Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TUGAS KULIAH

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Dr. Subroto Rindang A S ., S.H.,M.H ,

JUDUL

( PERATURAN BUPATI BALANGAN TENTANG PENERAPAN DISIPLIN


PROTOKOL KESEHATAN DALAM MENCEGAH PENULARAN CORONA VIRUS
DISEASE 2019.)

DISUSUN

SADIK,SH

NIM : S2.2002.525

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SULTAN ADAM BANJARMASIN

ANGKATAN GENAP

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

 BAB 1 PENDAHULUAN ................……. 3

 BAB II PERMASALAHAN HUKUM ADMINSTRASI NEGARA …. .7

 BAB III PEMBAHASAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA……….…12

 BAB IV KESIMPULAN…..…………………………………………………..22

 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..23
BAB I

PENDAHULUAN

Tugas ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan yang diambil

pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 serta langkah-langkah yang diambil

pemerintah untuk menganggulangi dampak-dampak, terutama dampak dari segi ekonomi dan

sosial akibat pandemi Covid-19. Metode penelitian hukum yang digunakan yakni metode

penelitian hukum normatif. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Penelitian ini berlandaskan

pengaturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penanganan dan penganggulangan

pandemi Covid-19 serta analisis atas konsep penetapan peraturan perundang-undangan tersebut.

Hasil dari penelitian ini adalah dalam rangka penanganan Covid-19,

pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar

yang merujuk pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang

Pembatasan Sosial Berskala Besar, serta Keputusan Presiden tentang Kedaruratan Kesehatan.

Untuk menganggulangi dampak Covid-19 dari segi ekonomi dan sosial pemerintah mengambil

beberapa kebijakan-kebijakan, yang diantaranya adalah: Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 23/Pmk.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah

Virus Corona; Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11 /Pojk.03/2020

tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak

Penyebaran Corona Virus Disease 2019; dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, Serta Pengadaan Barang Dan

Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Selain itu
pemerintah juga mengambil kebijakan seperti keringanan biaya listrik, keringanan kredit, dan

menggelontorkan anggaran Rp. 405,1 triliun untuk memenuhi kebutuhan ditengah wabah Covid-

19 melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2020 sebagai wujud bantuan kepada

masyarakat.bahwa penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID19)

Dengan jumlah kasus penularan yang cepat, meluas lintas daerah, berdampak pada aspek

ekonomi, sosial, budaya dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat di Kabupaten

Balangan.dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor

4 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Peraturan Kepala Daerah Dalam Rangka

Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan

Pengendalian Corona Virus Disease 2019 di Daerah. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984

tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2084 Nomor 20,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 2. Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di

Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 22,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4265); 3. Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597), sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5679); 4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6236); 6. Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3447); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial

Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2O19 (COVID-19)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6487); 8. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang

Penyelenggaraan Kedaruratan Bencana Pada Kondisi Tertentu (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2018 Nomor 34); 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang

Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona

Virus Diseases 2019 (COVID-19). Menerapkan PERATURAN BUPATI TENTANG

PENERAPAN DISIPLIN PROTOKOL KESEHATAN DALAM MENCEGAH

PENULARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019.


BAB II

PERMASALAHAN

Pada peran stabilisasi ini, pemerintah diharapkan dapat memastikan bahwa perekonomian

di negaranya berada dalam kondisi kesempatan kerja penuh atau full employment dengan tingkat

harga barang yang stabil. Selama wabah pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia terhitung dari

Bulan Maret-Juli, peran stabilisasi pemerintah adalah terus menstabilkan harga bahan pangan

pokok di berbagai penjuru Indonesia. Segala upaya dilakukan pemerintah agar di tengah situasi

penyebaran virus Covid 19 ini, harga-harga bahan pokok tetap terjangkau di masyarakat baik

dari sisi stock, selalu tersedianya pasokan, distribusi, sampai menjangkau tingkat harga yang

stabil. Dilihat dari sisi stock saja, dalam satu minggu sekali pemerintah melakukan rapat

koordinasi dengan pejabat terkait dengan pembahasan monitoring/evaluasi seluruh bahan pokok.

Sedangkan dilihat dari sedianya pasokan, pemerintah melibatkan beberapa pengusaha dari

beberapa sektor terutama yang bergerak di sektor riil untuk menjamin pasokan bahan baku

pangan agar selalu tersedia (Sumber: Merdeka.com, diakses 1 Oktober 2020).

Pentingnya menjaga protokol kesehatan menurut kebijakan WHO yaitu selalu

menggunakan masker serta sering mencuci tangan menggunakan sabun atau handsanitizer saat

pandemi Covid 19 mulai masuk ke Indonesia sekitar awal Bulan Maret 2020 pada akhirnya

membuat masyarakat berbondong-bondong membeli masker dan sabun pencuci tangan atau

hand-sanitizer. Anjuran WHO ini membuat beberapa masyarakat melakukan Panic Buying untuk

masker dan hand-sanitizer sehingga barangbarang tersebut mulai langka dipasar karena diborong

oleh pembeli dan spekulan. Bahkan tidak hanya masker dan sabun cuci tangan atau hand-

sanitizer saja, para pembeli juga ramai-ramai men-stock kebutuhan pokok di pasar sehingga
harga bahan pokok menjadi tidak terkendali di pasar dan terjadi kelangkaan di pasar akibat panic

buying ini. Upaya dari para pembeli ini diakibatkan tidak adanya sosialisasi dari pemerintah

untuk mengantisipasi masyarakat agar tidak perlu memborong semua bahan pokok, masker, dan

lain-lain agar stock atau ketersediaan barang harga-harga kembali menjadi stabil di pasar

Sedangkan dilihat dari peran pemerintah dalam mengatasi penganguran selama masa pandemi ini

dimulai dari kebijakan relokasi biaya atau anggaran sampai pada beberapa perubahan-perubahan

kebijakan agar usaha tetap berlangsung serta perlindungan bagi para tenaga kerja tetap dapat

dikendalikan. Dilansir oleh website news.ddtc.co.id per tanggal 01 Juli 2020,

Menaker Ida Fauziah menyatakan terdapat tiga strategi yag dilakukan pemerintah untuk

mengendalikan tingkat pengangguran yang tinggi dalam masa pandemi Covid-19 yaitu:

1. Melakukan berbagai pelatihan berbasis kompetensi dan produktivitas dengan program Balai

Latihan (BLK) tanggap pandemi Covid-19, dimana dalam program ini peserta yang ada tidak

hanya mendapatkan keterampilan yang mumpuni tetapi juga mendapatan insentif setelah masa

pelatihan selesai.

2. Program pengembangan perluasan kesempatan kerja bagi pekerja atau buruh

yang terdampak pandemi, seperti program padat karya dan kewirausahaan.

3. Pembukaan layanan konsultasi, informasi serta pengaduan bagi para tenaga kerja atau

buruh terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan.

Keseluruhan strategi ini tentunya saling berkaitan pada enam aspek dalam pemulihan

ekonomi nasional sebagaimana yang diproklamirkan oleh pemerintah untuk mengatasi pandemi

ini. Contohnya saja dengan pemberian stimulus ekonomi bagi para pengusaha ataupun UMKM
agar mampu “berdiri” di masa pandemi ini sehingga diharapkan agar tetap dapat menunaikan

pembayaran gaji pegawainya. Selain itu pemerintah juga memberikan insentif pajak penghasilan

(PPh) yang ditanggung pemerintah serta pemberian bunga kredit yang ringan bagi para tenaga

kerja di sektor formal serta program jaring pengaman sosial untuk membantu setiap tenaga kerja

formal ataupun informal serta dengan memberikan prioritas utama dengan adanya kartu prakerja

bagi korban pemutusan hubungan kerja dan bagi pekerja yang terpaksa harus dirumahkan.

Tentunya dengan kebijakan pemerintah ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi para pekerja

yang terkena dampak pandemi ataupun mengurangi tingkat penganguran. Dalam data Badan

Pusat Statisik (2020), diketahui total pengangguran di Indonesia pada bulan Februari tahun 2020

lalu adalah sebanyak 6,88 juta orang. Data terakhir pada Juli 2020, tingkat pengangguran di

Indonesia naik tajam hingga lebih dari 10 juta orang. Jumlah ini terus naik sejak pandemi

inimelanda Indonesia pada Maret lalu. Artinya, angka pengangguran bertambah sekitar 3,7 orang

akibat pandemi Covid-19 sejak Februari 2020. Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa

kebijakan yang dilakukan pemerintah selama masa pandemi di Indonesia sampai saat ini belum

dapat mengatasi pengangguran di Indonesia. Dengan munculnya pandemi Covid-19 ini tentunya

setiap negara dengan tingkat pendapatan per kapita penduduknya yang masih rendah masih

“tertatih” untuk mengatasi berbagai persoalan kesejahteraan penduduk khususnya masalah

pengangguran. Berdasarkan teori Musgrave (1984) dan fakta data yang ada tentang peran

pemerintah untuk menciptakan kondisi dimana kesempatan kerja penuh atau full-employment

dengan tingkat harga barang yang stabil serta kebijakan yang dilakukan dalam perekonomian di

masa pandemi Covid-19 ini masih dirasa sulit untuk dilakukan pada saat wabah pandemi masuk

ke Indonesia pada awal Maret 2020 dibuktikan meningkatkannya angka pengangguran

dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama.


Adapun upaya-upaya pemerintah dalam mengaloaksikan sumber-sumber daya yang ada

dalam perekonomian pada peran alokasi dapat dilakukan secara langsung berupa belanja barang

untuk keperluan pertahanan dan pendidikan atau secara tidak langsung baik melalui pajak dan

subsidi guna mendorong kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu. Peran alokasi ini tentunya sangat

dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan barang-barang publik agar tidak terjadi kegagalan

pasar karena di dalam sistem perekonomian suatu negara tidak semua barang dapat disediakan

oleh swasta dan diserahkan melalui mekanisme pasar. Peningkatan belanja pemerintah ini dapat

menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam pelaksanaan peran pemerintah sebagai upaya

untuk mengalokasikan sumber daya dalam perekonomian. Dengan semakin besarnya belanja

pemerintah maka kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi penyediaannya oleh sektor

swasta dapat dinikmati melalui penyediaannya oleh pemerintah. Namun, kecenderungan

peningkatan belanja pemerintah ini tidak serta merta berakibat baik terhadap aktivitas

perekonomian. Hal ini disebabkan oleh alokasi belanja pemerintah yang tidak tepat. Apabila

alokasi belanja pemerintah tidak tepat sasaran pada kegiatan ekonomi masyarakat, maka tidak

akan terjadi efek multiplier yang positif dalam perekonomian. Persoalan belanja pemerintah yang

juga rentan dengan pemborosan dan inefisiensi membuat pemerintah harus mengutamakan

efisiensi dalam pengalokasian sumber daya di berbagai wilayah agar pembangunan wilayah bisa

berjalan melalui perencanaan anggaran yang tepat guna. Pengalokasian belanja pemerintah yang

tidak memiliki perencanaan dan tidak dapat dikendalikan dengan baik akan menjadi sumber

pemborosan anggaran negara sehingga berefek merugikan masyarakat (Mahmudi, 2010).

Adapun peran pemerintah secara langsung dalam alokasi sumber daya selama pandemi

Covid-19 adalah realokasi anggaran dengan merealokasi kegiatan-kegiatan belanja barang yang

tidak terlalu prioritas seperti perjalanan dinas, honorarium, biaya rapat, pengadaan event serta
perbelanjaan operasional. Dari data Kementerian Keuangan tahun 2020, secara umum dalam

realisasi belanja pemerintah pusat penurunan yang paling signifikan ditunjukkan pada realisasi

belanja barang dan subsidi dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Peran pemerintah

pusat dalam alokasi selama pandemi Covid- 19 pada awal Maret 2020 terjadi penurunan realisasi

belanja barang sebesar 6,62% untuk belanja perjalanan ataupun belanja barang operasional atau

non operasional karena dampak pandemi yang semakin meluas hampir di seluruh wilayah

Indonesia khususnya di daerah DKI Jakarta, sehingga hal ini mempunyai dampak pada

tertundanya kegiatan bagi beberapa program dan kegiatan yang berakaitan dengan belanja

barang oleh kementerian atau lembaga. Maka dari itu sebagai upaya untuk menangani dampak

pandemi ini, pemerintah juga melakukan realokasi kegiatan dan anggaran pada kementerian atau

lembaga dalam rangka memepercepat penanganan laju pertumbuhan Covid-19. Sementara itu,

jika dilihat kembali data per Bulan April sampai Mei, realisasi belanja negara tumbuh negatif

sebesar 18,79 % (yoy) dan 30,11 % (yoy). Semakin meluasnya pandemi Covid-19 masih menjadi

penyebab sehingga beberapa kegiatan tidak bisa dilaksanakan. Selain hal tersebut, penerapan

kebijakan dari pemerintah dengan berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang

tentu saja sangat berdampak pada pelaksanaan tugas perkantoran. Penerapan sistem Work From

Home (WFH) juga sangat berpengaruh yang sejalan dengan penurunan pelaksanaan berbagai

program atau kegiatan pada kementerian ataupun lembaga selama kebijakan pemerintah seperti

PSBB yang wajib dijalankan. Turunnya realisasi belanja barang pada Bulan Juni-Juli 2020

masing-masing sebesar 16,8 % dan 9,3% disebabkan oleh efisiensi belanja barang yang tidak

berhubungan langsung dengan penanganan pandemi. Pada periode tersebut pemerintah juga telah

mulai mempersiapkan program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang cepat dan

tepat dalam mengatasi pandemi dan diharapkan dapat benar-benar memberikan manfaat bagi
para pelaku usaha terutama yang bergerak pada sektor industri yang memiliki banyak tenaga

kerja atau padat karya.

Berdasarkan teori Musgrave (1984) dan fakta data mengenai peran pemerintah dalam

megalokasikan sumber daya dalam masa pandemi Covid-19, kebijakan refocusing

danrealokasianggaran pemerintah ini menjadi salah satu kunci awal respon pemerintah terhadap

upaya yang harus dilakukan instansi pemerintah untuk mengatasi permasalahan masa pandemi

ini. Dengan beberapa kebijakan yang cukup detail yang dilakukan oleh pemerintah pusat seperti

mengurangi belanja barang untuk kementerian atau lembaga untuk kemudian dialihkan untuk

menambah belanja terutama dalam bidang kesehatan, serta perlindungan sosial dalam rangka

penyediaan barang publik untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional. Namun,

realokasi belanja pemerintah khususnya pemotongan belanjabarang yang dialihkan pada

penanganan Covid-19, juga harus melibatkan lembagalembaga pengawas keuangan terutama

kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat atau hal yang berkaitan dengan

kegiatan ekonomi pemerintahan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.


BAB III

PEMBAHASAN

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Balangan.

2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Bupati Balangan.

4. Protokol Kesehatan adalah tahapan yang harus ditempuh oleh suatu

instansi/lembaga pada saat akan melakukan aktivitas dengan cara memeriksa

suhu tubuh, menyediakan tempat cuci tangan dan sabun, menyediakan

pembersih tangan (hand sanitizer), menggunakan masker, serta menjaga

jarak.

Peraturan Bupati ini bertujuan:

a. membangun kesadaran masyarakat di Daerah dalam menerapkan protokol

Kesehatan dalam beraktifitas sehari-hari;

b. mencegah penularan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) tanpa

mengabaikan dampak psikologis masyarakat;

c. meningkatkan antisipasi penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19);
d. memperkuat upaya penanganan masalah kesehatan di masyarakat akibat

Corona Virus Disease 2019 (COVID19); dan

e. mengurangi dampak ekonomi, sosial dan keamanan Corona Virus Disease

2019 (COVID-19).

PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN

(1) Dalam upaya mencegah meluasnya penyebaran Corona Virus Disease 2019

(COVID-19), Pemerintah Daerah berwenang melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan penerapan protokol kesehatan di Masyarakat.

(2) Pelaksanaan pengawasan terhadap penerapan protokol kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. bagi perorangan :

1. menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung

dan mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan

orang lain;

2. mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dengan air mengalir

atau menggunakan cairan pembersih tangan/hand sanitizer sebelum dan

sesudah melakukan aktifitas sehari-hari.

3. pembatasan interaksi fisik (physical distancing);

4. meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS)


b. bagi pelaku usaha, pengelola, penyelenggara, atau penanggungjawab

tempat, dan fasilitas umum :

1. sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk

memberikan pengertian dan pemahaman mengenai pencegahan dan

pengendalian Covid-19;

2. penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah di akses dan

memenuhi standar atau penyediaan pembersih tangan (hand sanitizer);

3. upaya identifikasi (penapisan) dan pemantauan Kesehatan bagi setiap orang

yang akan berativitas dilingkungan kerja;

4. upaya pengaturan jaga jarak;

5. pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara berkala;

6. penegakan kedisiplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam

penularan dan tertularnya Covid-19;

7. fasilitasi deteksi dini dalam penanganan kasus untuk mengantisipasi

penyebaran Covid-19.

Tempat dan Fasilitas Umum sebagaimana dimaksud meliputi :

a. perkantoran/tempat kerja, usaha, dan industri;

b. sekolah institusi Pendidikan lainnya;

c. tempat ibadah;
d. transportasi umum;

e. toko modern/toko sederhana;

f. pasar tradisional/pasar modern;

g. warung makan, rumah makan, café, dan restoran;

h. pedagang kaki lima/lapak jajanan dan sejenisnya;

i. perhotelan/penginapan lain yang sejenis;

j. tempat wisata;

k. tempat dan fasilitas umum lainnya

Pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan protokol kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan melalui operasi

dilapangan oleh Satuan Tugas Penegakan dan Pendisiplinan Protokol

Kesehatan yang ditetapkan oleh Bupati.

Satuan Tugas Penegakan dan Pendisiplinan Protokol Kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diberikan honorarium berdasarkan

kemampuan keuangan daerah.

PELAKSANAAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN Penerapan

Protokol Kesehatan di Tempat Umum Setiap orang yang berada di tempat

umum/fasilitas umum wajib menggunakan masker dalam melakukan


aktifitasnya. Setiap orang wajib melakukan pembatasan sosial dan menjaga

jarak fisik dengan orang lain ketika berada di tempat umum/fasilitas umum.

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (1) dikenakan sanksi berupa :

a. teguran lisan;

b. perintah berupa keharusan membeli/memakai masker; dan/atau

c. kerja sosial membersihkan fasilitas umum.

Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diberikan

oleh Satuan Tugas Penegakan dan Pendisiplinan Protokol Kesehatan yang

melaksanakan tugas dilapanganPengawasan Penerapan Protokol Kesehatan

pada Tempat UsahaSetiap tempat usaha di Daerah, wajib menerapkan

protokol Kesehatan.

Tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. pasar tradisional/pasar modern;

b. toko modern/toko sederhana;

c. pedagang kaki lima/lapak jajanan dan sejenisnya;

d. restoran/rumah makan/warung makan/café;

e. apotek dan toko obat.


Pasar Tradisonal/Pasar Modern

Setiap orang yang datang ke pasar tradisional/pasar modern, wajib

menggunakan masker dalam melakukan aktifitasnya.

(1)Setiap orang yang melakukan usaha di pasar tradisional/pasar modern

wajib menggunakan masker dalam melakukan usahanya serta bersedia untuk

dilakukan pengecekan suhu badan secara rutin.

Setiap pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (2) dikenakan sanksi berupa :

a. teguran lisan;

b. perintah berupa keharusan membeli/memakai masker; dan/atau

c. kerja sosial membersihkan fasilitas umum;

d. larangan untuk melanjutkan aktifitas usaha pada saat itu.

(2) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan langsung

oleh Satuan Tugas Penegakan dan Pendisiplinan Protokol Kesehatan yang

melaksanakan tugas dilapangan.

Toko Modern/toko sederhana

Toko Modern atau sejenisnya wajib :

a. menyediakan fasilitas berupa tempat pencucian tangan atau hand sanitizer;

b. mewajibkan penggunaan masker bagi karyawan dan pembeli yang datang;


c. pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara berkala;

d. pembatasan jarak antar pembeli.

Toko Modern/toko sedehana yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 dikenakan sanksi berupa :

a. teguran lisan;

b. kerja sosial bagi karyawannya;

c. teguran tertulis; dan/atau

d. penutupan sementara tempat usaha.

(2) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf

b, dan huruf c, diberikan langsung oleh Satuan Tugas Penegakan dan

Pendisiplinan Protokol Kesehatan yang melaksanakan tugas dilapangan.

(3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, diberikan

oleh Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus-19.

Pedagang Kaki Lima/lapak jajanan dan sejenisnya

Pedagang Kaki Lima dan sejenisnya wajib menggunakan masker dalam

menjalankan usahanya.

(2) Pedagang kaki lima dan sejenisnya yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sanksi berupa :


a. teguran lisan;

b. kerja sosial;

c. perintah berupa keharusan membeli/memakai masker; dan/atau

d. larangan untuk beraktifitas pada saat itu.

(3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan

langsung oleh Satuan Tugas Penegakan dan Pendisiplinan Protokol

Kesehatan yang melaksanakan tugas dilapangan.

Restoran/Rumah Makan/Warung Makan/Cafe

a. menyediakan fasilitas berupa tempat pencucian tangan atau handsanitizer;

b. mewajibkan penggunaan masker bagi karyawan dan konsumen yang

datang;

c. pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara berkala;

d. menjaga jarak antar meja makan minimal 1 (satu) meterRestoran/Rumah

Makan/Warung Makan/Café yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 dikenakan sanksi berupa :

a. teguran lisan;

b. kerja sosial bagi pengelola dan karyawannya;

c. teguran tertulis; dan/atau


d. penutupan sementara tempat usaha. Pemberian sanksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf

b dan huruf c, diberikan langsung oleh Satuan Tugas Penegakan dan

Pendisiplinan Protokol Kesehatan yang melaksanakan tugas dilapangan.

(3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

diberikan oleh Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan Corona

Virus-19.

Apotek dan toko obat

Apotek dan toko obat atau sejenisnya wajib :

a. menyediakan fasilitas berupa tempat pencucian tangan atau hand sanitizer;

b. mewajibkan penggunaan masker bagi karyawan dan pembeli yang datang;

c. pembatasan jarak antar pembeli.

Apotek/toko obat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 dikenakan sanksi berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. kerja sosial bagi pengelola dan karyawannya; dan/atau

d. penutupan sementara tempat usaha


Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf

b dan huruf c, diberikan langsung oleh Satuan Tugas Penegakan dan

Pendisiplinan Protokol Kesehatan yang melaksanakan tugas

Dilapangan Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

diberikan oleh Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan Corona

Virus-19.

SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Dinas Kesehatan bersama dengan Satuan Tugas Penanganan Corona Virus

Desease 2019 melakukan sosialisasi terkait informasi dan edukasi cara

pencegahan dan pengendalian Covid-19 kepada masyarakat. Dalam

pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat dengan melibatkan

Forum Komunikasi Pimpinan Daerah dan partisipasi peran serta pemuka

agama, tokoh adat, tokoh masyarakat serta unsur masyarakat lainnya Dalam

rangka mencegah penyebaran wabah Corona Virus Disease 2O19

(COVID-19) masyarakat dapat berpartisipasi dalam bentuk:

a. saling mengingatkan antar anggota masyarakat untuk menerapkan protokol

kesehatan.

b. mengusahakan penerapan protocol kesehatan di lingkungan masingmasing;


c. memberikan bantuan sosial atau bantuan lainnya kepada anggota

masyarakat di lingkungan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan Desa

atau Kelurahan masing-masing.


BAB IV

Kesimpulan

Dari pemaparan kajian analisis ekonomi publik di atas melalui peran dan kebijakan pemerintah

untuk mengatasi perekonomian pada masa pandemi ini memang masih banyak menghadapi

berbagai hambatan atau tantangan dari segala sisi, baik sisi regulasi, administrasi maupun

implementasi yang ada di lapangan. Belum optimalnya peran pemerintah dalam perekonomian

masa pandemi ini menjadi dorongan kembali bagi pemerintah untuk tetap memacu

kebijakankebijakan yang tentunya berpihak pada kepentingan publik. Namun demikian,

mengingat setiap kebijakan yang dilakukan baik itu stimulus fiskal dan sampai saat ini kita kenal

dengan program Pemulihan Ekonomi nasional (PEN) diharapkan mampu menciptakan realisasi

yang nyata dalam menyediakan public goods yang bermanfaat bagi masyarakat.

SARAN

Dari kajian ini, peran pemerintah yang belum optimal tentunya masih dapat ditingkatkan

jika kebijakan yang dikeluarkan pemrintah dalam pandemi Covid-19 ini benarbenar dapat

dirasakan secara langsung manfaatnya oleh masyarakat. Di sisi lain, pihak masyarakat sendiri

sebaiknya saling bergotong royong atau bekerja sama untuk mengurangi dampak dari Covid-19

ini baik dari sisi perekonomian, sosial atau dari sisi lain yang bisa membangkitkan perekonomian

bersama sehingga tiga fungsi/peran pokok pemerintah dalam perekonomian dapat dilaksanakan

dengan baik. Selain itu, dengan keterbatasan pengetahuan dan literatur yang penulis pahami

menyebabkan tulisan ini masih memerlukan kajian yang lebih dalam.


DAFTAR PUSTAKA

Huijbers, Theo, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Cetakan kelima belas,

Yogyakarta: Kanisius, 1982.


Juwana, Hikmahanto “Penegakan Hukum dalam Kajian Law and Development: Problem

dan Fundamen bagi Solusi di Indonesia”, makalah disampaikan kuliah hukum

pembangunan, kampus UII, Yogyakarta, 20 Juni 2013.

Khozim, M., Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Cetakan keempat, Bandung: Penerbit

Nusa Media, 2011.

Latif, Abdul dan Hasbi Ali, Politik Hukum, Cetakan kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Mahfud, Moh., Politik Hukum di Indonesia, Cetakan kelima, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012.

Manullang, Efernando M., Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum Kodrat dan

Antinomi Nilai, Cetakan kedua, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007.

Rasyidi, Lili dan B. Aref Sidharta, Filsafat Hukum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1994.

Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Cetakan

ketiga Jakarta: Rajawali, 1987.

Widowatie, Derta Sri, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Cetakan pertama,

Bandung: Nusa Media, 2010.

Anda mungkin juga menyukai