LP PNC Ayu Inda
LP PNC Ayu Inda
POSTNATAL CARE
Dosen Pembimbing
Ns. Lina Ayu Marcellina, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat
Di susun oleh :
Ayu Inda Puspitasari
2110721104
2. Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil ( Bobak,
2010).
Masa nifas atau bisa disebut masa postpartum/peurperium verasal dari bahasa
latin yaitu “puer” yang memiliki arti bayi dan “parous” yang memiliki arti
melahirkan. Masa nifas ini dimulai saat plasenta telah lahir dan berakhir saat organ-
organ yang berperan dalam proses kehamilan dan melahirkan berubah kembali
menjadi keadaan seperti sebelum hamil. Masa nifas biasanya berlangsung selama 6
minggu atau selama 42 hari, tetapi akan pulih secara keseluruhan dalam jangka
waktu 3 bulan (Trisnawati, 2012)
Masa nifas (peurperium) merupakan fase dimana setelah plasenta lahir dari
dalam kandungan dan berakhir saat organ-organ yang berperan dalam proses
kandungan kembali seperti saat sebelum mengalami kehamilan. Masa ini biasanya
berlangsung sampai 6 minggu (Abdul Bari S. Dkk, 2002 dalam Trisnawati, 2012)
Masa 6 minggu pertama kelahiran bayi merupakan masa postpartum atau masa
nifas. Seorang perempuan akan mengalami beberapa perubahan fisik maupun
perubahan fisiologis pada saat masa nifas (Murray, Sharon Smith, 2014). Masa nifas
atau yang biasa disebut dengan periode postpartum merupakan rentang waktu antar
kelahiran bayi dengan kembalinya organ reproduksi seperti sebelum kehamilan.
Masa nifas bisa saja disebut sebagai masa trimester ke empat dalam kehamilan.
Secara tradisional, masa nifas ini berlangsung selama 6 minggu, namun pada
kenyataannya setiap wanita mengalami masa nifas dengan waktu yang bervariasi satu
sama lain (Lowdermilk et al., 2013)
Tahapan masa nifas ada tiga. Masa immediate postpartum dimulai setelah
plasenta lahir sampai 24 jam. Saat masa ini banyak timbul masalah seperti
pendarahan akibat atonia uteri, oleh karena itu pada masa ini tenaga kesehatan harus
memeriksa secara teratur mengenai kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan
darah dan suhu pasien (Sastrariah, 2016). Masa early postpartum berlangsung selama
24 jam sampai 1 minggu. Pada masa ini tenaga kesehatan memastikan bahwa
involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan, lokia tidak berbau busuk,
tidak demam dan ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat
menyusui dengan baik (Sastrariah, 2016). Masa late postpartum berlangsung selama
1 minggu sampai 5 minggu. Pada masa ini tenaga kesehatan melakukanperawatan
dan pemeriksaan serta konseling pemasangan alat kontrasepsi (Sastrariah, 2016).
Tahapan masa nifas menurut Reva Rubin adalah periode taking in, taking hold
dan letting go (White et al., 2011). Periode taking in berlangsung sejak 1 sampai 2
hari setelah persalinan. Ibu akan fokus kepada dirinya sendiri dan sering
menceritakan proses persalinan yang dialaminya (Murray & McKinney, 2014). Ibu
akan merasa cepat lelah, cepat tersinggung dan memerlukan banyak istirahat setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu memerlukan dukungan dari suami dan keluarganya
(Sastrariah, 2016).
Periode taking hold dimulai mulai hari ke 3 sampai hari ke 10 setelah
melahirkan (Murray & McKinney, 2014). Pada fase ini, ibu akan merasa khawatir
jika ibu tidak bisa merawat dan bertanggung jawab kepada bayinya. Pada fase ini, ibu
akan lebih cepat tersinggung jika mendapat teguran mengenai caranya merawat
bayinya (Sastrariah, 2016)
Periode letting go dimulai setelah hari ke 10 setelah melahirkan (Murray &
McKinney, 2014). Pada masa ini, ibu sudah dapat menerima tanggung jawab dan
perannya sebagai ibu (White et al., 2011). Ibu juga sudah dapat menyesuaikan diri,
mampu merawat diri dan bayinya serta memiliki rasa percaya diri yang kuat.
Dukungan dari suami dan keluarga tetap diperlukan pada periode ini (Sastrariah,
2016).
3. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau
jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
b. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi
otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan.
d. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
e. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan.
4. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di
samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi
dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak
menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentul semacam
cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen
dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah
janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa
sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi
janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan, yaitu
Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
5. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawa janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus,
kadang disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe)
6. Komplikasi
a. Klien Post Partum Komplikasi Perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang
7. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
f. Tes Diagnostik
1) Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
2) Urinalisis: Kadar Urin
g. Terapi
1) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
2) Memberikan antibiotik bila ada indikasi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan
suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat
b. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit
sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan,
dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan
dan persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC).
c. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
1) Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
2) Tanggal/jam persalinan
3) Jenis kelamin bayi
4) Jumlah perdarahan
5) Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
6) Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
d. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami operasi
atau tidak
e. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
f. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular dari
keluarga
g. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
h. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut:
1) Periode Taking In
a) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik.
c) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang
f) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.
3) Periode Letting Go
a) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
d) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
a. Aktual
1) Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan jalan lahir
2) Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih
3) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan
kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
b. Resiko
1) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap
bakteri pembedahan
3. Intervensi Keperawatan
Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria A.
Jakarta: EGC.
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta. EGC
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta. TIM
Lowdermilk, D. L., Perry, S., & Chasion, K. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8 - Buku
2. Elsevier, Vol 8.
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta. MediAction