mg/dL
d. Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi
cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau kurang bulan.

4. Tanda dan Gejala klinis ikterus yang menjadi patologis :


a. Gejala yang utama : Kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa.
b. Gejala lain :
1) Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum,
muntah-muntah)
2) Pucat, Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan
golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah
ekstravaskular.

3) Trauma lahir, Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan


tertutup lainnya.

4) Pletorik (penumpukan darah), Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh


keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK

11
5) Letargik dan gejala sepsis lainnya

6) Petekiae (bintik merah di kulit), sering dikaitkan dengan infeksi


congenital, sepsis atau eritroblastosis

7) Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal), sering berkaitan


dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati

8) Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)

9) Omfalitis (peradangan umbilikus)

10) Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)

11) Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)

12) Feses dempul disertai urin warna coklat,  pikirkan ke arah ikterus


obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.

5. Penatalaksanaan
a. Kadar bilirubin serial atau diperiksa berulang-ulang sehingga dapat dipantau
kenaikan kada bilirubinnya. Apabila kadar tinggi dapat segera diambil
tindakan
b. Golongan darah dan rhesus dari ibu dan bayi. Sering terjadi ikterus karena
golongan darah atau rhesus ibu dan bayi tidak sesuai
c. Tes Coomb
d. Hapusan darah tepi untuk mengetahui bentuk dari sel darah merah
e. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengevaluasi kemungkinan infeksi.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.SW Umur 0 Hari Neonatus Premature


dengan BBLR + Respiratory Distress Syndrom
Di Ruang Cempaka I Neonatus RSUP Sanglah Denpasar

A. DATA SUBYEKTIF (tanggal 24-5-2018) pukul. 07.20 wita


1. Identitas
Bayi
Nama : By Ny.SW
Umur/TTL/Jam : 0 hari/ 24-5-2018/ 04.25 WITA
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 3
Status Anak : Anak kandung

Orang Tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. SW : Tn. S
Umur : 35 tahun : 37 tahun
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Wirawasta
Agama : Islam : Islam
Status Perkawinan : Sah : Sah
Golongan darah : O :O

13
Alamat : Jl. Babakan Sari Gg Manggis No.18
No. Telp : 085637194xxx : 081236292xxx
No.RM : 18021753

2. Alasan dirawat
Bayi Ny. SW umur 0 hari neonatus premature dengan BBLR +
Respiratory Distress Syndrom .

3. Riwayat prenatal
Dari hasil dokumentasi pasien dan wawancara dengan bapak bayi Ny.
SW persalinan ini merupakan anak yang ketiga dengan masa kehamilan kurang
bulan (32 mgg 3 hari). Kehamilan ini direncanakan. Selama hamil ibu melakukan
ANC rutin, di bidan sebanyak 6 kali mulai dari umur kehamilan 7-8 minggu, 1
kali di puskesmas untuk melakukan tes PPIA dan Hepatitis B hasil negative dan
pernah kontrol ke dokter SpOG melakukan USG 3 kali. Hasil pemeriksaan
pertama di dokter SpOG tanggal 4 Desember 2017 bahwa kehamilan ibu tidak
ada masalah, hasil pemeriksaan ke dua di dokter SpOG tanggal 7 Maret 2018
sebagian plasenta menutupi jalan lahir, dan hasil pemeriksaan USG terakhir
dokter mengatakan plasenta telah menutupi seluruh jalan lahir. Selama hamil ibu
pernah mengalami flek merah dan diberi obat oleh dokter sehingga masalah
dapat teratasi. Selama hamil ibu rutin mengonsumsi obat dan suplemen sesuai
dengan anjuran dari bidan dan dokter (Fe, asam folat, kalk, dan Vit C). Ibu dan
keluarga tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Riwayat imunisasi TT
Ny.SW adalah 5 kali.

4. Riwayat persalinan
Dari hasil dokumentasi dan wawancara dengan bapak bayi Ny. SW,
riwayat persalinan Ny. SW sebagai berikut :

Hamil Tgl Jenis Tempat Kondisi bayi saat lahir


JK UK Nutrisi
ke Lahir Persalinan persalinan
14
23-09- Cukup ASI 2
1 P Pspt B BPM - 3100gr -
2008 Bulan tahun
09-04- Cukup ASI 2
2 L Pspt B BPM - 2900gr -
2012 Bulan bulan
RSUP
24-5- kurang 43 Vig
3 P Pspt B Sanglah 1750gr -
2018 Bulan cm baby
Denpasar

5. Riwayat Rujukan Ibu


Dari hasil wawancara dengan Ny. SW, ibu datang ke bidan tanggal 24-5-
2018 pukul 03.00 WITA dengan keluhan perut mulas dan perdarahan
pervaginam sejak 01.00 WITA. Sebelum merujuk ke RSUP Sanglah Denpasar,
bidan melakukan pemasangan infus RL 20 tetes per menit. Ibu tiba di ruang IRD
kebidanan pukul 04.00 WITA dan saat akan di lakukan USG ketuban pecah dan
segera dipindahkan ke ruang VK IGD untuk melakukan pertolongan persalinan.

6. Riwayat postnatal
Dari hasil dokumentasi bayi dari ruang VK IGD pada tanggal 24-5-2018,
bayi lahir pukul 04.25 wita secara spontan, berjenis kelamin perempuan, segera
menangis, gerak aktif. Pukul. 07.20 terdapat tarikan pada dinding dada, nafas
cepat dan kulit tidak biru. Disamping itu Bayi Ny. SW merupakan Bayi Kurang
Bulan (BKB), dengan berat lahir 1750 gram yang tergolong Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR). Panjang badan 43 cm, lingkar kepala 29 cm dan lingkar dada
27 cm, anus ada dan tidak ada kelainan. Penanganan yang sudah diberikan yaitu
bayi sudah diberi vitamin K 1 mg untuk mencegah terjadi perdarahan dan
diselimuti agar bayi tidak mengalami hipotermi.
Sehingga didapatkan diagnosa Neonatus Premature dengan BBLR +
Respiratory Distress Syndrom

7. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

15
a. Dari hasil dokumentasi di ruang Cempaka 1 Neonatus didapat hasil data
biologis sebagai berikut :
1) Nafas : Bayi Ny. SW mengalami nafas cepat
2) Eleminasi : Bayi belum BAK dan BAB
b. Psikologis
Dari hasil anamnesis dan wawancara dengan bapak bayi Ny. SW , bapak
mengatakan ibukhawatir dengan keadaan bayinya saat ini tetapi ibu selalu
didukung oleh suami dan keluarga lainnya. Bayi juga Nampak nyaman dalam
incubator.
c. Sosial
Dari hasil wawancara dengan bapak bayi Ny. SW didapat hasil yaitu :
1) Bayi Ny. SW merupakan bayi yang diinginkan dan diterima oleh orang
tua dan keluarganya.
2) Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami dan Istri
3) Pola asuh anak : jika anak sudah pulang anak akan diasuh sendiri, dan
dibantu ibu mertua
d. Spiritual
Dari hasil wawancara dengan bapak bayi Ny. SW, tidak ada kepercayaan yang
mempengaruhi kesehatan anak

B. DATA OBYEKTIF
Keadaan umum bayi baik yaitu tangis cukup dan gerak bayi cukup,
dengan kesadaran Compos Mentis. Suhu 36,8oC, pernafasan 64x/mnt, Heart rate
148x/menit, BB : 1750 gram, PB : 43 cm, LK/LD : 29 cm/ 27 cm.
Kepala bentuk normosefali, UUB terbuka datar, UUK terbuka datar,
tidak ada sefal hematom dan caput succedaneum. Mata simetris, reflek glabella
positif, tidak ada pengeluara/secret pada mata, warna konjungtiva merah muda.
Telinga simetris, tidak ada pengeluaran dan tidak ada kelainan. Hidung normal,
lubang hidung ada dan tidak ada kelainan. Bibir lembab dan tidak ada kelainan.
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid.

16
Tangan simetris, jari tangan lengkap, pergerakan cukup. Kaki simetris,
jari kaki lengkap, pergerakan aktif. Labia mayora belum menutupi labia minora,
lubang vagina ada, lubang uretra ada, pengeluaran tidak ada dan tidak ada
kelainan. Anus (+) dan tidak ada kelainan.

C. ANALISA
Diagnosa : Bayi Ny.SW Umur 0 Hari Neonatus Prematuredengan BBLR +
Respiratory Distress Syndrom
Masalah :
1. Gangguan pernafasan pada bayi

D. PENATALAKSANAAN
Hari/Tanggal PENATALAKSANAAN Paraf
/Jam
Kamis, 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada orang
24 Mei tua, orang tua paham dengan penjelasan dokter.
2018 2. Merawat bayi dalam incubator
Pukul 07.30 3. Melakukan tindakan delegatif dengan dokter
wita mengenai pemasangan infus ivfd d10% 80ml/kg/hari
hingga 136 ml/hari 6ml/jam
4. Bayi sementara puasa
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter pemasagan
CPAP support, F1O2 21%, Peep 6, Flow 6 dan
pemeriksaan thorax AP.
6. Melakukan kolaborasi dengan petugas lab untuk cek
darah lengkap, it ratio dan blood smear (pk. 08.00
wita)

Pukul 12.00 1. Melakukan pemeriksaan vital sign, hasil suhu : 370C,


wita HR : 140x/menit, RR : 40 x/menit. Nafas tidak efektif

17
2. Observasi tiap shift
Pukul 19.00 1. Melakukan pemeriksaan vital sign, hasil suhu :
wita 36,80C, HR : 140x/menit, RR : 40 x/menit. Skor nyeri
4.
2. Bayi masih terpasang CPAP dan memberikan oksigen
sesuai indikasi.
3. Dokter menerima hasil lab pukul 19.10 WITA, hasil :
WBC : 16,69 HCT : 67,43
Ne : 10,62 PCT : 114,8
Ly : 3,79 Itrotio : 0,44
Hb : 22,45
Kesan : polisitemia
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infus ivfd
d10% 80 ml/kg/hari + 20% hingga 168 ml kecepatan
7 ml/jam
5. Bayi stop dehidrasi
6. Observasi bayi tiap shift

18
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tangga SOAP Paraf
l /Jam
Jumat, S:-
25 Mei O : KU : baik, kesadaran : CM, refleks hisap dan menelan
2018 (-), Suhu 36,8ºC, HR: 140x/mnt, RR: 40x/mnt, BB :
Pukul 07.00 1620 gr , muntah tidak ada, BAB (+), BAK (+),
wita perdarahan tali pusat (-), terpasang CPAP.
A: Bayi Ny.SW Umur 1 Hari Neonatus Prematuredengan
BBLR + Respiratory Distress Syndrom
P:
1. Memandikan bayi dalam incubator, bayi sudah bersih
2. Melakukan pemasangan OGT, OGT telah dipasang
(pk. 08.00 wita)
3. Pukul 08.10 wita memberikan ASI sebanyak 13 ml
melalui OGT, susu telah diberikan dan tidak ada reaksi
muntah
4. Pukul 12.00 wita memberikan ASI sebanyak 13 ml
melalui OGT, susu telah diberikan dan tidak ada reaksi
muntah
5. Observasi tiap shift
6. Pukul 15.00 wita memberikan ASI sebanyak 13 ml
melalui OGT, susu telah diberikan dan tidak ada reaksi
muntah
7. Pukul 18.00 wita memberikan ASI sebanyak 13 ml
melalui OGT, susu telah diberikan dan tidak ada reaksi
muntah
8. Observasi tiap shift
9. Pukul 21.00 wita mengganti pempres bayi, bayi sudah

19
BAB konsistensi lembek, warna kuning dan BAK
warna jenih, bau khas, pempres sudah diganti
10. Memberikan ASI sebanyak 13 ml melalui OGT,
susu telah diberikan dan tidak ada reaksi muntah
11. Pukul 24.00 wita memberikan ASI sebanyak 13 ml
melalui OGT, susu telah diberikan dan tidak ada reaksi
muntah

Sabtu, 1. Melakukan pengukuran suhu, suhu bayi 370C


26 Mei 2. Memberikan ASI sebanyak 13 ml melalui OGT, susu
2018 telah diberikan dan tidak ada reaksi muntah
Pukul 03.00 3. Pukul 05.00 wita mengganti pempers bayi, pempres
wita sudah diganti
4. Menimbang bayi, berat badan bayi : 1630 gram
5. Pukul 06.00 wita memberikan ASI sebanyak 13 ml
melalui OGT, susu telah diberikan dan tidak ada reaksi
muntah
6. Observasi tiap shift

S: -
Pukul 08.00 O : KU : baik, kesadaran : CM, refleks hisap dan menelan
wita cukup, HR: 138x/mnt, RR: 38x/mnt, Suhu 36,8ºC,
BB : 1630 gram, BAB (+), BAK (+), perdarahan tali
pusat (-), terpasang CPAP.
A: Bayi Ny.SW Umur 2 Hari Neonatus Premature dengan
BBLR + Respiratory Distress Syndrom
P:
1. Memandikan bayi (melap bayi) dalam incubator, bayi
sudah bersih
2. Observasi tanda-tanda respiratory distress syndrome

20
3. Pukul 08.15 wita memberikan ASI sebanyak 13 ml
melalui OGT, susu telah diberikan dan tidak ada reaksi
muntah
4. Bayi puasa agar dapat dilakukan pemeriksaan bilirubin
dan fototrapy

Pukul 13.00 S : Bayi tampak kuning dari kepala, badan, ekstremitas


wita sampai dengan pergelangan tangan dan kaki.
O : KU : baik, kesadaran : CM, HR: 138x/mnt, RR:
38x/mnt, Suhu : 36,7ºC, BAB (+), BAK (+),
perdarahan tali pusat (-)
A: Bayi Ny.SW Umur 2 Hari Neonatus Prematuredengan
BBLR + Respiratory Distress Syndrom + Vigorous
baby + Ikterus Kramer 4
P:
1. Kolaborasi dengan dokter melakukan fototrapy 3x24
jam
2. Kolaborasi dengan dokter melakukan pemeriksaan
bilirubin
3. Pukul 15.00 wita menaikan dosis infuse 20% sesuai
intruksi dokter
4. Observasi tiap shift

Pukul 22.00 S : Menerima hasil laboratorium, bayi tampak kuning


wita O : KU : baik, kesadaran : CM, HR: 126x/mnt, RR:
44x/mnt, Suhu : 37ºC
Hasil laboratorium DL, hasil :
WBC : 13,85 Bilirubin total : 16,01
Hb : 23,42 Bilirubin direct : 0,20
HCt : 68,78 Bilirubin indirect : 15,81

21
RBC : 6,57
A : Bayi Ny.SW Umur 2 Hari Neonatus Prematuredengan
BBLR + Respiratory Distress Syndrom + Vigorous
baby + Ikterus
P :
1. Lanjutkan hidrasi cairan 100ml/kg/hari + 20%
2. Fototrapy 3x24 jam
3. Melanjutkan pemberian infuse D5 ¼ IV 210 ml
sampai 7ml/jam
4. Melakukan pemeriksaan DL pada tanggal 27-5-2018
5. Melakukan pemeriksaan bilirubin post fototrapy
tanggal 29-5-2018

BAB IV
PEMBAHASAN

22
Pada BAB ini penulis akan membahas mengenai kasus yang didapat di
Ruang Cempaka I Neonatus RSUP Sanglah Denpasar. Pengkajian dilakukan
pada tanggal 24, 25, 26 Mei 2018. Asuhan diberikan pada By Ny.SW umur 0
hari dengan diagnose bayi kurang bulan, berat badan lahir rendah, respiratory
distress dan ikterus .
Pada kasus ini kami melakukan pengkajian data subjektif dengan
menggunakan Rekam Medik pasien terkait identitas lengkap bayi, identitas
orang tua (ayah,ibu), riwayat prenatal, riwayat persalinan, riwayat rujukan
ibu, riwayat postnatal, riwayat biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Disamping menggunakan rekam medis pasien kami juga melakukan
amnamesa dengan Ny.SW dan suami Ny. SW .
Dari hasil anamnesa diketahui bahwa By Ny SW merupakan anak
ketiga. Anak pertama Ny.SW lahir normal di Bidan Praktek Mandiri (BPM)
dengan berat badan 3100 gr berjenis kelamin perempuan, anak kedua Ny.SW
lahir normal di Bidan Praktek Mandiri (BPM) dengan berat badan 2900 gr
berjenis kelamin laki-laki.
Bayi ini merupakan anak ketiga dari pasangan Ny.SW dan Tn.S yang
lahir dengan masa gestasi 32 minggu 3 hari ( kurang dari 37 minggu). Bayi
Ny.SW termasuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) karena memiliki berat
lahir 1750 gram. Dari hasil anamnesa dengan Ny.SW yang menyebabkan By
Ny.SW mengalami Berat Badan Lahir Rendah adalah ibu datang dengan
rujukan dari bidan dengan keluhan perut mulas dan perdarahan pervaginam.
Ibu mengatakan pada saat melakukan USG, dokter mengatakan bahwa letak
plasenta ibu berada di bawah rahim atau `biasa disebut dengan plasenta
previa. Beberapa hari sebelumnya ibu pernah mengalami keluar bercak darah
pervaginam lalu ibu datang ke dokter SpOG dan diberikan obat sehingga
masalah bisa teratasi. Kemudian pada tanggal 24-5-2018 pukul 01.00 WITA
ibu mengalami perut terasa mulas dan kaku disertai dengan perdarahan
pervaginam.

23
Selain BBLR By Ny.SW di diagnosis Respiratory Distress hal ini
terjadi karena kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif
yang di produksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II, sel ini
mulai dibentuk sejak kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada usia
kehamilan minggu ke 35 hal ini terjadi karena paru paru pasien belum
matang.
Permasalahan lain pada kasus ini adalah bayi menetek lemah dimana
daya hisapnya daya hisapnya lemah. Menurut Jones (2005) keterampilan oral
motor bayi premature dibagi dalam 4 fase yaitu : reflek menghisap,
pematangan proses menelan, kematangan fungsi pernafasan, dan koordinasi
gerakan menghisap, menelan dan bernafas. Pada pasien ini didapatkan usia
gestasi 32 minggu 3 hari ( sesuai HPHT) sehingga mencerminkan bahwa
proses pematangan oral bayi belum matang dan menimbulkan susah
menyusui. Selain itu, pada pemeriksaan fisik reflek premetif bayi didapatkan
bahwa terdapat kecendrungan kearah pematangan yang tidak sempurna dari
reflek oral yaitu berupa reflek rooting dan menghisap yang lemah sehingga
nutrisi susu diberikan melalui Oro-Gastric Tube (OGT). Bedasarkan hasil
pemeriksaan fisik hari 3, ditemukan warna kulit tampak kuning, terutama di
bagian wajah, dada atas, abdomen atas. Setelah itu pada pemeriksaan
laboratorium darah terdapat peningkatan bilirubin total menjadi 16,1 mg/ dL
bilirubin direk 0,1 mg/dL, dan bilirubin inderek 16 mg/dL.
Menurut kami, ikterus yang timbul pada bayi ini merupakan ikterus
fisologis, karena ikterus fisiologis yang terjadi pada neonates kurang bulan
terlihat pada hari 3-4 akan hilang pada hari ke 10-20 dengan kadar tertinggi <
15 mg/ dL. Pada pasien ini peningkatan kadar bilirubin terutama bilirubin
inderek diduga karena factor prematuritas neonates dan penurunan asupan
enternal akibat belum sempurnanya system oral motor sehingga terjadi
peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik yang akhirnya akan menjadi
hiperbilirubinemia. Bayi mengalami hiperbilirubin pada kehidupan minggu

24
pertamanya karena meningkatkannya produksi bilirubin dan menurunnya
ekskresi bilirubin.
Pada bayi ini dilakukan fototherapy 3x24 jam yang bertujuan untuk
menurunkan konsentrasi dari bilirubin yang bersirkulasi untuk mencegah
peningkatannya. Fototherapy bekerja dengan memanfaatkan energy cahaya
untuk mengubah bentuk dan struktur bilirubin lalu mengubahnya menjadi
molekul-molekul yang dapat diekskresikan melalui empedu atau urine.
Selain itu pada By Ny.SW ini dilakukan pengambilan sample darah
untuk mengecek jumlah sel darah putih dan trombosit
Jadi dapat kami lihat bahwa tidak ada kesenjangan antara penerapan di
tempat praktik dengan teori yang diberikan di kampus.

BAB V

25
PENUTUP

A. Simpulan
Pada bab ini penulis dapat mengambil suatu kesimpulan dari kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.SW Umur 0 Hari Neonatus
Premature dengan BBLR + Respiratory Distress Syndrom di Ruang Cempaka I
Neonatus RSUP Sanglah Denpasar “ yaitu penulis mampu memberikan asuhan
kebidanan patologi dan kegawatdaruratan pada masa neonatus secara
komprehensif yang sesuai dengan ruang lingkup kewenangan mandiri,
kemitraan/kolaborasi atau rujukan yang berdasarkan evidence based kebidanan.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan melalui laporan ini mahasiswa dapat meningkatkan
kemampuan mahasiswa dan menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu
yang telah didapatkan tentang asuhan bayi baru lahir dengan BBLR dan
Respiratory Distress Syndrom sehingga mampu memberikan asuhan pada bayi
dengan masalah tersebut secara komprehensif.
2. Bagi Petugas
Menambah keterampilan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
neonatal serta motivasi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang
cara pencegahan dan komplikasi neonatal.
3. Bagi RSUP Sanglah Denpasar
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam menangani pasien
termasuk penanganan yang intensif pada bayi baru lahir dengan BBLR, dan
Respiratory Distress Syndrom dengan mempertahankan pelaksanaan asuhan
kebidanan yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya Politeknik Kesehatan
Denpasar Jurusan Kebidanan dalam meningkatkan wawasan mengenai asuhan

26
kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR, dan Respiratory Distress
Syndrom.

27

Anda mungkin juga menyukai