Praktikum Rotor
Praktikum Rotor
MOTOR-MOTOR LISTRIK
Oleh :
UA = UE
Siapkan eksperimen seperti yang ditunjukkan dalam animasi. Poros rotor dimasukkan ke
dalam bantalan yang terletak di stator. Saat menempelkan rotor pastikan bahwa pin lampiran
dimasukkan ke dalam soket berlabel 0 °.
Dalam kasus mesin baru yang belum run-in, mungkin perlu untuk meningkatkan tegangan
awal dengan beberapa volt.
IE= IA
Tidak seperti mesin shunt-wound, eksitasi mesin seri-luka memiliki fluks magnetik yang
bergantung pada beban.
Siapkan eksperimen seperti yang ditunjukkan dalam animasi. Poros rotor dimasukkan ke
dalam bantalan yang terletak di stator. Saat menempelkan rotor pastikan bahwa pin lampiran
dimasukkan ke dalam soket berlabel 0 °.
Siapkan eksperimen seperti yang ditunjukkan dalam animasi. Poros rotor dimasukkan ke
dalam bantalan yang terletak di stator. Saat menempelkan rotor pastikan bahwa pin lampiran
dimasukkan ke dalam soket berlabel 0 °.
Seperti pada mesin seri-luka fluks magnetik eksitasi tergantung pada beban dalam mesin
universal.
Seperti halnya dengan mesin seri-luka, mesin universal juga menghasilkan kurva kecepatan
hiperbolik. Ketika ada kekurangan kontra-torsi (tidak ada operasi beban) mesin universal juga
dapat "balapan." Dalam praktek yang sebenarnya ini sebagian besar dihindari karena gesekan
yang tidak dapat dihindari dan dengan memberikan dimensi yang murah hati untuk bilah
kipas.
Mesin universal menghasilkan torsi yang sangat tinggi pada kecepatan rendah. Tentu saja,
untuk alasan keamanan sirkuit exciter berdimensi sesuai memastikan bahwa torsi tidak lagi
meningkat secara eksponensial dalam kisaran kelebihan beban tetapi hanya linier dengan arus
angker. Jika tidak, jika bor macet, misalnya, itu tidak bisa lagi diadakan secara fisik.
CONNECTION AND OPERATION
Dalam percobaan ini mesin komutator dioperasikan sebagai mesin seri-luka yang terhubung
ke tegangan AC.
Siapkan eksperimen seperti yang ditentukan dalam animasi. Poros rotor dimasukkan ke
dalam bantalan yang terletak di stator. Saat menempelkan rotor pastikan bahwa pin lampiran
dimasukkan ke dalam soket berlabel 0 °.
Dalam percobaan ini reaktansi mesin universal yang beroperasi terhenti ditentukan pada 50
Hz.
Winding current: A
Read the voltage and current from the virtual instruments and transfer the values to the fields
provided for this purpose.
Voltage on the universal motor: V
Winding current: A
Why does an alternating voltage result in a higher resistance than a direct voltage?
Percobaan pertama yaitu simulasi motor DC sebagai shunt wound. Jika rotor tidak
diberi tegangan maka rotor tak akan berputar. Lalu ketika tegangan ditingkatkan
menggunakan instrumen virtual DC Motor Control, hasilnya rotor berputar dengan cepat
kemudian kami mengurangi tegangannya secara perlahan dan rotor berhenti berputar pada
tegangan 7.5V.
Percobaan kedua yaitu simulasi motor DC sebagai series wound, jika tegangan
ditingkatkan menggunakan instrumen virtual DC Motor Control sebesar 16V, hasil yang
didapatkan bahwa rotor beputar sangat cepat dan seperti percobaan sebelumnya kami
menurunkan tegangannya secara perlahan dan rotor berhenti berputar pada tegangan 8.9V.
Percobaan ketiga yaitu simulasi mesin komutator sebagai mesin luka majemuk.
Kemudian mengatur tegangan sebesar 20.0 V. Hasil yang didapatkan rotor berputar dengan
sangat kencang dan rotor berhenti pada tegangan 13.7V.
Percobaan keempat yaitu simulasi mesin komutator sebagai mesin seri-luka yang
terhubung ke tegangan AC. Lali mengatur tegangan 13V dan 50 Hz. Hasil yang didapatkan
bahwa rotor berputar dengan sangat cepat dan bertahan rotor berhenti berputar pada saat
tegangan 7.9 V.
Percobaan terakhir yaitu simulasi reaktansi mesin universal yang bekerja terhenti
ditentukan pada 50 Hz. Atur measurement range: 20 V, RMS pada menu instrumen virtual
Voltmeter A. Shunt: 0.47 ohm. Measurement range: 2 A, RMS pada menu instrumen virtual
Ammeter B.Lali atur unit 10.0 V and 50 Hz pada menu the 3-Phase Power Supply virtual
instrument. Ketika switch dinyalakan rotor berputar dan nilai yang didapat ialah 0.25A pada
Ammeter B dan 15.3V Voltmeter A. Kemudian rotor berhenti pada 7.6 V.Dan untuk nilai
pada Ammeter B 0.01A dan nilai pada Voltmeter A 13.3V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan atau simulasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa karakteristik tanpa beban dimana semakin besar kecepatan rotor berputar maka akan
semakin besar tegangan yang dibutuhkan.
LAMPIRAN
ANALISA
Ketika input 1(%I0.0) rangkaian interlock dihidupkan maka menghasilkan outpuit
yang dimana akan menjadi input untuk rangklaian interlock selanjutnya. Lalu ouput dari
interlock kedua ini (%Q0.0) akan menjadi input bagi %TM0 dimana berfungsi sebagai delay
off untuk output interlock kedua dengan Time Base 1 detik dan presetnya 5. Kemudian
output dari TON (%TMI1) dimana akan digunakan sebagai input %TM1 dimana output akan
off delay 5 detik dan kemudian Kembali ke rangkaian interlock kedua dan proses ini
berlangsung berulang-ulang hingga counter telah mencapai 5 kali pengulangan. Tekan
tombol reset (%I0.4) jika ingin mengulangi Kembali. Lalu disini kami menempatkan input 3
pada interlock pertama (%I0.3) yang dimana jika tombol itu ditekan maka program akan
berhenti secara langsung Ketika sedang berjalan
KESIMPULAN
1. TIMER berfungsi untuk mendelay output atau mengatur waktu rangkaian untuk
on/off. Timer bisa diaktifkan dengan cara mengatur terlebih dahulu waktu untuk
off/on
2. Counter ialah berfungsi sebagai penghitung suatu kejadian. Digunakan sebagai
penghitung, danm Ketika mencapai batas hasil makan counter akan men trigger